Anda di halaman 1dari 33

SEMINAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.I DENGAN DIAGNOSA


CA MAMAE PRE DAN POST MASTEKTOMY DI RUANG
MUTIARA RS PHC SURABAYA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal bedah

Dosen Pembimbing :
Erika Martining Wardani, S.Kep.,Ns.,M.Ked.Trop

Disusun Oleh:
Mahasiswa Profesi Ners
1. Sutrisno Sudirjo (1120021020)
2. Fajar Dewi Rochmawati (1120021024
3. Sartika Sari (1120021033)
4. Muhammad Zakaria (1120021043)

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
PROFESI NERS
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan seminar kasus yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny.I dengan Diagnosa Ca Mammae Pre dan
Post Op Mastektomy di Ruang Mutiara RS PHC Surabaya” dapat selesai tepat
waktunya. Penyusunan seminar kasus ini diajukan sebagai syarat penyelesaian
tugas Keperawatan Medikal Bedah Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.

Dalam penyusunan seminar kasus ini penulis banyak mendapatkan


bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada :

1. Abdul Rofid Fanany, S.E.,Ak.,M.Si selaku Direktur Utama PT Pelindo Husada


Citra yang telah memberikan izin dan mendukung seminar ini
2. Dr. Pudji Djanuartono, M. Kes selaku Direktur Head of PHC Hospital Surabaya
yang telah memberikan izin dan mendukung seminar ini
3. Rahayu Susiana, S.Kep.,Ns selaku SVP yang telah memberikan izin dan
mendukung seminar ini
4. Gunawan, S.Kep.,Ns selaku SPV yang telah memberikan izin dan mendukung
seminar ini
5. Nurhatiningsih, S.Kep.,Ns selaku bidang keperawatan yang telah memberikan
izin dan mendukung seminar ini
6. Heny Kurniawaty, S.Kep.,Ns selaku kepala ruangan Mutiara yang telah
membimbing dan mendukung seminar ini
7. Kustri Winarni, Amd. Kep selaku CI yang telah membimbing sampai
terselesaikannya seminar kasus ini
8. Nusa Weni N, S.Kep.,Ns selaku CI yang telah membimbing sampai
terselesaikannya seminar kasus ini
9. Serta perawat-perawat ruang Mutiara yang telah memberikan support dan
membantu penyelesaian tugas seminar kasus ini
Semoga Allat SWT memberikan balasan atas bimbingan serta dukungan
yang telah diberikan kepada penulis. Demikian mudah-mudahan seminar kasus ini
dapat dijadikan pertimbangan, kebijakan dan bermanfaat bagi semua pihak. Amin
Surabaya, 30 Desember 2021
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Carcinoma Mammae (Ca Mammae) atau biasa disebut dengan Kanker
payudara adalah keganasan yang terjadi pada kantung dan saluran penghasil air
susu. Terjadinya perubahan sel kelenjar air susu dan saluran kelenjar air susu
dalam payudara normal menjadi sel yang bersifat buruk, sifat tumbuhnya
sangat cepat, merusak, menyebar, dan menyebabkan kegagalan fungsi organ
lainnya. Penderita kanker payudara mengalami rasa nyeri apabila sel kanker
sudah membesar, timbul luka atau sudah metastase ke tulang-tulang
(Kurniawan et al, 2019).
Menurut World Health Organization (WHO), kanker payudara adalah
kanker yang paling sering terjadi di kalangan wanita, yang berdampak pada
lebih dari 1,5 juta wanita setiap tahunnya. Data dari National Cancer Institute
(NCI) memperkirakan kasus kanker payudara terbaru tahun 2018 adalah
252.710 kasus atau sekitar 15% dari semua kasus kanker, dan perkiraan angka
kematian yang disebabkan oleh kanker payudara adalah 40.610 kasus atau
sekitar 6,8% dari semua kasus kanker. Berdasarkan data pasien Ca Mamae di
RS PHC Surabaya pada tahun 2019 yaitu sebanyak 258 pasien, yang dilakukan
tindakan Mastektomi sebanyak 21. Sedangkan tahun 2020 yaitu 257 pasien.
dan yang dilakukan tindakan Mastektomi sebanyak 7 orang.
Dalam pengobatan kanker payudara yang banyak penerapannya dan biasa
dilkaukan adalah pembedahan, penyinaran (radioterapi), hormonal dan terapi
lainnya. Salah satu pilihan dalam pengobatan kanker payudara tersebut adalah
kemoterapi. Berbagai tenaga kesehatan telah melaporkan bahwa mual dan
muntah 2 merupakan efek samping yang paling menakutkan bagi pasien dari
kemoterapi, meskipun dalam pengobatan kanker dapat memperbaiki hasil
terapi, pasien kanker tetap mengalami dampak utama dari kanker dan
pengobatannya (juwita et al. 2018).
Efek samping dari kemoterapi timbul karena obat-obatan kemoterapi
sangat kuat dan tidak hanya membunuh sel-sel kanker, tetapi juga menyerang
sel-sel sehat, terutama sel yang membelah dengan cepat, misalnya sel rambut,
sumsum tulang belakang, kulit, mulut dan tenggorokan serta saluran
pencernaan. Akibatnya adalah rambut rontok, hemoglobin, trombosit, dan sel
darah putih berkurang, tubuh lemah, merasa lelah, sesak napas, mudah
mengalami perdarahan, mudah terinfeksi, kulit membiru/menghitam, kering,
serta gatal, mulut dan tenggorokan terasa kering dan sulit menelan, sariawan,
mual, muntah, nyeri pada perut, menurunkan nafsu seks dan kesuburan karena
perubahan hormone (Setiawan, 2015).
Dampak kanker payudara antara lain, jika tidak segera ditangani maka sel–
sel kanker tersebut akan menyebar ke organ tubuh lainnya dan menyebabkan
komplikasi. Hal ini sangat berbahaya dan dapat mengancam kehidupan
penderitanya. Jika beberapa waktu yang lalu pernah mengalami penyakit
kanker payudara, ada kemungkinan sel kanker yang tadinya sudah hilang
kemudian muncul kembali dan menyebabkan penyakit kanker payudara
tersebut menyerang kembali. Penderita kanker payudara secara 3 psikis
tentunya akan mengalami guncangan. Hal tersebut sangat berdampak bagi
kehidupannya dan keluarganya (Anggraeni, 2018).

B. Tujuan
Tujuan seminar ini untuk mengetahui dan memahami mengenai penyakit Ca
Mamae.

C. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Dapat dipergunakan sebagai informasi dan masukan bagi peneliti dan
pembaca. Ca Mammae yang terjadi pada wanita usia reproduktif. Seminar
ini juga dapat memberikan referensi untuk mengembangkan seminar
selanjutnya.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan sumber bacaan,
pengembangan wawasan dan sumber pengetahuan masyarakat tentang
faktor – faktor resiko yang berhubungan dengan Ca Mammae yang terjadi
pada wanita usia reproduktif. Dan bagi Wanita usia reproduktif hendaknya
dapat melakukan pemeriksaan diri (sadari) dan segera melakukan
pemeriksaan kepada tenaga kerja kesehatan jika telah dijumpai tanda dan
gejala dari Ca Mammae atau kanker payudara sehingga dapat segera
ditangani dan dapat dicegah untuk terjadinya kanker payudara menuju
stadium yg lebih lanjut.
3. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit meningkatkan upaya
pelayanan dan penatalaksanaan terhadap penderita Ca mammae. Khusus
kepada dokter spesialis bedah, dokter spesialis kandungan dan dokter
lainnya yang menangani pasien dengan Ca Mammae di Rumah untuk
perencanaan penatalaksanaan yang terbaik untuk pasien Ca mammae
BAB II
TINJAUAN TEORI CA MAMAE
A. Definisi Kanker Payudara
Carsinoma mammae atau kanker payudara merupakan gangguan dalam
pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel
normal, berkembangbiak dan menginfiltrasi jarinagan limfe dan pembuluh
darah (Nurarif, 2015).
Kanker payudara adalah suatu tumor (maligna) yang berkembang dari sel-
sel di payudara. Biasanya kanker payudara tumbuh di lobulus yaitu kelenjar
yang memproduksi susu, atau pada duktus saluran kelenjar susu yaitu saluran
yang menghubungkan lobulus ke puting susu. Kanker payudara tumbuh dan
berkembang dengan cepat tanpa terkoordinasi di dalam jaringan dan menyebar
ke pembuluh darah (Putra, 2015).
Kanker payudara adalah pertumbuhan sel di jaringan payudara yang tidak
normal. Sel tersebut mengalami mutasi, tumbuh lebih cepat dan tidak
terkendali serta dapat tumbuh lebih lanjut menyebar ke bagian tubuh lainnya.

B. Etiologi
Menurut Brunner dan Suddart dalam NANDA, (2015), penyebab kanker
payudara belum dapat ditentukan, tetapi terdapat beberapa faktor genetik.
Kanker payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang
membatasi duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat
hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel yang atipikal dan kemudian
berlanjut menjadi karsinoma insitu dan sel menjadi massa. Hormon steroid
yang dihasilkan oleh ovarium juga berperan dalam pembentukan kanker
payudara (estradiol dan progesteron mengalami perubahan dalam lingkungan
seluler).
Menurut Putra (2015) faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker
payudra terbagi menjadi dua kelompok yaitu faktor resiko yang dapat diubah
dan faktor resiko tidak dapat diubah. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut :
a) Faktor resiko yang dapat diubah
1. Obesitas
Obestitas adalah kegemukan yang diakibatkan oleh kelebihan lemak
dalam tubuh. Jaringan lemak dalam tubuh merupakan sumber utama
estrogen, jadi jika memiliki jaringan lemak lebih banyak berarti
memiliki estrogen lebih tinggi yang meningkatkan risiko kanker
payudara.
2. Pecandu Alkohol
Alkohol bekerja dengan meningkatkan kadar darah didalam insulin
darah, seperti faktor pertumbuhan atau insulin like growth factors
(IGFs) dan estrogen. Oleh karena itu alkohol dapat meningkatkan risiko
kanker payudara.
3. Perokok Berat
Rokok merupakan salah satu faktor risiko kanker payudara pada
perempuan, rokok mengandung zat-zat kimia yang dapat
mempengaruhi organ-organ tubuh. Menurut penelitian WHO
menyatakan setiap jam tembakau rokok membunuh 560 orang di
seluruh Dunia. Kematian tersebut tidak terlepas dari zat kimia yang
sebagian besar merupakan racun dan karsinogen (zat pemicu kanker).
4. Stres
Stres dapat menjadi faktor risiko kanker payudara karena stres
pisikologi yang berat dan terus menerus dapat melemahkan daya tahan
tubuh dan penyakit fisik dapat mudah menyerang.
5. Terpapar zatr karsinogen
Zat karsinogen di antaranya yaitu zat kimia, radiasi, dan
pembakaran asap tembakau. Zat karsinogen dapat memicu tumbuhnya
sel kanker payudara (Depkes, 2015).
b) Faktor resiko yang tidak dapat diubah
1. Faktor genetic atau keturunan
Kanker payudara sering dikatakan penyakit turun temurun, ada dua
gen yang dapat mewarisi kanker payudara maupun ovarium yaitu gen
BRCA1 (Brest Care Susceptibility Gene 1) dan BRCA2 (Brest Care
Susceptibility Gene 2) yang terlibat dari perbaikan DNA (Deoxyribo
Nucleic Acid). Kedua gen ini hanya mencapai 5% dari kanker payudara,
jika pasien memiliki riwayat kelurga kanker payudara uji gen BRCA
dapat dilakukan. Jika memiliki salah satu atau kedua gen BRCA1 dan
BRCA2 risiko terkena kanker payudara akan meningkat, BRCA1
berisiko lebih tinggi kemungkinan 60%-85% berisko kanker payudara
sedangkan BRCA2 berisiko 40% - 60% berisiko kanker payudara.
2. Faktor seks atau jenis kelamin
Perempuan memiliki risiko lebih besar mengalami kanker payudara,
tetapi laki-laki juga dapat terserang kanker payudara. Hal ini
disebabkan laki-laki memiliki lebih sedikit hormon estrogen dan
progesteron yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker, selain itu
payudara laki-laki sebagian besar adalah lemak, bukan kelenjar seperti
perempuan.
3. Faktor usia
Faktor risiko usia dapat menentukan seberapa besar risko kanker
payudara. presentase risiko kanker payudara menurut usia yaitu, dari
usia 30-39 tahun berisiko 1 dari 233 perempuan atau 0,43%, usia 40-49
tahun berisiko 1 dari 69 perempuan atau 1,4%, usia 50-59 tahun
berisiko 1 dari 38 perempuan atau 2,6%, usia 60-69 tahun berisiko 1
dari 27 perempuan atau 3,7%. Jadi, Semakin tua usia seseorang
kemungkinan terjadinya kanker payudara semakin tinggi karena
kerusakan genetik (mutasi) semakin meningkat dan kemampuan untuk
beregenerasi sel menurun.
4. Riwayat kehamilan
Perempuan yang belum pernah hamil (nullipara) memiliki risiko
kanker payudara lebih tinggi. Pertumbuhan sel payudara pada usia
remaja bersifat imatur (belum matang) dan sangat aktif. Sel payudara
yang imatur lebih rentan mengalami mutasi sel yang abnormal, ketika
seseorang hamil akan mengalami kematuran sel pada payudaranya dan
menurunkan risiko kanker payudara.
5. Riwayat menstruasi
Perempuan yang mendapatkan menstruasi pertama kali sebelum
umur 12 tahun (menarche dini) berisiko 2-4 kali lebih tinggi terkena
kanker payudara. Risiko yang sama juga dimiliki perempuan yang
menopause pada usia di atas 55 tahun. Setelah wanita menstruasi akan
mengalami perubahan bentuk tubuh tidak terkecuali payudara, payudara
akan mulai tumbuh dan terdapat hormon yang dapat memicu
pertumbuhan sel abnormal.
6. Riwayat menyusui
Perempuan yang menyusui anaknya, terutama selama lebih dari satu
tahun, berisiko lebih kecil menderita kanker payudara. Selama menyusui,
sel payudara menjadi lebih matang (matur). Dengan menyusui mentruasi
akan mengalami penundaan. Hal ini akan mengurangi paparan hormon
estrogen terhadap tubuh sehingga menurunkan risiko kanker payudara.

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala kanker payudara pada stadium awal biasanya massa
tunggal, massa teraba keras dan padat, dapat digerakan atau terfiksasi pada
kulit atau jaringan yang berada dibawahnya, tidak memiliki batasan yang jelas
atau tidak teratur. Tanda lanjutan lainnya berupa adanya rabas pada puting atau
terjadi retraksi pada puting, edema atau cekungan pada kulit, payudara tidak
simetris, dan pembesaran nodus limfe aksila. Pasien yang menderita
Carsinoma mamme biasanya ada yang merasakan nyeri dan ada yang tidak
merasakan nyeri, dan berat badan menurun menunjukan adanya metastase
(Nurarif, 2015)
D. Patofisiologi

E. Klasifikasi
Secara umum jenis kanker payudara dapat dibagi menjadi tiga yaitu kanker
payudara non-invasive, kanker payudara invasive dan kanker payudara paget’s
disease. Uraian lengkapnya sebagai berikut: (Putra, 2015)
1. Kanker payudara non-invasive
Kanker terjadi pada kantong (tube) susu (penghubung antara alveolus,
kelenjar yang memproduksi susu, dan puting payudara). Jenis kanker ini
biasanya disebut dengan kanker carsinoma insitu, dimana kanker payudara
belum menyebar ke bagian luar jaringan kantong susu.
2. Kanker payudara invasive
Sel kanker merusak seluruh kelenjar susu serta menyerang lemak dan
jaringan di sekitarnya. Pada tahap ini kanker telah menyebar keluar dari
kantong susu dan menyerang jaringan disekitarnya, bahkan menyebabkan
metastase seperti ke jaringan kelenjar limfe.
3. Paget’s Disease
Kanker bermula tumbuh di saluran susu, kemudian menyebar ke kulit
areola dan puting. Tandanya terlihat kulit pecah-pecah, memerah, dan
mengeluarkan cairan. Penyembuhan pada jenis kanker ini lebih baik jika
tidak disertai dengan massa.
Klasifikasi kanker payudara menurut stadium dan harapan hidup: (National
Cancer Institute-surveilance, Epidemiology and Result (SEER), 2001 dalam
NANDA, 2015).
1. Stadium 0
Tidak terbukti adanya tumor primer, tidak ada tumor dalam kelenjar getah
bening region, tidak ada metastase ke bagian lain, dan memeiliki harapan hidup
99% selama 5 tahun kedepan.
2. Stadium I
Tumor berukuran kurang atau sama dengan 2 cm, tidak ada tumor dalam
kelenjar getah bening region, tidak ada metastase jauh dan memiliki harapan
hidup 92% selama 5 tahun kedepan.
3. Stadium IIA
Tumor tidak ditemukan pada payudara, tetapi sel-sel kanker ditemukan di
kelenjar getah bening di ketiak yang terletak di bawah lengan dapat berpindah-
pindah, tidak mengalami metastase jauh dan memiliki harapan hidup 82%
selama 5 tahun kedepan.
4. Stadium IIB
Tumor berukuran lebih besar dari 2 cm tidak lebih dari 5 cm, sel-sel kanker
ditemukan di kelenjar getah bening di ketiak yang terletak di bawah lengan dapat
berpindah-pindah dan tidak mengalami metastase jauh.
5. Stadium IIIA
Tumor tidak ditemukan di payudara, tetapi ditemukan di kelenjar getah
bening melekat bersama atau pada struktur yang lain, tidak ada metastase jauh
dan memiliki harapan hidup 47% selama 5 tahun kedepan.
6. Stadium IIIB
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan,
juga terdapat luka bernanah di payudara atau didiagnosis sebagai inflammatory
breast cancer, menyebar ke kelenjar getah bening dan memiliki harapan hidup
44% selama 5 tahun kedepan.
7. Stadium IV
Ukuran tumor sudah tidak dapat ditentukan dan telah menyebar atau
bermetastasis ke lokasi yang jauh, seperti tulang, paru-paru, liver, tulang rusuk,
atau organ-organ tubuh lainnya dan memiliki harapan hidup 15% selama 5 tahun
kedepan.

F. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan : (Nurarif, 2015)
1. Scan (misalnya, MRI, CT). Dilakukan untuk diagnostik, identifikasi
metastatik dan evaluasi.
2. Termografi yaitu suatu cara yang menggunakan sinar infra red.
3. Mamografi untuk mendeteksi massa maligna kecil dalam 2 tahun sebelum
kanker dapat dipalpasi.
4. Biopsi untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2 (Breast Cancer
Susceptibility Gene).
5. USG (ultrasonografi) untuk membedakan lesi solid dan kistik.
6. Pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dan kimia darah.

G. Penatalaksanaan
Mastektomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat payudara.
Tipe-tipe mastektomi menurut Martin dan Griffin (2014) terbagi menjadi 7
yaitu:
a) Mastektomi radikal luas
Terdiri prosedur di atas di tambah eksisi klenjar limfe mammae
internal. Beberapa bagian rusuk harus diangkat untuk mencapai
kelenjar mammae internal. Operasi ini jarang dilakukan
b) Mastektommi radikal (haisted klasik)
Melalui insisi vertikal, seluruh payudara diangkat dengan batas
kulit yang bermakna disekitar puting, areola, dan tumor. Otot pektoralis
mayor dan minor diangkat, vena aksila dipotong. Dalam pembedahan
kulit yang tipis ditinggalkan.
c) Mastektomi radikal modifikasi
Seluruh payudara dan sebagian besar kelenjar limfe pada aksila
diangkat,vena aksila dipotong, otot pektoralis dipertahankan.
d) Mastektomi sederhana (total)
Seluruh payudara diangkat, tetapi kelenjar aksila dan otot
pektoralis tidak. Apabila kanker telah menyebar, aksila diradiasi atau
dilakukan mastektomi.
e) radikal Mastektomi sebagian (reseksi segmen, reseksi potongan)
Tumor dan besar segmen di sekitar jaringan payudara, dibawah
fasia, dan kulit di atasnya diangkat biasanya sekitar sepertiga payudara.
f) Lumpektomi, tilektomi atau eksisi lokal
Tumor berukuran 3 cm sampai 5 cm jaringan pada kedua sisi
diangkat, memepertahankan jaringan dan kulit payudara lainnya.
g) Mastektomi subkutan
Jaringan payudara, termasuk kedua aksila, diangkat melalui insisi
di bawah payudara. Semua kulit payudara, termasuk puting dan areola
serta tonjolan jaringankecil di bawah puting, dibiarkan ditempatnya.
Implan silikon disisipkan, baik pada saat pembedahan awal atau
beberapa bulan sesudahnya.
h) Radioterapi
Radiotrapi yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena
kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan
membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi.
Tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah,
nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudaar menghitam,
serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
Pengobatan ini biasanya diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau
mastektomi (Putra, 2015).
i) Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker
dalam bentuk pil, kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh
sel kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan
kanker yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Dampak dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah
serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada
saat kemoterapi (Putra, 2015).
j) Terapi Hormonal
Terapi ini biasa disebut trapi anti-estrogen yang sistem kerjannya
memblok kemampuan estrogen dalam menstimulus perkembangan
kanker payudara (Putra, 2015).
k) Lintas metabolism
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas
osteoklas dan resorbsi tulang yang sering digunakan untuk melawan
osteoporosis yang diinduksi oleh ovarian suppression, hiperkalsemia
dan kelainan metabolisme tulang, menunjukan evektivitas untuk
menurunkan metastasis sel kanker payudara menuju tulang.
Penggunaan asam bifosfonat dalam jangka panjang dapat menimbulkan
efek samping seperti osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal (Nurarif,
2015).

H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit kanker payudara stdium
lanjut atau pasca mastektomi yaitu, metastase ke organ lain seperti tulang rusuk
menjadi kanker tulang, terjadi limfederma karena saluran limfe untuk
menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi dengan adekuat
karena nodus eksilaris dan sistem limfe diangkat.
1. Skrining
Skrining untuk kanker payudara berguna untuk mendeteksi seorang
atau kelompok orang yang mempunyai kelainan atau abnormalitas yang
mungkin kanker payudara dan selanjutnya memerlukan diagnosa
konfirmasi. Skrining juga ditujukan untuk mendapatkan kanker payudara
dini sehingga hasil pengobatan menjadi efektif dengan demikian
menurunkan mortalitas dan memperbaiki kualitas hidup. Tindakan untuk
skrining antara lain sebagai berikut:
a. Pemeriksa payudara sendiri (SADARI)
SADARI adalah pengembangan kepedulian seorang perempuan
terhadap kondisi payudaranya sendiri. Tindakanan ini dilengkapi dengan
langkah-langkah khusus untuk mendeteksi secara awal penyakit kanker
payudara untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada
payudara. SADARI dilakukan setiap bulan sekitar 7-10 hari setelah
mentruasi (Putra, 2015).
b. Pemeriksaan payudara klinis (SADANIS)
Pemeriksaan payudara klinis dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
profesional dengan cara seperti pemeriksaan payudara sendiri biasanya
dilakukan setiap setahun sekali. Pemeriksaan SADANIS sangat penting
untuk umur 40 tahun lebih saat risiko kanker payudara mulai meningkat,
untuk perempuan usia 20-30an tahun di anjurkan pula untuk melakukan
pemeriksaan ini disamping tenaga kesehatan menguatkan SADARI
(Martin dan Griffin, 2014).
c. Termografi (clinical infrared imaging)
Termografi adalah tes yang digunakan untuk mendeteksi dan
mencatat perubahan suhu pada permukaan kulit. Pencitraan termal
inframerah digital digunakan dalam skrining kanker payudara,
menggunakan kamera termal inframerah untuk memotret area suhu yang
berbeda di sekitar payudara. Area payudara yang terkena kanker biasanya
memiliki suhu lebih tinggi yang akan terdeteksi melalui prosedur
termografi.
d. Mammografi
Mammografi adalah prosedur skrining dan diagnostik yang
menggunakan sinar X untuk mengetahi kondisi payudara. Lebih dari
90% kanker payudara dapat terdeteksi dengan mammografi tetapi hanya
20% sampai 50% lesi pada payudara hanya dapat terdeteksi oleh
mammografi. Mammografi lebih dini menemukan kanker yang lebih
kecil dalam 2 tahun sebelum kanker dapat dipalpasi, dengan lebih sedikit
metastase ke nodus limfe (Martin dan Griffin, 2014). Skrining
mammografi dianjurkan untuk perempuan berusia 40 tahun dengan
resiko standar dan untuk wanita yang berisiko tinggi dapat dilakukan
pada umur 25 tahun.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATA TEORI
A. Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah proses atau kegiatan pada praktik keperawatan
yang diberikan secara langsung kepada pasien dalam upaya memenuhi
kebutuhan dasar pasien dan membantu pasien untuk mendapatkan kesehatan
yang optimal. Proses keperawatan mencakup tahap-tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi
(Martin dan Griffin, 2014).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
upaya untuk mengumpulkan data pasien secara lengkap dan sistematis mulai
dari pengumpulan data, identitas pasien, dan validasi status kesehatan pasien.
Pengkajian bertujuan untuk menegaskan drajat kesehatan atau kesakitan pasien
dan untuk mendiagnosa kemungkinan masalah (Martin dan Griffin, 2014).
Pengkajian kanker payudara berfokus pada hal-hal berikut: berapa lama muncul
massa, penebalan massa atau gejala kanker lain dan apakah telah mengalami
perubahan payudara, karakteristik nyeri payudara, rabas dari puting, adanya
ruam, atau eksem pada puting, riwayat trauma pada payudara, dan riwayat
keluarga memiliki penyakit kanker (Martin dan Griffin, 2014). Pengkajian
dalam proses keperawatan meliputi:
1) Anamnesis
- Identitas Pasien
Identitas pasien mencakup nama pasien, tanggal lahir/usia, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, jam masuk
rumah sakit, nomor rekam medik dan diagnosa medis.
- Keluhan utama
Keluhan utama terbagi menjadi dua yaitu keluhan utama saat masuk rumah
sakit dan keluhan saat pengkajian. Keluhan utama pada pasien dengan kanker
payudara dapat berupa adanya massa tumor di payudara, rasa sakit di payudara,
keluar cairan pada puting, kemerahan pada payudara, payudara terasa restraksi.
- Riwayat Penyakit
(1) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit yang dialami pasien dari penjelasan sebelum
terjadinya keluhan utama sampai terjadi keluhan utama dan hingga pada saat
pengkajian. Riwayat kanker payudara dari tanda gejala munjul, penetapan
biopsi, keluhan yang paling dirasakan hingga penanganan yang sudah
diberikan untuk menangani keluhan tersebut.
(2) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu adalah riwayat penyakit yang pernah di derita
oleh pasien dan berhubungan dengan penyakit yang sekarang ini.
(3) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit kelurga adalah berisi tentang semua anggota kelurga
pasien yang memiliki penyakit kronis, menular, menurun dan menahun
seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, TBC, HIV, hepatits B,
penyakit kelamin, dan apakah kelurga ada yang memiliki riwayat kanker
payudara.
(4) Perilaku yang mempengaruhi Kesehatan
Prilaku yang mempengaruhi kesehatan berisi tentang aktivitas atau
prilaku sebelum pasien sakit yang dapat mempengaruhi kesehatan pasien,
seperti peminum alkohol atau tidak, merokok atau tidak, ketergantungan
obat-obatan atau tidak, dan bagaimana dengan aktivitas berolahraga.
(5) Data psikososial
Data pisikososial diperlukan untuk mengetahui koping yang dimiliki
pasien, persepsi pasien tentang penyakitnya dan untuk mengetahaui apakah
terjadi gangguan konsep diri pada pasien.
(6) Personal hygine
Data personal hygine diperlukan untuk mengetahui frekuensi mandi,
kramas, menyikat gigi, memotong kuku dan ganti pakaian dalam sehari.
(7) Pengkajian spiritual
Pengkajian spiritual dapat ditanyakan bagaimana kebiasaan beribadah
selama sebelum sakit dan sesudah sakit ini. Biasanya pada pasien yang
mengalami penyakit kronis akan lebih mendekatkan diri kepada tuhan guna
untuk mencari ketenangan hidupnya.
2) Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara melihat
kondisi pasien maupun lingkungan sekitar pasien atau respon pasien dengan
penyakit kanker, biasanya terdapat nyeri sehingga respon pasien terlihat
meringis menahan nyeri.
3) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan proses pemeriksaan fisik dengan
menggunakan metode head to toe yaitu dari ujung rambut hingga ujung kaki
untuk menemukan tanda tanda klinis atau kelainan pada suatu sistem.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan teknik inspeksi, palpasi, auskutasi
dan perkusi:
Keadaan umum berupa keadaan kesadaran pasien, apakah pasien dalam
keadaan sadar, apatis, somnolen, sopor atau koma. Pemeriksaan tanda-tanda
vital untuk mendapatkan data objektif dari keadaan pasien, pemeriksaan ini
meliputi tekanan darah, suhu, respirasi, dan jumlah denyut nadi.
Pada pemeriksaan pertama di mulai dari kepala sampai leher meliputi
pemeriksaan bentuk kepala, penyebaran rambut, warn arambut, struktur wajah ,
warna kulit, kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea mata,
konungtiva dan sklera, pupil dan iris, ketajaman penglihatan, lapang pandang
penglihatan, keadaan lubang hidung, kesimetrisan septum nasal, ukuran telinga
kanan dan kiri, ketajaman pendengaran, keadaan bibir, keadaan gusi dan gigi,
keadaan lidah, keadaan platum dan orofaring, posisi trakea, apakah ada tiroid,
kelenjar limfe, apakah ada penonjolan vena jugularis, dan cek denyut nadi
karotis.
Pada payudara meliputi inspeksi (biasanya terjadi perubahan pigmentasi
kulit seperti kemerahan,papila mamae tertarik kedalam, hiperpigmentasi aerola
maame, ada atau tidak pengeluaran cairan pada puting susu, ada atau tidak
oedem, dan ansimetris payudara serta apakah terlihat adanya ulkus pada bagian
payudara). Jika terdapat ulkus pada payudara lakukan pengkajian luka meliputi
jenis luka, panjang luka, lebar luka, kedalaman luka, warna luka. Palpasi hasil
(biasanya teraba ada massa pada payudara, ada atau tidak pembesaran kelenjar
getah bening, kemudian disertai dengan pengkajian nyeri tekan).
Pada pemeriksaan dada atau torak meliputi ispeksi (bentuk payudara
simetris atau tidak, apakah terlihat mempergunakan otot bantu pernafasan dan
lihat bagaimana pola nafas), plapasi (penilaian vokal premitus), perkusi
(melakukan perkusi di semua lapang paru), auskultasi (penilaian suara nafas,
suara uacapan suara).
Pada pemeriksaan kardiovaskuler meliputi inspeksi dan palpasi melihat
bagaimana bentuk dada, mengamati palpasi dan ictus cordis, dan palpasi
menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui ukuran jantung, auskultasi
mendengarkan bunyi jantung, bunyi jantung tambahan ada atau tidak.
Cantumkan juga apakah pasien menggunakan alat bantu pernapasan
Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi (melihat bentuk abdomen, ada atau
tidak benjolan, ada atau tidak bayangan pembuluh darah), auskultasi (bising
usus dengan hasil yang normal 5-35x/menit), palpasi (teraba ada atau tidak
massa, ada atau tidak pembesaran limfe dan line serta ada atau tidak nyeri tekan)
dan perkusi (penilaian suara abdomen suara normalnya berupa timpani dan jika
abdomen terlihat membesar lakukan pemeriksaan shifting dullnes).
Pemeriksaan genetalia dan perkemihan meliputi pemeriksaan bagian-bagian
genetalia apakah ada kelainan atau tidak, kebersihan genetalia, kemempuan
berkemih, intake dan output cairan serta menghitung belance cairan.
Pemeriksaan muskuloskeletal meliputi pemeriksaan kekuatan otot, kelainan
pada tulang belakang, dan kelainan pada ekstremitas.
Pemeriksaan integumen meliputi kebersihan kulit, warna kulit, kelembaban,
turgor kulit, apakah ada lesi dan apakah ada penyakit kulit serta berapa hasil
penilaian resiko dekubitus.
Sistem persyarafan meliputi pemeriksaan glasgow coma scale and score
(GCS) cantum kan hasil pemeriksaan hasil eye, verbal, dan best motor,
pemeriksaan ingatan memory, cara berkomunikasi, kognitif, orientasi
(tempt,waktu,orang), saraf sensori (nyeri tusuk, suhu, dan sentuhan),
pemeriksaan syaraf otak (NI-NXII), fungsi motorik dan sensorik, serta
pemeriksaan refleks fisiologis.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah sebuah gambarkan respon manusia mengenai
keadaan kesehatan pada individu atau klompok (Martin dan Griffin,
2014).Diagnosa keperawatan sejalan dengan diagnosa medis karena saat
mengumpulkan data-data untuk menegakan diagnosa keperawatan ditinjau dari
keadaan penyakit dalam diagnosa medis.
Menurut Nurarif (2015), diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
kanker payudara yaitu:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas dinding dada,
hambatan upaya nafas (misalny nyeri saat bernafas). Kategori: fisiologi,
subkategori: respirasi, kode: D.0005.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologi. kategori: pisikologi,
subkategori: nyeri dan kenyamanan, kode: D.0077.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
ke jaringan. Kategori: fisiologi, subkategori: Nutrisi dan cairan Kode:
D.0019.
4. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor mekanik
(penekanan massa kanker). Kategori: lingkungan, subkategori: keamanan
dan proteksi, kode: D.0139.
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri. Kategori: fisiologi,
subkategori: aktivitas dan istirahat, kode: D.0054.
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk
tubuh. Kategori: psikologi, subkategori: integritas ego, kode: D.0083.
7. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian. Kategori:
psikologi, subkategori: integritas ego, kode: D.0080.
8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur. Kategori:
fisiologi, subkategori: aktivitas dan istirahat, kode: D.0055.
9. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
Kategori: perilaku, subkategori: penyuluhan dan pembelajaran, kode:
D.0111.
10. Resiko infeksi berhubugan dengan faktor resiko tindakan invasif. Kategori:
lingkungan, subkategori: keamanan dan proteksi, kode: D.0142.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah berbagai perawatan yang berdasarkan
penilaian klinis dan pengetahuan yang dilakukan oleh perawat untuk
meningkatkan hasil klien/pasien (NANDA, 2015). Membuat intervensi
keperawatan membutuhkan keterampilan meliputi, penetapan prioritas,
penetapan tujuan klien (dalam prilaku yang dapat diukur) dan kriteria hasil serta
menetukan tindakan keperawatan (Martin dan Griffin, 2014). Membuat
prioritas masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan
sebelumnya karena tidak semua diagnosa keperawatan diselesaikan secara
bersama. Menentukaan tujuan, tujuan ada dua yaitu tujuan jangka panjang untuk
mengatasi masalah secara umum dan tujuan jangka pendek untuk mengatasi
etiologi guna mencapai tujuan jangka panjang. Rumusan tujuan mencakup
SMART yaitu specific (rumusan tujuan harus jelas), measurabel (dapat diukur),
achievable (dapat dicapai bersma pasien ), realistic (dapat dicapai dan nyata),
dan timing (harus ada target waktu).

Tabel 2.2
Intervensi keperawatan pada pasien kanker payudara
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (NOC) (SIKI)
1. Kategori : fisiologi  Respiratory status : Manajemen pernafasan
Subkategori : respirasi ventilasi dan pemantauan respirasi
Kode : D.0005  Respiratory status : 1.1 Monitor pola nafas
Pola nafas tidak efektif airway patency (frekuensi,
berhubungan dengan  Vital sign status kedalaman, usaha
deformitas dinidng dada, hambatan Tujuan : pola nafas nafas)
upaya nafas (misalny nyeri saat menjadi efektif 1.2 Monitor saturasi
bernafas) Kriteria hasil : oksigen
RR dalam batas normal 1.3 Posisikan semi
Dibuktikan dengan : (16 – 24x/menit), jalan fowler atau fowler
Mayor nafas paten, suara nafas Berikan oksigen
DS: vasikuler, pola nafas
- Pasien mengatakan sesak nafas normal, irama nafas
DO: reguler, tidak ada suara
- Penggunaan otot bantu nafas tambahan
pernafasan
- Fase ekspirasi terlihat
memanjang
- Pola nafas abnormal
(hiperventilasi)
Minor
DS:
- Pasien mengatakan sesak pada
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (NOC) (SIKI)
posisi tidur saja
DO:
- Pernapasan cuping hidung
- Diameter toraks anterior dan
posterior meningkat

2. Kategori : pisikologi  Pain level Manajemen nyeri


Subkategori : nyeri dan  Pain kontrol 2.1 Identifikasi lokasi,
kenyamanan Tujuan : nyeri hilang atau karakteristik, durasi,
Kode : D.0077 nyeri berkurang frekuensi, kualitas,
Nyeri akut berhubungan dengan Kriteria hasil : intensitas nyeri
agen cedera fisiologi - Skala nyeri berkurang 2.2 Identifikasi respon
(skala nyeri 2-3) nyeri non verbal
Dibuktikan dengan: - Klien mampu 2.3 Berikan analgesik
Mayor mengontrol nyeri dengan sesuai terapi
DS: manajemen nyeri non 2.4 Ajarkan teknik
- Pasien mengeluh nyeri farmakologi nonfarmakologis
- Pasien mengatakan sulit tidur - Klien mampu untuk mengurangi
DO: menyatakan nyaman nyeri
- Terlihat meringis setelah nyeri berkurang
- Bersikap protektif (mis.
waspada, posisi menghindari
nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat

Minor
DO:
- Tekanan darah meningkat
- Pola nafsu makan berubah
- Proses berfikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri

3. Kategori : fisiologi  Nutrition status : food Manajemen nutrisi


Subkategori : Nutrisi dan cairan and fluid intake 3.1 Identifikasi status
Kode : D.0019  Weiht control nutrisi
Defisit nutrisi berhubungan dengan Tujuan : nutrisi terpenuhi 3.2 Monitor asupan
ketidakmampuan mengabsorbsi Kriteria hasil : makanan
nutrien ke jaringan - Tidak terjadi penurunan 3.3 Monitor berat badan
berat badan 3.4 Monitor hasil
Dibuktikan dengan: - Adanya peningkatan pemeriksaan
Mayor berat badan laboratorium
DS: - Tidak ada mual dan 3.5 Berikan medikasi
- Pasien mengatakan BB turun muntah sebelum atau sesudah
DO: - Mampu menghabiskan makan
- Berat badan turun minimal porsi makannya
- 10% dibawah rentang normal
Minor
DS:
- Pasien mengatakan cepat
kenyang
- Pssien mengatakan nafsu makan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (NOC) (SIKI)
menurun
- Pasien mengatakan mual
muntah
DO:
- Membran mukosa pucat
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebihan
- Diare

4. Kategori : lingkungan  Tissue integrity : skin Perawatan luka


Subkategori : keamanan dan and musous 4.1 Monnitor
proteksi Tujuan: Integritas kulit karakteristik luka
Kode : D.0139 membaik (mis. drainase,
Gangguan integritas kulit/jaringan Kriteria hasil: warna, ukuran, bau)
berhubungan dengan faktor - Menunjukan proses 4.2 Monitor tanda-tanda
mekanik (penekanan massa kanker) penyembuhan luka infeksi
- Kebersihan dan 4.3 Pertahankan teknik
Dibuktikan dengan : kelembapan kulit terjaga steril saat melakukan
Mayor - Kehangatan kulit merata perawatan luka
DS: 4.4 Ajarkan prosedur
- Pasien mengatakan nyeri perawatan luka
- Pasien mengatakan gatal secara mandiri
DO:
- Kerusakan jaringan dan lapisan
kulit
- Adanya ulkus kanker
Minor
DO:
- Perdarahan
- Kemerahan
- Hematoma

5. Kategori : fisiologi  Join movement : active Dukungan mobilisasi


Subkategori : aktivitas dan istirahat  Self care : ADLs 5.1 Monitor TTV
Kode : D.0054 Tujuan: Pergerakan sebelum meulai
Gangguan mobilitas fisik aktifitas fisik meningkat mobilisasi
berhubungan dengan nyeri Kriteria hasil: 5.2 Fasilitasi melakukan
- Klien meningkat dalam mobilisasi fisikd
Dibuktikan dengan : aktifitas fisik 5.3 Libatkan keluarga
Mayor - Memverbalisasi untuk membantu
DS: perasaan dalam pasien dalam
- Pasien mengatakan sulit meningkatkan kekuatan meningkatkan
- menggerakan esktremitas dan kemampuan pergerakan
. DO: berpindah. 5.4 Jelaskan tujuan dan
- Kekuatan otot menurun - Mengerti tujuan dari prosdur mobilisasi
Minor mobilisasi
DS:
- Pasien mengatakn nyeri saat
bergerak
DO:
- Fisik terlihat lemah
- Gerakan terbatas
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (NOC) (SIKI)
6. Kategori : psikologi  Body image Promosi citra tubuh dan
Subkategori : integritas ego Tujuan : klien mampu koping
Kode : D.0083 beradaptasi dengan 6.1 Identifikasi
Gangguan cinta tubuh berhubungan perubahan tubuhnya kemampuan yang
dengan perubahan struktur/bentuk Kriteria hasil : dimiliki
tubuh - Body image positif 6.2 Monitor frekuensi
- Mampu mengidentifikasi pernyataan kritik
Dibuktikan dengan : kekuatan personal terhadap diri sendiri
Mayor 6.3 Anjurkan keluarga
DS: ter;ibat untuk
- Mengungkapkan kehilangan memotivasi pasien
bagian tubuh 6.4 Diskusikan
DO: perubahan tubuh dan
- Fungsi/struktur tubuh fungsinya
berubah/hilang
- Terlihat kehilangan bagian
tubuh
Minor:
DS:
- Mengungkapkan perasaan
negatif tentang perubahan tubuh
- Mengungkapkan kekhawatiran
pada penolakan
DO:
- Menghindari melihat atau
menyentuh bagian tubuh
- Respon nonverbal pada
perubahan bagian tubuh
- Hubungan sosial berubah

7. Kategori : psikologi  Anxiety self-control Anxiety reduction


Subkategori : integritas ego Tujuan : Ansietas Reduksi ansietas
Kode : D.0080 berkurang 7.1 Identifikas penyebab
Ansietas berhubungan dengan Kriteria hasil : ansietas
ancaman terhadap kematian klien mampu 7.2 Berikan terapi
mengidentifikasi dan relaksasi
Dibuktikan dengan : mengungkapkan prasaan 7.3 Anjurkan keluarga
Mayor cemas serta dapat untuk tatap bersama
DS: mengontrol cemas pasien
- Pasien mengatakan khawatir 7.4 Jelaskan prosedur,
dengan kondisinya termasuk sensasi
- Sulit berkonsentrasi yang akan dialami
- Pasien mengatakan sulit tidur
DO:
- Terlihat gelisah
- Terlihat tegang
Minor
DS:
- Pasien mengeluh pusing
DO:
- Frekuensi nadi menngkat
- Tekanan darah meningkat
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (NOC) (SIKI)
8. Kategori : fisiologi  Pain level Dukungan tidur
Subkategori : aktivitas dan istirahat  Sleep : extent and 8.1 Identifikasi faktor
Kode : D.0055 pattern pengganggu tidur
Gangguan pola tidur berhubungan Tujuan : Pola tidur pasien 8.2 Monitor kuantitas
dengan kurang kontrol tidur efektif dan kualitas tidur
Kroteria hasil : pasien
Dibuktikan dengan : - Jumlah jam tidur dalam 8.3 Modifikasi
Mayor batas normal 6-8 lingkungan (mis.
DS: jam/hari kebisingan)
- Pasien mengatakan sulit tidur - Perasaaan segar setelah 8.4 Anjurkan menepati
- Pasien mengeluh pola tidur bangun tidur waktu tidur
berubah 8.5 Jelaskan pentngnya
Mayor waktu tidur
DS:
- Mengeluh kemampuan
beraktivitas menurun

9. Kategori : perilaku  Knowledge : disease Teaching : disease process


Subkategori : penyuluhan dan process 9.1 Kaji tingkat
pembelajaran Tujuan : pengetahuan pengetahuan pasien
Kode : D.0111 pasien meningkat mengenai penyakitnya
Defisit pengetahuan berhubungan Kriteria hasil : 9.2 Jelaskan patofisiologis
dengan kurang terpapar informasi - Pasien dan keluarga dari penyakit dengan
menyatakan cara yang tepat
pemahamannya tentang 9.3 Jelaskan tanda dan
penyakit, prognosisi dan gelaja penyakit
Dibuktikan dengan : pengobatan 9.4 Jelaskan kepada
Mayor - Pasien dan keluarga keluarga mengenai
DS: dapat menjelaskan cara skrining penyakit
- Pasien menanyakan masalah kembali apa yang 9.5 Sediakan informasi
pengobatan kanker dijelaskan oleh perawat mengenai kondisi
- Pasien menanyakan seputar dengan cara yang tepat
masalah yang sedang dihadapi
DO:
- Menunjukan persepsi yang
- kliru terhadap masalah
Minor
DO:
- Menunjukan prilaku berlebihan
(mis. apatis, agitasi)

10. Kategori : lingkungan  Immune status Pencegahan infeksi


Subkategori : keamanan dan  Knowledge : infection 10.1 Monitor tanda dan
proteksi control gejala infeksi lokal
Kode : D.0142 Tujuan : tidak terjadi dan sistemik
Resiko infeksi berhubugan dengan infeksi 10.2 Berikan perawatan
faktor resiko tindakan invasif Kriteria hasil : luka
Dibuktikan dengan : - Pasien terbebas dari 10.3 Berikan antibiotik
DO: tanda dan gejala infeksi sesuai terapi
- Pasien telah melakukan - Menunjukan proses 10.4 Cuci tang an sesudah
tindakan mastektomi penyembuhan luka dan sebelum kontak
- Terihat luka insisi panjang.. - Menunjukan pasien dan
lebar... kemampuan untuk lingkungan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (NOC) (SIKI)
mencegah timbulnya 10.5 Jelaskan tanda dan
infeksi gejala infeksi

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap tindakan dalam proses keperawatan dimana
harus membutuhkan penerapan intelektual, interpersonal, dan teknis (Martin
dan Griffin, 2014).
Implementasi keperawatan adalah suatau tindakan keperawatan yang
sebelumnya telah di rencanakan pada intervensi keperawatan. Setelah
melakukan implementasi hendaklah perawat melihat respon subjektif maupun
objektif pasien.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir proses keperawatan yang meliputi evaluasi
proses (formatif) dan evaluasi hasil (sumatif) dan mencakup penilaian hasil
tindakan asuhan keperawatan yang telah dilakukan (Martin dan Griffin, 2014).
Evaluasi formatif adalah evalusi yang dilakukan setelah perawat melakukan
tindakan keperawatan yang dilakukan terus menerus hingga mencapai tujuan.
Evaluasi somatif adalah evaluasi yang dilakukan setiap hari setelah semua
tindakan sesuai diagnosa keperawatan dilakukan. Evaluasi somatif terdiri dari
SOAP (subjek, objektif, analisis dan planing). Subjek berisi respon yang
diungkapkan oleh pasien dan objektif berisi respon nonverbal dari pasien
respon-respon tersebut didapat setelah perawat melakukan tindakan
keperawatan. Analisis merupakan kesimpulan dari tindakan dalam
perencanaan masalah keperawatan dilihat dari kriteria hasil apakah teratasi,
teratasi sebagiam atau belum teratasi. Sedangkan planing berisi perencanaan
tindakan keperawatan yang harus dilakukan selanjutnya.
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan keberhasilan
tujuan tindakan yaitu tujuan tercapai apabila pasien menunjukan perubahan
sesuai kriteria hasil yang telah ditentukan, tujuan tercapai sebagian apabila jika
klien menunjukan perubuahan pada sebagian kriteria hasil yang telah
ditetapkan, tujuan tidak tercapai jika klien menunjukan sedikit perubahan dan
tidak ada kemajuan sama sekali
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, P., dkk. (2016). Pengaruh Teknik Relaksasi Hand Massage Terhadap
Nyeri Pada Pasien Kanker Payudara di Yayasan Kanker Indonesia
Surabaya. Journal Ilmiah Kesehatan Volume 9 nomor 2, (221-226)

Auran, K., P., isfandiarti, M., A. (2015). Hubungan Dukungan Sosial Terhadap
Pengobatan Kanker Payudara Di Yayasan Kanker Wisnuwardhana.
Journal Promkes Volume 3 Nomor 2, (218-228)

Diyono. (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Penurunan Skala Nyeri


Post Operasi. https://docplayer.info/31788404-Pengaruh-teknik-
relaksasi- terhadap-penurunan-skala-nyeri-post-operasi-di-rumah-sakit-
dr-oen- surakarta.html. (diakses 30 mei 2019)

Boki Majapoh.A.,dkk. (2013). Pengaruh Pemberian Posisi Semi Fowler


Terhadap Kestabilan Pola Nafas. Journal Keperawatan Volume 3 Nomor
1

Brest Care Indonesia. (2017). Kanker payudara.


https://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/Diseases/Ca
ncer/Breast%20Cancer/Cancer-Breast-Cancer-Indonesian.pdf?ext=.pdf.
(diakses 2 Desember 2018)

Dinas Kesehatan Kalimantan Timur. (2016). Profil Kesehatan Provinsi


Kalimantan Timur Tahun 2015.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVI
NSI_2015/23_KALTIM_2015.pdf. (diakses 06 Desember 2018)

Doenges, Marilynn, E. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman


Untuk Perencanaan Keperawatan Pasien, Edisi 2. Jakarta:EGC.

Dyanna, Lenny. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Mekanisme


Koping Pasien Post Op Operasi Mastektomi. Journal Keperawatan
volume 2 nomor 1

Hananta. (2014). Gangguan Tidur Pada Pasien Kanker Payudar di Rumah Sakit
Dharmais Jakarta. Journal Dharmais Volume 13 Nomor 2, (84-94)

Indotang, Farach, E., F. (2015). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan


Mekanisme Koping Pada Pasien Ca Mamae. Journal Keperawatan
Volume 2 Nomor 4

Kementrian Kesehatan Republik indonesia. (2015). Buletin Jendela Data dan


Informasi Kesehatan Situasi Penyakit Kanker.
https://www.google.com/search?q=buletin+jendela+data+dan+informasi+k
esehatan+situasi+penyakit+kanker&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-
b- ab. (diakses 19 November 2018)
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riskesdas
2018.https://drive.google.com/file/d/1Vpf3ntFMm3A78S8Xlan2MHxbQ
hqyMV 5i/view. (diakses 2 Desember 2018)

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Profil Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia Ajak Masyarakat Cegah dan Kendalikan
Kanker.
http://www.depkes.go.id/article/view/17020200002/kementerian-
kesehatan- ajak-masyarakat-cegah-dan-kendalikan-kanker.html. (diakses
19 November 2018)

Kementrian Kesehatan Republic Indonesia. (2015). Infodatin Situasi Kanker


Payudara.http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodati
n/infodatin- kanker.pdf. (diakses 19 Desember 2018)

Kusmawardani, Nunik. (2017). Penanganan Nutrisi Pada Penderita Kanker.


https://media.neliti.com/media/publications/238464-penanganan-nutrisi-
pada-penderita-kanker-71770d9a.pdf. (diakses 30 mei 2019)

Kristina. (2017). Pengaruh Kegiatan Mewarnai Pola Mandala Terhadap Tingkat


Kecemasan Mahasiswa Akademi Keperawatan Dirgahayu Samarinda.
Journal Nurseline Volume 2 Nomor 1

Nurarif, Amin H., Kusuma, Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC.
Jakarta:Medication.

Pelima, Citra, T., Pinonton, R., Odi. (2016). Hubungan Antara Sumber Informasi
dan Pengetahuan dengan Sikap Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Siswa Puteri SMA Negeri 2 Kota Kotamobagu. Journal Kesehatan
Masyarakat volume 2 nomor 2

Pinendedi. (2015). Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan


Diri Terhadap Kemandirian Personal Hygiene Pada Pasien di RSJ. Journal
Keperawatan Volume 4 Nomor 2

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.

Priyatin, C., Ulfiana, E., Sumarni, S. (2013). Faktor Risiko yang Berpengaruh
Terhadap Kejadian Kanker Payudara di RSUP Kasiadi Semarang. Journal
Kebidanan Volume 2 Nomor 2, (2089-7669)

Pratiwi, S., R., dkk. (2017). Gambaran Faktor – Faktor yang Berhubungan
dengan Kecemasan Pasien Kanker Payudara dalam Menjalani Kemotrapi.
Journal Pendidikan Keperawata Indonesia Volume 1 Nomor 1, (167-174)

Puspita, Rika., T. (2017). Hubungan Dukungan Sosial Dengan Citra Tubuh


Pasien Kanker Payudara Post Op Mastektomi. Journal Ners Indonesia
Volume 8 Nomor 1
Putra., S., R. (2015). Kanker Payudara Lengkap. Yogyakarta:Laksana.

Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie. (2017). Profil 2017
Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie 10 Penyakit
Terbanyak.
http://www.rsudaws.co.id/uploads/DOWNLOAD/Profil%20RSUD%20AW
S%202017.pdf. (diakses 05 Desember 2018)

Sari, Apriliya. (2015). Pelatihan Teknik Relaksasi Untuk Menurunkan


Kecemasan Pada Pasien Kanker Payudara. Journal Gajah Mada Volume
1 Nomor , (173-192)

Anda mungkin juga menyukai