Anda di halaman 1dari 13

LAPKAS

KEJANG DEMAM

DISUSUN OLEH:
IRFAN SAZALI NASUTION
7111081525
PEMBIMBING
dr. Hj. Marlina J, SpA
Kepanitraan Klinik Senior
SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. R.M. Djoelham
BINJAI
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara
Medan
2015
BAB 1
PENDAHULUAN

Kejang demam adalah kejang yang terkait


dengan demam dan usia, serta tidak didapatkan
infeksi intrakranial maupun kelainan lain di otak.
Kejang demam terbanyak terjadi pada waktu anak
berusia antara 3 bulan sampai dengan 5 tahun.
Di Asia dilaporkan penderitanya lebih tinggi
sekitar 20 % diantara jumlah penderita itu
mengalami kejang demam kompleks yang harus
ditangani secara teliti. Di Indonesia dilaporkan
sekitar 6,5% diantara 83 pasien kejang demam
menjadi epilepsi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Kejang demam adalah kejang yang disebabkan
kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,4ᵒC tanpa adanya infeksi
susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada
anak berusia diatas 1 bulan tanpa riwayat kejang
sebelumnya.
FAKTOR RESIKO
Faktor yang berperan menyebabkan kejang demam
antara lain :
1. Demam (suhu mencapai 38,4ᵒC - 39ᵒC)
2. Demam setelah imunisasi DPT dan morbili
3. Efek toksin dari mikroorganisme
4. Respon alergik atau keadaan imun yang
abnormal akibat infeksi
5. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit
EPIDEMIOLOGI
Kejang demam terjadi pada waktu anak berusia antara 3-5
tahun. Di Amerika insidensinya 2%-5% anak dibawah 5
tahun. Sedangkan di Asia insidensinya meningkat dua kali
lipat, seperti di jepang 8,3% - 9,9%. Maka dari itu prognosis
kejang demam biasanya baik.

ETIOLOGI
Etiologi dari kejang demam masih tidak diketahui.
Namun pada sebagian besar anak dipicu oleh tingginya suhu
tubuh bukan kecepatan peningkatan suhu tubuh. Penyakit
yang paling sering menimbulkan kejang demam adalah
infeksi saluran pernafasan akut, otitis media akut,
pneumonia, gastroenteritis akut, dan bronchitis.
PATOFISIOLOGI
Terjadinya infeksi di ekstrakranial seperti otitis media
akut dan bronchitis dapat menyebabkan bakteri yang bersifat
toksik tumbuh dengan cepat, toksik yang dihasilkan dapat
menyebar keseluruh tubuh melalui hematogen dan limfogen.
Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi
perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan
dalam waktu yang yang singkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat
terjadinya lepas muatan listrik.
Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga
dapat meluas keseluruh sel maupun kemembran sel
tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmitter dab terjadilah kejang.
Kejang demam dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Kejang demam kompleks
2. Kejang demam simpleks atau sederhana
MANIFESTASI KLINIS
dibagi menjadi 3 :
1. Kejang demam yang berlangsung singkat, berupa
serangan kejang klonik atau tonik klonik.
2. Kejang demam diikuti hemiparesis sementara
(Hemeparesis Tood) yang berlangsung beberapa
jam sampai hari.
3. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh
hemiparesis yang menetap
Diagnosa
Beberapa hal dapat mengarahkan untuk dapat menentukan diagnosis
kejang demam:
1. Anamnesis:
- Menentukan adanya kejang, jenis kejang, lama kejang,penyebab
demam diluar susunan saraf pusat
- Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko kejang demam
- Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam
berulang
2. Gambaran Klinis
- Suhu tubuh mencapai 39ᴼC
- Anak sering kehilangan kesadaran saat kejang
- Kepala mengadah keatas, mata mendelik, tungkai dan lengan mulai
kaku
- Kulit pucat dan mungkin menjadi biru
- Serangan terjadi beberapa menit setelah anak itu sadar
3. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium
- Pada kejang demam kompleks, dijumpai kelainan
fisik neurologi berupa hemiplegi.
- Pada kejang demam sederhana , tidak dijumpai
kelainan fisik neurologi maupun laboratorium
PENATALAKSANAAN
- Diazepam dengan pemberian secara intravena atau
intrarektal
Diazepam intrarektal 5mg/8 jam  <10 kg
Diazepam intrarektal 10mg/8jam >10kg
- Diazepam secara oral dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari
- Fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari
- Asam Valproat 15-40 mg/kgBB/hari
depaken 5-10mg/kgBB/hari
- Fenitoin 10-20 mg/kgBB/hari
Pemberian obat pada saat demam :
- Paracetamol 10-15mg/kgBB/hari
DAFTAR PUSTAKA
- Dewanto. 2009. Kejang pada Anak. Dalam. Pohan, 2010. Gambaran
Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Ibu Mengenai Kejang Demam Pada
Anak di Kelurahan Tembung Tahun 2010.
- Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. Kejang Demam Apakah
Menakutkan?. [Online]Available at http://www.idai.or.id/tips/artikel.asp?
q=2009421101559 Kania Nia. 2007. Penatalaksanaan Demam pada
Anak. [ Accessed 12 November 2015].
- Kania Nia. 2007. Penatalaksanaan Demam pada Anak. [ Accessed 7 mei
2014]. Available at :
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/02/penatalaksanaand
e mampadaanak.pdf [Akses 8 Mei 2014].
- Lumbantobing SM. 2007. Kejang Demam (Febrile Convulsions).
Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
- Purwati OS. Maliya Arina, 2008. Kegawatdaruratan kejang demam pada
anak. Universitas Muhammadyah Surakarta.
- Pusponegoro HD. Widodo DP, Ismael S, 2006. Konsensus
penatalaksanaan kejang demam. IDAI: Jakarta.
- Soetomenggolo. 2000. Kejang Demam. Dalam:
Soetomenggolo, Ismael, Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta:
Balai Penerbit IDAI, 244-252.
- Staf Pangajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2002. Kejang
Demam. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI, 847-855.
- Widjaja MC. 2001. Kejang-Kejang Karena Demam. Dalam:
Mencegah dan Mengatasi Demam pada Balita. Jakarta:
Kawan Pustaka.
- Widodo DP. 2005. Kejang demam: Apa yang perlu
diwaspadai? Dalam: Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan
Ilmu Kesehatan Anak XLVII. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Hlm. 58-66.

Anda mungkin juga menyukai