Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KEPERAWATAN ANAK
“HIRSCHPRUNG”
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
AGNES IRMADANI (RSPN)
CHETRIN IGA (RSPN)
DWI NOVIANTI (RSPN)
FITRI NUR IKA(RSPN)
KRISTINA RATIH D.S (RSPN)
SISKA RISA (RSPN)
STEPHINA SARI (RSPN)
WINDRA (RSPN)
YOHANES TOMMY (RSPN)
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Zuelser dan Wilson (1948) mengemukakan bahwa pada dinding usus yang
menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis.Sejak saat itu penyakit ini
lebih di kenal denganistilah aganglionosis kongenital. Pasien dengan penyakit
hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada tahun 1691, tetapi
yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang mendeskripsikan
megakolon kongenital pada tahun 1863.Namun patofisiologi terjadinya penyakit
ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana Robertson dan
Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan ini
disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion
(Kartono, 1993)
2.3 Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu
sendiri adalah diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering
terjadi pada anak dengan Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa
embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan
sub mukosa dinding plexus.
2.4 Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam
pertama setelah lahir.Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur
dengan cairan empedu dan distensi abdomen. (Nelson, 2000 : 317). Gejala
Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan
Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai
berikut.Obstruksi total saat lahir dengan muntaah, distensi abdomen dan
ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi meconium diikuti
obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi
selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut.
Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan
demam.Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan
tanda yang khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi
abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson, 2002 :
317 ).
Anak – anak
a. Konstipasi
b. Tinja seperti pita dan berbau busuk
c. Distenssi abdomen
d. Adanya masa difecal dapat dipalpasid
e. Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi
(Betz cecily & sowden, 2002 : 197).
2.5 Komplikasi
a. Obstruksi usus
b. Konstipasi
c. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
d. Entrokolitis
e. Struktur anal dan inkontinensial ( pos operasi ) ( Betz cecily & sowden,
2002 :197)
2.6 Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa
kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian
proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya
evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga
mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya
akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal
sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily &
Sowden,2002:197). Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus
berguna untuk control kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal.Isi
usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah
tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap
daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut
melebar ( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ).
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa
ditemukan :
a. Daerah transisi
b. Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang
menyempit
c. Entrokolitis padasegmen yang melebar
d. Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam ( Darmawan K, 2004 : 17)
2. Biopsi isap
Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan
mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, 2004 :17 )
3. Biopsi otot rectum
Yaitu pengambilan lapisan otot rectum
4. Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada
penyakit ini khas terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase
( Darmawan K, 2004 :17 )
5. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus ( Betz, cecily
& Sowden, 2002 : 197 )
6. Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja
yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja,
kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan
akan terjadi pembusukan.
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus
besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus
besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal. Ada dua tahapan
dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a. Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk
melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus
besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
b. Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak
mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi
pertama ( Betz Cecily & Sowden 2002 : 98 ). Ada beberapa prosedur
pembedahan yang dilakukan seperti Swenson,Duhamel, Boley & Soave.
Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling sering dilakukan
terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana mukosa
aganglionik telah diubah ( Darmawan K 2004 : 37 )
2.9 Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya
bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama
antara lain :
a. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada
anak secara dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang
( FKUI, 2000 : 1135 )
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak
– anak dengan mal nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai
status fisiknya meningkat.Hal ini sering kali melibatkan pengobatan
simptomatik seperti enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat,
tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi
parenteral total ( NPT )
2.10 Konsep Tumbuh Kembang
Konsep tumbuh kembang anak difokuskan pada usia todler yakni 1 – 3
tahun bisa juga dimasukkan dalam tahapan pre operasional yakni umur 2 –
7 tahun. Menurut Yupi. S ( 2004 ) berdasarkan teori peaget bahwa masa ini
merupakan gambaran kongnitif internal anak tentang dunia luar dengan
berbagai kompleksitasnya yang tumbuh secara bertahap merupakan suatu
masa dimana pikiran agak terbatas.
Anak mampu menggunakan simbul melalui kata – kata, mengingat
sekarang dan akan datang. Anak mampu membedakan dirinya sendiri
dengan objek dalam dunia sekelilingnya baik bahasa maupun pikiranya
bercirikan egesenterisme, ia tidak mahu menguasai ide persamaan terutama
berkaitan dengan masalah–masalah secara logis, tetapi dalam situasi
bermain bebas ia cenderung untuk memperlihatkan perilaku logis dan
berakal sehat pada tahap ini akan mulai mengenal tubuhnya ]
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat
diukur dengan ukuran berat ( gram, pounnd, kilogram). Ukuran panjang
( cm, meter ). Umur tulang dan keseimbangan metabolic ( retensi kalium
dan nitrogen tubuh ). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan
dalam struktur dan fungsi yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan ( Soetjiningsih,
1998: 1 ).
Pada pertumbuhan fisik dapat dinilai pertambahan berat badan
sebanyak 2,2 Kg/ tahun dan tinggi badan akan bertambah kira – kira 7,5
cm/ tahun. Proporsi tumbuh berubah yaitu lengan dan kaki tumbuh lebih
cepat dari pada kepala dan badan lorosis lumbal pada medulla spinalis
kurang terlihat dan tungkai mempunyai tampilan yang bengkok. Lingkar
kepalameningkat 2,5 cm/ tahun dan fontanella anterior menutup pada usia
15 bulan. Gigi molar pertama dan molar kedua serta gigi taring mulai
muncul ( Betz& Sowden, 2002: 546 ).
Strategi Pengurangan Dampak Hospitalisasi Pada Usia Todler
Pada usia todler anak cenderung egosentris maka dalam menjelaskan
prosedur dalam hubungan dengan cara apa yang akan anak lihat, dengar,
bau, raba dan rasakan. Katakan pada anak tidak apa- apa menangis atau
gunakan ekspresi verbal untuk mengatakan tidak nyaman.
Pada usia ini juga mengalami keterbatasan kemampuan berkomunikasi
lebih sering menggunakan perilaku atau sikap. Sedikit pendekatan yang
sederhana menggunkan contoh peralatan yang kecil ( ijinkan anak untuk
memegang peralatan ) menggunakan permainan.
Pada usia ini menjadikan hubungan yang sulit antara anak dengan
perawat diperlukan orang tua pada keadaan ini, apapun cara yang
dilakukan anaka harus merupakan pertimbangan pertama. Ibu harus
didorong untuk tinggal atau paling sedikit mengunjungi anaknya sesering
mungkin ( Yupi, S 2004).
2.11 Asuhan Keperawatan secara Teoritis
Menurut Suriadi (2001:242) fokus pengkajian yang dilakukan pada
penyakit hischprung adalah :
Menurut Suriadi (2001:242) fokus pengkajian yang dilakukan pada
penyakit hischprung adalah :
1. Riwayat pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama setelah lahir,
biasanya ada keterlambatan
2. Riwayat tinja seperti pita dan bau busuk.
3. Pengkajian status nutrisi dan status hidrasi.
a. Adanya mual, muntah, anoreksia, mencret
b. Keadaan turgor kulit biasanya menurun
c. Peningkatan atau penurunan berat badan.
d. Penggunaan nutrisi dan rehidrasi parenteral
4. Pengkajian status bising usus untuk melihat pola bunyi hiperaktif pada
bagian proximal karena obstruksi, biasanya terjadi hiperperistaltik
usus.
5. Pengkajian psikososial keluarga berkaitan dengan
a. Anak : Kemampuan beradaptasi dengan penyakit, mekanisme
koping yang digunakan.
b. Keluarga : Respon emosional keluarga, koping yang digunakan
keluarga, penyesuaian keluarga terhadap stress menghadapi
penyakit anaknya.
6. Pemeriksaan laboratorium darah hemoglobin, leukosit dan albumin
juga perlu dilakukan untuk mengkaji indikasi terjadinya anemia,
infeksi dan kurangnya asupan protein.
Menurut Wong (2004:507) mengungkapkan pengkajian pada penyakit
hischprung yang perlu ditambahkan selain uraian diatas yaitu :
1. Lakukan pengkajian melalui wawancara terutama identitas, keluhan
utama, pengkajian pola fungsional dan keluhan tambahan.
2. Monitor bowel elimination pattern : adanya konstipasi, pengeluaran
mekonium yang terlambat lebih dari 24 jam, pengeluaran feses yang
berbentuk pita dan berbau busuk.
3. Ukur lingkar abdomen untuk mengkaji distensi abdomen, lingkar
abdomen semakin besar seiring dengan pertambahan besarnya distensi
abdomen.
4. Lakukan pemeriksaan TTV, perubahan tanda viatal mempengaruhi
keadaan umum klien.
5. Observasi manifestasi penyakit hirschprung.
a. Periode bayi baru lahir
1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24 -48 jam setelah lahir
2. Menolak untuk minum air
3. Muntah berwarna empedu
4. Distensi abdomen
b. Masa bayi
1. Ketidakadekuatan penembahan berta badan
2. Konstipasi
3. Distensi abdomen
4. Episode diare dan muntah
5. Tanda – tanda ominous (sering menandakan adanya enterokolitis :
diare berdarah, letargi berat)
c. Masa kanak –kanak
1. Konstipasi
2. Feses berbau menyengat dan seperti karbon
3. Distensi abdomen
4. Anak biasanya tidak mempunyai nafsu makan dan
pertumbuhan yang buruk
d. Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian
1. Radiasi : Foto polos abdomen yang akan ditemukan gambaran
obstruksi usus letak rendah
2. Biopsi rektal : menunjukan aganglionosis otot rectum
3. Manometri anorectal : ada kenaikan tekanan paradoks karena
rektum dikembangkan / tekanan gagal menurun. Lakukan
pengkajian fisik rutin, dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat
terutama yang berhubungan dengan pola defekasi.
Kaji status hidrasi dan nutrisi umum
Monitor bowel elimination pattern
Ukur lingkar abdomen
Observasi manifestasi penyakit hischprung
Periode bayi baru lahir
Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24 – 48 jam setelah
lahir
Menolak untuk minum air
Muntah berwarna empedu / hijau
Distensi abdomen
Masa bayi
Ketidakadekuatan penambahan berat badan
Konstipasi
Distensi abdomen
Episode diare dan muntah
Tanda – tanda ominous (sering menandakan adanya
enterokolitis)
Diare berdarah
Demam
Letargi berat
Masa kanak – kanak (gejala lebih kronis)
Konstipasi
Feses berbau menyengat seperti karbon
Distensi abdomen
Masa fekal dapat teraba
Anak biasanya mampu mempunyai nafsu makan &
pertumbuhan yang buruk
2.12 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan
makanan tak adekuat dan rangsangan mual, muntah.
2. Perubahan pola eliminasi (konstipasi) b.d Obstruksi ketidakmampuan
kolon mengevakuasi feces.
3. Resiko kekurangan volume cairan b.d muntah, diare dan pemasukan
terbatas karena mual.
4. Gangguan rasa nyaman b.d distensi abdomen ( Refluk peristaltik)
5. Nyeri akut b.d agens cedera biologis (obstruksi parsial pada dinding
usus)
6. Ansietas b.d prognosis penyakit, kurangnya informasi, rencana
pembedahan
7. Resiko tinggi infeksi b.d imunitas menurun
2.13 Intervensi Keperawatan
1. Manajemen Nutrisi (I.03119)
Observasi
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Identifikasi makanan yang disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium.
Terapeutik
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
2. Konstipasi (I.04160)
Observasi
Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar
Identifikasi pengobatan yang berefek pada kondisi
gastrointestinal
Monitor BAB
Monitor tanda dan gejala konstipasi
Terapeutik
Berikan air hangat setelah makan
Jadwalkan waktu defekasi
Sediakan makanan tinggi serat
Edukasi
Jelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan
keteraturan peristaltik usus
Anjurkan meningkatkan aktifitas fisik sesuai toleransi
Anjurkan penguranagan makanan yang meningkatkan
pembentukan gas
Anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung serat
Anjurkan meningkatkan asupan cairan jika tidak ada
kontraindikasi
Kolaborasi
Konsultasikan dengan tim medis tentang penurunan /peningkatan
frekuensi suara usus
Kolaborasi pemberian pencahar
3. Manajemen Cairan (I.03098)
Observasi
Monitor status hidrasi (mis, frek nadi, kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan
darah)
Monitor berat badan harian
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K,
Cl, berat jenis urin, BUN)
Monitor status hemodinamik (Mis. MAP, CVP, PCWP jika
tersedia)
Terapeutik
Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24 jam
Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
Berikan cairan intravena bila perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
4. Terapi Relaksasi (I. 09326)
Menggunakan teknik peregangan untuk mengurangi tanda dan gejala
ketidaknyamanan seperti nyeri, ketegangan otot, atau kecemasan.
Observasi
Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang menganggu kemampuan
kognitif
Identifikasiteknik relaksai yang pernah efektif digunakan
Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik
sebelumnya
Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
Monitor respon terhadap terapi relaksai
Terapeutik
Ciptakan lingkungan yang tenag dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
Gunakan pakaian longgar
Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan nalgesik
atau tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi
Jelaskan tujuan manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia
(mis. musik, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
Anjurkan mengambil posisi nyaman
Anjurkan rileks dan merasakan sensai relaksasi
Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam,
peregangan, atau imajinasi terbimbing)
5. Manajemen Nyeri (I. 08238)
Observasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respon nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetic
Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
6. Ansietas(I.09314)
Observasi
Monitor tanda tanda ansietas
Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Terapeutik
Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
Dengarkan dengan penuh perhatian
Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Pahami situasi yang membuat ansietas
Edukasi
Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami
Informasiakan secara faktual mengenai diagnosis,pengobatan
dan prognosis
Anjurkan keluarga tetap bersama pasien
3.2 Saran
Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui
tentang penyakit hsaprung. Walaupun dalam makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan,semoga bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily. L & Sowden,Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Edisi
6, Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Nuratif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Nanda dan
NIC NOC. Yogyakarta : Media Action
Wong,DonnaL. (2004).Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Edisi 4Jakarta : EGC.
Hidayat, Alimul Aziz. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, buku 2. Jakarta :
Salemba Medika
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC
Sacharin, Rosa M. 1993. Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2. Jakarta : EGC
Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 7. Jakarta : PT. Fajar
Interpratama
NANDANursing Diagnoses: Definitions & Classification 2018- 2020,Jakarta : EGC.
Nursing Interventions Classification ( NIC),Edisi keenam,Jakarta : EGC.
Nursing Outcomes Clasification (NOC),Edisi kelima