Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MAKALAH KELOMPOK

KEPERAWATAN ANAK

“HIRSCHPRUNG”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
AGNES IRMADANI (RSPN)
CHETRIN IGA (RSPN)
DWI NOVIANTI (RSPN)
FITRI NUR IKA(RSPN)
KRISTINA RATIH D.S (RSPN)
SISKA RISA (RSPN)
STEPHINA SARI (RSPN)
WINDRA (RSPN)
YOHANES TOMMY (RSPN)

PROGRAM STUDI KHUSUS

STIKES KENDEDES MALANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan


gangguan pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah
proksimal dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum.
Penyakit Hirschsprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat
muncul pada semua usia akan tetapi yang paling sering pada neonatus (Nurarif,
2013). Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel –
sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan
ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya
evakuasi usus spontan ( Betz,Cecily & Sowden : 2000 ).

Zuelser dan Wilson (1948) mengemukakan bahwa pada dinding usus yang
menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis.Sejak saat itu penyakit ini
lebih di kenal denganistilah aganglionosis kongenital. Pasien dengan penyakit
hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick Ruysch pada tahun 1691, tetapi
yang baru mempublikasikan adalah Harald Hirschsprung yang mendeskripsikan
megakolon kongenital pada tahun 1863.Namun patofisiologi terjadinya penyakit
ini tidak diketahui secara jelas. Hingga tahun 1938, dimana Robertson dan
Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai pada kelainan ini
disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus defisiensi ganglion
(Kartono, 1993)

Penyakit Hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana


tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon,
keadaan abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik
dan evakuasi usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak
mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian dapat menyebabkan
isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak adalion dan akhirnya feses dapat
terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan dilatasi usus
proksimal (Smeltzer, 2002)

Penyakit Hirschsprung terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran hidup


danmerupakan penyebab tersering obstruksi saluran cerna bagian bawah pada
neonatus. Penyakit yang lebih sering ditemukan memperlihatkan predominasi
pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan 4:1. Insidens
penyakit hirsprung bertambah pada kasus-kasus familial yang rata-rata mencapai
sekitar 6% (berkisar antara 2-18%). Insidens keseluruhan dari penyakit hisprung
laki-laki lebih banyak diserang dibandingkan perempuan ( 4: 1 ). Biasanya,
penyakit hisprung terjadi pada bayi aterm dan jarang pada bayi
prematur.Penyakit ini mungkin disertai dengan cacat bawaan dan termasuk
sindrom down, sindrom waardenburg serta kelainan kardiovaskuler.
(Munahasrini, 2012) Selain pada anak, penyakit ini ditemukan tanda dan gejala
yaitu adanya kegagalan mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-48 jam setelah
lahir, muntah berwarna hijau dan konstipasi faktor penyebab penyakit hisprung
diduga dapat terjadi karena faktor genetik dan faktor lingkungan.Oleh karena itu,
penyakit hisprung sudah dapat dideteksi melalui pemeriksaan yang dilakukan
seperti pemeriksaan radiologi, barium, enema, rectal biopsi, rectum, manometri
anorektal dan melalui penatalaksanaan dan teraupetik yaitu dengan pembedahan
dan colostomi. Sementara untuk distribusi ras setara untuk bayi berkulit putih
dan Amerika keturunan Afrika. Oleh karena itu, penyakit Hirschsprung sudah
dapat dideteksi melalui pemeriksaan yang dilakukan seperti pemeriksaan
radiologi, barium, enema, rectal biopsi, rectum, manometri anorektal dan melalui
penatalaksanaan dan teraupetik yaitu dengan pembedahan dan colostomi.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah
kedalam proses asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman
dalam memecahkan masalah pada gangguan Hisprung.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pengertian Hisprung
b. Mendeskripsikan etiologi Hisprung
c. Mendeskripsikan manifestasi klinik Hisprung
d. Mendeskripsikan patofisiologi Hisprung.
e. Mendeskripsikan komplikasi Hisprung.
f. Mendeskripsikan pengkajian Hisprung
g. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan Hisprung
h. Mendeskripsikan intervensi keperawatan Hisprung
i. Mendeskripsikan implementasi keperawatan Hisprung
j. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan Hisprung
1.3 Manfaat
Makalah ini semoga bermamfaat untuk memberikan informasi dan menambah
pengetahuan kepada para pembaca khususnya kepada mahasiswa ilmu
keperawatan mengenai penyakit hisprung. Makalah ini juga dibuat untuk
memenuhi syarat dalam proses pembelajaran pada mata kuliah keperawatan anak.
BAB II
TIN JAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
Penyakit hirschsprung (megakolon aganglionik kongenital) adalah
suatu kelainan bawaan berupa aganglionosis usus, yaitu tidak terdapatnya sel
ganglion parasimpatis auerbach dan meissner di kolon (Ngastiyah, 2005).
Kelainan ini dapat terjadi mulai dari kolon sampai usus halus Pembagian
hirschsprung berdasarkan panjang segmen yang terkena:

 Segmen pendek yaitu aganglionosis terjadi mulai dari anus sampai


sigmoid. Ini
 merupakan 70% dari kasus hirschsprung dan sering ditemukan pada anak
laki-laki.
 Segmen panjang yaitu jika aganglionosis melebihi sigmoid. Ditemukan
sama
 banyak antara laki-laki dan perempuan
 Hirschsprung total yaitu jika aganglionik mengenai seluruh kolon
 Hirschsprung universal yaitu jika aganglionik mengenai seluruh kolon
dan hamper seluruh usus.

2.2 Anatomi dan Fisiologi


Usus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan Panjang
sekitar 1,5 m yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani. Diameter usus
besarlebih besar daripada usus kecil yaitu sekitar 6,5 cm (2,5 inci), namun
semakin dekat dengan anus diameternya pun semakin kecil. Usus besar dibagi
menjadi sekum,kolon, dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan
apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau
tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileosekal mengendalikan aliran kimus
dari ileum ke dalam sekum dan mencegah terjadinya aliran balik bahan fekal
dari usus besar ke dalam usus halus.Kolon terbagi atas kolon asenden
tranversum, desenden, dan sigmoid. Kolonmembentuk kelokan tajam pada
abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut disebut dengan fleksura hepatika
dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan
membentuk lekukan berbentuk-S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri
sewaktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum. Bagian utama usus yang
terakhir disebut sebagai rektum dan membentang dari kolon sigmoid hingga
anus (muara kebagian luar tubuh). Satu inci terakhir dari rektum disebut
sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh otot sfingter ani eksternus dan
internus. Panjang rektum dan kanalis ani adalah sekitar 15 cm (5,9 inci).Usus
besar memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir
isi usus. usus besar yang paling penting adalah absorpsi air dan elektrolit.
Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses
yang sudah terdehidrasi sampai berlangsungnya defekasi. Kolon
mengabsorpsi sekitar 800 ml air per hari dengan berat akhir feses yang
dikeluarkan adalah 200 gram dan 80%-90% diantaranya adalah air. Sisanya
terdiri dari residu makanan yang tidak terabsorpsi, bakteri, sel epitel yang
terlepas, dan mineral yang tidak terabsorpsi.

2.3 Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu
sendiri adalah diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering
terjadi pada anak dengan Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa
embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan
sub mukosa dinding plexus.
2.4 Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam
pertama setelah lahir.Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur
dengan cairan empedu dan distensi abdomen. (Nelson, 2000 : 317). Gejala
Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan
Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai
berikut.Obstruksi total saat lahir dengan muntaah, distensi abdomen dan
ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi meconium diikuti
obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi
selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut.
Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan
demam.Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan
tanda yang khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi
abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson, 2002 :
317 ).
Anak – anak
a. Konstipasi
b. Tinja seperti pita dan berbau busuk
c. Distenssi abdomen
d. Adanya masa difecal dapat dipalpasid
e. Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi
(Betz cecily & sowden, 2002 : 197).
2.5 Komplikasi
a. Obstruksi usus
b. Konstipasi
c. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
d. Entrokolitis
e. Struktur anal dan inkontinensial ( pos operasi ) ( Betz cecily & sowden,
2002 :197)
2.6 Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa
kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian
proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya
evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga
mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya
akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal
sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily &
Sowden,2002:197). Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus
berguna untuk control kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal.Isi
usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah
tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap
daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut
melebar ( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ).
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa
ditemukan :
a. Daerah transisi
b. Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang
menyempit
c. Entrokolitis padasegmen yang melebar
d. Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam ( Darmawan K, 2004 : 17)
2. Biopsi isap
Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan
mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, 2004 :17 )
3. Biopsi otot rectum
Yaitu pengambilan lapisan otot rectum
4. Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada
penyakit ini khas terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase
( Darmawan K, 2004 :17 )
5. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus ( Betz, cecily
& Sowden, 2002 : 197 )
6. Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja
yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja,
kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan
akan terjadi pembusukan.
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus
besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus
besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal. Ada dua tahapan
dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a. Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk
melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus
besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
b. Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak
mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi
pertama ( Betz Cecily & Sowden 2002 : 98 ). Ada beberapa prosedur
pembedahan yang dilakukan seperti Swenson,Duhamel, Boley & Soave.
Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling sering dilakukan
terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana mukosa
aganglionik telah diubah ( Darmawan K 2004 : 37 )
2.9 Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya
bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama
antara lain :
a. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada
anak secara dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang
( FKUI, 2000 : 1135 )
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak
– anak dengan mal nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai
status fisiknya meningkat.Hal ini sering kali melibatkan pengobatan
simptomatik seperti enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat,
tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi
parenteral total ( NPT )
2.10 Konsep Tumbuh Kembang
Konsep tumbuh kembang anak difokuskan pada usia todler yakni 1 – 3
tahun bisa juga dimasukkan dalam tahapan pre operasional yakni umur 2 –
7 tahun. Menurut Yupi. S ( 2004 ) berdasarkan teori peaget bahwa masa ini
merupakan gambaran kongnitif internal anak tentang dunia luar dengan
berbagai kompleksitasnya yang tumbuh secara bertahap merupakan suatu
masa dimana pikiran agak terbatas.
Anak mampu menggunakan simbul melalui kata – kata, mengingat
sekarang dan akan datang. Anak mampu membedakan dirinya sendiri
dengan objek dalam dunia sekelilingnya baik bahasa maupun pikiranya
bercirikan egesenterisme, ia tidak mahu menguasai ide persamaan terutama
berkaitan dengan masalah–masalah secara logis, tetapi dalam situasi
bermain bebas ia cenderung untuk memperlihatkan perilaku logis dan
berakal sehat pada tahap ini akan mulai mengenal tubuhnya ]
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat
diukur dengan ukuran berat ( gram, pounnd, kilogram). Ukuran panjang
( cm, meter ). Umur tulang dan keseimbangan metabolic ( retensi kalium
dan nitrogen tubuh ). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan
dalam struktur dan fungsi yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan ( Soetjiningsih,
1998: 1 ).
Pada pertumbuhan fisik dapat dinilai pertambahan berat badan
sebanyak 2,2 Kg/ tahun dan tinggi badan akan bertambah kira – kira 7,5
cm/ tahun. Proporsi tumbuh berubah yaitu lengan dan kaki tumbuh lebih
cepat dari pada kepala dan badan lorosis lumbal pada medulla spinalis
kurang terlihat dan tungkai mempunyai tampilan yang bengkok. Lingkar
kepalameningkat 2,5 cm/ tahun dan fontanella anterior menutup pada usia
15 bulan. Gigi molar pertama dan molar kedua serta gigi taring mulai
muncul ( Betz& Sowden, 2002: 546 ).
 Strategi Pengurangan Dampak Hospitalisasi Pada Usia Todler
Pada usia todler anak cenderung egosentris maka dalam menjelaskan
prosedur dalam hubungan dengan cara apa yang akan anak lihat, dengar,
bau, raba dan rasakan. Katakan pada anak tidak apa- apa menangis atau
gunakan ekspresi verbal untuk mengatakan tidak nyaman.
Pada usia ini juga mengalami keterbatasan kemampuan berkomunikasi
lebih sering menggunakan perilaku atau sikap. Sedikit pendekatan yang
sederhana menggunkan contoh peralatan yang kecil ( ijinkan anak untuk
memegang peralatan ) menggunakan permainan.
Pada usia ini menjadikan hubungan yang sulit antara anak dengan
perawat diperlukan orang tua pada keadaan ini, apapun cara yang
dilakukan anaka harus merupakan pertimbangan pertama. Ibu harus
didorong untuk tinggal atau paling sedikit mengunjungi anaknya sesering
mungkin ( Yupi, S 2004).
2.11 Asuhan Keperawatan secara Teoritis
 Menurut Suriadi (2001:242) fokus pengkajian yang dilakukan pada
penyakit hischprung adalah :
Menurut Suriadi (2001:242) fokus pengkajian yang dilakukan pada
penyakit hischprung adalah :
1. Riwayat pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama setelah lahir,
biasanya ada keterlambatan
2. Riwayat tinja seperti pita dan bau busuk.
3. Pengkajian status nutrisi dan status hidrasi.
a. Adanya mual, muntah, anoreksia, mencret
b. Keadaan turgor kulit biasanya menurun
c. Peningkatan atau penurunan berat badan.
d. Penggunaan nutrisi dan rehidrasi parenteral
4. Pengkajian status bising usus untuk melihat pola bunyi hiperaktif pada
bagian proximal karena obstruksi, biasanya terjadi hiperperistaltik
usus.
5. Pengkajian psikososial keluarga berkaitan dengan
a. Anak : Kemampuan beradaptasi dengan penyakit, mekanisme
koping yang digunakan.
b. Keluarga : Respon emosional keluarga, koping yang digunakan
keluarga, penyesuaian keluarga terhadap stress menghadapi
penyakit anaknya.
6. Pemeriksaan laboratorium darah hemoglobin, leukosit dan albumin
juga perlu dilakukan untuk mengkaji indikasi terjadinya anemia,
infeksi dan kurangnya asupan protein.
 Menurut Wong (2004:507) mengungkapkan pengkajian pada penyakit
hischprung yang perlu ditambahkan selain uraian diatas yaitu :
1. Lakukan pengkajian melalui wawancara terutama identitas, keluhan
utama, pengkajian pola fungsional dan keluhan tambahan.
2. Monitor bowel elimination pattern : adanya konstipasi, pengeluaran
mekonium yang terlambat lebih dari 24 jam, pengeluaran feses yang
berbentuk pita dan berbau busuk.
3. Ukur lingkar abdomen untuk mengkaji distensi abdomen, lingkar
abdomen semakin besar seiring dengan pertambahan besarnya distensi
abdomen.
4. Lakukan pemeriksaan TTV, perubahan tanda viatal mempengaruhi
keadaan umum klien.
5. Observasi manifestasi penyakit hirschprung.
a. Periode bayi baru lahir
1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24 -48 jam setelah lahir
2. Menolak untuk minum air
3. Muntah berwarna empedu
4. Distensi abdomen
b. Masa bayi
1. Ketidakadekuatan penembahan berta badan
2. Konstipasi
3. Distensi abdomen
4. Episode diare dan muntah
5. Tanda – tanda ominous (sering menandakan adanya enterokolitis :
diare berdarah, letargi berat)
c. Masa kanak –kanak
1. Konstipasi
2. Feses berbau menyengat dan seperti karbon
3. Distensi abdomen
4. Anak biasanya tidak mempunyai nafsu makan dan
pertumbuhan yang buruk
d. Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian
1. Radiasi : Foto polos abdomen yang akan ditemukan gambaran
obstruksi usus letak rendah
2. Biopsi rektal : menunjukan aganglionosis otot rectum
3. Manometri anorectal : ada kenaikan tekanan paradoks karena
rektum dikembangkan / tekanan gagal menurun. Lakukan
pengkajian fisik rutin, dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat
terutama yang berhubungan dengan pola defekasi.
Kaji status hidrasi dan nutrisi umum
 Monitor bowel elimination pattern
 Ukur lingkar abdomen
 Observasi manifestasi penyakit hischprung
Periode bayi baru lahir
 Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24 – 48 jam setelah
lahir
 Menolak untuk minum air
 Muntah berwarna empedu / hijau
 Distensi abdomen
Masa bayi
 Ketidakadekuatan penambahan berat badan
 Konstipasi
 Distensi abdomen
 Episode diare dan muntah
 Tanda – tanda ominous (sering menandakan adanya
enterokolitis)
 Diare berdarah
 Demam
 Letargi berat
Masa kanak – kanak (gejala lebih kronis)
 Konstipasi
 Feses berbau menyengat seperti karbon
 Distensi abdomen
 Masa fekal dapat teraba
 Anak biasanya mampu mempunyai nafsu makan &
pertumbuhan yang buruk
2.12 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan
makanan tak adekuat dan rangsangan mual, muntah.
2. Perubahan pola eliminasi (konstipasi) b.d Obstruksi ketidakmampuan
kolon mengevakuasi feces.
3. Resiko kekurangan volume cairan b.d muntah, diare dan pemasukan
terbatas karena mual.
4. Gangguan rasa nyaman b.d distensi abdomen ( Refluk peristaltik)
5. Nyeri akut b.d agens cedera biologis (obstruksi parsial pada dinding
usus)
6. Ansietas b.d prognosis penyakit, kurangnya informasi, rencana
pembedahan
7. Resiko tinggi infeksi b.d imunitas menurun
2.13 Intervensi Keperawatan
1. Manajemen Nutrisi (I.03119)
Observasi
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium.
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
2. Konstipasi (I.04160)
Observasi
 Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar
 Identifikasi pengobatan yang berefek pada kondisi
gastrointestinal
 Monitor BAB
 Monitor tanda dan gejala konstipasi

Terapeutik
 Berikan air hangat setelah makan
 Jadwalkan waktu defekasi
 Sediakan makanan tinggi serat

Edukasi
 Jelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan
keteraturan peristaltik usus
 Anjurkan meningkatkan aktifitas fisik sesuai toleransi
 Anjurkan penguranagan makanan yang meningkatkan
pembentukan gas
 Anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung serat
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan jika tidak ada
kontraindikasi

Kolaborasi
 Konsultasikan dengan tim medis tentang penurunan /peningkatan
frekuensi suara usus
 Kolaborasi pemberian pencahar
3. Manajemen Cairan (I.03098)
Observasi
 Monitor status hidrasi (mis, frek nadi, kekuatan nadi, akral,
pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan
darah)
 Monitor berat badan harian
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K,
Cl, berat jenis urin, BUN)
 Monitor status hemodinamik (Mis. MAP, CVP, PCWP jika
tersedia)
Terapeutik
 Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24 jam
 Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
 Berikan cairan intravena bila perlu
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
4. Terapi Relaksasi (I. 09326)
Menggunakan teknik peregangan untuk mengurangi tanda dan gejala
ketidaknyamanan seperti nyeri, ketegangan otot, atau kecemasan.
Observasi
 Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang menganggu kemampuan
kognitif
 Identifikasiteknik relaksai yang pernah efektif digunakan
 Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik
sebelumnya
 Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
 Monitor respon terhadap terapi relaksai
Terapeutik
 Ciptakan lingkungan yang tenag dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
 Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
 Gunakan pakaian longgar
 Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
 Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan nalgesik
atau tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi
 Jelaskan tujuan manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia
(mis. musik, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
 Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
 Anjurkan mengambil posisi nyaman
 Anjurkan rileks dan merasakan sensai relaksasi 
 Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
 Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam,
peregangan, atau imajinasi terbimbing)
5. Manajemen Nyeri (I. 08238)
Observasi
 lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetic
Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
6. Ansietas(I.09314)
Observasi
 Monitor tanda tanda ansietas
 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Terapeutik
 Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Pahami situasi yang membuat ansietas
Edukasi
 Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami
 Informasiakan secara faktual mengenai diagnosis,pengobatan
dan prognosis
 Anjurkan keluarga tetap bersama pasien

7. Pencegahan Infeksi (I.14539)


Observasi
 Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
 Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi
 Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke pelayanan
kesehatan
Terapeutik
 Berikan suntikan pada pada bayi dibagian paha anterolateral
 Dokumentasikan informasi vaksinasi
 Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang terjadi, jadwal dan efek
samping
 Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah
 Informasikan imunisasi yang melindungiterhadap penyakit
namun saat ini tidak diwajibkan pemerintah
 Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus
 Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti
mengulang jadwal imunisasi kembali
 Informasikan penyedia layanan pekan imunisasi nasional yang
menyediakan vaksin gratis
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan

Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan


masalah. Baik masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah
pertumbuhan dan perkembangan anak dengan penyakit hisprung yaitu terletak
pada kebiasaan buang air besar. Orang tua yang mengusahakan agar anaknya
bisa buang air besar dengan cara yang awam akan menimbulkan masalah baru
bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang benar mengenai penyakit hisprung
harus difahami dengan benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis maupun
keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu terjalin hubungan
kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat maupun tenaga
medis lainnya dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.

3.2 Saran
Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui
tentang penyakit hsaprung. Walaupun dalam makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan,semoga bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily. L & Sowden,Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Edisi
6, Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Nuratif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Nanda dan
NIC NOC. Yogyakarta : Media Action
Wong,DonnaL. (2004).Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Edisi 4Jakarta : EGC.
Hidayat, Alimul Aziz. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, buku 2. Jakarta :
Salemba Medika
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC
Sacharin, Rosa M. 1993. Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2. Jakarta : EGC
Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 7. Jakarta : PT. Fajar
Interpratama
NANDANursing Diagnoses: Definitions & Classification 2018- 2020,Jakarta : EGC.
Nursing Interventions Classification ( NIC),Edisi keenam,Jakarta : EGC.
Nursing Outcomes Clasification (NOC),Edisi kelima

Anda mungkin juga menyukai