Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL

DI RUANG PENYAKIR DALAM WANITA RSUP DR M.DJAMIL PADANG

Disusun Oleh

Kelompok U

1. Syurpa Wahyuni, S.Kep


1741312022
2. Puti Kulindam Suto, S.Kep
1741312070
3. Hayati Umar, S.Kep 1741312057
4. Fini Marta Vertysia 1741312026
5. Suci Khairiyah 1741312059

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan juga merupakan surnber

dari berbagai penyakit, yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang

berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan

rumah sakit, seperti udara, air, lantai, makanan dan benda-benda peralatan medis

maupun non medis. Jadi infeksi yang mengenai seseorang dan infeksi tersebut

diakibatkan pengaruh dari lingkungan rumah sakit disebut infeksi nosokomial.

Infeksi nosokomial (Hospital Acquired Infection/Nosocomial Infection)

adalah infeksi yang didapat dari rumah sakit atau ketika penderita itu dirawat

di rumah sakit. Nosokomial berasal dari kata Yunani nosocomium yang berarti

rumah sakit. Jadi kata nosokomial artinya "yang berasal dar irumah sakit,

sementara kata infeksi artinya terkena hama penyakit. Infeksi ini baru timbul

sekurang-kurangnya dalam waktu 3 x 24 jam sejak mulai dirawat, dan bukan

infeksi kelanjutan perawatan sebelumnya. Rumah sakit merupakan tempat yang

memudahkan penularan berbagai penyakit infeksi (Nugreheni, 2012).

Pasien rawat inap beresiko sangat tinggi untuk terjadinya infeksi nosokomial

karena berbagai alasan. Mereka cenderung lebih rentan terhadap infeksi

karena kondisi penyakit yang mendasari, risiko diperparah ketika pasien

menjalani prosedur invasive serta lingkungan yang kotor. Jika pasien terganggu

system kekebalannya, maka mikroorganisme yang biasanya tidak patogen

mampu menyebabkan penyakit. Selain itu, lingkungan rumah sakit mendukung

terjadinya resistensi terhadap antibiotic pada mikroba pathogen sehingga


menyulitkan pengobatan infeksi karena kuman patogen resistan terhadap obat

(Soedarto, 2016).

Infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian

terbanyak di negara miskin dan negara yang sedang berkembang karena

penyakit-penyakit infeksi masih menjadi penyebab utamanya. Suatu penelitian

yang dilakukan oleh WHO tahun menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55

rumah sakit dari 14 negara di Eropa, Timur tengah, dan Asia Tenggara dan

Pasifik terdapat infeksi nosokomial, khususnya di AsiaTenggara sebanyak l0%.

Di Indonesia yaitu di 10 RS pendidikan, infeksi nosokomial cukup tinggi yaitu 6-

16% dengan rata-rata 9,8% pada tahun 2010.

Pencegahan infeksi nosokomial perlu dilakukankarena Infeksi ini dapat

menyebabkan pasien terkena berbagai penyakit, dan setiap penyakit mempunyai

gejala yang berbeda satu sama lain.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan keluarga pasien dan pasien dapat


mengetahui cara pencegahan infeksi nosokomial.

2. Tujuan Khusus :

Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan keluarga pasien dan pasien dapat

a. Memahami apa itu infeksi nosocomial

b. Menyebutkan tujuan pencegahan infeksi nosocomial


c. Menyebutkan langkah-langkah penanganan infeksi nosokomial

3. MAMFAAT

Dapat memberikan pengetahuan bagaimana cara pencegahan infeksi

nosokomial sehingga membantu mengurangi penularan resiko infeksi pada pasien

di rumah sakit.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Infeksi Nosokomial

Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh

yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang

menunjukkan suatu gejala selama seseorang dirawat atau setelah dirawat. Pasien

yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi kurang dari 72 jam,

berarti masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit,

dan infeksi yang menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah

sakit, maka disebut infeksi nosokomial (Harrison, 2009).

Infeksi nosokomial merupakan Infeksi yang terdapat dalam sarana

kesehatan (rumah sakit). Infeksi ini berasal dari dalam tubuh maupun luar tubuh

penderita yang dapat berpindah ke siapa saja yang berada di RS (Soeparman,

2008).

B. Etiologi

1. Agen Infeksi

Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia

dirawat di rumah sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam

mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena


banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi

nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada karakteristik

mikroorganisme, resistensi terhadap zat-zat antibiotika, tingkat virulensi, dan

banyaknya materi infeksius (Ducel, G, 2002).

Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit

dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh

mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau

disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous

infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih

disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya

melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak steril.

Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan

oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang

sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada orang normal

(Ducel, G, 2002) .

Tabel 1 Bakteri Penyebab Infeksi Nosokomial

Bakteri Persentase(
Enterobacteriaceae >40
%)
S. aureus 11
Enterococcus 10
P. aeruginosa 9
Tabel 2. Mikroorganisma Penyebab Infeksi Nosokomial

(Tortora et al., 2001)

Mikroorganisme Persentase(%)

S. aureus, Staphylococci koagulase negatif, 34

Enterococci
E. coli, P. aeruginosa, Enterobacter spp., & K. 32

pneumonia
C. difficile 17

Fungi (kebanyakan C. Albicans) 10

Bakteri Gram negatif lain (Acinetobacter, 7

Citrobacter,Haemophilus)

2. Respon dan toleransi tubuh pasien

Faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat toleransi dan respon

tubuh pasien dalam hal ini adalah umur, status imunitas penderita,

penyakit yang diderita, obesitas dan malnutrisi, orang yang menggunakan

obat-obatan immunosupresan dan steroid serta intervensi yang dilakukan

pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi.

Usia muda dan usia tua berhubungan dengan penurunan resistensi

tubuh terhadap infeksi kondisi ini lebih diperberat bila penderita menderita

penyakit kronis seperti tumor, anemia, leukemia, diabetes mellitus, gagal

ginjal, SLE dan AIDS. Keadaan-keadaan ini akan meningkatkan toleransi


tubuh terhadap infeksi dari kuman yang semula bersifat opportunistik.

Obat-obatan yang bersifat immunosupresif dapat menurunkan pertahanan

tubuh terhadap infeksi. Banyaknya prosedur pemeriksaan penunjang dan

terapi seperti biopsi, endoskopi, kateterisasi, intubasi dan tindakan

pembedahan juga meningkatkan resiko infeksi (Babb, JR. Liffe, AJ, 1995).

C. Penilaian yang digunakan untuk Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial disebut juga dengan Hospital Acquired Infection apabila

memenuhi batasan atau kriteria sebagai berikut:

Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak

didapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut.

Pada waktu penderita mulai dirawat tidak dalam masa

inkubasi dari infeksi tersebut.

Tanda-tanda infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya 3

24 jam sejak mulai dirawat.

Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari

infeksi sebelumnya.

D. Faktor Resiko Terjadinya Infeksi Nosokomial pada Pasien

1. Infeksi secara langsung atau secara tidak

langsung

Infeksi boleh terjadi karena kontak secara langsung atau tidak langsung.

Penularan infeksi ini dapat tertular melalui tangan, kulit dan baju, yang

disebabkan oleh golongan staphylococcus aureus. Cairan yang diberikan


secara intravena dan jarum suntik, peralatan serta instrumen kedokteran

boleh menyebabkan infeksi nosokomial. Makanan yang tidak steril, tidak

dimasak dan diambil menggunakan tangan yang menyebabkan terjadinya

cross infection (Babb, JR. Liffe, AJ, 1995, Ducel, G, 2002).

2. Resistensi

Antibiotika

Seiring dengan penemuan dan penggunaan antibiotika penicillin

antara tahun 1950-1970, kebanyakan penyakit yang serius dan fatal ketika

itu dapat diterapi dan disembuhkan. Bagaimanapun, keberhasilan ini

menyebabkan penggunaan berlebihan dan penyalahgunaan antibiotika.

Maka, banyak mikroorganisme yang kini menjadi lebih resisten.

Peningkatan resistensi bakteri dapat meningkatkan angka mortalitas

terutama pada pasien yang immunocompromised (Ducel, G, 2002).

Penggunaan antibiotika yang terus-menerus ini meningkatkan

multiplikasi serta penyebaran strain yang resisten. Penyebab utamanya

adalah penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dan tidak terkontrol, dosis

antibiotika yang tidak optimal, terapi dan pengobatan menggunakan

antibiotika yang terlalu singkat serta kesalahan diagnosa (Ducel, G, 2002).

Infeksi nosokomial sangat mempengaruhi angka morbiditas dan

mortalitas di rumah sakit,dan menjadi sangat penting karena:

a) Meningkatnya jumlah penderita yang dirawat

b) Seringnya imunitas tubuh melemah karena sakit, pengobatan atau

umur
c) Mikroorganisme yang baru (mutasi)

d) Meningkatnya resistensi bakteri terhadap antibiotika

3. Faktor alat

Suatu penelitian klinis menujukka n infeksi nosokomial terutama

disebabkan oleh infeksi dari kateter urin, infeksi jarum infus, infeksi

saluran nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan septikemia.

Penggunaan peralatan non steril juga boleh menyebabkan infeksi

nosokomial (Ducel, G, 2002).

E. Cara Penularan Infeksi Nosokomial

Cara penularan infeksi nosokomial bisa berupa infeksi silang (Cross

infection) yaitu disebabkan oleh kuman yang didapat dari orang atau

penderita lain di rumah sakit secara langsung atau tidak langsung. Infeksi

sendiri (Self infection, Auto infection) yaitu disebabkan oleh kuman dari

penderita itu sendiri yang berpindah tempat dari satu jaringan ke jaringan

yang lain. Infeksi lingkungan (Environmental infection) yaitu disebabkan

oleh kuman yang berasal dari benda atau bahan yang tidak bernyawa yang

berada di lingkungan rumah sakit. Misalnya lingkungan yang lembab dan

lain-lain. Menurut Jemes H, cara penularan infeksi nosokomial yaitu kontak

langsung antara pasien dan personil yang merawat atau menjaga pasien.

Seterusnya, kontak tidak langsung ketika objek tidak bersemangat/kondisi

lemah dalam lingkungan menjadi kontaminasi dan tidak didesinfeksi atau

sterilkan, sebagai contoh perawatan luka paska operasi. Selain itu, penularan
cara droplet infection dimana kuman dapat mencapai ke udara (air borne) dan

penularan melalui vektor yaitu penularan melalui hewan/serangga yang

membawa kuman (Depkes RI, 2007).

F. Pencegahan Terjadinya Infeksi Nosocomial

Menurut kozier (2010) pencegahan infeksi nosokomial dengan cara:

a. Membatasi perpindahan mikroorganisme dari atau antar pasien


dengan cara mencuci tangan dan penggunaan sarung tangan, membatasi
kunjungan, tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan disinfektan.
b. Mengontrol resiko dengan menjaga kebersihan lingkungan.
c. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang tepat, nutrisi
yang cukup, dan vaksinasi.
d. Membatasi resiko infeksi dari dalam dengan meminimalkan prosedur
invasif.
e. Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol
penyebarannya.
f. Anjurkan pada pasien dan keluarga untuk membawa barang dan
peralatan sesuai kebutuhan.
g. Jangan makan dan minum di ruang perawatan.
h. Jangan memakai peralatan orang sakit, seperti: sikat gigi, sabun, pisau
cukur, selimut, bantal, alat makan, dan pakaian.
i. Jangan duduk dan tidur-tiduran di atas tempat tidur orang sakit
j. Bersin dan batuk tidak sembarangan (etika batuk dan bersin)
k. Mencuci peralatan yang digunakan pasien dengan baik.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh

yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang

menunjukkan suatu gejala selama seseorang dirawat atau setelah dirawat.

Pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi kurang dari

72 jam, berarti masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk

rumah sakit, dan infeksi yang menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien

berada dirumah sakit, maka disebut infeksi nosokomial (Harrison, 2009).


Infeksi nosokomial merupakan Infeksi yang terdapat dalam sarana

kesehatan (rumah sakit). Infeksi ini berasal dari dalam tubuh maupun luar

tubuh penderita yang dapat berpindah ke siapa saja yang berada di RS

(Soeparman, 2008).

B. Saran
Sebagai calon perawat haruslah memahami dan mengetahui bagaimana

penyebaran dari infeksi nookomial


DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI bekerjasama dengan Perdalin. 2009. Pedoman Pencegahan dan


Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No
382/Menkes/2007. Jakarta:
Kemenkes RI Depkes RI. 2006. PedomaPenatalaksanaan Flu Burung di Pelayanan
Kesehatan.
Depkes RI: Ditjen Bina Yan Med_____. 2007. Pedoman Manajerial Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakitdan Fasiltas Pelayanan Kesehatan
Lainnya. SK
Menkes No 270/MENKES/2007.Jakarta: Depkes RI
Ducel, G. et al. Prevention of hospital-acquired infections, A practical guide. 2nd
edition.
World Health Organization. Department of Communicable disease, Surveillance and
Response; 2002
Notoatmodjo S. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rhineka Cipta
Siegel JD et al. and HICPAC CDC. 2007. Guideline for Isolation Precaution:
Preventing Transmission of Infectious Agent in Healthcare Setting. CDC hal
1-92
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta; 2001
Suwarni, A. Studi Diskriptif Pola Upaya Penyehatan Lingkungan Hubungannya
dengan Rerata Lama Hari Perawatan dan Kejadian Infeksi Nosokomial Studi
Kasus: Penderita Pasca Bedah Rawat Inap di Rumah Sakit Pemerintah dan
Swasta Provinsi DIY Tahun 1999. Badan Litbang Kesehatan Departemen
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta; 2001
Wenzel. Infection control in the hospital,in International society for infectious
diseases, second ed, Boston; 2002
Puruhito, Dasar-daasar Teknik Pembedahan, AUP Surabaya, 2005
Saleh M, Sodera VK, Ilustrasi Ilmu Bedah Minor, Bina rupa Aksara, Jakarta 2005
Oswari E, Bedah dan perawatannya, Gramedia, Jakarta, 2004. Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah Sakit M. Djamil Padang.(2014). Laporan
Kinerja Mutu dan Manfaat Bagi Masyarakat .

Anda mungkin juga menyukai