KAJIAN TEORITIS
A. Defenisi
Penyakit hisprung disebabkan oleh tak adanya sel ganglion kongenital dalam
pleksus intramural usus besar. Segmen yang terkena bisa sangat pendek. Tampil
pada usia muda dengan konstipasi parah. Enema barium bisa menunjukkan
penyempitan segmen dengan dilatasi colon di proksimal. Biopsi rectum bisa
mengkonfirmasi diagnosis, jika jaringan submukosa di cakup. Terapi simtomatik
bisa bermanfaat, tetapi kebanyakan pasien memerlukan pembedahan (G.
Holdstock, 1991)
1
Gambaran umum usus besar : 1) Tidak memiliki vili, tidak memiliki plicea
circulares (lipatan sirkular), 2) Serabut otot longitudinal dalam muskularis
esterna membentuk tiga pita, taeniae coli, yang menarik kolon menjadi
kantong-kantong besar yang disebut haustra. 3) Katup ileosekal adalah mulut
sfingter antara usus halus dan usus besar.
Bagian-bagian usus besar terdiri dari :
a. Sekum
Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area
katup ileosekal apendiks. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan
apendiks yang melekat pada ujung sekum. Apendiks vermiform adalah
suatu tabung buntu yang sempit yang berisi jaringan limfoit, menonjol
dari ujung sekum.
b. Kolon
Kolon ascenden : merentang dari sekum sampai ke tepi bawah
hati di sebelah kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura
hepatika.
Kolon transversum: merentang menyilang abdomen di bawah
hati dan lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya
memutar ke bawah fleksura splenik.
Kolon desenden : merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen
dan menjadi kolon sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.
c.Rektum
Merupakan bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12-
13 cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di
anus.
C. Klasifikasi Hisprung
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu :
1. Penyakit Hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70%
dari kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-
laki dibanding anak perempuan.
2
2. Penyakit Hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau
usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun perempuan.
(Ngastiyah, 1997)
D. Etiologi
Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam
lapisan dinding usus, mulai dari spingter ani internus kearah proksimal 70%
terbatas di daerah rektosigmoid, 10% sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5%
dapat mengenai seluruh usus sampai pylorus. Diduga terjadi karena faktor
genetik, sering terjadi pada anak dengan Down Syndrome, kegagalan sel neural
pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada
myentrik dan sub mukosa dinsing plexus ( Budi, 2010).
Penyakit Hirschsprung terjadi pada satu dari 5.000 kelahiran
1) Penyakit ini disebabkan oleh kegagalan sel ganglion untuk
bermigrasi cephalocaudally melalui pial neural selama minggu empat sampai
12 kehamilan.
2) Menyebabkan tidak adanya sel ganglion di semua atau bagian
dari usus besar. Ukuran panjang yang bervariasi dari usus besar distal tidak
mampu rileks, menyebabkan obstruksi kolon fungsional sepanjang waktu.
Segmen aganglionik biasanya dimulai pada anus dan meluas ke proksimal.
3) Penyakit segmen pendek adalah yang paling umum dan terbatas
pada wilayah rectosigmoid kolon. Penyakit segmen panjang meluas
melewati daerah ini dan dapat mempengaruhi seluruh usus. Jarang, usus
kecil dan
besar yang terlibat
E. Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding submukosa
3
kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan
bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan
atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya
evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga
mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi
pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian
yang rusak pada Mega Colon (Cecily Betz & Sowden,2002:196).
Isi usus terdorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah
tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap
daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut
melebar (Price, S & Wilson, 1995).
Aganglionic mega colon atau hirschprung dikarenakan karena
tidak adanya ganglion parasimpatik di submukosa (meissher) dan mienterik
(aurbach) tidak ditemukan pada satu atau lebih bagian dari kolon menyebabkan
peristaltik usus abnormal. Peristaltik usus abnormal menyebabkan konstipasi dan
akumulasi sisa pencernaan di kolon yang berakibat timbulnya dilatasi usus
sehingga terjadi megakolon dan pasien mengalami distensi abdomen.
Aganglionosis mempengaruhi dilatasi sfingter ani interna menjadi tidak
berfungsi lagi, mengakibatkan pengeluaran feses,gas dan cairan terhambat.
Penumpukan sisa pencernaan yang semakin banyak merupakan media utama
berkembangnya bakteri. Iskemia saluran cerna berhubungan dengan peristaltik
yang abnormal mempermudah infeksi kumanke lumen usus dan terjadilah
enterocolitis. Apabila tidak segera ditangani anak yang mengalami hal tersebut
dapat mengalami kematian (Wong, 1999)
F. Manifestasi Klinis
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi
dengan Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis seperti obstruksi
total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi
4
mekonium. Keterlambatan evakuasi mekonium diikuti obstruksi konstipasi,
muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi selama beberapa minggu
atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis
dengan diare, distensi abdomen dan demam.Adanya feses yang menyemprot pas
pada colok dubur merupakan tanda yangkhas. Bila telah timbul enterokolitis
nikrotiskans terjadi distensi abdomenhebat dan diare berbau busuk yang dapat
berdarah ( Nelson, 2002).
Menurut Tambayong (1999) manifestasi pada bayi, terlihat abdomen
besar, konstipasi, muntah. Gejala klinik tergantung derajar aganglionosis atau
pembesaran usus. Individu seringkali kurus, anemil dan jarang defekasi.
Beberapa manifestasi klinis klasik/ umum yang timbul pada penyakit
hirschsprung yaitu :
a. Obstruksi usus pada neonatal, dalam waktu 24 jam/ beberapa minggu
setelah lahir bayi akan sakit. Seringkaliperut bayi buncit, tidak dapat
mentolerir makanan dan muntah berulangkali dengan karakteristik warna
kuning atau hijau (empedu). Demam, lesu dan tampak mengalami dehidrasi.
( sekita 75% anak-anak dengan penyakit hirschsprung memiliki gejala
distensi abdomen dan 25% memiliki gejala muntah empedu).
b. Perforasi usus pada neonatal, gejala termasuk distensi abdomen,
susah makan, muntah , lesu dan kurangnya buang air besar, kebanyakan
perforasi usus pada penyakit hirschsprung terjadi pada usia 2 bulan, dan
sekitar 50% anak dengan penyakit ini kehilangan sel-sel saraf setidaknya
sedengah dari usus besar.
c. Diare Berdarah pada neonatal, anak dengan penyakit hirsprung
beresiko tinggi mengalami peradangan usus/ penyakit hirschsprung dengan
enterocolitis. Diare yang sering di sertai dengan darah dan distensi abdomen
dan demam. Karena diare pada bayi baru lahir umumnya jarang terjadi ,
sehingga diare berdarah pada bayi baru lahir meningkatkan
kecurigaan kemungkinan penyakit hirschsprung.
5
d. Sebelit kronis, sembelit merupakan gejala yang fisiologis pada
sebagian anak, tetapi gejala sembelit yang tidak berubah setelah pengobatan
harus di curigai terutama jika terjadi pada beberapa bulan setelah lahir dan
sembelit disertai dengan muntah, distensi abdomen atau pertumbuhan bayi
yang buruk.
e. Enterokilitis, pengenalan dini enterokolitis sangat penting untuk
menurunkan morbiditas dan mortalitas.
G. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaaan penunjang yang dapat dilakukan untuk diagnosa
hisprung antara lain :
1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa
ditemukan:
a.Daerah transisi
b. Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus
yang menyempit.
c.Entrokolitis padasegmen yang melebar.
d. Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam.
2. Pemeriksaan Biopsi
Memastikan keberadaan sel ganglion pada segmen yang terinfeksi,
merupakan langkah penting dalam mendiagnosis penyakit Hirschsprung.
Ada beberapa teknik, yang dapat digunakan untuk mengambil sampel
jaringan rektum. Hasil yang didapatkan akan lebih akurat, apabila
spesimen/sampel adekuat dan diambil oleh ahli patologi yang
berpengalaman. Apabila pada jaringan ditemukan sel ganglion, maka
diagnosis penyakit Hirschsprung dieksklusi. Namun pelaksanaan biopsi
cenderung berisiko, untuk itu dapat di pilih teknik lain yang kurang
invasive, seperti Barium enema dan anorektal manometri, untuk
menunjang diagnosis (Schulten,2011)
3. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto polos, dapat dijumpai gambaran distensi gas pada usus, tanda
obstruksi usus. Pemeriksaan yang digunakan sebagai standar untuk
6
menentukan diagnosis Hirschsprung adalah contrast enema atau barium
enema. Pada bayi dengan penyakit Hirschsprung, zona transisi dari kolon
bagian distal yang tidak dilatasi mudah terdeteksi (Ramanath,2008).
Pada total aganglionsis colon, penampakan kolon normal. Barium enema
kurang membantu penegakan diagnosis apabila dilakukan pada bayi,
karena zona transisi sering tidak tampak. Gambaran penyakit
Hirschsprung yang sering tampak, antara lain; terdapat penyempitan di
bagian rectum proksimal dengan panjang yang bervariasi; terdapat zona
transisi dari daerah yang menyempit (narrow zone) sampai ke daerah
dilatasi; terlihat pelebaran lumen di bagian proksimal zona transisi
(Schulten,2011).
H. Penatalaksanaan
Menurut Yuda (2010), penatalaksanaan hirsprung ada dua cara, yaitu pembedahan
dan konservatif.
a) Pembedahan
Pembedahan pada mega kolon/penyakit hisprung dilakukan dalam dua tahap.
Mula-mula dilakukan kolostomi loop atau double barrel sehingga tonus dan
ukuran usus yang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan
waktu kira-kira 3 sampai 4 bulan).
Tiga prosedur dalam pembedahan diantaranya:
1. Prosedur Duhamel
Dengan cara penarikan kolon normal ke arah bawah dan
menganastomosiskannya di belakang usus aganglionik, membuat dinding
ganda yaitu selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang
telah ditarik
2. Prosedur Swenson
Membuang bagian aganglionik kemudian menganastomosiskan end to end
pada kolon yang berganglion dengan saluran anal yang dilatasi dan
pemotongan sfingter dilakukan pada bagian posterior
3. Prosedur soave
7
Dengan cara membiarkan dinding otot dari segmen rektum tetap utuh
kemudian kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus tempat
dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot
rektosigmoid yang tersisa.
b) Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui
pemasangan sonde lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan mekonium
dan udara.
I. Komplikasi
Menurut Mansjoer (2000) menyebutkan komplikasi penyakit hirschprung adalah:
1) Pneumatosis Usus
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang
iskemik distensi berlebihan dindingnya.
2) Enterokolitis Nekrotiokans
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang
iskemik distensi berlebihan dindingnya.
3) Abses Peri Kolon
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang
iskemik distensi berlebihan dindingnya.
4) Perforasi
Disebabkan aliran darah ke mukosa berkurang dalam waktu lama.
5) Septikemia
Disebabkan karena bakteri yang berkembang dan keluarnya endotoxin karena
iskemia kolon akibat distensi berlebihan pada dindinng usus.
Sedangkan komplikasi yang muncul pasca bedah antara lain :
a. Gawat Pernafasan (Akut)
Disebabkan karena distensi abdomen yang menekan paru – paru sehingga
mengganggu ekspansi paru.
b. Enterokolitis (akut)
Disebabkan karena perkembangbiakan bakteri dan pengeluaran endotoxin.
c. Stenosis striktura ani
Gerakan muskulus sfingter ani tak pernah mengadakan gerakan kontraksidan
relaksasi karena ada colostomy sehingga terjadi kekakuan
ataupun penyempitan.
8
9
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian
a. Identitas Klien
kelamin, agama, pendidikan, asal suku bangsa, nama orang tua dan pekerjaan
orang tua.
B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir. Trias yang sering
ditemukan adalah mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam setelah
lahir), perut kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain adalah muntah
dan diare.
2. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional. Obstruksi total
saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi mekonium.
Bayi sering mengalami konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa
konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi
usus akut. Namun ada juga yang konstipasi ringan, enterokolitis dengan diare,
penyakit Hirschsprung
4. Riwayat kesehatan keluarga
10
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dan riwayat penyakit
umum terlihat lemah atau gelisah. TTV biasa didapatkan hipertermi dan takikardi
dimana menandakan terjadinya iskemia usus dan gejala terjadinya perforasi. Tanda
dehidrasi dan demam bisa didapatkan pada kondisi syok atau sepsis.
Pada pemeriksaan fisik fokus pada area abdomen, lipatan paha, dan rectum
akan didapatkan
1) Inspeksi : Tanda khas didapatkan adanya distensi abnormal.
Pemeriksaan rectum dan fese akan didapatkan adanya perubahan feses seperti
tegang, muntah berwarna hijau. Pada anak yang lebih besar terdapat diare
kronik. Pada colok anus jari akan merasakan jepitan dan pada waktu ditarik
akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium atau tinja yang
menyemprot.
d) Sistem saraf : Tidak ada kelainan.
e) Sistem lokomotor/musculoskeletal : Gangguan rasa nyaman : nyeri
f) Sistem endokrin : Tidak ada kelainan.
g) Sistem integument : Akral hangat, hipertermi
h) Sistem pendengaran : Tidak ada kelainan.
D. Pemeriksaan diagnostik
1) Foto polos abdomen tegak akan terlihat usus-usus melebar atau
pada segmen yang melebar dan terdapat retensi barium setelah 24-48 jam.
3) Biopsi isap, mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa.
4) Biopsi otot rektum, yaitu pengambilan lapisan otot rektum.
5) Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin esterase dimana terdapat
14
2 Kekurangan volume 1. Keseimbangan pengurangan pendarahan :
cairan Elektrolit dan Asam gastrointestinal
Basa Aktivitas :
Faktor yang Indikator : Evaluasi respon
berhubungan : Frekuensi nadi *IER psikologis dan persepsi
a. Kehilanga Irama nadi *IER pasien terhadap
n volume cairan Frekuensi nafas *IER pendarahan
aktif Irama nafas *IER Monitor coagulasi dan
b. Kegagalan Natrium serum *WNL jumlah darah lengkap
mekanisme Kalium serum *WNL dengan WBC diferensial
pengaturan Klorida serum *WNL Masukkan selang
Kalsium serum *WNL nasogastrik untuk suction
dan monitor sekresi
2. Keseimbangan Lakukan nasogastrik
Cairan lavage
Indikator : pelihara tekanan pada
Tekanan darah *IER manset/balon selang
Tekanan arteri*IER nasogastrik
hindari level PH
Tekanan vena sentral *IER
Tekanan pulmoner *IER lambung yang ekstrem
Denyut nadi perifer teraba dengan medikasi
hindari pemberian
jelas
antikoagulan
Keseimbangan masukan
dan haluaran 24 jam terapi intravena
Bunyi nafas tambahan
Aktivitas :
tidak ada
Periksa tipe,
Berat badan stabil
jumlah, expire date,
Asites tidak ada
karakter dari cairan dan
Tidak ada edema perifer
kerusakan botol
Mata tidak cekung
Tentukan dan
persiapkan pompa infuse
3. Status Nutrisi :
IV
Asupan Makanan dan
Hubungkan
Cairan
botol dengan selang yang
Indikator :
tepat
Asupan makanan oral
Atur
Asupan makanan lewat
pemberian IV, sesuai resep,
slang
dan pantau hasilnya
Asupan cairan oral
Pantau
Nutrisi parenteral total
jumlah tetes IV dan tempat
15
infus intravena
Pantau
kepatenan IV sebelum
pemberian medikasi
intravena
Perhatikan
adanya kemacetan aliran
manajemen syok
Aktivitas :
Lakukan bed rest dan
kurangi aktivitas.
Monitor gejala tidak
adekuatnya oksigen
jaringan (pucat, sianosis,
dan rendahnya kapiler
refill).
Evaluasi efek dari
terapi cairan.
Monitor fungsi
gastrointestinal. (distensi
dan bunyi usus)
Pantau tingkat sters
pasien
manajemen elektrolit
Aktivitas :
Monitor serum elektrolit
abnormal
Monitor manifestasi
imbalance cairan
Berikan cairan sesuai
kebutuhan
Konsultasikan dengan
dokter tentang medikasi
elektrolit
Minimalkan konsumsi
oral
Berikan diet yang tepat
untuk mengatasi
imbalance cairan
16
Monitor respon cairan
untuk pemberian terapi
elektrolit
pemantauan elektrolit
Aktifitas:
Monitor jumlah serum
elektrolit
Monitor untuk
keseimbangan asam dan
basa perorangan
Monitor
nausea,muntah,dan diare
Monitor untuk tanda
dan gejala dari
hipokalemia
Monitor untuk tanda
dan gejala dari
hiperkalemia.
Monitor untuk tanda
dan gejala hipocalcemia.
Monitor untuk tanda
dan gejala hipercalcemia
.Monitor untuk tanda
dan gejala
hipomagnesemia
Monitor untuk tanda
dan gejala
hipermagnesemia
Monitor untuk tanda
dan gejala hipoposfatemia
Monitor untuk tanda
dan gejala hiperposfatemia
manajemen cairan
Aktivitas :
Tim
bang BB tiap hari
Hitu
ng haluran
Pert
ahankan intake yang
17
akurat
Pasa
ng kateter urin
Mo
nitor hasil lab. terkait
retensi cairan
(peningkatan BUN, Ht ↓)
Mo
nitor perubahan BB klien
sebelum dan sesudah
dialisa
Anj
urkan klien untuk intake
oral
Kon
sultasi dengan dokter, jika
gejala dan tanda
kehilangan cairan makin
buruk
Nas
ogastrik untuk mengganti
kehilangan cairan
manajemen cairan/
elektrolit
Aktivitas:
Monitor keabnormalan
level untuk serum
Promosikan intake oral
Beri serat pada selang
makan pasien untuk
mengurangi kehilangan
cairan dan elektrolit
selama diare
Pertahankan
keakuratan catatan intake
dan output
Monitor tanda dan
gejala retensi cairan
Monitor respon pasien
untuk memberikan terpi
elektrolit
18
Kaji sclera,kulit untuk
mencari indikasi
kekurangan keseimbangan
cairan dan elektrolit
Lakukan perkontrolan
kehilangan cairan
monitoring cairan
Aktivitas :
Kaji tentang riwayat
jumlah dan tipe intake
cairan dan pola eliminasi
Kaji kemungkinan
factor resiko terjadinya
imbalan cairan
Monitor membrane
mukosa, turgor dan rasa
haus
Pertahankan
keakuratan catatan intake
dan output
Catat adannya vertigo
Beri agen farmakoligis
untuk meningkatkan
output urin
Lakukan dialisa, catat
respon klien
3 Ketidakseimbangan 1. Status nutrisi Manajemen nutrisi
nutrisi kurang dari Aktivitas :
kebutuhan tubuh Intake nutrisi a. Menentukan, bekerjasama
Intake makan dan dengan diet sebagai jumlah
Faktor yang minum kalori yang tepat, dan jenis
berhubungan : Energi gizi yang diperlukan untuk
Massa tubuh memenuhi persyaratan gizi
1. Faktor Berat badan b. Memberikan makanan
biologi Tindakan biokimia ringan, bubur, dan hambar,
2. Faktor yang sesuai
ekonomi 2. Status nutrisi: c. Menyediakan pengganti
3. Ketidakma pemasukan makan gula, yang sesuai
mpuan dan minum d. Memastikan bahwa diet
memasukan Asupanmakananme termasuk makanan tinggi serat
makanan
19
laluioral untuk mencegah sembelit
4. Ketidakma
Asupan makanan e. Memantau rekaman
mpuan mencerna
melalui selang asupan gizi konten dan kalori
makanan
5. Faktor Asupancairanmelal f.Membantu pasien menerima
psikologi uioral bantuan dari program gizi
Asupan cairan masyarakat yang sesuai, yang
Asupan total diperlukan
parenteral nutrisi Monitor nutrisi
3. Status nutrisi:
pemasukan nutrisi Aktivitas:
Intake kalori
a. Pasien yang berat
Intake protein
dengan interval yang
Intake lemak
spesifik
b. Pantau
Intake karbohidrat
kecenderungan-
Intake vitamin
kecenderungan
Intake mineral
kehilangan dan kelebihan
Intake zat besi
berat badan
Intake kalsium
c. Pantau interaksi
4.Kontrol berat badan orangtua dan anak ketika
Monitor berat memberimakan, secara
badan tepat
Menjaga asupan d. Pantau lingkungan
kalori harian yang ketika makan
optimal e. Rencanakan tindakan
Mempertahankan dan prosedur pada waktu-
keseimbangan cairan waktu lain selain waktu
Mengenali tanda- makan
tanda dan gejala f. Pantau turgor kulit
ketidakseimbangan secara tepat
elektrolit g. Pantau kekeringan,
rambut tipis yang mudah
tercabut
h. Pantau mual dan
muntah
i. Pantau ukuran lipatan
kulit: lipatan kulit triceps,
lingkar otot lengan,
lengkar lengan
j. Pantau albumin,
protein total hemoglobin,
dan level hematocrit
20
k. Pantau limfosit dan
level elektroli
l. Pantau pucat,
kemerahan, konjungtiva
kering
m. Catat adanya lukan,
edema, dan papila
hiperemsis dan hipertropis
pada lidah dan kavitas
oral
n. Sediakan makanan
bernutrisi dan cairan,
secara tepat
24
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily, dkk. 2002 . Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Edisi 3. Jakarta : EGC.
Budi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Penyakit Hisprung. Diakses dari
http://www.mediakeperawatan.com/?id=budixbn.
Behrman, Kliegman & Arvin, Nelson. 1996. Nelson Textbook og pediatrics. 15/E.
Aesulapius FKUI.
M. Bulechek.G., K. Butcher. Howard. McCloskey. D. J. (2008). Nursing
clinical#a0216 .
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC.
Sue Moorhead, Johnson M, Meridean L.M., Swanson E. (2008). Nursing Outcomes
EGC.
Yuda. 2010. Penyakit Megacolon. Diakses dari http://dokteryudabedah.com/wp-
content/uploads2010/01/mega-colon
25