Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG

DEMAM KOMPLEKS DIRUANG RAWAT INAP SAFIR


RS PHC SURABAYA

DISUSUN OLEH :
SUTRISNO SUDIRJO
1120021020

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dan Asuhan keperawatan ini dibuat dan disusun sebagai bukti bahwa
telah mengikuti praktikum Profesi di Rumah Sakit PHC Surabaya di Ruang Safir
Nama Mahasiswa : Sutrisno Sudirjo
NIM : 1120021020
Kompetensi : Keperawatan Anak
Waktu Pelaksanaan : 11 Oktober- 6 Nopember 2021

Mahasiswa

Sutrisno Sudirjo (1120021020)

Mengetahui,

Kepala Ruangan Pembimbing Ruangan

( Mustika Ayu CPW, S. Kep ) ( Darma Sriati,S.Kep.,Ns )

Pembimbing Akademik

( (Imamatul Faizah, S.kep.,Ns.,M. Tr.Kep)


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam merupakan salah satu gejala yang menyertai penyakit infeksi, tetapi ada
beberapa kondisi yang tidak menjadi representasi infeksi seperti kasus dehidrasi. Kondisi
demam sebenarnya tidak berbahaya, tetapi jika demam tinggi dapat membahayakan anak.
Demam tinggi bisa menyebabkan kejang pada anak (Ngastiyah, 2005). Kejang demam
(febris convulsion/stuip/step) yaitu kejang yang timbul pada waktu demam yang tidak
disebabkan oleh proses di dalam kepala (otak: seperti meningitis atau radang selaput otak,
ensifilitis atau radang otak) tetapi diluar kepala misalnya karena adanya infeksi di saluran
pernapasan, telinga atau infeksi di saluran pencernaan. Biasanya dialami anak usia 6 bulan
sampai 5 tahun. Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38) (Riyadi, 2013).
Kondisi yang menyebabkan kejang demam antara lain: infeksi yang mengenai jaringan
ektrakranial seperti tonsilitis, ototis media akut, bronkitis. Adapun penyebab terjadinya
kejang demam, antara lain: obat-obatan, ketidakseimbangan kimiawi seperti hiperkalemia,
hipoglikemia dan asidosis, demam, patologis otak, eklampsia (ibu yang mengalami
hipertensi prenatal, toksimea gravidarum) (IDAI, 2013).
Badan penelitian kesehatan World Health Organitation (WHO) tahun 2013
memperkirakan terdapat lebih dari 21,65 juta penderita kejang demam dan lebih dari 216
ribu diantaranya meninggal dunia. Di negara Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan - 13
tahun dengan riwayat kejang, yang mengalami kejang demam sekitar 77% (WHO, 2013
dalam Untari 2015). Insiden terjadinya kejang demam diperkirakan mencapai 4-5 % dari
jumlah penduduk di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Namun di Asia
angka kejadian kejang demam lebih tinggi, seperti di Jepang dilaporkan antara 6-9%
kejadian kejang demam, 5-10% di India, dan 14% di Guam (Hernal, 2010). Di Kuwait dari
400 anak berusia 1 bulan-13 tahun dengan riwayat kejang, yang mengalami kejang demam
sekitar 77% (WHO, 2013). Angka Kejadian kejang demam tahun 2015 di Indonesia di
sebutkan terjadi pada 2-5% anak berumur 6 bulan sampai dengan 3 tahun dan 30%
diantaranya akan mengalami kejang demam berulang. Hampir 80% kasus adalah kejang
demam sederhana (kejang <15 menit, umum, tonik atau klonik, akan berhenti sendiri, tanpa
gerakan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam). Sedangkan 20% kasus merupakan kejang
demam kompleks (kejang >15 menit, fokal atau kejang umum didahului kejang parsial,
berulang atau lebih dari satu kali dalam 24 jam) (Udin, 2014).
Berdasarkan angka kejadian yang banyak terjadi di Indonesia sering terjadi saat demam
tidak ditangai dengan baik oleh orang tua, sepert tidak segera memberikan kompres pada
anak ketika terjadi kejang demam, tidak memberikan obat penurunan demam, dan sebagai
orang tua justru membawa anaknya ke dukun sehingga seing terjadi keterlambatan bagi
petugas dalam menangani yang berlanjut pada kejang demam. Adapun perilaku ibu pada
saat kejang berupa memasukkan sendok ke mulut anak, memberikan kopi saat anak kejang,
memasukkan gula ke dalam mulut anak, mengoleskan terasi dan bawang ke tubuh anak,
meletakkan jimat di tubuh anak. Perilaku demikian berdasarkan data Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) tercatat terjadi 35% dari kasus kejang demam yang ditangani dan hal itu
dapat lebih besar pada kasus kasus yang tidak tercatat (IDAI, 2013).
Data kejadian kejang demam di Indonesia masih terbatas. Insiden dan faktor predileksi
kejang demam di Indonesia sama dengan negara lain. Kira-kira satu sampai tiga anak
dengan kejang demam pernah mempunyai riwayat kejang demam sebelumnya, dengan
sekitar 75% terjadi pada tahun yang sama dengan kejang demam pertama, dan sekitar 90%
terjadi pada tahun berikutnya dengan kejang demam pertama. Dengan demikian, secara
kasar dapat diperkirakan bahwa prevalensi kejang demam pada anak di Indonesia cukup
banyak, mengingat banyak faktor predileksi yang dapat menyebabkan kejang demam (Udin,
2014)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka, didapatkan rumusan masalah bagaimana
asuhan keperawatan pada An dengan kejang demam kompleks.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mendefinisikan dan menemukan hal-hal baru dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak dengan kejang demam
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik pada anak dengan kejang deman di ruang Safir RS
PHC Surabaya
b. Untuk mengetahui etiologi pada anak dengan kejang demam di ruang Safir RS PHC
Surabaya
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada anak dengan kejang demam di ruang
Safir RS PHC Surabaya
d. Untuk mengetahi Asuhan Keperawatan pada anak dengan kejang deman di ruang
Safir RS PHC Surabaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Dasar Kejang Demam Kompleks
A. Pengertian Kejang Demam Komplek
Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat
singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktivitas yang abnormal serta adanya
pelepasam listrik serebral yang sangat berlebihan. Kejang demam adalah bangkitan kejang
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal >38°C) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium (Bararan & Jaumar, 2013).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38℃ biasanya
terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun. Sedangkan usia < 4 minggu dan pernah kejang tanpa
demam tidak termasuk dalam kategori ini. (Ridha,2017). Kejang demam yang sering
disebut step, merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi ataupun anak
mengalami demam tanpa infeksi sestem saraf pusat yang dapat timbul bila seorang anak
mengalami demam tinggi (Sudarmoko, 2013). Jadi bedasarkan uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38℃) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium terutama
pada anak umur 3 bulan- 5 tahun.
Kejang demam merupakan gangguan neurologis akut yang paling umum terjadi pada
bayi dan anak-anak disebabkan tanpa adanya infeksi sistem saraf pusat. Setiap anak dengan
kejang demam memiliki ambang kejang yang berbeda dimana anak dengan ambang kejang
yang rendah terjadi apabila suhu tubuh 38ºC tetapi pada anak yang memiliki ambang kejang
yang tinggi terjadi pada suhu 40ºC bahkan bisa lebih dari itu (Yunita et,al, 2012).
Kejang demam dibagi menjadi dua kelompok yaitu kejang demam sederhana dan kejang
demam kompleks. Kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung kurang dari
15 menit, kejang berisfat umum dan tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam kompleks
adalah kejang fokal atau parsial, berlangsung lebih dari 15 menit dan berulang dalam 24
jam (Nurarif & Kusuma, 2015).
Beberapa definisi diatas mengenai kejang demam penulis menarik kesimpulan bahwa
kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada saat demam yang dimana pada suhu
badan tinggi diatas 38ºC yang disebabkan oleh proses diluar otak yang disebut kelainan
ekstrakranial.
B. Etoiologi
Kejang demam disebabkan oleh kenaikan suhu tubuh yang muncul secara cepat yang
berkaitan dengan infeksi virus dan bakteri. Umumnya berlangsung singkat, dan mungkin
terdapat predisposisi familial. Dan beberapa kejadian kejang dapat berlanjut melewati masa
anak-anak dan mungkin dapat mengalami kejang non demam pada kehidupan selanjutnya
(Nurarif & Kusuma, 2015).
1. Beberapa faktor risiko berulangnya kejang yaitu:
2. Riwayat kejang dalam keluarga
3. Usia kurang dari 18 bulan
4. Tingginya suhu badan sebelum kejang makin tinggi suhu sebelum kejang demam,
semakin kecil kemungkinan kejang demam akan berulan.
5. Lamanya demam sebelum kejang semakin pendek jarak antar mulainya demam dengan
kejang, maka semakin besar risiko kejang demam berulang.
C. Tanda dan Gejala
Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Saat kejang, anak akan terlihat aneh
untuk beberapa saat, hilang kesadaran, tangan dan kaki kaku, tersentaksentak atau kelojotan,
dan mata berputar-putar sehingga hanya putih mata yang terlihat. Anak tidak responsive
untuk beberapa waktu, napas akan terganggu dan kulit akan tampak lebih gelap dari
biasanya. Namun, tidak seberapa lama kemudian, anak akan segera normal kembali
(Sudarmoko, 2017).
D. Klasifikasi
Ada 2 golongan kejang demam menurut (Ridha 2017)
a. Kejang demam sederhana
1) Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy
2) Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyakit apapun
3) Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6 tahun
4) Lamanya kejang berlangsung < 20 menit
5) Kejang tidak bersifat tonik klonik
6) Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
7) Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurology atau abnormalitas
perkembangan
8) Kejang tidak berulang dalam waktu singkat
9) Tanpa gerakan fokal dan berulang dalam 24 jam.
b. Bila kejang tidak memenuhi kriteria tersebut diatas, maka golongan sebagai kejang
demam kompleks. (Ridha, 2017)
E. Manifestasi Klinis
Kejang demam pada anak dapat terjadi bangkitan kejang dengan suhu tubuh mengalami
peningkatan yang cepat dan disebabkan karena infeksi di luar susunan saraf pusat seperti
otitis media akut, bronkitis, dan tonsilitis. Kejang demam biasanya juga terjadi dalam waktu
24 jam pertama pada saat demam dan berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat
berbentuk tonik-klonik, klonik, tonik dan fokal atau akinetik. Pada umumnya kejang demam
dapat berhenti sendiri dan pada saat berhenti, anak tidak dapat memberikan reaksi apapun
untuk sejenak tetapi setelah beberapa detik atau bahkan menit kemudian anak akan sadar
kembali tanpa adanya kelainan saraf (Ngastiyah, 2005). Sedangkan tanda dan gejala Kejang
Demam menurut Lestari (2016) sebagai berikut:
1. Suhu badan mencapai 39ºC
2. Saat kejang anak kehilangan kesadaran
3. Kadang-kadang napas dapat berhenti beberapa saat
4. Tubuh termasuk tangan dan kaki menjadi kaku, kepala terkulai kebelakang di susul
munculnya gejala kejut yang kuat.
5. Warna kulit berubah pucat bahkan kebiruan dan bola mata naik ke atas
6. Gigi terkatup dan terkadang disertai muntah

F. Patofisiologi
Pada keadaan demam, kenaikan suhu sebanyak 1℃ akan menyebabkan kenaikan
kebutuhan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat sebanyak 20%.
Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh,
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Pada kenaikan suhu tubuh tertentu
dapat menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan dari membran sel neuron. Dalam
waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran
tadi, akibatnya terjadinya lepasan muatan listrik. Lepasan muatan listrik ini dapat meluas ke
seluruh sel maupun membran sel tetangganya dengan bantuan neurotransmitter dan
terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung pada
tinggi atau rendahnya ambang kejang seseorang anak pada kenaikan suhu tubuhnya.
Kebiasaannya, kejadian kejang pada suhu 38ºC, anak tersebut mempunyai ambang kejang
yang rendah, sedangkan pada suhu 40º C atau lebih anak tersebut mempunyai ambang
kejang yang tinggi. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam
lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah (Ngastiyah, 2007).
G. PATHWAY

H. Pencegahan
Pencegahan kejang demam adalah tindakan menghilangkan penyebab ketidaksesuaian
yang potensial atau situasi yang tidak dikehendaki. Menurut Riyadi (2009) pencegahan
yang harus dilakukan pada anak yang mengalami kejang demam adalah sebagai berikut:
1. Imunisasi adalah dengan sengaja memasukkan vaksin yang berisi mikroba hidup yang
sudah dilemahkan pada balita yang bertujuan untuk mencegah dari berbagain macam
penyakit. Imunisasi akan memberikan perlindungan seumur hidup pada balita terhadap
serangan penyakit tertentu. Apabila kondisi balita kurang sehat bisa diberikan imunisasi
karena suhu badannya akan meningkat sangat tinggi dan berisiko mengalami kejang
demam. Berbagai jenis vaksin atau imunisasi yang saat ini dikenal dan diberikan kepada
balita dan anak adalah vaksin polio, vaksin DPT (difteria, pertusis dan tetanus), vaksin
BCG (Bacillus Calmette Guedrin), vaksin campak dan Hepatitis B.
2. Orang tua harus mengupayakan diri setenang mungkin dalam mengamati anak dengan
cara jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak karena benda tersebut justru
dapat menyumbat jalan napas, anak harus dibaringkan ditempat yang datar dengan
posisi menyamping bukan terlentang untuk menghindari bahaya tersedak, jangan
memegangi anak untuk melawan, jika kejang terus berlanjut selama 10 menit anak harus
segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat dan setelah kejang berakhir jika < 10 menit
anak perlu dibawa ke dokter untuk meneliti sumber demam terutama jika ada kekakuan
leher, muntah – muntah yang berat dan anak terus tampak lemas.
I. Penatalaksanaan
Menurut (Ngastiyah, 2014).terdapat 4 faktor untuk menangani kejang demam
diantaranya adalah pemberantasan kejang secepat mungkin, pengobatan peunjang,
memberikan pengobaan rumat serta mencari dan mengobati penyebab.
1) Penatalaksanaan di Rumah Sakit
- Memberantas kejang secepat mungkin
Pada saat pasien datang dalam keadaan kejang > 30 menit maka diberikan obat
diazepam secara intravena karena obat ini memiliki keampuhan sekitar 80-90% untuk
mengatasi kejang demam. Efek teraupetiknya sangat cepat yaitu kira-kira 30 detik - 5
menit. Efek samping obat diazepam ini adalah mengantuk, hipotensi, penekanan pusat
pernapasan, laringospasme dan henti jantung. Penekanan pusat pernapasan dan hipotensi
terutama terjadi bila sebelumnya anak telah mendapat fenobarbital. Diazepam diberikan
langsung tanpa larutan pelarut harus perlahan-lahan kira-kira 1 ml/menit dan pada bayi 1
mg diberikan dalam 1 menit.
Obat pilihan pertama untuk menanggulangi kejang status konvulsivus yang dipilih
para ahli adalah difenilhidantoin karena tidak menggangu kesadaran dan tidak menekan
pusat pernapasan, tetapi mengganggu frekuensi dan irama jantung. Dosisnya ialah 18
mg/kg BB dalam infus dengan kecepatan tidak melebihi 50 mg/menit. Dengan dosis
tersebut kadar teraupetik dalam darah akan menetap dalam 24 jam. Bila kejang tidak
dapat dihentikan dengan obat-obat tersebut di atas maka sebaiknya pasien dirawat di
ruangan ICU untuk diberikan anestesia umum
- pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan yaitu dengan melepas pakaian
ketat yang digunakan pasien, kepala pasien sebaiknya dimiringkan untuk mencegah
aspirasi isi lambung, usahakan agar jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan
oksigen dan bila perlu dilakukan inkubasi atau trakeostomi serta penghisapan lendir
harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen. Fungsi vital seperti kesadaran,
suhu, tekanan darah, pernapasan dan fungsi jantung diawasi secara ketat.
Berikut tindakan pada saat kejang:
a) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasangkan sudip lidih
yang telah dibungkus kasa atau bila ada guedel lebih baik
b) Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar pasien dan lepaskan pakaian yang
mengganggu pernapasan seperti ikat pinggang dan gurita
c) Bila suhu tinggi berikan kompres secara intensif
d) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum
e) Isap lendir sampai bersih, berikan oksigen boleh sampai 4L/menit dan jika pasien
upnea lakukan tindakan pertolongan.
- Pengobatan rumat
Pada saat kejang demam telah diobati kemudian diberikan pengobatan rumat.
Mekanisme kerja diazepam sangat singkat, yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah di
suntik. Oleh karena itu harus diberikan obat antiepiretik dengan daya kerja lebih lama
misalnya fenobarbital atau defenilhidantoin. Fenobarbital diberikan langsung setelah
kejang berhenti dengan diazepam. Dosis awal pada neonatus 30 mg, umur 1 bulan
sampai 1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun keatas 75 mg dan cara pemberiannya
intramuskular. Sesudah itu fenobarbital diberikan sebagai dosis rumat. Karena
metabolisme di dalam tubuh perlahan pada anak cukup diberikan dalam 2 dosis sehari
dan kadar maksimal dalam darah terdapat setelah 4 jam. Lanjutan pengobatan rumat
tergantung dari pada keadaan pasien. Pengobatan ini dibagi menjadi dua bagian yaitu
profilaksis intermiten dan profilaksis jangka panjang (Ngastiyah, 2005).
- Mencari dan mengobati penyebab
Etiologi dari kejang demam kompleks maupun epilepsi biasanya disebabkan oleh
infeksi pernapasan bagian atas serta otitis media akut. Cara untuk penanganan penyakit
ini adalah dengan 20 pemberian obat antibiotik yang adekuat perlu untuk mengobati
penyakit tersebut. Secara akademis pada pasien kejang demam yang baru datang untuk
pertama kalinya dilakukan pengambilan pungsi lumbal yang bertujuan untuk
menyingkirkan kemungkinan terdapat infeksi didalam otak seperti penyakit meningitis
(Ngastiyah, 2005).
2) penatalaksanaan di Rumah
Penatalaksanaan kejang demam menurut Wulandari & Erawati (2016), yaitu:
1. Saat timbul serangan kejang segera pindahkan anak ke tempat yang aman seperti di
lantai yang diberi alas lunak tapi tipis, jauh dari benda-benda berbahaya seperti gelas,
pisau.

2. Posisi kepala anak hiperekstensi, pakaian dilonggarkan. Jika takut lidah anak
menekuk atau tergigit maka diberikan tong spatel yang dibungkus dengan kassa atau
kain, kalau tidak ada dapat diberikan sendok makan yang dibalut dengan kassa atau
kain basah.
3. Ventilasi ruangan harus cukup. Jendela dan pintu di buka supaya terjadi pertukaran
oksigen lingkungan.
4. Kalau anak mulutya masih dapat dibuka sebagai pertolongan awal dapat diberikan
antipiretik sepertiaspirin dengan dosis 60 mg/ tahun/ kali (maksimal sehari 3 kal).
5. Jika memungkinkan sebaiknya oang tua atau pengasuh di rumah menyediakan
diazepam (melalui dokter keluarga) peranus sehingga saat serangan kejang anak
dapat segera diberikan.
6. Jika beberapa menit kemudian tidak membaik atau tidak tersedianya diazepam maka
segera bawa anak ke rumah sakit.
J. Komplikasi
1. Resiko kekambuhan kejang demam merupakan kejang demam yang terjadi kedua
kalinya sebanyak setengah dari pasien tersebut. Usia pada saat kejang demam pertama
merupakan faktor resiko yang paling penting dalam kekambuhan ini, karena semakin
muda usia pada saat kejang demam pertama, semakin tinggi resiko keambuhan terjadi
dan sebagai perbandingan, sebanyak 20% yang memiliki kekambuhan kejang demam
pertama adalah usia tua lebih dari 3 tahun (Nurindah, 2014).
2. Resiko epilepsi merupakan resiko mengembangnya kejang setelah terjadi kejang demam
dan berdampak pada keterlambatan perkembangan atau pemeriksaan neurologis yang
abnormal sebelum terjadi kejang demam, riwayat kejang demam kompleks dan terjadi
kejang demam berkepanjangan serta menjadi resiko epilepsi. Resiko epilepsi ini
merupakan faktor bawaan yang sudah ada sebelumnya seperti perinatal, genetik atau
keturunan (Nugroho, 2011).
3. Resiko perkembangan, kecacatan perilaku dan akademik pada anak kejang demam
adalah tidak lebih besar dari pada populasi umum dan anak dengan kejang demam
berkepanjangan dapat mengembangkan konsekuensi neurologis jangka panjang
(Nugroho, 2011).
4. Status demam epileptikus adalah kejang demam yang memiliki durasi lebih dari 30
menit dan merupakan bentuk paling parah dan berpotensi mengancam nyawa dengan
konsekuensi jangka panjang dan bersifat gawat darurat. Anak dengan kejang demam
pertama memiliki potensi status demam epileptiku dimana dikaitkan dengan usia yang
lebih muda dan suhu tubuh lebih rendah serta durasi yang lebih lama (Nurindah, 2014).
K. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada anak yang mengalami
kejang demam adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan laboratorium
Pada anak yang mengalami kejang demam yang bertujuan untuk mengevaluasi sumber
infeksi penyebab demam atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai
demam dan pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan darah lengkap, elektrolit
serum (terutama pada anak yang mengalami dehidrasi, kadar gula darah, serum kalsium,
fosfor, magnesium, kadar Bloof Urea Nitrogen (BUN) dan urine. Pemeriksaan lain yang
mungkin dapat membantu adalah kadar antikonvulsan dalam darah pada anak yang
mendapat pengobatan untuk gangguan kejang serta pemeriksaan kadar gula darah bila
terdapat penurunan kesadaran berkepanjangan setelah kejang.
2. Indikasi Pungsi lumbal
Pada anak kejang demam sederhana yang berusia < 18 bulan sangat disarankan untuk
dilakukan observasi dan pemeriksaan lebih lanjut seperti pungsi lumba karena
merupakan pemeriksaan cairan serebrospinal yang dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemunginan meningitis serta pada anak yang memiliki kejang demam
kompleks (karena lebih banyak berhubungan dengan meningitis) dapat dilakukan
pemeriksaan pungsi lumbal. Pemeriksaan ini dilakukan pada anak usia 12 bulan karena
tanda dan gejala klinis kemungkinan meningitis pada usia ini minimal bahkan dapat
tidak adanya gejala. Pada bayi dan anak dengan kejang demam yang telah mendapat
terapi antibiotik, pungsi lumbal merupakan indikasi penting karena pengobatan atibiotik
sebelumnya menutupi gejala meningitis.
3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas
4. Pemeriksaan foto kepala, CT-scan, dan/atau MRI tidak dianjurkan pada anak tanpa
kelainan neurologis karena hampir semuanya menunjukkan gambaran normal. CT scan
atau MRI diekomendasikan untuk kasus kejang fokal untu mencari lesi organik di otak.
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Pengkajian harus
dilakukan secara komprehensif terkait aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual.
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien
(Asmadi, 2008).
Pengkajian menurut Lestari (2016) antara lain:
1. Anamnesa
- Identitas klien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur tempat
lahir, asal suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, nama orang
tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua, pendidikan orang tua. Lestari (2016)
mengatakan kebanyakan serangan kejang demam terjadi setelah usia 6 bulan dan
biasanya sebelum 3 tahun dengan kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38ºC) yang
disebabkan oleh proses ekstrakranium.
2. Riwayat Kesehatan
- keluhan utama
Biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38ºC, pasien mengalami kejang dan
bahkan pada pasien mengalami penurunan kesadaran.
- Riwayat penyakit sekarang
Biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya mulai panas 2 hari yang lalu, mual
dan muntah-muntah dirumah. Nafsu makan anaknya berkurang, lama terjadinya kejang
tergantung pada jenis kejang demam yang dialami anak.
- Riwayat Kesehatan
Riwayat perkembangan anak biasanya pada pasien kejang demam kompleks mengalami
gangguan keterlambatan perkembangan dan mengalami kelemahan pada anggota gerak
- Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Kehamilan, saat bayi lahir umur ibu 23 tahun dengan keadaan baik, tidak pernah
mengkonsumsi obat-obatan dan merokok.
2) Riwayat kelahiran, lamanya kelahiran pada kala II berlangsung kurang lebih ½ jam,
pada multi ½ jam, jenis dan lamanya partus lahir kepala 1½ jam, jenis pertolongan
persalinan normal dan berat badan lahir 3100 gr.
- Riwayat Imunisasi
Biasanya anak dengan riwayat imunisasi tidak lengkap. Rentan tertular penyakit infeksi
atau virus seperti virus influenza.
- Riwayat nutrisi
Saat sakit, biasanya anak mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan
muntahnya.
3. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum biasanya biasanya anak rewel dan kesadaran compos mentis.
- TTV (tanda-tanda vital): suhu biasanya >38ºC, respirasi pada usia 2 - <12 bulan
biasanya > 49 x/menit. Pada usia 12 - <5 tahun biasanya >100 x/menit.
- BB (berat badan): Biasanya pada anak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti.
- Kepala: Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang Nampak
- Mata: Biasanya simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis
- Mulut dan lidah: Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemesis, lidah
tampak kotor
- Telinga: Biasanya bentuk simetris kiri dan kanan, pendengaran baik, secret kurang
- Hidung: Biasanya penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping hidung, bentuk
simetris, mukosa hidung berwarna merah muda. Biasanya terdapat secret karena ada
infeksi saluran pernapasan atas.
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
- Dada : Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak ada peggunaan otot bantu
pernapasan. Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama. Auskultasi,
- biasanya ditemukan bunyi napas tambahan seperti ronchi ataupun wheezing.
- Abdomen : Biasanya lemas dan datar, tidak kembung
- Anus : Biasanya tidak terjadi kelainan pada genitalia anak
- Ektremitas : Biasanya ektremitas atas dan bawah mengalami kelemahan dan kekakuan
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang dibuat oleh perawat profesional
yang memberi gambaran tetntang masalah atau status kesehatan klien, baik aktual maupun
potensial yang ditetapkan berdasakan interpretasi data hasil pengkajian. Pernyataan
diagnosa keperwatan harus jelas, singkat, dan lugas terkait masalah kesehatan klien
(Asmadi, 2008). Tipe diagnosa keperawatan meliputi aktual, risiko, kemungkinan, sehat
sejahtera, dan sindrom.
1) Aktual. Diagnosa keperawatan aktual menurut NANDA adalah menyajikan keadaan
klinis yang telah divalidasikan melalui batasan karateristik mayor yang diidentifikasi.
2) Resti atau risiko tinggi. Menurut NANDA, diagnosa keperawatan risiko tinggi adalah
keputusan klinis tentang individu, keluarga, atau komunitas yang sangat rentan untuk
mengalami masalah dibanding individu atau kelompok lain pada situasi yang sama atau
hampir sama.
3) Kemungkinan. Menurut NANDA, diagnosa keperawatan kemungkinan adalah
pernyataan tentang masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan dengan
harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya
faktor risiko.
4) Sejahtera. Diagnosa keperawatan sejahtera adalah ketentuan klinis mengenai individu,
kelompok, atau masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ke tingkat
kesehatan yang lebih baik.
5) Sindrom. Diagnosa keperawatan sindrom adalah diagnosa keperawatan yang terdiri dari
sekelompok diagnosakeperawatan aktual atau risiko tinggi yang diduga akan muncul
karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
Menurut Riyadi (2009) menyatakan diagnosa keperawatan yang sering muncul pada
anak dengan Kejang demam adalah:
1) Risiko tinggi obstruksi jalan nafas berhubungan dengan penutupan faring oleh lidah,
spasme otot bronkus
2) Risiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan O2 ke darah
3) Hipertermi berhubungan dengan infeksi kelenjar tonsil, telinga, bronkus atau pada
tempat lain
4) Risiko defist nutrisi berhubungan dengan penurunan selera makan
5) Risiko gangguan perkembangan (kepercayaan diri) berhubungan dengan peningkatan
frekuensi kekambuhan
6) Risiko cedera (terjauh, terkena benda tajam) berhubungan dengan penurunan respon
terhadap lingkungan
7) Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan tentang prognosis atau
perjalanan penyakit
C. Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses asuhan
keperawatan. Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perencanaan
intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan. Rencan keperawatan merupakan
pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi dan mengatasi masalah yang
telah diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan, desain rencana keperawatan
menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah
dengan efektif dan efisien
Rencana tindakan keperawatan Kejang Demam Kompleks menurut Nanda Internasional
(2015-2017) & NIC-NOC (2016)adalah sebagai berikut:
1. Risiko tinggi obstruksi jalan nafas berhubungan dengan penutupan faring oleh lidah,
spasme otot bronkus.
- Tujuan : pasien menunjukkan fungsi pernapasan normal
- Kriteria hasil : frekuensi pernapasan dalam batas normal (28 – 35 x/menit), irama
pernafasan reguler dan tidak cepat, anak tidak terlihat terengah-engah
- Intervensi keperawatan:
o Monitor jalan nafas, frekuensi pernafasan, irama pernafasan tiap 15 menit pada
saat penurunan kesadaran.
o Berikan posisi semifowler dengan kepala hiperekstensi
o Hindari pakaian yang ketat
o Gunakan bantal dan bantalan untuk mempertahankan jalan napas agar tetap
terbuka
o Kolaborasi pemberian obat anti kejang (contohnya pemberian diazepam dengan
dosis rata-rata 0,3 mg/KgBB/kali pemberian).
2. Risiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan O2 ke darah
- Tujuan : suplai darah ke otak dapat kembali normal
- Kriteria hasil : jaringan perifer (kulit) terlihat merah, akral teraba hangat, kekuatan
nadi dalam batas normal dan tekanan vena sentral dalam batas normal
- Intervensi keperawatan:
o Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi
o Pemberian O2 dengan memakai masker atau nasal canul dengan dosis rata- rata
liter/menit
o Hindarkan anak dari rangsangan yang berlebihan baik suara, mekanik maupun
cahaya.
o Tempatkan klien pada ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.
3. Hipertermi berhubungan dengan infeksi kelenjar tonsil, telinga, bronkus atau pada
tempat lain
- Tujuan : suhu tubuh dalam rentang normal
- Kriteria hasil : suhu tubuh dalam rentang normal (36,5 – 37,5ºC), suhu tubuh tidak
teraba hangat, tidak ada perubahan warna kulit
- Intervensi keperawatan:
o Monitor suhu tubuh minimal tiap 2 jam
o Monitor warna dan suhu kulit
o Anjurkan pakaiananak yang tipis dari bahan yang halus seperti katun
o Kompres air hangat
o Kolaborasi pemberian antibiotik dan antipiretik
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawat.
Tindakan keperawatan mencangkup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi.
Tindakan mandiri (independen) adalah aktifitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan
atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan
lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan dari hasil keputusan bersama,
seperti dokter dan petugas kesehatan lain (Tarwoto dan Wartona, 2010).
E. Evaluasi
Evaluasi adalah membandingkan suatu hasil/ perbuatan dengan standar untuk tujuan
pengambilan keputusan yang tepat sejauh mana tujuan tercapai. Evaluasi keperawatan
membandingkan efek/hasil suatu tindakan keperawatan dengan norma atau kriteria tujuan
yang sudah dibuat. Tujuan dari evaluasi antara lain untuk menentukan perkembangan
kesehatan klien, untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan
keperawatan yang telah diberikan, untuk menilai penatalaksanaan asuhan keperawatan, dan
mendapatkan umpan balik (Dermawan, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Arifuddin A, Analisis Faktor Risiko Kejadian Kejang Demam Di Ruang Perawatan Anak Rsu
Anutapura Palu, Jurnal Kesehatan Tadulako, Juli 2016, Vol. 2 No.2 : 1-72
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan .Jakarta: EGC

Depkes RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI 2009

Dermawan, Deden. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja.
Yogyakarta: Gosyen Publising

Devi, Anakardian K. 2017. Anatomi Fisiologi dan Biokimia Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press IDAI. 2013. Kejang Demam Pada Anak. Diambil dari
journal.umbjm.ac.id/index.php/caring-nursing. 2017. Volume 1. Nomor 1

Lestari, Titik. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN PROGRAM
STUDI PROFESI NERS
KAMPUS A JL. SMEA NO. 57 SURABAYA (031) 8291920,
8284508, FAX (031) 8298582KAMPUS B RS. ISLAM
JEMURSARI JL. JEMURSARI NO. 51-57 SURABAYA

Website : www.unusa.ac.id Email : info@unusa.ac.id

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

Nama Mahasiswa : Sutrisno Sudirjo RS : RS PHC


NIM : 1120021020 Ruangan : Safir
Tanggal Pengkajian : 13-10-2021 Jam : 16.00

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A I
Umur : 1 Tahun 3 bulan 8 hari
Tanggal Lahir : 06-07-2020
Jenis Kelamin : Laki-laki
Berat Badan : 9 kg
Panjang Badan : 83 cm

B. IDENTITAS ORANG TUA


Nama Ibu : Ny. Damiati Nama Ayah : Tn. Risky Yuri
Umur : 25 Tahun Umur : 30 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Swasta
Alamat : Tambak Asri no. 277

C. KELUHAN UTAMA
Panas
D. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang di IGD tgl 12-10-2021 jam 12.30 diantar oleh orang tua
pasien,ibu pasien mengatakan badan anaknya panas sejak kemarin panas
badan naik turun, saat panas pasien kejang dirumah kurang lebih 2 menit,
badan kaku, tangan dan kaki menghentak-hentak serta mata melirik ke
atas,setelah kejang pasien menangis kuat,pasien tidak muntah,tetapi pasien
sempat diare 2x cair ampas,batuk pilek tidak ada,karena ibu pasien takut
akhirnya oleh keluarga di bawa ke RS PHC dan disarankan untuk MRS . saat
dilakukan observasi keadaan umum pasien sadar baik,gerak aktif,tangis
kuat ,perfusi hangat kemerahan, nafas spontan regular RR
22x/mnt,suhu :37.8 °C, Nadi :120x/menit, SpO2 :98% tanpa oksigen, mata
tidak cowong, ubun – ubun tidak cekung, berat badan 9 kg.

E. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


1. Pranatal
a) Pemeriksaan kehamilan
An. A merupakan anak kedua selama hamil ibu klien
melakukan pemeriksaan rutin ke bidan kurang lebih 6 ×
(kali).
b) Keluhan selama hamil
Ibu mengatakan selama hamil tensinya tinggi dan tidak
pernah sakit yang lainnya obat yang diminum ibu
selama hamil yaitu tablet penambah darah dari bidan.
c) Riwayat yang membahayakan kehamilan
Ibu mengatakan mempunyai riwayat hipertensi
sedangkan penyakit DM, TBC dan Asma tidak ada.
d) Kenaikan berat badan selam hamil
Ibu klien mengatakan selama kehamilan berat badan naik ± 10 kg.
e) Imunisasi TT
Ibu mengatakan melakukan imunisasi TT 2 × selama
kehamilan. Pada usia kehamilan 4 bulan mendapatakan
TT 1(Pertama), TT 2 (dua) pada kehamilan 5 bulan.
f) Golongan darah: ibu mengatakan tidak tahu golongan darahnya
2. Natal
a) Tempat melahirkan bidan praktek swasta
b) Lama dan jenis persalinan
Secara normal di bidan praktek swasta dekat rumahnya
c) Penolongan persalinanBidan Praktek
swasta
d) Cara untuk memudahkan persalinanPersalinan
dengan cara normal
e) Komplikasi waktu melahirkan Tidak ada
komplikasi waktu lahir
3. Postnatal
a) Kondisi bayi
Berat lahir : 3500 gramPanjang
lahir : 42 cm
b) Penyakit lahir
Ibu mengatakan sewaktu lahir tidak ada penyakit
c) Problem menyusui
Ibu mengatakan tidak ada masalah sewaktu menyusui
d) Perkembangan anak dibandingkan dengan sudara-saudaranya
Anak kedua dari ibu D dan Bapak R dan tidak ada masalah kesehatan
yanglain.

F. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Penyakit masa kecil
Ibu mengatakan selama ini tidak pernah sakit
2. Riwayat MRS
Ibu mengatakan kalau anaknya tidak pernah masuk rumah sakit sebelumnya
3. Riwayat pemakaian obat
Ibu mengatakan anaknya panas dan berobat ke poli spesialis dr dini setelah
itu belum ada perubahan dan anaknya mengalami mencret 5x sehari dan
kejang sehingga dibawa ke IGD RS PHC.
4. Tindakan operasi
Ibu mengatakan tidak pernah melakukan operasi
5. Alergi
Ibu mengatakan kalau anaknya tidak ada riwayat alergi obat dan makanan
6. Kecelakaan
Ibu mengatakan kalau tidak pernah terjadi kecelakaan

7. Imunisasi
No Jenis Imunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah pemberian
1 BCG Pada usia 6 bulan Membentuk abses 1-2
bulan
2 DPT (I, II, III, Usia 3,4,5 bulan Demam 1 hari
1V)
3 Polio (I, II, III, Usia 3,4,5 bulan Tidak ada reaksi
1V)
4 Campak Belum dilakukan -
5 Hepatitis Usia 0 bulan Tidak ada reaksi

G. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Ibu mengatakan sewaktu hamil tekanan darahnya tinggi sedangan keluarga p a s i
e nya n g la i n tidak ada yang mengalami penyakit seperti TB, DM, Asma.
H. RIWAYAT SOSIAL
1. Pengasuh anak
Ibu mengatakan kalau anaknya diasuh sendiri tanpa pengasuh orang lain
2. Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu mengatakan kalau hubungan dengan keluarga tidak ada kendala
3. Hubungan dengan teman sebaya
Ibu mengatakan anaknya dapat bermain dengan teman – teman sebayanya
denganbaik
4. Pembawaan umum
Tidak ada gangguan dan anak normal

I. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR


1. Pola makan
Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi 3 kali Sulit makan
Menu Nasi Nasi tim rendah serat
Porsi 1porsi ½ porsi
Yang disukai Bubur Tidak ada
Yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada
Pantangan/Alergi Tidak ada Tidak ada
Gangguan Tidak ada Tidak ada
2. Pola minum
Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi minum kurang lebih 7- minum ± 7-9kali perhari
12 kali sehari
Jenis ASI + air putih ASI+ air putih
Jumlah (cc/botol) 1300 liter 1300 liter
Yang disukai Tidak ada Tidak ada
Yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada
Pantangan/Alergi Tidak ada Tidak ada
Gangguan Tidak ada Tidak ada

3. Istirahat tidur
Sebelum sakit Saat sakit
Tidur siang Tidak teratur Terganggu tidak
teratur
Tidur malam 19.00 wib Tidak teratur
Gangguan Tidak ada Terganggu karena
selalu BAB
4. Eliminasi
Sebelum sakit Saat sakit
BAK 3× atau 4× sehari > 3× sehari
BAB 1× sehari 2× sehari
Gangguan Tidak ada Tidak ada
5. Personal hygiene
Sebelum sakit Saat sakit
Mandi 2 kali 2 kali
Sikat gigi Tidak pernah Tidak pernah
Ganti pakaian 2 kali 2 kali
Memotong kuku 1 × dalam 2 minggu Tidak pernah
Lain-lain Tidak ada Tidak ada

J. KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnosa medis
a) Diagnosa awal : Kejang Demam komplikata
b) Diagnosa akhir : Gastrienteritis akut + Dehidrasi ringan sedang +
KejangDemam
2. Tindakan operasi
Tidak ada tindakan operasi
3. Status nutrisi
a) Lama pemberian ASI
- Pertama kali menyusui setelah bayi lahir
- Cara pemberian ASI dengan menyusui
- Lama pemberian ASI sampai saat ini anak masih disusui ibunya
b) Pemberian susu formula
Ibu mengatakan anaknya tidak diberikan susu formula.
c) Pola Perubahan Nutrisi Setiap Tahun Usia Sampai Nutrisi Saat Ini
Pada usia 0-4 bulan jenis nutrisi yang diberikan adalah ASI dan lama
pemberian 6 bulan. Pada usia 4 -12 jenis nutrisi yang diberikan yaitu
bubur saring ditambahkan telur. Sedangkan pada saat ini jenis nutrisi
bubur tim rendah serat sesuai diet rumah sakit.
4. Status hidrasi
Dehidrasi ringan dan sedang
5. Aktivitas saat MRS
Tidur dan menyusui ibu (ASI), pasien aktifitas melihat game di HP.
K. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Keadaan umum pasien sadar baik perfusi hangat kemerahan, nafas spontan
regular RR : 22 x/menit, pasien muntah, mencret 2x/hari, kejang sdh tidak
ada, badan panas suhu :37.8°C, Nadi :120x/menit, SpO2 :98% tanpa oksigen,
mata tidak cowong, ubun – ubun tidak cekung, berat badan 9 kg.

2. Tanda vital
Nadi : 120 kali/menit
RR : 22 kali/menit
Suhu : 37,8°C
3. Antopometri
BB : 9 kg TB : 83 cm
4. Kepala dan leher Tidak
ada kelainan
5. Integumen
a) Rambut :pendek
b) Kulit : bersih
c) Kuku : pendek
6. Thoraks (Pulmo & Cor)
Tidak ada kelainan
7. Abdomen
Peristaltik usus 24x/menit
8. Genitalia
Tidak ada kelainan
9. Neuro – Muskuloskeletal
a) Kepala : Tidak ada kelainan
b) Vertebrata : Tidak ada kelaianan
c) Pelvis : Tidak ada kelaianan
d) Lutut : Tidak ada kelaianan
e) Kaki : Kedua kaki normal
f) Tangan : Kedua tangan normal

L. PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG


1. Adaptasi sosial :pasien sudah bisa mengenal lingkungan sekitarnya sesuai tahap
tumbuh kembang usianya
2. Bahasa : pasien belum bisa berbicara dengan lancer,masih belum jelas kosa katanya
3. Motorik kasar : pasien sudah bisa melompat,menedang, dan melempar bola sesuai
tahap tumbuh kembang usianya

4. Motorik halus : pasien sudah bisa membuka lembaran buku dan menyusun balok 6
tingkat sesuai tahap tumbuh kembang usianya

M. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Hasil Pemeriksaan Laboratorium (12-10-2021)
No Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hermatologi
1 LED 7 mm/jam 0 - 20
2 HB 11.7 g/dl 13.7 – 17. 3
3 Lekosit /WBC 6.81 10Ʌ3/µL 4.0 – 11.0
Elektrolit
1 Natrium 132.6 mmol/L 136.0 – 144.0
2 Kalium 3.55 mmol/L 3.60 – 5.00
Hitung jenis
1 Trombosit /PLT 339 10Ʌ3/µL 150 - 450
2 Eritrosit /RBC 4.98 10Ʌ3/µL 4.4 - 5.9

2. Rontgen : tidak dilakukan


3. USG : Tidak dilakukan

N. TERAPI MEDIS
No Uraian Keterangan
Injeksi
1 Cefotaxime 3 x 300 mg/iv

2 Diazepam injeksi 3 mg iv pelan (k/p) Kalau kejang

3 Phenytoin 3 x 20 mg iv

Infus
1 Kaen 3B 500 cc/6 jam : 750cc/24 Jam

Oral
1 Neokaominal 3 x ¾ cth Sirup

2 Vometa 3 x 1 k/p

3 - Puyer pamol 100 mg + diazepam 1


mg : 4 x 1 (k/p)
ANALISA DATA
Nama Pasien : An A No. RM : 302345x

Umur : 1 tahun 3 bulan 8 hari Ruang : Safir

N DATA (DS/DO) ETIOLOGI MASALAH


O
DS: Infeksi bakteri virus Hipertermia
1 1. Ibu pasien
dan parasit
mengatakan demam
anaknya naik turun
2. Ibu mengatakan anak
reweldan gelisah
DO:
1. Anak tampak gelisah
2. Nadi: 120x/ menit
3. Suhu: 37.80C,
pernafasan 22x/menit
4. Napas spontan tanpa
bantuanoksigen
5. SpO2 : 98%
2 DS: Diare Resiko difisit cairan
1. Ibu pasien
mengatakan demam
anaknya naik turun
2. Ibu mengatakan anak
reweldan gelisah.
3. Ibu mengatakan
anaknya mencret 5
kali sewaktu dirumah
dan di rumah sakit
sudah 2 kali berupa
ampas,tidak ada darah
DO:
1. Anak tampak gelisah
2. Nadi: 120x/ menit
3. Suhu: 37.80C,
pernapasan 22x/menit
4. Napas spontan tanpa
bantuanoksigen
5. SpO2 : 98%
6. Ubun-ubun tidak cekung

7. Turgor kulit masih normal

8. Mata tidak cowong


9. Berat badan 9 kg
10. Membran mukosa
bibirtampak kering
N DATA (DS/DO) ETIOLOGI MASALAH
O
3 DS: Kurangnya Ansietas
1. Ibu mengatakan cemas informasi
akankondisi anaknya saat
ini
2. Ibu mengatakan tidak
mengerti tentang kondisi
sakitanak secara medis.
3. Ibu mengatakan takut kalau
anaknya akan mengalami
kejang lagi.
DO:
1. Ibu tampak cemas dan gelisah.
2. Ibu menanyakan kalau terjadi
panas apakah diberikan
langsung obat panas.
3. Ibu tampak antusias
mendengarkan penjelasan dari
perawat tentang kondisisakit
anaknya.
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. A No. RM :302345x

Umur : 1 tahun 3 bulan 8 hari Ruang : Safir

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Hipertermia berhubungan dengan Infeksi bakteri virus dan parasit
2 Resiko difisit cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif (diare)
3 Ansietas berhubungan dengan Kurang informasi
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. A No. RM : 302345x


Umur : 1 tahun 3 bulan 8 hari Ruang : Safir
Diagnosa Keperawatan:
Hipertermia berhubungan dengan Infeksi bakteri virus dan parasit

Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI) Rencana Tindakan (SIKI) Paraf


Termoregulasi membaik Manajemen hipertermia sutrisno
Observasi
Dengan kriteria hasil :
 Menggigil  Identifikasi penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi, terpapar
 Suhu tubuh normal (36,5-37,5oc) lingkungan panas, penggunaan
 Suhu kulit normal inkubator)
 Tidak ada kejang  Monitor suhu tubuh
 Takikardi  Monitor kadar elektrolit
 Takipnea  Monitor komplikasi akibat
hipertermi
Terapuetik
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
 Beriakan cairan oral
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
kolaborasi
 kolaborasi pemberian
cairan
Diagnosa Keperawatan:
Resiko difisit cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif (diare)
Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI) Rencana Tindakan (SIKI) Paraf
Setelah dilakukan intervensi Observasi : sutrisno
keperawatan, maka status cairan
• Periksa tanda dan gejala hipovolemia
membaik.
(mis. frekuensi nadi meningkat, nadi
Kriteria Hasil : terasa lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit
• Kekuatan nadi meningkat
menurun, membran mukosa kering,
• Turgor kulit meningkat volume urine menurun, hematokrit
meningkat, haus, lemah)
• Output urine meningkat
• Monitor intake dan output cairan
• Membran mukosa membaik
Teraupetik :
• Intake cairan membaik
• Hitung kebutuhan cairan
• Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
• Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCl, RL)
• Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
• Kolaborasi pemberian cairan koloid
(mis. albumin, Plasmanate)
• Kolaborasi pemberian produk darah
Diagnosa Keperawatan: Ansietas berhubungan dengan Kurang informasi
Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI) Rencana Tindakan (SIKI) Paraf
Kriteria hasil untuk mengukur Edukasi Perilaku Upaya Kesehatan sutrisno
penyelesaian dari diagnosis setelah Observasi :
dilakukan asuhan keperawatan
• Identifikasi kesiapan dan
selama 1x 30 menit diharapkan
kemampuan menerima informasi
tingkat pengetahuan keluarga / ibu
Terapeutik
pasien meningkat
• Sediakan materi dan media
kriteria hasil :
pendidikan kesehatan
• Perilaku sesuai anjuran
• Jadwalkan pendidikan kesehatan
meningkat
sesuai kesepakatan
• Kemampuan menjelaskan
• Berikan kesempatan untuk
pengetahuan tentang suatu topik
bertanya
meningkat
• Gunakan variasi mode
• Kemampuan menggambarkan
pembelajaran
• pengalaman sebelumnya yang
• Gunakan pendekatan promosi
sesuai dengan topik meningkat
kesehatan dengan
• Perilaku sesuai dengan memperhatikan pengaruh dan
pengetahuan meningkat hambatan dari lingkungan, sosial
serta budaya.
• Pertanyaan tentang masalah
yang dihadapi menurun • Berikan pujian dan dukungan
terhadap usaha positif dan
• Presepsi yang keliru terhadap
pencapaiannya
masalah menurun
Edukasi :
• Jelaskan penanganan masalah
kesehatan
• Informasikan sumber yang tepat
yang tersedia di masyarakat
• Anjurkan menggunakan fasilitas
kesehatan
• Anjurkan menentukan perilaku
spesifik yang akan diubah (mis.
keinginan mengunjungi fasilitas
kesehatan)
• Ajarkan mengidentifikasi tujuan
yang akan dicapai
• Ajarkan program kesehatan
dalam kehidupan sehari hari
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : An. A No. RM : 302345x


Umur : 1 tahun 3 bulan 8 hari Ruang : Safir

DX Tanggal/Jam Tindakan Paraf


No.1 13-10-2021 1. Memonitor penyebab dari hipertermi misal sutrisno
17.00 dehidrasi, terpapar lingkungan panas.

R/ mata tdk cowong, ubun – ubun tdk


cekung, turgor normal

2. Melakukan observasi suhu, Nadi, RR, SpO2

- R/ Suhu : Suhu : 36,8 °C


- Nadi : 120 x/menit
- SpO2 : 98%
- RR : 24 x/menit
3. Memonitor kadar elektrolit

4. Memonitor komplikasi akibat hipertermia

5. Menganjuran kepada orang tua untuk supaya


anaknya untuk tirah baring

6. Melakukan pemberian terapi sesuai advis


dokter( injeksi cefotaxime, injeksi phenytoin,
memberikan puyer pamol dan diazepam).

7. Memberikan cairan infus

8. Memberikan diet nasi tim rendah serat

9. Memberikan asupan minum


DX Tanggal/Jam Tindakan Paraf
No.2 13-10-2021 1. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa sutrisno
17.00 bibir kering, turgor kulit tidak elastis dan
peningkatan suhu tubuh.
R/ : Mual muntah : tidak ada
2. Memantau intake dan output cairan dalam 24
jam, ukur BB tiap hari pada waktu dan jam yang
sama. Berat badan : 9 kg
3. Catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah
nyeri dan distorsi lambung.
4. Menganjurkan ibu pasien untuk memberi
minum kira-kira 1300 cc per hari.
5. Melakukan kolaborasi dalam pemeriksaan
laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl) .
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian cairan tambahan melalui parenteral
sesuai indikasi
7. Memberikan terapi oral dan injeksi

8. Melakukan observasi Tanda tanda vital

Meberikan cairan infus sesuai dengan terapi


dokter,.
DX Tanggal/Jam Tindakan Paraf
No.3 13-10-2021 1. Memberikan penjelasan terkait bahaya dari Sutrisno
17.00 kejang demam.

2. Memberikan penjelasan terkait penanganan


apabila anaknya panas dan kejang lagi.

3. Memberikan penjelasan obat apa saja yang


harus ada di rumah.

4. Mengkaji tingkat pendidikan keluarga klien.


5. Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga klien.
6. Menjelaskan pada keluarga klien tentang
penyakit kejang demam melalui pendidikan
kesehatan.
7. Memberi kesempatan pada keluarga untuk
menanyakan hal yang belum dimengerti.
8. Melibatkan keluarga dalam setiap tindakan
pada klien.
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : An.A I No. RM : 30234X


Umur : 1 Tahun 3 bulan 8 hari Ruang : Safir
No.DX Tanggal/Jam Evaluasi
No. 1 13 – 10 – 2021 S:
18.30 Ibu anak A mengatakan kalau anaknya sudah tidak
kejang serta panasnya sudah turun
O:
- Nadi : 120 x/menit
- Suhu tubuh normal : 37.5 °c
- Suhu kulit normal
- RR : 24 x/menit
- Akral hangat dan kemerahan
- Nafas spontan reguler tidak ada bantuan O2.
- Tidak mengigil
- Tidak kejang

A : Masalah teratasi
P:
- Observasi TTV dan Hipertermia tetap
dilanjutkan
- Terapi sesuai advis dokter tetap dilanjutkan
No.2 13 – 10 – 2021 S:
18.30 Ibu mengatakan kalau anaknya hari ini masih
mencret 1 x kali
O:
- Nadi : 120 x/menit
- Suhu : 37.1 °c
- RR : 24 x/menit
- Akral hangat dan kemerahan
- Nafas spontan reguler tidak ada bantuan O2.
- Mata pasien tidak cowong
- Turgor kulit normal
- Ubun-ubun tidak cekung
A : Masalah sebagian sudah teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan dan terapi tetap sesuai
advis dokter

No. 3 13 – 10 – 2021 S:
19.00 2. Ibu pasien A mengatakan sudah tidak lagi
takut apabila anaknya akan kejang lagi
3. Ibu mengatakan apabila di rumah anaknya
panas apa langsung diberikan obat panas.
O:
1. Ibu tampak sudah tidak cemas lagi
2. Ibu tampak antusias menanyakan terkait obat
apa saja yg digunakan apabila anaknya panas.
3. Ibu tampak tenang.
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan.

No.DX Tanggal/Jam Evaluasi


No. 1 14 – 10 – 2021 S:
08.00 Ibu pasien A mengatakan kalau anaknya sudah
kejang lagi dan panas sudah turun.
O:
- Suhu : 36,8 °C
- Nadi : 120 x/menit
- SpO2 : 98%
- RR : 24 x/menit
- Akral hangat dan kemerahan
- Nafas normal reguler Tanpa mengunakan
O2 tambahan
A : Masalah teratasi sebagaian
P:
Intervensi dilanjutkan dan terapi tetap sesuai advis
dokter

14 – 10 – 2021 S:
Ibu pasien A mengatakan kalau anaknya sudah
14.00 tidak kejang
O:
- Suhu : 36,5 °C
- Nadi : 120 x/menit
- SpO2 : 98%
- RR : 24 x/menit
- Akral hangat kemerahan
- Nafas normal reguler Tanpa mengunakan
O2 tambahan
A : Masalah teratasi sebagaian
P:
Intervensi dilanjutkan dan terapi tetap sesuai advis
dokter
14 – 10 – 2021 S:
18.00 Ibu pasien A mengatakan kalau anaknya sudah
tidak kejang
O:
- Suhu : 36,1 °C
- Nadi : 120 x/menit
- SpO2 : 98%
- RR : 24 x/menit
- Akral hangat kemerahan
- Nafas normal reguler Tanpa mengunakan
O2 tambahan
A : Masalah teratasi sebagaian
P:
Intervensi dilanjutkan dan terapi tetap sesuai advis
dokter
MENGUKUR TINGKAT ANSIETAS DENGAN SKALA HARS
(HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY)
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas √
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri √
- Mudah Tersinggung √

2 Ketegangan
- Merasa Tegang √
- Lesu √
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis √
- Gemetar √
- Gelisah √
3 Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing √
- Ditinggal Sendiri √
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak

4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur √
- Terbangun Malam Hari √
- Tidak Nyenyak √
- Bangun dengan Lesu √
- Banyak Mimpi-Mimpi √
- Mimpi Buruk √
- Mimpi Menakutkan √

5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi √
- Daya Ingat Buruk √
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada
Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang
Hari
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot √
- Kaku √
- Kedutan Otot √
- Gigi Gemerutuk √
- Suara Tidak Stabil √

8 Gejala Somatik (Sensorik)


- Tinitus √
- Penglihatan Kabur √
- Muka Merah atau Pucat √
- Merasa Lemah
Perasaan ditusuk-Tusuk √

9 Gejala Kardiovaskuler
- Takhikardia √
- Berdebar √
- Nyeri di Dada √
- Denyut Nadi Mengeras √
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau √
Pingsan √
Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejap)
10 Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada √
- Perasaan Tercekik √
- Sering Menarik Napas √
Napas Pendek/Sesak √

11 Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan √
- Perut Melilit √
- Gangguan Pencernaan √
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan √
- Perasaan Terbakar di Perut √
- Rasa Penuh atau Kembung √
- Mual √
- Muntah √
- Buang Air Besar Lembek √
- Kehilangan Berat Badan √
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi) √
12 Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil √
- Tidak Dapat Menahan Air Seni √
- Amenorrhoe √
- Menorrhagia √
- Menjadi Dingin (Frigid) √
- Ejakulasi Praecocks √
- Ereksi Hilang √
- Impotensi
13 Gejala Otonom
- Mulut Kering √
- Muka Merah √
- Mudah Berkeringat √
- Pusing, Sakit Kepala √
- Bulu-Bulu Berdiri √

14 Tingkah Laku Pada Wawancara


- Gelisah √
- Tidak Tenang √
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang √
- Tonus Otot Meningkat √
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah
TOTAL SKORE : 24 (Kecemasan Sedang)
KETERANGAN :

Skor : 0 = tidak ada


1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
4 = berat sekali

Total Skor : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan


14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat sekali

Anda mungkin juga menyukai