Penyusun :
Pembimbing :
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
Kejang demam merupakan bentuk kejang yang sering dijumpai dan terjadi pada 2 - 5% anak. Dalam 25
tahun terakhir ini diketahui bahwa kejang demam sebenarnya tidaklah menakutkan. Kejang demam tidak
berhubungan dengan adanya kerusakan otak dan hanya sebagian kecil saja yang akan berkembang
menjadi epilepsi.
Kejang demam berdasarkan definisi dari The International League Againts Epilepsy (Commision on
Epidemiology and Prognosis, 1993) adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari
38,4oC tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas 1
bulan tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.
Kejang demam diklasifikasikan sebagai kejang demam kompleks bila bersifat fokal, berlangsung lama
(>10 - 15 menit), atau multiple (> 1 kali serangan selama 24 jam demam). Sebaliknya, kejang demam
sederhana adalah kejang yang berlangsung satu kali, singkat, dan bersifat umum. Anak dapat saja normal
atau mempunyai kelainan neuorologis. Anak bisanya berusia antara 6 bulan sampai 3 tahun, dan tersering
pada usia 18 bulan. Bila kejang demam berlangsung terus sampai usia di atas 6 tahun atau pernah
mengalami kejang tanpa demam baik tonik-klonik, mioklonik, absens atau atonik maka diklasifikasikan
sebagai Generalized epilepsy with seizure plus (GEFS+).
Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah (1) riwayat kejang demam dalam keluarga; (2) usia
kurang dari 18 bulan; (3) temperatur tubuh saat kejang. Makin rendah temperatur tubuh saat kejang.
Makin rendah temperatur saat kejang makin sering berulang; dan (4) lamanya demam. Adapun faktor
risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah (1) adanya gangguan perkembangan neurologis; (2)
kejang demam kompleks; (3) riwayat epilepsi dalam keluarga; dan (4) lamanya demam.
Pada umumnya kejang demam akan berlangsung singkat, kurang dari 10 menit dan berhenti sendiri.
Pengobatan saat kejang adalah suntikan diazepam intravena atau diazepam per rektal. Oleh karena
demam merupakan faktor pencetus terjadinya kejang, maka pencegahan kenaikan suhu tubuh adalah
pendekatan yang utama. Pengobatan yang dianjurkan saat ini adalah pemberian antipiretika dan
diazepam oral (0,33mg / kg / dosis tiap 8 jam) atau diazepam rektal pada saat demam. Pengobatan jangka
panjang telah ditinggalkan. Akan tetapi pengobatan jangka panjang dapat dipertimbangkan pada keadaan
pasien dengan kelainan neurologis, kejang fokal, kejang demam yang sering berulang atau tinggal jauh
dari fasilitas kesehatan. Obat yang digunakan adalah fenobarbital atau asam valproat, selama 1 tahun.
Serangan kejang sangat menakutkan orangtua pasien, oleh karenanya edukasi yang cukup dan dukungan
emosi pada orangtua sangatlah diperlukan. Orangtua sebaiknya mengenali pada suhu berpa anak
biasanya kejang, menyediakan termometer, obat penurun panas dan obat penghenti kejang (rektal) di
rumah. Tindakan pada saat anak kejang perlu dipahami oleh orangtua dan kerluarga. Anak harus dibawa
ke rumah sakit bila: kejang berlangsung lama, kejang fokal, kejang berulang, panas tinggi lebih dari
39,5oC, jenis kejangnya lain dari biasanya, dan setelah kejang anak menjadi tidak sadar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI (1)(5)
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada
anak yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang disebabkan oleh kelainan ekstrakranial.
Derajat tinggi suhu yang dianggap cukup untuk diagnosa kejang demam adalah 38
derajat celcius di atas suhu rektal atau lebih. Kejang terjadi akibat loncatan listrik
abnormal dari sekelompok neuron otak yang mendadak dan lebih dari biasanya,
yang meluas ke neuronsekitarnya atau dari substansia grasia ke substansia alba yang
disebabkan oleh demam dari l u a r o t a k . K e j a n g d e m a m s e r i n g j u g a d i s e b u t
k e j a n g d e m a m t o n i k - k l o n i k , s a n g a t s e r i n g dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5
tahun.
INSIDEN
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4
tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita
kejang d e m a m . K e j a n g d e m a m l e b i h s e r i n g d i d a p a t k a n p a d a l a k i - l a k i
daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita
d i d a p a t k a n m a t u r a s i s e r e b r a l y a n g l e b i h c e p a t dibandingkan laki-laki.
Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari lab SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr.
Soetomo Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden kejang demam. Pada
tahun 1999 ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83 orang dan tidak didapatkan angka
kematian (0%). Pada tahun 2000 ditemukan pasien kejang demam 132
o r a n g d a n t i d a k didapatkan angka kematian (0 %). Dari data di atas menunjukkan adanya
peningkatan insiden kejadian sebesar 37% .Jumlah penderita kejang demam diperkirakan
mencapai 2 – 4% dari jumlah penduduk di AS, Amerika Selatan, dan Eropa Barat.
Namun di Asia dilaporkan penderitanya lebih tinggi. Sekitar 20% di antara
jumlah penderita mengalami kejang demam kompleks yang harus ditangani secara lebih
teliti. Bila dilihat jenis kelamin penderita, kejang demam sedikit lebih banyak menyerang anak
laki-laki. (1)
ETIOLOGI
Etiologi dan pathogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui, akan tetapi
umur anak, tinggi dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi terjadinya kejang.
Faktor h e r e d i t a s juga mempunyai peran yaitu 8-22% anak yang
m e n g a l a m i k e j a n g d e m a m mempunyai orang tua dengan riwayat kejang demam pada
masa kecilnya. (1)(9)
Semua jenis infeksi bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam
dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam
adalah infeksi saluran pernafasan atas terutama tonsillitis dan faringitis,
o t i t i s m e d i a akut (cairan telinga yang tidak segera dibersihkan akan merembes ke saraf di
kepala pada otak a k a n m e n y e b a b k a n k e j a n g d e m a m ) , g a s t r o e n t e r i t i s a k u t ,
exantema subitum dan infeksi s a l u r a n k e m i h . S e l a i n i t u , i m u n i s a s i
D P T ( p e r t u s i s ) d a n c a m p a k ( m o r b i l i ) j u g a d a p a t menyebabkan kejang
demam.
PATOFISIOLOGI (2)(4)
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
d i p e c a h menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan
normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat
sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl -).
Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na + rendah,
sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan p o t e n s i a l m e m b r a n
yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk
m e n j a g a keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-
ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
•Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
•Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya
•Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
P a d a k e a d a a n d e m a m k e n a i k a n s u h u 1 oC a k a n m e n g a k i b a t k a n
k e n a i k a n metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak
3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang
dewasa yang h a n y a 1 5 % . O l e h k a r e n a i t u k e n a i k a n s u h u t u b u h d a p a t
m e n g u b a h k e s e i m b a n g a n d a r i membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat
terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik.
Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang.
Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksiotot skelet yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme
anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh
meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan
metabolisme otak meningkat.
Menurut sub bagian syaraf anak FK-UI membagi tiga jenis kejang demam, yaitu :
1.Kejang demam kompleks
•Umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun
•Kejang berlangsung lebih dari 15 menit
•Kejang bersifat fokal/ multipel
•Didapatkan kelainan neurologis
•EEG abnormal
•Frekuensi kejang lebih dari 3 kali/ tahun
•Temperatur kurang dari 39℃
2.Kejang demam sederhana
•Kejadiannya antara umur 6 bulan sampai dengan 5 tahun
•Serangan kejang kurang dari 15 menit atau singkat
•Kejang bersifat umum (tonik/klonik)
•Tidak didapatkan kelainan neurologis sebelum dan sesudah kejang
•Frekuensi kejang kurang dari 3 kali /tahun
•Temperatur lebih dari 39℃
3.Kejang demam berulang
•Kejang demam timbul pada lebih dari satu episode demam
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam berulang antara lain:
1.Usia <15 bulan saat kejang demam pertama
2.Riwayat kejang demam dalam keluarga
3.Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif
normal
4.Riwayat demam yang sering
5.Kejang pertama adalah kejang demam kompleks
Perbedaan kejang demam dengan epilepsi yaitu pada epilepsi, tidak
disertai demam. Epilepsi terjadi karena adanya gangguan
keseimbangan kimiawi sel-sel otak yang mencetuskan muatan listrik
berlebihan di otak secara tiba-tiba. Penderita epilepsi adalah seseorang yang
mempunyai bawaan ambang rangsang rendah terhadap cetusan tersebut. Cetusan bisa
di beberapa bagian otak dan gejalanya beraneka ragam. Serangan epilepsi sering terjadi pada
saat ia mengalami stres, jiwanya tertekan, sangat capai, atau adakalanya karena
terkena sinar lampu yang tajam.
DIAGNOSIS (4)(9)(10)
Diagnosis kejang demam hanya dapat ditegakkan dengan menyingkirkan
penyakit- penyakit lain yang dapat menyebabkan kejang, di antaranya: infeksi
susunan saraf pusat, perubahan akut pada keseimbangan homeostasis, air dan elektrolit dan
adanya lesi structural pada system saraf, misalnya epilepsi. Diperlukan anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan penunjang yang menyeluruh untuk menegakkan
diagnosis ini.
•Anamnesis
–waktu terjadi kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang
–sifat kejang (fokal atau umum)
–Bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik)
– K e s a d a r a n s e b e l u m d a n s e s u d a h k e j a n g
( m e n y i n g k i r k a n d i a g n o s i s meningoensefalitis)
–Riwayat demam ( sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap
a t a u n a i k turun)
–Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA, OMA, GE)
–Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak
d i s e r t a i d e m a m atau epilepsi)
–Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi)
–Riwayat keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
– T r a u m a k e p a l a
•Pemeriksaan fisik
–Tanda vital terutama suhu
–M a n i f e s t a s i k e j a n g y a n g t e r j a d i , m i s a l : p a d a k e j a n g m u l t i f o k a l y a n g
b e r p i n d a h - pindah atau kejang tonik, yang biasanya menunjukkan adanya kelainan struktur
otak.
–Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan berlanjut dengan
hipoventilasi, henti nafas, kejang tonik, posisi deserebrasi, reaksi pupil
t e r h a d a p c a h a y a n e g a t i f , d a n terdapatnya kuadriparesis flasid mencurigakan terjadinya
perdarahan intraventikular.
–P a d a kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase kepala
b e r l e b i h a n y a n g disebabkan oleh trauma. Ubun –ubun besar yang tegang dan membenjol
menunjukkan a d a n y a p e n i n g g i a n t e k a n a n i n t r a k r a n i a l y a n g d a p a t d i s e b a b k a n
o l e h p e n d a r a h a n subarakhnoid atau subdural. Pada bayi yang lahir dengan
kesadaran menurun, perlu dicari luka atau bekas tusukan janin dikepala atau
fontanel enterior yang disebabkan karena kesalahan penyuntikan obat anestesi pada ibu.
–Terdapatnya stigma berupa jarak mata yang lebar atau kelainan
k r a n i o f a s i a l y a n g mungkin disertai gangguan perkembangan kortex serebri.
–Ditemukannya korioretnitis dapat terjadi pada toxoplasmosis, infeksi
sitomegalovirusdan rubella. Tanda stasis vaskuler dengan pelebaran vena yang
berkelok–kelok di retina terlihat pada sindom hiperviskositas.
PENATALAKSANAAN (3)(4)(10)
Dalam penanggulangan kejang demam ada 6 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :
1.Mengatasi kejang secepat mungkin
2.Pengobatan penunjang
3.Memberikan pengobatan rumat
4.Mencari dan mengobati penyebab
5.Mencegah terjadinya kejang dengan cara anak jangan sampai panas
6.Pengobatan akut
Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan
intensif dengan Thiopentone dan alat bantu pernapasan.Bila kejang telah berhenti, pemberian
obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor
risikonya.
II.Pengobatan penunjang
Pengobatan penunjang dapat dilakukan dengan memonitor jalan nafas, pernafasan,
sirkulasi dan memberikan pengobatan yang sesuai. Sebaiknya semua pakaian ketat
dibuka, posisi kepala dimiringkan untuk mencegah aspirasi lambung. Penting sekali
mengusahakan jalan nafas yang bebas agar oksigenasi terjamin, kalau perlu dilakukan
intubasi atau trakeostomi.Pengisapan lendir dilakukan secara teratur dan pengobatan
ditambah dengan pemberian oksigen. Cairan intavena sebaiknya diberikan dan
dimonitor sekiranya terdapat kelainan metabolik atau elektrolit. Fungsi vital seperti
kesadaran, suhu, tekanan darah, pernafasan dan fungsi jantung diawasi secara ketat.
Pada demam, pembuluh darah besar akan mengalami vasodilatasi, manakala pembuluh
darah perifer akan mengalami vasokontrisksi. Kompres es dan alkohol tidak lagi digunakan
karena p e m b u l u h darah perifer bisa mengalami vasokontriksi
y a n g b e r l e b i h a n s e h i n g g a menyebabkan proses penguapan panas dari tubuh pasien
menjadi lebih terganggu. Kompres hangat juga tidak digunakan karena walaupun bisa
menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah perifer, tetapi sepanjang waktu anak
dikompres, anak menjadi tidak selesa karena dirasakan tubuh menjadi semakin
panas, anak menjadi semakin rewel dan gelisah. Menurut penelitian, apabila suhu
penderita tinggi (hiperpireksi), diberikan kompres air biasa. Dengan ini, proses penguapan bisa
terjadi dan suhu tubuh akan menurun perlahan-lahan.
Bila penderita dalam keadaan kejang obat pilihan utama adalah diazepam
yang diberikans e c a r a p e r r e k t a l , d i s a m p i n g c a r a p e m b e r i a n y a n g m u d a h ,
s e d e r h a n a d a n e f e k t i f t e l a h dibuktikan keampuhannya. Hal ini dapat dilakukan
oleh orang tua atau tenaga lain yang mengetahui dosisnya. Dosis tergantung dari berat
badan, yaitu berat badan kurang dari 10 kg diberikan 5 mg dan berat badan lebih dari 10
kg rata-rata pemakaiannya 0,4-0,6 mg/kgBB. Kemasan terdiri atas 5 mg dan 10 mg dalam
rectiol. Bila kejang tidak berhenti dengan dosis pertama, dapat diberikan lagi setelah 15 menit
dengan dosis yang sama.
Untuk mencegah terjadinya udem otak diberikan kortikosteroid yaitu dengan
dosis 20-30m g / k g B B / h a r i d i b a g i d a l a m 3 d o s i s . G o l o n g a n g l u k o k o r t i k o i d
s e p e r t i d e k s a m e t a s o n diberikan 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
III.Pengobatan rumat
Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumat
d e n g a n c a r a m e n g i r i m penderita ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan
lebih lanjut. Pengobatan ini dibagiatas dua bagian, yaitu:
•Profilaksis intermitten
Untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari, penderita kejang
demam diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipiretika yang harus
diberikan kepada anak selama e p i s o d e demam. Antipiretik yang
diberikan adalah paracetamol dengan dosis 1 0 - 15mg/kg/kali
diberikan 4 kali sehari atau ibuprofen dengan dosis 5-10mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
Antikonvulsan yang ampuh dan banyak dipergunakan untuk mencegah terulangnya
kejang demam ialah diazepam, baik diberikan secara rectal dengan dosis 5 mg pada
anak dengan berat di bawah 10kg dan 10 mg pada anak dengan berat di atas 10kg,
maupun oral dengan dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam. Profilaksis intermitten ini sebaiknya
diberikan sampai k e m u n g k i n a n a n a k u n t u k m e n d e r i t a k e j a n g d e m a m s e d e h a n a
sangat kecil yaitu sampai sekitar umur 4 tahun. Fenobarbital,
k a r b a m a z e p i n d a n f e n i t i o n p a d a s a a t d e m a m t i d a k berguna untuk mencegah
kejang demam.
PROGNOSIS (8)(9)
1.Kematian
Dengan penanganan kejang yang cepat dan tepat, prognosa biasanya baik,
t i d a k sampai terjadi kematian. Dalam penelitian ditemukan angka kematian KDS
0,46 %s/d 0,74 %.
2.Terulangnya Kejang
Kemungkinan terjadinya ulangan kejang kurang lebih 25 s/d 50 % pada 6 bulan pertama dari
serangan pertama.
3.Epilepsi
Angka kejadian epilepsi ditemukan 2,9% dari KDS dan 97% dari kejang demam
kompleks. Resiko menjadi epilepsi yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita
KDS tergantung kepada faktor :
a. riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
b. kelainan dalam perkembangan atau kelainan sebelum anak menderita KDS
c. kejang berlangsung lama atau kejang fokal.
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor di atas, maka kemungkinan mengalami
serangan kejang tanpa demam adalah 13 %, dibanding bila hanya didapat satu atau tidak sama
sekali faktor di atas.
4.Hemiparesis
Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari
setengah jam) baik kejang yang bersifat umum maupun kejang fokal. Kejang fokal
yang terjadi sesuai dengan kelumpuhannya. Mula-mula kelumpuhan bersifat flaccid,
sesudah 2 minggu timbul keadaan spastisitas. Diperkirakan + 0,2 % KDS mengalami hemiparese
sesudah kejang lama.
5.Retardasi Mental
Ditemuan dari 431 penderita dengan KDS tidak mengalami kelainan IQ, sedang kejang
demam pada anak yang sebelumnya mengalami gangguan perkembangan atau kelainan
neurologik ditemukan IQ yang lebih rendah. Apabila kejang demam diikuti dengan terulangnya
kejang tanpa demam, kemungkinan menjadi retardasi mental adalah 5x lebih besar.
BAB III
PENUTUP
Kejang demam adalah kejang yang terjadi saat demam (suhu rektal diatas 380c) tanpa
adanya infeksi SSP atau gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak diatas umur 1 bulan, dan
tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.
Untuk prognosis kejang demam, prognosisnya baik dan tidak menyebabkan kematian jika
ditanggulangi dengan tepat dan cepat. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap
normal pada pasien yang sebelumnya normal.
DAFTAR PUSTAKA
1.Behrman dkk, (e.d Bahasa Indonesia), Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, EGC, 2000.
Hal 2059-2067.
2.Rudolph AM.
Febrile Seizures. Rudoplh Pediatrics. Edisi ke-20. Appleton danLange, 2002.
3.Pusponegoro. D. Hardiono dkk. Konsensus Penatalaksanaan Kejang
D e m a m . Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta, 2006.
4.M a r y R u d o l f , M a l c o l m L e v e n e . P e d i a t r i c a n d C h i l d H e a l t h . E d i s i
k e - 2 . Blackwell pulblishing, 2006. Hal 72-90.
5.Price, Sylvia, Anderson. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses
P e n y a k i t . EGC, Jakarta 2006.
6.Mardjono Mahar, dkk. Neurologi Klinis Dasar, PT. Dian Rakyat. Jakarta, 2006.
7.Pediatrica, Buku Saku Anak, edisi 1, Tosca Enterprise. UGM Jogjakarta, 2005.
8.Febrile Seizures Fact Sheets: National Institutes of Neurology and Stroke.
Diunduh pada tanggal 20 October 2009. Didapatkan
dari:www.ninds.nih.gov/disorders/febrile_seizures/detail_febrile_seizures.htm
9.Febrile Seizures: Causes, Symptoms, Diagnosis and Treatment. Diunduh padatanggal 20 October 2009.
Didapatkan dari:www.medicinenet.com/febrile_seizures/article.htm
10.Seizures types. D i u n d u h p a d a t a n g g a l 2 0 O c t o b e r 2 0 0 9 . D i d a p a t k a n
d a r i www.2betrhealth.com/SeizureTypes.html