Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN HIRSCHSPRUNG
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 1
KELAS A SAMPAI KELAS D
Dosen Pembimbing : Nurul Haflah, S. Kep. Ns

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES FLORA MEDAN
TAHUN AJARAN 2020 / 2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan
kelainan tunggal. Jarang pada bayi premature atau bersamaan dengan kelainan bawaan
lain. Pada segmen aganglionosis dari anus sampai sigmoid lebih sering di temukan pada
anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Sedang kan kelainan yang melebihi
sigmoid bahkan seluruh kolon atau usus halus ditemukan sama banyak pada anak laki-
laki dan perempuan (Ngastiyah.1997).
Insidensi penyakit Hirschsprung tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1
diantara 5000 kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat
kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan
penyakit Hirschsprung. Kartono mencatat 20-40 pasien penyakit Hirschprung yang
dirujuk setiap tahunnya ke RSUPN Cipto Mangunkusomo Jakarta (Kartono,1993).
Menurut catatan Swenson, 81,1 % dari 880 kasus yang diteliti adalah laki-laki.
Sedangkan Richardson dan Brown menemukan tendensi faktor keturunan pada penyakit
ini (ditemukan 57 kasus dalam 24 keluarga). Beberapa kelainan kongenital dapat
ditemukan bersamaan dengan penyakit Hirschsprung, namun hanya 2 kelainan yang
memiliki angka yang cukup signifikan yakni Down Syndrome (5-10 %) dan kelainan
urologi (3%). Hanya saja dengan adanya fekaloma, maka dijumpai gangguan urologi
seperti refluks vesikoureter, hydronephrosis dan gangguan vesica urinaria (mencapai 1/3
kasus) (Swenson dkk,1990).
Pada tahun1886 Hirschsprung mengemukakan 2 kasus obstipasi sejak lahir yang
dianggapnya disebabkan oleh dilatasi kolon. Kedua penderita tersebut kemudian
meninggal. Dikatakannya pula bahwa keadaan tersebut merupakan kesatuan klinis
tersendiri dan sejak itu disebut penyakit hirscprung atau megakolon kongenital.
Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Herald Hirschsprung tahun 1886,
namun patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas hingga tahun
1938, dimana Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang dijumpai
pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal usus akibat
defisiensi ganglion (Kartono, 1993; Fonkalsrud, 1997; Lister, 1996).
Zuelser dan wilson (1948) mengemukakan bahwa pada dinding usus yang
menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis. Sejak saat tersebut penyaki ini lebih
dikenal dengan istilah aganglionosis kongenital. Pada pemeriksaan patologi anatomi dari
penyakit ini, tidak ditemukan sel ganglion Auerbach dan Meissner, serabut saraf menebal
dan serabut otot hipertrofik. Aganglionosis ini mulai dari anus ke arah oral.
Bodian dkk. Melaporkan bahwa segmen usus yang aganglionik bukan merupakan
akibat kegagalan perkembangan inervasi parasimpatik ekstrinsik, melainkan oleh karena
lesi primer sehingga terdapat ketidak seimbangan autonomik yang tidak dapat dikoreksi
dengan simpatektomi. Keterangan inilah yang mendorong Swenson melakukan
pengangkatan segmen aganglionik dengan preservasi spinkter ani (Swenson, 1990).
Okamoto dan Ueda lebih lanjut menyebutkan bahwa penyakit Hirschsprung terjadi akibat
terhentinya proses migrasi sel neuroblas dari krista neuralis saluran cerna atas ke distal
mengikuti serabut-serabut vagal pada suatu tempat tertentu yang tidak mencapai rektum
(Kartono,1993; Tamate dkk,1994; Fujimoto dkk,1996; Yamada,1999; Lee,2002).
B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi Hirschsprung?
b. Bagaimana Asuhan Keperawatan Hirschsprung?
C. Tujuan
Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah
kedalam proses asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam
memecahkan masalah pada gangguan Hisprung.
Tujuan Khusus :
a. Mendeskripsikan  pengertian Hirschsprung.
b. Mendeskripsikan jenis-jenis Hirschsprung.
c. Mendeskripsikan penyebab Hirschsprung.
d. Mendeskripsikan asuhan keperawatan Hirschsprung.
D. Manfaat
Manfaat Teoritis :
Sesuai dengan penulisan makalah yang membahas tentang Hirschsprung maka
manfaat pada pembuatan makalah ini untuk mengembangkan pengetahuan
masyarakat dan perawat.
Manfaat Praktis :
a. Bagi Pembaca
Makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengembangkan dan paham
akan perawatan Hirschsprung.
b. Bagi Penulis
Dengan melakukan pembutan makalah ini, penulis dapat mengetahui dan
memahami secara spesifik tentang Hirschsprung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Penyakit Hirschprung ( megakolon/aganglionic kongenital) adalah anomaly
kongnetal yang mengakibatkan obstruksi mekanik karena ketidak adekuatan motilitas
sebagian usus (Wong, Donna L 1996).
Penyakit Hisprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Penyakit ini
merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai persarafan (aganglionik).
Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak
mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus besar dalam
menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon). Panjang usus
besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu.
Hisprung atau megakolon kongenital adalah penyakit bawan kibat tisak
tercapainya pertumbuhan chepalocaudal Sel-sel parasimpatis myantericus pada segmen
usus bagian distl, terbanyak di rektosigmid. Sehingga tidak ad peristaltic pada usus yang
terkena dan menyebabkan fases tidak bias keluar sehingga terjadi obstruksi, dilatasi kolon
bgian proksimal dan hipertropi dingding ototnya sehingga terbentuk megakolon.
Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon. Dilihat
dari namanya penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai
persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah
atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi “kelumpuhan” usus
besar dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon).
Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk setiap individu.
Hisprung merupakan keadan tidak ada atau sedikitnya saraf  ganglion
parasimpatis pada plasma mianterkus dan kolon distalis, sehingga tidak ada peristaltic
pada area yang terkena, usus mengallami heperteroid dan dilatasi serta menimbulkan
distensi dan obstruksi abdomen.
B. Macam-macam Penyakit Hirschprung
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu :
a. Penyakit Hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70%
dari kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki
dibanding anak perempuan.
b. Penyakit Hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau
usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun prempuan (Ngastiyah,
1997 : 138).
C. Tanda dan Gejala
a) Tidak ada pengeluaran mekonium (keterlambatan > 24 jam)
b) Muntah berwarna hijau
c) Distensi abdomen, konstipasi.
d) Diare yang berlebihan yang paling menonjol dengan pengeluaran tinja / pengeluaran
gas yang banyak.
e) Riwayat adanya obstipasi pada waktu lahir
f) Distensi abdomen bertambah
g) Serangan konstipasi dan diare terjadi selang-seling
h) Terganggu tumbang karena sering diare
i) Feses bentuk cair, butir-butir dan seperti pita
j) Perut besar dan membuncit
D. Etiologi Hisprung
Penyakit Hirschsprung (megakolon aganglionik kongenital) merupakan obstruksi
mekanis yang disebabkan oleh ketidak adekuatan motilitas bagian usus. Penyakit ini
menempati seperempat dari keseluruhan kasus obstruksi neonatal kendati diagnosisnya
mungkin baru bisa ditegakkan kemudian dalam masa bayi atau kanak-kanak. Penyakit
Hirschsprung empat kali lebih sering mengenai bayi atau anak laki-laki dari pada
perempuan, mengikuti pola familial pada sejumlah kecil kasus dan cukup sering dijumpai
di antara anak-anak yang menderita sindrom Down. Insidensinya adalah 1 dalam 5000
kelahiran hidup. Bergantung pada gambaran klinisnya, penyakit ini bisa bersifat akut, dan
mengancam kehidupan pasiennya atau suatu kelainan yang kronis (Wong, Donna L.
2009).
Penyakit hirschsprung disebabkan aganglionosis meissner dan aurbach dalam
lapisan dinding usus, mulai dari spingter ani internus kea rah proximal, 70% terbatas
didaerah rektosigmoid, 10% sampai seluruh pylorus. Di duga terjadi karena factor
genetic. Sering terjadi pada anak dengan down syndrome, kegagalan sel neural pada masa
embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan
submukosa dinding plexus (sukardi, 2001).
Mungkin karena adanya kegagalan sel-sel ”Neural Crest” ambrional yang
berimigrasi ke dalam dinding usus atau kegagalan pleksus mencenterikus dan
submukoisa untuk berkembang ke arah kranio kaudal di dalam dinding usus, Disebabkan
oleh tidak adanya sel ganglion para simpatis dari pleksus Auerbach di kolon.
Sebagian besar segmen yang aganglionik mengenai rectum dan bagian bawah
kolon sigmoid dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon (Staf
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985 : 1134).
Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi
kraniokaudal pada nyenterik dan submukosa dinding pleksus (Suriadi, 2001 : 242).
E. Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan
primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen
aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar.
Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga
pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum
tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang
menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian
proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol
kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen
aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian
usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan
dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson ).
F. Manifestasi Klinis
Menurut (Suriadi, 2001 : 242) Manifestasi Klinis Terbagi menjadi :
a. Kegagalan lewatnya mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan.
b. Konstipasi kronik mulai dari bulan pertama kehidupan dengan terlihat tinja seperti
pita.
c. Obstruksi usus dalam periode neonatal.
d. Nyeri abdomen dan distensi.
e. Gangguan pertumbuhan.
Menurut (Mansjoer, 2000 : 380) Manifestasi Klinis Terbagi menjadi :
a. Obstruk total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evaluai
mekonium.
b. Keterlambatan evaluasi mekonium diikuti obstruksi periodic yang membaik secara
spontan maupun dengan edema.
c. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti
dengan obstruksi usus akut.
d. Konstruksi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Diare
berbau busuk dapat menjadi satu-satunya gejala.
e. Gejala hanya konstipasi ringan.
a) Masa Neonatal :
1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir.
2. Muntah berisi empedu.
3. Distensi abdomen
b) Masa bayi dan anak-anak :
1. Konstipasi
2. Diare berulang
3. Tinja seperti pita, berbau busuk
4. Distensi abdomen
5. Gagal tumbuh (Betz, 2002 : 197)
G. Komplikasi
Komplikasi menurut (Betz, 2002 : 197) :
a. Gawat pernapasan (akut)
b. Enterokolitis (akut)
c. Striktura ani (pasca bedah)
d. Inkontinensia (jangka panjang)
Komplikasi menurut (Suriadi, 2001 : 241) :
a. Obstruksi usus
b. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
c. Konstipasi
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik menurut (Ngatsiyah, 1997 : 139) :
a. Biopsi isap, yakni mengambil mukosa dan submukosa dengan alat penghisap and
mencari sel ganglion pada daerah submukosa.
b. Biopsy otot rectum, yakni pengambilan lapisan otot rectum, dilakukan dibawah
narkos. Pemeriksaan ini bersifat traumatic.
c. Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin dari hasil biopsy asap. Pada penyakit ini klhas
terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
d. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsy usus.
Pemeriksaan Diagnostik menurut (Betz, 2002 : 197) :
a. Foto abdomen ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
b. Enema barium ; untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
c. Biopsi rectal ; untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
d. Manometri anorektal ; untuk mencatat respons refleks sfingter interna dan eksterna.
I. Pemeriksaan Fisik
Pada neonatus biasa ditemukan perut kembung karena mengalami obstipasi. Bila
dilakukan colok dubur maka sewaktu jari ditarik keluar maka feses akan menyemprot
keluar dalam jumlah yang banyak dan tampak perut anak sudah kembali normal.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui bau dari feses, kotoran yang menumpuk dan
menyumbat pada usus bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.
J. Pemeriksaan patologi anatomi
Diagnosa histopatologi penyakit Hirschsprung didasarkan atas absennya sel
ganglion pada pleksus mienterik (Auerbach) dan pleksus sub-mukosa (Meissner).
Disamping itu akan terlihat dalam jumlah banyak penebalan serabut syaraf
(parasimpatis). Akurasi pemeriksaan akan semakin tinggi jika menggunakan pengecatan
immunohistokimia asetilkolinesterase, suatu enzim yang banyak ditemukan pada serabut
syaraf parasimpatis, dibandingkan dengan pengecatan konvensional
dengan haematoxylin eosin. Disamping memakai asetilkolinesterase, juga digunakan
pewarnaan protein S-100, metode peroksidase-antiperoksidase dan pewarnaan enolase.
Hanya saja pengecatan immunohistokimia memerlukan ahli patologi anatomi yang
berpengalaman, sebab beberapa keadaan dapat memberikan interpretasi yang berbeda
seperti dengan adanya perdarahan (Cilley dkk,2001).
K. Penatalaksanaan
a. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus
besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar
sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a) Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan
obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk
mengembalikan ukuran normalnya.
b) Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak
mencapai sekitar 9 Kg atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama.
b. Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
a. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak
secara dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak
dengan malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya
meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema.
Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi
dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT ).
c. Pengobatan
Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera
dilakukan kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding
perut yang disambungkan dengan ujung usus besar, Pengangkatan bagian usus yang
terkena dan penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada saat anak
berusia 6 bulan atau lebih. Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis,
diberikan antibiotic.

Asuhan Keperawatan Mega Kolon


a. Pengkajian
Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
tanggal pengkajian, pemberi informasi antara lain :
a) Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, dan diagnosis medis.Masalah yang dirasakan klien yang sangat
mengganggu pada saat dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya,
sulit BAB, distensi abdomen, kembung, muntah.
b) Keluhan utama Klien
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen,
kembung, muntah.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir,
distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal. Tanyakan sudah berapa lama
gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya klien mengatasi masalah
tersebut.
d) Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan,
persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
e) Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.
f) Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan
rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
g) Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita
Hirschsprung.
h) Riwayat tumbuh kembang
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
i) Riwayat kebiasaan sehari-hari
        Meliputi – kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.
j) Riwayat kehamilan dan kelahiran
k) Prenatal
Adakah penyakit penyerta selama kehamilan seperti HT, penyakit jantung dll.
Bagaimana keadaan kehamilan ibu, diperiksakan atan tidak
l) Intranatal
Bagaimana proses persalianan ibu dan cara persalinan ibu
m) Post natal
Adakah masalah kesehatan pada bayi dan ibu setelah proses persalianan
b. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat capilary
refil, warna kulit, edema kulit.
b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c. Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal,
frekuensi denyut nadi / apikal.
d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e. Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya
kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan
karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.

c. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
a) Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi berhubungan dengan mekanik megakollon.
b) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat.
c) Kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan diare.
b. Post operasi
a) Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
b) Nyeri b/d insisi pembedahan
c)  Defisit pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan kolostomi.

b. Intervensi Keperawatan
Pre operasi

No Dx Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1. Konstipasi BAB lancar, dengan 1.   Bowel management :
berhubungan Kriteria Hasil : 1. Catat BAB terakhir
dengan mekanik 1. Faeses lunak dan 2. Monitor tanda dan gejala konstipasi
megakollon berbentuk 3. Monitor Feses : warna, Volume,
2. Anak tidak kesakitan frekuensi, Konsistensi BAB
saat BAB 4. Monitor bising usus
3. Mempertahankan 5. Anjurkan Keluarga untuk memberikan
bentuk feses setiap asupan Nutrisi yang tinggi serat
1-3 hari Bowel irrigation :
1. Jelaskan tujuan dari irigasi rektum.
2. Check order terapi
3. Jelaskan prosedur pada orangtua pasien
4. Berikan posisi yang sesuai
5. Cek suhu cairan sesuai suhu tubuh
6. Berikan jelly sebelum rektal
dimasukkan
7. Monitor effect dari irigasi.
Persiapan preoperative :
1. elaskan persiapan yang harus dilakukan
2. Lakukan pemeriksaan laboratorium:
darah rutin, elektrolit, AGD
3. Transfusi darah bila perlu.

2. Gangguan nutrisiSt Status nutrisi baik N Nutrision Management :   


kurang dari dengan kriteria: 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh -     1. Nutrisi terpenuhi 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
berhubungan 2. 2. Adanya Peningkatan menentukan jumlah kalori dan nutrisi
dengan intake Berat badan yang dibutuhkan pasien
yang tidak 3. 3. Berat badan ideal 3. Anjurkan Keluarga / Paien untuk
adekuat sesuai tinggi badan meningkatkan protein dan vitamin
4. Kaji nafsu makan, lakukan
pemeriksaan abdomen,adanya distensi,
hipoperistaltik.
5. Monitor intake dan output, berikan per
oral / cairan intra vena sesuai program
(hidrasi adalah masalah yang paling
penting selama masa anak-anak).
6. Sajikan makanan favorit anak, dan
berikan sedikit tapi sering.
7. Atur anak pada posisi yang nyaman
(fowler)
8. Timbang BB tiap hari pada skala yang
sama.
Nutrition Monitoring :
1. Monitor adanya penurunan BB anak
2. Monitor turgor kulit
3. Monitor intake kalori dan nutrisi
4. Monitor mual muntah
5. Monitor lingkungan selama makan
3. Kekurangan St Status hidrasi dengan Fluid Management :
volume cairan kriteria hasil : 1. Pertahankan intake dan output yang
berhubungan 1. Mempertahankan akurat
dengan mual, urine output sesuai 2. Monitor status hidrasi ( kelembapan
muntah dan diare dengan usia dan membran mukosa, nadi adekuat,tekanan
BB , BJ urie normal, darah ortostatik)
HT normal 3. Timbang berat badan tiap hari
2. Tekanan darah , 4. Kelola catatan intake dan output
nadi, suhu tubuh 5. Monitor hasil laboratorium yang
dalam batas normal menunjukkan retensi caira
3. Tidak ada tanda – 6. Monitor keadaan  hemodinamik
tanda dehidrasi 7. Monitor vital sign
Elastisitas turgor 8. Monitor tanda-tanda kelebihan atau
kulit baik, membran kekurangan volume cairan
mukosa lembab dan 9. Monitor terapi Intra  vena
tidak ada rsa haus 10. Berikan cairan dan intake oral
yang berlebihan 11. Kaji jumlah dan jenis  intake cairan
4. Mampu menjelaskan dan kebiasaan eliminasi
yang dapat 12. Kaji faktor resiko  terjadinya
dilakukan untuk ketidakseimbangan cairan
mengatasi 13. Monitor intake dan output
kehilangan cairan 14. Monitor serum, dan elektrolit
15. Managemen hipovolemi

Post Operasi
No Dx Tujuan dan Kriteria Intervesi
Hasil
1. Nyeri berhubungan L Level nyeri berkurang 1. Management nyeri :
dengan insisi dengan kriteria : 1. Kaji nyeri meliputi
pembedahan 1. Mampu mengenali karakteristik, lokasi, durasi,
nyeri ( skala intensitas, frekuensi, kualitas, dan faktor
frekuensi, dan tanda presipitasi
nyeri ) 2. Observasi ketidaknyamanan
2. Anak tidak rewel non verbal
3. Ekspresi wajah dan 3. Berikan posisi yang nyaman
sikap tubuh rileks 4. Anjurkan orangtua untuk
4. Vital sign dalam batas memberikan pelukan agar
normal anak merasa nyaman dan
tenang
5. Perhatikan lokasi nyeri
6. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
7. Tingkatkan istirahat
2  Teaching : 
1. Jelaskan pada orangtua
tentang proses terjadinya
nyeri
2. Pertahankan imobilisasi
bagian yang sakit
3. Evaluasi keluhan nyeri atau
ketidaknyamanan
4. Administrasi analgetik
5. Cek program medis tentang
jenis obat, dosis dan
frekuensi pemberian
6. Ikuti 5 benar sebelum
memberikan obat
7. Cek riwayat alergi
8. Monitor tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian obat
9. Dokumentasikan pemberian
obat

2. Gangguan integritas Resiko infeksi terkontrol 1. Infektion control :


kulit berhubungan Dengan kriteria : 1. Terapkan kewaspadaan
dengan kolostomi dan 1. Pasien bebas dari tanda universal cuci tangan
perbaikan dan gejala infeksi sebelum dan sesudah
pembedahan 2. Mendeskripsikan melakukan tindakan
proses penularan keperawatan
penyakit, faktor yang 2. Gunakan sarung tangan
mempengaruhi setiap melakukan tindakan
penularan serta 3. Proteksi infeksi
penatalaksanaannya 4. Monitor tanda-tanda infeksi
3. Menunjukkan lokal maupun sistemik
kemampuan untuk 5. Batasi pengunjung
mencegah timbulnya 6. Inspeksi kondisi luka insisi
infeksi operasi
4. Jumlah leukosit dalam 7. Inspeksi kulit dan membran
batas normal mukosa
5. Menunjukkan perilaku 8. Cuci tangan sebelum dan
hidup sehat sesudah melakukan tindakan
9. Ostomy  care
10.Bantu dan ajarkan keluarga
pasien untuk melakukan
perawatan kolostomi
11.Monitor insisi stoma
12.Pantau dan dampinggi
keluarga saat merawat
kolostomi
13.Irigasi stoma sesuai indikasi
14.Monitor produk stoma
15.Ganti kantong kolostomi
setiap kotor
16.Medikasi terapi
17. Beri antibiotik sesuai
anjuran dokter
18.Tingkatkan nutrisi
19.Monitor keefektifan terapi.
5.   Health education :
1. Ajarkan pada orang tua
tentang tanda-tanda infeksi
2. Ajarkan cara mencegah
infeksi
3. Ajarkan cara perawatan
colostomy
3. Defisiensi Orang tua tahu 1. Teaching : Disease Proces
pengetahuan b/d Perawatan anak dengan 1. Berikan penilaian tentang
kebutuhan irigasi, kriteria : tingkat pengetahuan keluarga
pembedahan dan 1. Keluarga menyatakan / pasien tentang proses
Perawatan colostomy pemahaman tentang penyakit yang spsifik
penyakit, kondisi, 2. Jelaskan patofisiologi dri
prognosis dan progam penyakit dan bagaimana hal
pengobatan ini berhubungan dengan
2. Keluarga mampu anatomi dan fisiologi dengan
menjelaskan kembali cara yang tepat
apa yang dijelaskan 3. Kaji pengetahuan pasien
perawat tentang penyakit.
3. Keluarga mampu -    2. Jelaskan tentang penyakit,
menyebutkan tindakan prosedur tindakan dan cara
keperawatan yang perawatan bersama dengan
harus dilakukan. dokter.
    3. Mampu menyebutkan -   3. Informasikan jadwal rencana
cara perawatan. operasi: waktu, tanggal, dan
tempat operasi, lama operasi.
-   4. Jelaskan kegiatan praoperasi :
anestesi, diet, pemeriksaan lab,
pemasangan infus, tempat
tunggu keluarga.
-    5. Jelaskan medikasi yang
diberikan sebelum operasi :
tujuan, efek samping.

2.  health education:


-    1. Jelaskan tindakan
keperawatan yang akan
dilakukan.
-    2. Jelaskan mengenai
penyakit,prosedur
tindakandancara perawatan
dengan dokter.
-    3. Lakukan diskusi dengan
keluarga pasien dengan penyakit
yang sama.
-    4. Jelaskan cara perawatan post
operatif.
c. Implementasi
Pelaksaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencaan. Dalam operasionalnya perawat merupan suatu tim yang
bekerja sama secara berkesinambungan dengan berbagai tim. Seluruh bagian keperawatan
atau catatan keperawatan (Nasrul Effendi, 1995).
d. Evaluasi
Pre operasi Hirschsprung
1. Pola eliminasi berfungsi normal
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
4. Nyeri pada abdomen teratasi
Post operasi Hirschsprung
1. Integritas kulit lebih baik
2. Nyeri berkurang atau hilang
3. Pengetahuan meningkat tentang perawatan pembedahan terutama pembedahan kolon

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit hisprung merupakan penyakit yang sering menimbulkan masalah. Baik
masalah fisik, psikologis maupun psikososial. Masalah pertumbuhan dan perkembangan
anak dengan penyakit hisprung yaitu terletak pada kebiasaan buang air besar. Orang tua
yang mengusahakan agar anaknya bisa buang air besar dengan cara yang awam akan
menimbulkan masalah baru bagi bayi/anak. Penatalaksanaan yang benar mengenai
penyakit hisprung harus difahami dengan benar oleh seluruh pihak. Baik tenaga medis
maupun keluarga. Untuk tecapainya tujuan yang diharapkan perlu terjalin hubungan kerja
sama yang baik antara pasien, keluarga, dokter, perawat maupun tenaga medis lainnya
dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.

B. Saran
Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang
penyakit hsaprung. Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA
Betz, Sowden, 2002, Keperawatan Pediatric Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Carpenito, 1998, Diagnosis Keperawatan, Editor Yasmin Asih, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-3.
Jakarta : EGC.
Ngastiyah, 1997. Media Aesculapius, Perawatan Anak Sakit, Kedokteran, edisi 3.  Jakarta: EGC
Swenson O, 1990. Raffensperger JG. Hirschsprung’s disease. In: Raffensperger
JG,editor.Swenson’s pediatric surgery. 5th ed. Connecticut: Appleton & Lange
Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Sri Kurnianingsih (Fd), Monica
Ester (Alih bahasa) edisi – 4 Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit. Jakarta :
EGC.
Carpenito , Lynda juall. 1997 . Buku saku Diagnosa Keperawatan.Edisi ke -^. Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-2 . Jakarta : FKUI .
Arief Mansjoer, 2001. Kapita Selekta Kedokteran, jilid III, Media Aaeculapius Fakultas
Kedokteran UI.  Jakarta
Wong, Donna L. 2002. Buku ajar Keperawatan Pediatrik. volume 2. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman klinis keperawatan pediatric. Sri kurnianingsih (Fd), Monica
Ester (Alih bahasa) edisi-4 Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai