Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN DENGUE DHF

DI SUSUN OLEH :

MUHAMMAD ZAKARIA (1130119001)


FETY SUSANTI C (1130119003)
NIEKE SAURIN (1130119007)
ZAHROIL MAKNUNAH (1130119015)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2O21
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Allah SWT yang telah memberi rahmat
dan karunia-Nya sehingga akep tentang “asuhan keperawatan pada pasien
Dengan dengue DHF” ini dapat terselesaikan. askep ini diajukan guna memenuhi tugas
mata kuliah keperawatan HIV-AIDS. Saya mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai
dengan waktunya. Resume ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
resume ini.Semoga resume ini memberikan informasi bagimasyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Surabaya, January 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar belakang.....................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI
A. konsep DHF.............................................................................................2
1. pengertian............................................................................................2
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Hematologi.........................................4
3. Sirkulasi Darah ...................................................................................5
4. Etiologi................................................................................................6
5. Klasifikasi DHF................................................................................10
6. Etiologi..............................................................................................11
7. Patofisikologi....................................................................................12
8. Komplikasi........................................................................................13
9. Pemeriksaan diagnosa.......................................................................14
10. Penatalaksanaan..............................................................................15
B. Asuhan keperawatan DHF....................................................................16
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan ......................................................................................21
3.2 Saran..................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue
(DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Nursalam, dkk, 2008).
Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian,
terutama pada anak. Penyakit ini juga sering menimbulkan kejadian luar biasa
atau wabah (Nursalam, dkk, 2008).
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) adalah virus dengue (Nursalam, dkk, 2008).
Demam Berdarah Dengue (DBD) ditandai oleh empat manifestasi klinis utama,
yaitu demam tinggi, fenomena hemoragik, sering dengan hepatomegali, dan
pada kasus berat, terjadi tanda – tanda kegagalan sirkulasi (WHO, 1999).
Menurut WHO (1999), pada tahun 1996, 2500 – 3000 juta orang tinggal di
area yang secara potensial beresiko terhadap penularan virus dengue. Setiap
tahun, diperkirakan terdapat 20 juta kasus infeksi dengue yang mengakibatkan
kira – kira 24 juta kematian (WHO, 1999).
Penyakit ini mempunyai pola epidemik berdasarkan musiman dan siklus
dengan wabah besar terjadi pada interval 2 – 3 tahun. Selama periode 1960 –
1970, 1.070.207 kasus dan 42.808 kematian dilaporkan dan sebagian besar
adalah anak – anak (WHO, 1999). Selama hampir sepanjang tahun 1980-an,
pada negara – negara endemik, seperti Cina, Indonesia, Malaysia, Myanmar,
Filipina, Thailand, dan Vietnam, DHF / DSS menyebar secara perifer dan
menyerang daerah pedesaan. Wabah yang sangat luar biasa besar yang terjadi
di Vietnam (354.517 kasus pada tahn 1987) dan Thailand (174.285 kasus pada
tahun 1987). Jumlah total orang yang terjangkit dan meninggal karena DHF /
DSS dilaporkan di semua negara Pasifik Barat dan Asia Tenggara selama
dekade 1980 – an diperkirakan 1.946.965 dan 23.793.

1
Dari data – data di atas, maka penulis mencoba menyusun makalah tentang
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan DHF sehingga diharapkan
mahasiswa/i dapat lebih memahami tentang penyakit DHF dan pada akhirnya
dapat menurunkan angka kejadian penyakit DHF di Indoensia.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan
DHF.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat mampu :
a. Menjelaskan pengertian DHF dengan baik
b. Menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem hematologi
dengan baik
c. Menyebutkan etiologi DHF dengan tepat
d. Menyebutkan klasifikasi DHF dengan tepat
Menyebutkan manifestasi klinis DHF dengan tepat
e. Menyebutkan komplikasi DHF dengan tepat
f. Menyebutkan pemeriksaan diagnostik untuk DHF dengan
tepat
g. Menyebutkan penatalaksanaan pasien dengan DHF
dengan tepat
h. Menjelaskan konsep dasar keperawatan DHF yang terdiri
atas : pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi dengan baik
i. Melakukan pengkajian pada pasien DHF dengan baik
j. Menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien DHF
dengan tepat
k. Membuat intervensi pada pasien DHF dengan tepat
l. Melaksanakan implementasi pada pasien DHf dengan
baik

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR MEDIS DENGUE


HAEMORRHAGIC FEVER (DHF )
1. Pengertian
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus denguesejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke
dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina).
(Effendy, 1995)
Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)) adalah
penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam,
nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama.
(Noer, 1999)
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit demam berat yang
sering mematikan disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas
kapiler, kelainan hemostatis, dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan
protein. (Behrman, et al, 2000)
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.(Nursalam, dkk, 2008)
Jadi, Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina) dan terdapat pada anak dan
dewasa.

3
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Hematologi
a. Pembuluh Darah

Dinding arteri terdiri atas tiga lapis, yaitu :


a. Tunika adventisia, lapisan terluar yang
terdiri atas jaringan ikat yang fibrus
b. Tunika media, lapisan tengah yang berotot
dan elastik
c. Tunika intima, lapisan dalam yang endotelial
2. Jenis – Jenis
a. Arteri dan Arteriol
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang membawa
darah keluar dari jantung, selalu membawa darah segar berisi O 2,
kecuali arteri pulmoner yang membawa darah ’kotor’ yang
memerlukan oksigenasi.
Arteri yang besar disebut Aorta yang diameternya ± 25 mm
(1 inchi) dan memiliki banyak sekali cabang. Arteri dan arteriol
berukuran 4 mm (0,16 inchi) saat mencapai jaringan.

4
Arteri dan arteriol memperoleh perdarahan dari sebuah sistem
pembuluh yang khusus, yang dikenal sebagai vasa vasorum;
keduanya juga disarafi oleh serabut – serabut saraf yang ramping
yang melingkari dinding pembuluh darah.

b. Vena dan Venula

Vena dan venula membawa darah ke arah jantung dan selalu


membawa darah yang miskin akan oksigen, kecuali vena
pulmoner.
Struktur dinding vena yang tipis dan sedikit ototnya
memungkinkan dinding vena mengalami distensi lebih besar
dibanding arteri.
Sistem saraf simpatis yang mempersarafi otot vena dapat
merangsang vena untuk berkontriksi sehingga menurunkan
volume vena dan menaikkan volume darah dalam sirkulasi
umum.

c. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil dan disitu
arteriol berakhir dan venula mulai (Pearce, 1997 : 145). Kapiler

5
membentuk jalinan pembuluh darah bercabang – cabang di dalam
sebagian besar jaringan tubuh.
Dinding kapiler tidak memiliki otot polos maupun adventisia
dan tersusun hanya oleh satu lapis sel endotel. Diameter kapiler ±
5 – 10 µm. Struktur dinding kapiler yang tipis ini memungkinkan
transpor nutrisi yang cepat dan efisien ke sel dan mengangkut sisa
metabolisme.

d. Pembuluh Limfe
Pembuluh limfe merupakan sistem kmpleks pembuluh
berdinding tipis yang mirip dengan kapiler darah. Pembuluh limfe
berfungsi untuk mengumpulkan cairan limfa dari jaringan dan
organ serta mengangkat cairan tersebut ke sirkulasi vena.

3. Sirkulasi Darah

Sirkulasi darah dalam tubuh ada dua, yaitu :


a. Sirkulasi Sistemik
Darah dari ventrikel kiri (jantung) → aorta → arteri → arteriola →
kapiler → venula → vena cava inferior dan superior → atrium kanan
(jantung)

6
b. Sirkulasi Pulmonal
Darah dari ventrikel kanan (jantung) → arteri pulmonalis → paru –
paru kanan dan kiri → vena pulmonalis → atrium kiri (jantung)
1. Kebutuhan Sirkulasi Jaringan
Presentasi aliran darah yang diterima oleh organ atau jaringan
tertentu ditentukan oleh kecepatan metabolisme jaringan, ketersediaan
oksigen, dan fungsi jaringan. Ketika terjadi peningkatan kebutuhan
metabolisme, pembuluh darah akan berdilatasi untuk meningkatkan
aliran O2 dan nutrisi ke jaringan. Apabila pembuluh darah gagal
berdilatasi, maka akan terjadi ischemic jaringan.

2. Aliran Darah
Aliran darah terjadi disebabkan karena perbedaan tekanan darah
antara sistem arteri (± 100 mmHg) dan vena (± 4 mmHg) dan cairan
selalu mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke tekanan rendah.

3. Tahanan Hemodinamika
Faktor terpenting pada sistem vaskuler yang menentukan tahanan
adalah jari – jari pembuluh darah. Peningkatan hematokrit yang sangat
tinggi dapat meningkatkan kekentalan darah dan menurunkan aliran
darah kapiler.

c. Darah
Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lain karena
berbentuk cairan. Darah diproduksi di sumsum tulang dan nodus limfa.
Cairan darah tersusun atas komponen – komponen, yaitu :

2. Serum Darah / Plasma


Serum atau plasma darah terdiri atas :
a. Air (91,0 %)
b. Protein (8,0 %) : Albumin, Globulin,
Protrombin, dan Fibrinogen

7
c. Mineral (0,9 %) : NaCl, Na2CO2, garam dan
kalsium, P, Mg, Fe
d. Bahan organik : glukosa, lemak, urea, asam
urat, kreatinin, kolesterol, asam amino
e. Gas : O2 dan CO2
1. Hormon – hormon
2. Enzim
3. Antigen
4. Sel Darah
Sel darah dibagi menjadi :
a. Sel darah merah (Eritrosit)
Bentuk eritrosit adalah cakram bikonkaf, cekung pada kedua
sisinya sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua
buah bulan sabit yang saling bertolak belakang.
Diameternya ± 8 µm.
Volume eritrosit sekitar 90 m 3 dan membrannya sangat tipis
sehingga O2 dan CO2 dapat dengan mudah berdifusi.
Eritrosit tersusun terutama oleh hemoglobin, yaitu protein
yang kaya akan zat besi (Pearce, 1997 : 134) sehingga
memungkinkan dapat menjalankan fungsi utamanya sebagai
transport O2 antara paru dan jaringan.
Rata – rata panjang hidup eritrosit ± 115 hari. Sel menjadi
usang dan dihancurkan dalam sistema retikulo-endotelial,
terutama dalam limfa dan hati. Bila terjadi perdarahan,
maka eritrosit dan Hb hilang. Pada perdarahan sedang,
eritrosit diganti dalam waktu beberapa minggu berikutnya.
Namun, apabila kadar Hb turun sampai 40 % atau di
bawahnya, maka perlu transfusi darah. Nilai normal eritrosit
adalah 4.500.000 – 5.500.000 / mm3.

b. Sel darah putih (Leukosit)

8
Nilai normal leukosit adalah 5.000 – 10.000 / mm 3.
Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap invasi
bakteri atau benda asing. Leukosit dibagi dalam dua
kategori, yaitu :
a) Granulosit (60 %)
Granulosit ditentukan oleh adanya granula dalam
sitoplasmanya. Diameternya 2 – 3 kali dari eritrosit.
Granulosit dibagi dalam tiga sub grup, yaitu :
 Eosinofil : granula
berwarna merah terang dalam sitoplasmanya
 Basofil : granula berwarna
biru
 Netrofil : granula
berwarna ungu pucat
Eosinofil dan Basofil berfungsi sebagai tempat
penyimpanan berbagai material biologis kuat, seperti
histamin, serotonin, dan heparin.
3. Leukosit Mononuklear (Agranulosit) (40 %)
Agranulosit merupakan leukosit dengan inti satu lobus dan
sitoplasmanya bebas granula. Agranulosit terdiri atas :
1. Limfosit
Dalam darah orang dewasa terdapat 30 % limfosit. Limfosit
diproduksi oleh nodus limfe dan jaringan limfoid usus, limfa, dan
kelenjar timus dari sel prekursor yang berasal sebagai sel stem
sumsum. Limfosit berfungsi untuk menghasilkan substansi yang
membantu penyerangan benda asing. Limfosit dapat
dikelompokan menjadi :
a. Limfosit T yang berfungsi untuk membunuh sel secara
langsung atau menghasilkan berbagai limfokin, yaitu suatu
substansi yang memperkuat aktivitas sel fagositik.
b. Limfosit B yang berfungsi untuk menghasilkan antibodi.
2. Monosit

9
Dalamdarah orang dewasa terdapat 5 % monosit. Monosit
diproduksi oleh sumsum tulang dan dapat berubah menjadi
histiosit jaringan, termasuk sel Kupfer di hati, makrofag
peritoneal, makrofag alveolar, dan komponen lain sistem
retikuloendotelial.

b) Butir pembeku (Trombosit)


Nilai normal trombosit adalah 150.000 – 450.000 / mm 3.
Trombosit merupakan partikel kecil dengan diameter 2 – 4 µm
yang terdapat dalam sirkulasi plasma darah. Trombosit
dibentuk oleh fragmentasi sel raksasa sumsum tulang
(megakariosit) dan produksi trombosit diatur oleh
tromboprotein.
Trombosit berperan dalam mengontrol perdarahan. Apabila
terjadi cedera vaskuler, maka trombosit menggumpal pada
tempat cedera tersebut. Substansi yang dilepaskan dari granula
trombosit dan sel darah lainnya menyebabkan trombosit
menmpel satu sama lain dan membentuk tambalan / sumbatan.
Substansi lain dilepaskan dari trombosit untuk mengaktifasi
faktor pembekuan dalam plasma darah.

Pembekuan darah adalah proses dimana komponen cairan


darah ditransformasi menjadi material semisolid yang
dinamakan bekuan darah (Smeltzer & Bare, 2001 : 930).
Bekuan darah tersusun terutama oleh sel – sel darah yang
terperangkap dalam jaring – jaring fibrin. Faktor pembekuan
darah terdiri dari
a. Faktor I : Fibrinogen
b. Faktor II : Protrombin
c. Faktor III : Tromboplastin jaringan
d. Faktor IV : Kalsium
e. Faktor V : Labil

10
f. Faktor VII : Faktor stabil
g. Faktor VIII: Faktor antihemofilik
h. Faktor IX : Faktor Christmas
i. Faktor X : Faktor Stuart - Power
j. Faktor XI : (anteseden) Plasma tromboplastin
k. Faktor XII : Faktor Hageman
4. Etiologi
Etiologi dari DHF adalah virus dengue tipe1 – 4 (golongan
enthropoda bome golongan B) yang berbentuk batang, bersifat termolabil,
sensitif terhadap inaktivasi oleh dietil eter dan natrium dioksikolat, stabil
pada suhu 70OC yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
(betina).

5. Klasifikasi DHF
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) diklasifikasikan berdasarkan
derajat beratnya penyakit, secara klinis terbagi menjadi : ( WHO, 1986 )
l. Derajat I : demam, mual, muntah, anorexia, tanpa perdarahan
spontan, uji torniquet positif, trombositopenia, dan
hemokonsentrasi.
m. Derajat II : derajat I disertai perdarahan spontan pada kulit atau
tempat lain.
n. Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi, nadi cepat dan lemah,
tekanan darah lemah dan rendah, gelisah, sianotis di
sekitar mulut, hidung, dan ujung jari (tanda dini renjatan).
o. Derajat IV : renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah
tidak dapat diukur.

6. Patofisiologi
Hal pertama yang terjadi setelah virus masukke dalam tubuh penderita
adalah viremia yang menyebabkan penderita mengalami demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal – pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik –
bintik merah pada kulit (ptekie), hiperemi tenggorokan, dan hal lain yang

11
mungkin terjadi, seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran
hati (hepatomegali), dan pembesaran limfa (splenomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia,
serta efusi dan renjatan (syok).
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama, maka akan timbul
anoksia jaringan, metabolik asidosis, dan kematian.
Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut tiga faktor, yaitu :
perubahan vaskuler, trombositopenia, dan gangguan koagulasi.

7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF
dengan masa inkubasi antara 13 – 15 hari, antara lain :
2. Demam akut (suhu meningkat tiba – tiba)
3. Perdarahan pada kulit (ptekie, ekimosis, hematom)
4. Perdarahan, seperti epistaksis, hematemesis, hematuri, dan melena
5. Keluhan pada saluran pernapasan, seperti batuk, pilek, sakit waktu
menelan
6. Keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, anorexia, diare,
konstipasi
7. Keluhan sistem tubuh lain : nyeri atau sakit kepala; nyeri otot,
tulang, dan sendi; nyeri otot abdomen; nyeri ulu hati; pegal; kemerahan
pada kulit; kemerahan pada muka (flushing); pembengkakan sekitar
mata, lakrimasi, dan fotopobia; otot – otot sekitar mata sakit bila
disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal
8. Renjatan
8. Komplikasi
Komplikasi potensial yang mungkin terjadi :
9. Gagaljantung (CHF)

12
10. Gagalginjal (CRF)
11. Hipotensi
12. Sianosis hati
13. Stroke
14. Ensepalitis dengue
15. Edema paru
9. Pemeriksaan Diagnostik
16. Darah
Pada DHF umumnya dijumpai trombositopenia dan
hemokonsentrasi. Uji torniquet yang positif merupakan pemeriksaan
penting. Masa pembekuan masi dalam batas normal, tetapi masa
perdarahan biasanya memanjang.
Pada analisis kuantitatif ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX,
dan X. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia,
hiponatremia, serta hipokloremia. SGPT, SGOT, ureum, dan pH darah
meningkat sedangkan reserve alkali merendah.
17. Urine
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
18. Sumsum Tulang
Pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi
hiperseluler pada hari ke–5 dengan gangguan maturasi sedangkan
pada hari ke-10 biasanya sudah kembali normal untuk semua sistem.
19. Serologi
Uji serologi untuk infeksi dengue dapat dikategorikan atas dua
kelompok besar, yaitu :
1. Uji serologi memakai serum ganda
Serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalesen.
Pada uji ini yang dicari adalah kenaikan antibodi antidengue
sebanyak minimal empat kali. Termasuk dalam uji ini ialah
pengikatan komplemen (PK), uji neutralisasi (NT), dan uji dengue
blot.

13
2. Uji serologi memakai serum tunggal
Pada uji ini yang dicari adalah ada tidaknya atau titer tertentu
antibodi antidengue. Termasuk dalam golongan ini adalah uji
dengue blot yang mengukur antibodi antidengue tanpa memandang
kelas antibodinya; uji Ig M antidengue yang mengukur hanya
antibodi antidengue dari kelas Ig M.
20. Isolasi Virus
Bahan pemeriksaan adalah darah pasien, jaringan – jaringan, baik
dari pasien hidup (melalui biopsi) dan pasien meninggal (autopsi)

10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan DHF adalah sebagai berikut :
1. Lakukan tirah baring atau istirahat baring
2. Pemberian diet makanan lunak
3. Berikan minum banyak (2 – 2,5 liter / hari) dapat berupa : susu, teh
manis, sirup, dan beri penderita oralit.
4. Pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita
DHF
5. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl faali).
Ringer Laktat merupakan cairan intravena yang paling sering
digunakan karena mengandung Na+ 130 mEq / L, K+ 4 mEq / L,
korektor basa 28 mEq / L, Cl- 109 mEq / L, dan Ca2+ 3 mEq / L.
6. Monitor tanda – tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tekanan darah, dan
pernapasan); jika kondisi pasien memburuk, maka observasi ketat tiap
jam.
7. Periksa Hb, Ht, dan trombosit setiap hari.
8. Pemberian obat antipiretik.
Sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron
(kolaborasi dengan dokter). Dan juga pemberian kompres dingin atau
hangat.

14
9. Monitor tanda – tanda perdarahan lebih lanjut.
10. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi
sekunder (kolaborasi dengan dokter).
11. Monitor tanda – tanda dini renjatan, meliputi :
keadaan umum, perubahan tanda – tanda vital, hasil – hasil
pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
12. Apabila timbul kejang, dapat diberikan diazepam
(kolaborasi dengan dokter).
13. Transfusi darah bila penderita mengalami
perdarahan yang membahayakan.
Tindakan perawatan invasif :
a. Pemasangan infus untuk pemberian cairan melalui
intravena.
b. Pengambilan darah vena untuk pemeriksaan kimia atau
hematologi darah.
c. Pengambilan darah arteri untuk pemeriksaan Analisa Gas
Darah dengan menambahkan heparin ke dalam darah yang akan
diperiksa.
d. Pemasangan Nasogastric Tube (NGT) untuk mengeluarkan
cairan lambung pada perdarahansaluran pencernaan atas.

3. KONSEP DASAR KEPERAWATAN DENGUE HAEMORRHAGIC


FEVER(DHF)
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF, paling sering menyerang anak – anak dengan
usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama
orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

b. Keluhan Utama
Alasan / keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke
rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

15
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan
saat demam, kesadaran compos mentis. Turunnya panas terjadi antara
hari ke – 3 dan ke – 7, dan anak semakin lemah. Kadang – kadang
disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah,
anoreksia, diare / konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian,
nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau
hematemesis.

d. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita


Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bisa mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
e. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih, seperti air yang menggenang dan gantungan baju di
kamar.
f. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme : frekuensi,
jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun.
2) Eliminasi alvi (buang air besar).
Kadang – kadang anak mengalami diare / konstipasi. Sementara DHF
grade III – IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine (buang air kecil)
perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit / banyak, sakit / tidak. Pada
DHF grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat. Anak sering
mengalami kurang tidur karena mengalami sakit / nyeri otot dan
persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya
kurang.

16
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk
menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama
untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada
keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF,
keadaan fisik anak adalah sebagai berikut
a. Grade I : kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, tanda –
tanda vitadannadi lemah.
b. Grade II : kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan : ptekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur.
c. Grade III : kesadaran apatis, somnolen,
keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil, dan tidak teratur, serta tensi
menurun.
d. Grade IV :kesadaran coma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba,
tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat, dan kulit tampak biru.

1) Sistem Integumen
Adanya ptekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab. Kuku sianosis / tidak.
2) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy),
mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epsitaksis) pada
grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,
terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan

17
mengalami hiperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada
grade II, III, IV).
3) Dada
Bentuk simetris dan kadang – kadang terasa sesak. Pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi
pleura), rales +, ronchi + yang biasanya terdapat pada grade III dan
IV.
4) Abdomen
5) Mengalami nyeri
tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.
6) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, dan tulang.
e. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1) Hb dan PCV meningkat (≥ 20 %)
2) Trombositopenia (≤ 100.000 / ml)
3) Leukopenia (mungkin normal
atauleukositosis)
4) Ig D Dengue positif
5) Hasil pemeriksaan kimia darah
menunjukkan : hipoproteinemia, hipok loremia, dan hiponatremia.
6) Ureum dan pH darah mungkin
meningkat
7) Asidosis metabolik : pCO2< 35 – 40
mmHg dan HCO3 rendah
2. SGOT / SGPT mungkin meningkat

3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan peningkatan permeabilitas pembuluh darah.

18
b. Resiko tinggi terjadinya hipovolemik syok berhubungan
dengan berkurangnya volume intravaskular.
c. Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan penurunan
trombosit.
d. Gangguan aktivitas sehari – hari berhubungan dengan
kelemahan fisik.
e. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah, nyeri ulu hati.
4. Intervensi
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah.
Intervensi :
1) Monitor keadaan umum pasien.
2) Observasi tanda – tanda vital setiap 2 – 3
jam.
3) Perhatikan keluhan pasien, seperti mata
berkunang – kunang, pusing, lemah, ekstremitas dingin, dan sesak
napas.
4) Apabila terjadi tanda – tanda syok
hipovolemik, baringkan pasien terlentang tanpa bantal.
5) Pasang infus dan beri terapi cairan intravena
jika terjadi perdarahan (kolaborasi dengan dokter).
b. Resiko tinggi terjadinya hipovolemik syok berhubungan dengan
berkurangnya volume intravaskular.
Intervensi :
1) Kaji ulang keadaan umum klien.
2) Kaji dan observasi tanda – tanda vital.
3) Observasi tanda – tanda syok.
4) Berikan dan anjurkan klien banyak
minum.
5) Berikan cairan intravena sesuai program
dokter.

19
6) Kaji intake dan output serta catat pada
rekam medis.
7) Jelaskan pentingya cairan.
c. Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan penurunan trombosit.
Intervensi :
1) Monitor tanda – tanda perdarahan.
2) Monitor jumlah trombosit dan
hematokrit setiap hari.
3) Anjurkan klien untuk istirahat.
4) Jelaskan tentang trombosit pada klien
dan keluarga.
5) Libatkan keluarga untuk segera melapor
bila terjadi perdarahan yang lanjut.
6) Laporkan dan kolaborasi dengan tim
medis bila terjadi perdarahan lebih lanjut.
d. Gangguan aktivitas sehari – hari berhubungan dengan kelemahan
fisik.
Intervensi :
1) Kaji keluhan klien.
2) Kaji sejauh mana kemampuan klien
dalam melakukan aktivitas.
3) Bantu klien memenuhi kebutuhan
(mandi, makan, eliminasi) sesuai tingkat kemampuan / keterbatasan
klien.
4) Bantu klien untuk mandiri sesuai dengan
perkembangan kemajuan kondisi fisiknya.
5) Tempatkan / letakkan barang – barang di
tempat yang mudah dijangkau klien.
6) Jelaskan hal – hal yang dapat membantu
dan meningkatkan kekuatan fisik klien.
e. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah, nyeri ulu hati.

20
Intervensi :
1) Kaji keluhan mual, nyeri ulu hati, dan
nafsu makan klien.
2) Hidangkan makanan dalam bentuk
menarik, keadaan hangat, dan tidak dengan bau yang merangsang
mual.
3) Berikan makanan yang mudah ditelan
dan dicerna.
4) Berikan makan dalam porsi kecil dan
frekuensi sering.
5) Berikan motivasi pada klien untuk
makan.
6) Observasi dan catat jumlah makanan dan
minuman yang dihabiskan oleh klien setiap hari.
7) Jelaskan manfaat nutrisi / makanan dan
cairan.
8) Timbang berat badan bila
memungkinkan.
9) Laksanakan program pengobatan :
berikan terapi antisida (anti emetik).

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus denguesejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina).(Effendy,
1995)
Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)) adalah
penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam,
nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama.
(Noer, 1999)
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit demam berat yang
sering mematikan disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler,
kelainan hemostatis, dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan protein.
(Behrman, et al, 2000)

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat di baca dan dapat di pahami dan di laksanakan
dakam proses keperawatan DHF oleh perawat.

22

Anda mungkin juga menyukai