Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

“KEJANG DEMAM”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Anak


di Ruang Rawat Inap Sakura Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Bandung

Disusun oleh:
Aam Amelia
4006190047

PROGRAM PROFESI NERS

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

DHARMA HUSADA BANDUNG

2019
LAPORAN PENDAHULUAN
KEJANG DEMAM
I. DEFINISI
Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan
sangat singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktifitas otak yang
abnormal serta adanya pelepasan listrik serebral yang sangat berlebih (Hidayat,
2008).
Kejang demam adalah kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh diatas
38,4ºC tanpa disertai infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit pada
anak diatas usia 1 bulan, tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya (Partini,
2013).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal > 380C) yang disebabkan oleh suatu proses di luar otak. Kejang
demam terjadi pada 2-4 % anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun. Anak yang pernah
mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk
dalam kejang demam (Hartono, 2011).
Kejang demam ada 2 bentuk yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam
kompleks. Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang berlangsung
singkat, kurang 15 menit dan umumnya dapat berhenti sendiri. Kejangnya bersifat
umum artinya melibatkan seluruh tubuh. Kejang tidak berulang dalam 24 jam
pertama. Kejang demam tipe ini merupakan 80% dari seluruh kasus kejang demam.
Kejang demam kompleks adalah kejang dengan satu ciri sebagai berikut: kejang
lama > 15 menit, kejang fokal / parsial satu sisi tubuh, kejang > 1 kali dalam 24
jam (Hartono, 2011).

II. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui. Kejang
demam biasanya berhubungan dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan kebanyakan
terjadi pada hari pertama anak mengalami demam.
Menurut Jessica (2011) penyebab dan faktor resiko terjadinya kejang demam
adalah sebagai berikut:
A. Infeksi virus
B. Infeksi traktus pernapasan atas
C. Infeksi traktus digestivus (gastroenteritis)
D. Infeksi saluran kemih
E. Otitis Media
F. Faktor genetik

III. MANIFESTASI KLINIS


A. Demam lebih dari 38ᵒC
B. Kejang umum biasanya di awali kejang tonik kemudian klonik berlangsung 10
sampai 15 menit
C. Frekuensi takikardia pada bayi sering di atas 150 – 200 permenit
D. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai akibat
menurunnya curah jantung
E. Gejala bendungan system vena : Hepatomegali, Peningkatan vena jugularis.

IV. PATOFISIOLOGI
Pada anak mudah sekali untuk terinfeksi bakteri, virus dan parasit yang
mengakibatkan reaksi inflamasi dan terjadinya proses demam sehingga menjadi
hipotermi maka terjadi demam. Demam akan menimbulkan proses peradangan
maka anak akan mengalami anoreksi maka akan muncul diagnosa ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmitter dan terjadilah kejang yang dapat mengakibatkan resiko cedera.
Kejang dengan frekuensi lebih dari 15 menit akan menyebabkan perubahan
suplay darah ke otak sehinnga terjadi hipoksia kemudian permeabilitas kapiler
meningkat akanmengakibatkan kerusakan sel neuron otak.
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan
dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan
sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion
klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat
perbedaan potensial membran yang disebutpotensial membran dari neuron.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1ᵒC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak
3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan
orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat
terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh
sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi
kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai
apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur
dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot
dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
V. PATHWAY
VI. PENATALAKSANAAN
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang,
kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat
untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis
diazepam intravena adalah 0,3 – 0,5 mg/kg perlahan lahan dengan kecepatan 12
mg/menit atau dalam waktu 35 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orangtua atau di rumah adalah
diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5 – 0,75 mg/kg atau diazepam rektal
5 mg untuk anak dengan berat badan < 10 kg dan 10 mg untuk berat badan > 10 kg
atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun. Tata laksana
kejang demam :
A. Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang
lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
B. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan
ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis
0,3 – 0,5 mg/kg.
C. Bila kejang tetap belum berhenti, berikan fenitoin secara intravena dengan
dosis awal 1020 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50
mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 48 mg/kg/hari, dimulai
12 jam setelah dosis awal.
D. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti, maka pasien harus dirawat di
ruang rawat intensif. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya
tergantung dari jenis kejang demam, apakah kejang demam sederhana atau
kompleks dan faktor resikonya.

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang
demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab atau
keadaan lain, misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan
laboratorium yang dapat dikerjakan, darah perifer, elektrolit, dan gula darah.
B. Lumbal Fungsi
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis.
C. Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektro ensefalo grafi ( EEG ) tidak dapat memprediksi
berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada
pasien kejang demam.

VIII. ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Data subjektik
a. Pasien mengeluh demam
b. Ibu klien mengatakan anaknya kejang
2. Data objektif
a. Suhu tubuh >37 °C
b. Takikardia
c. Mulut bibir kering
d. Kulit merah
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi oleh virus yang ditandai dengan
suhu tubuh pasien >37 °C, akral hangat/ panas, takikardia, dan nafas cepat.
2. Hipertermi berhubungan dengan ketidakefektifan regulasi suhu sekunder
terhadap usia yang ditandai dengan pasien mengeluh panas, lemas, dan pusing.
3. Hipertermi berhubungan dengan ketidakcukupan hidrasi untuk aktivitasyang
berat yang ditandai dengan pasien mengeluh haus, badan panas, dehidrasi, dan
mukosa bibir kering.
4. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan respon terhadap lingkungan
C. Perencanaan
1. Prioritas masalah : Hipertermi
2. Tujuan
Setelah diberikan tindakan asuhan keperawatan diharapkan masalah hipertermi
teratasi, dengan kriteria hasil:
a. Menunjukkan penurunan suhu tubuh
b. Akral pasien tidak teraba hangat/panas
c. Pasien tampak tidak lemas
d. Mukosa bibir lembab

3. Rencana tindakan
No. INTERVENSI RASIONAL
Mengetahui perkembangan
1. Observasi keadaan umum pasien
keadaan umum dari pasien
Mengetahui perubahan tanda-
2. Observasi tanda-tanda vital
tanda vital pasien
Anjurkan pasien untuk banyak Mencegah terjadinya dehidrasi
3.
minum sewaktu panas
Anjurkan pasien untuk banyak Meminimalisir produksi panas
4.
istirahat yang diproduksi oleh tubuh
Anjurkan pasien untuk memakai Membantu mempermudah
5.
pakaian yang tipis penguapan panas
Beri kompres hangat di beberapa Mempercepat dalam penurunan
6.
bagian produksi panas
Beri Health Education ke pasien
dan keluarganya mengenai Meningkatkan pengetahuan dan
7. pengertian, penanganan, dan terapi pemahaman dari pasien dan
yang diberikan tentang keluarganya
penyakitnya
Kolaborasi/delegatif dalam
Membantu dalam penurunan
8. pemberian obat sesuai indikasi,
panas
contohnya: paracetamol

DAFTAR PUSTAKA
Attas, Andi Wahyuningsih. 2012. “Pengelolaan Pasien Pasca Henti Jantung di
Intensive Care Unit”.Jakarta: Jurnal Majalah Kedokteran Terapi
Intensif. Vol, 2 No,2:94-98

A. Aziz Alimul Hidayat.(2008). Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Cetakan II.


Jakarta : Salemba Mardika.

Doegoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Dorland, W.A.N. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Alih Bahasa:
Huriwati Hartanto. Jakarta: EGC

Isfarida, Eka. 2010. “Fisiologi Manusia: Hipotermi dan Hipertermi”. Skripsi.


Pendidikan MIPA. Palembang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universias Muhammadiyah Palembang

Potter dan Perry. 2010. Fundamental Keperawatan buku 3 edisi 7. Jakarta:


Salemba Medika

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: NIC dan


NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai