BAB I
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah suatu indikator untuk menentukan tingkat
kesehatan di suatu daerah. Tingginya AKI disuatu daerah, menunjukkan bahwa
rendahnya tingkat kesehatan di daerah tersebut. Angka kematian ibu tertinggi
disebabkan oleh karena perdarahan (28%). Persentase tertinggi kedua disebabkan
oleh eklampsia (24%). Penyebab lainnya adalah infeksi, abortus, partus lama, emboli
serta komplikasi pasca persalinan.(1)
Menurut data Word Health Organization (WHO) 2010, kematian ibu dan bayi
merupakan suatu permasalahan besar, paling sering terjadi pada negara sedang
berkembang (Malaysia, Indonesia, Kamboja, Timor Leste, Papua Nugini dan lain-
lain) yaitu mencapai 98-99% yang disebabkan oleh masalah persalinan dan
kelahiran, sedangkan pada negara maju (Jepang, Singapura, Hong Kong, Korea
Selatan, Amerika dan Taiwan) didapatkan sekitar 1-2%.(2) Jika dibandingkan dengan
negara ASEAN angka kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut
Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011, hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI yang ditemukan di Indonesia pada tahun 2007
telah mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB)
mencapai 34 per 1000 kelahiran hidup.(3) AKI jika dibandingkan dengan tahun 2010
sebesar 214 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 31 per 1000 kelahiran
hidup. Pemerintah memiliki target nasional dalam upaya agar dapat menurunkan
AKI pada tahun 2010 sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup.(4)
Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2011, hasil dari kesepakatan
global Millenium Development Goals (MDGs), ditargetkan pada tahun 2015 AKI
menurun sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menurun sebesar 23 per
1000 kelahiran hidup.(3) Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012
dalam Profil Kesehatan Aceh, AKI di Aceh tahun 2012 sebesar 192 per 100.000
kelahiran hidup dan AKB sebesar 8 per 1000 kelahiran hidup.(5) Hal ini membuktikan
bahwa AKI masih cukup tinggi. AKI hamil sekitar 20% disebabkan karena tidak
teratur melakukan antenatal care (ANC).(6)
Angka Kematian Ibu harusnya dapat dicegah dengan cara mendeteksi secara
dini risiko kehamilan yaitu dengan memberikan pelayanan ANC pada ibu hamil.
2
Kunjungan ibu hamil selama hamil yang direkomendasikan oleh WHO yaitu
minimal empat kali kunjungan. Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2013 dalam Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), cakupan K4
di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 86,52%, angka ini belum mencapai target
renstra pada tahun 2013 yaitu 93%. Cakupan K4 tertinggi berada di Jawa Tengah
mencapai 99,83%. Provinsi Aceh tahun 2013, 78,66% dan 73,90% di Aceh Besar.(7)
Sedangkan Cakupan K4 Puskesmas Darussalam Aceh Besar tahun 2013 sebesar
60%.
Antenatal care dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia, paritas,
pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga dan jarak pelayanan.
Beberapa penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan, sikap, usia dan
paritas dengan ANC.(8-10)
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan pengetahuan, sikap, usia, dan paritas ibu hamil dengan
Antenatal Care di Puskesmas Darussalam Aceh Besar Tahun 2014”.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Apakah ada hubungan pengetahuan pada ibu hamil dengan antenatal care di
Puskesmas Darussalam Aceh Besar Tahun 2014?
2. Apakah ada hubungan sikap pada ibu hamil dengan antenatal care di Puskesmas
Darussalam Aceh Besar Tahun 2014?
3. Apakah ada hubungan usia pada ibu hamil dengan antenatal care di Puskesmas
Darussalam Aceh Besar Tahun 2014?
4. Apakah ada hubungan paritas pada ibu hamil dengan antenatal care di Puskesmas
Darussalam Aceh Besar Tahun 2014?
1.5 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara pengetahuan pada ibu hamil dengan antenatal care di
Puskesmas Darussalam Aceh Besar Tahun 2014.
2. Terdapat hubungan antara sikap pada ibu hamil dengan antenatal care di
Puskesmas Darussalam Aceh Besar Tahun 2014.
3. Terdapat hubungan antara usia pada ibu hamil dengan antenatal care di
Puskesmas Darussalam Aceh Besar Tahun 2014.
4. Terdapat hubungan antara paritas pada ibu hamil dengan antenatal care di
Puskesmas Darussalam Aceh Besar Tahun 2014.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pemeriksaan antenatal care yaitu untuk mengetahui dan
menangani sedini mungkin penyulit dan kelainan yang dapat terjadi pada masa
kehamilan dan pada masa nifas, memberikan arahan kepada ibu hamil berupa
edukasi dan informasi kepada ibu hamil tentang kehamilan, persiapan
persalinan serta aspek keluarga berencana guna menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu dan janin.(12) Dalam artian sempit tujuan antenatal care dan
prenatal care adalah untuk mengawasi ibu hamil mulai dari masa kehamilan
sampai persalinan, memeriksa dan merawat ibu hamil jika ditemukan adanya
kelainan sejak dini yang dapat mengganggu tumbuh kembang janin dalam
kandungan harus dibaringi dengan upaya untuk memberikan pengobatan yang
adekuat, mendeteksi penyakit ibu sedini mungkin yang dapat mempengaruhi
5
tekanan darah saat ini dan tingkat perubahan, berat badan saat ini dan jumlah
perubahan, gejala- gejala yang terdapat pada masa kehamilan (nyeri kepala,
penglihatan kabur, nyeri abdomen, mual dan muntah, perdarahan, pengeluaran
cairan dari vagina dan disuria), tinggi fundus uteri dari simfisis dalam
sentimeter dan pemeriksaan vagina pada kehamilan tahap lanjut sering
memberikan informasi yang berguna.(19)
c. Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)
Kunjungan ibu hamil K4 merupakan kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan
untuk yang keempat kalinya atau lebih pada umur kandungan 32 sampai 40
minggu untuk memperoleh pelayanan pada masa kehamilan yaitu pelayanan
antenatal care sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk melakukan
pemeriksaan pada trimester pertama dilakukan satu kali (K1) pada usia
kehamilan 1 sampaI 12 minggu, pada trimester kedua (K2) usia kehamilan 13
sampai 27 minggu dilakukan pemeriksaan satu kali, pada trimester ketiga (K3
dan K4) usia kehamilan lebih dari 28 minggu dilakukan pemeriksaan dua kali
dan akan dilakukan pemeriksaan khusus apabila ditemukan adanya keluhan
atau kelainan tertentu.(21)
Kunjungan antenatal hal yang sangat diperlukan adalah untuk mendapatkan
informasi yang sangat penting diantaranya yaitu:(23)
1. Trimester pertama (kunjungan ibu hamil sebelum 14 minggu) yaitu: 1) Untuk
membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil,
2) Mendeteksi masalah dan segera menanganinya, 3) Melakukan suatu
tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi,
penggunaan praktek tradisional yang merugikan, 4) Meningkat perilaku hidup
sehat (gizi, latihan kebersihan, istirahat dan sebagainya).
2. Trimester kedua (kunjungan ibu hamil sebelum minggu ke 28) yaitu sama
halnya seperti yang dilakukan pada trimester 1, tambahannya antara lain
kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala
preeklamsia yaitu pantau tekanan darah dan evaluasi edema).
3. Trimester ketiga (kunjungan ibu hamil antara minggu ke 28 sampai 36) yaitu
sama sama seperti pada trimester kedua dan ditambahkan palpasi abdomen
untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda atau tidak.
9
4. Trimester keempat (kunjungan ibu hamil setelah 36 minggu) yaitu sama halnya
pada trimester ketiga ditambah dengan mendeteksi letak janin yang tidak
normal atau kondisi lain yang memerlukan tempat kelahiran di rumah sakit.
Ibu hamil yang memiliki sikap setuju memeriksakan kehamilan sekurang-
kurangnya ≥4 kali selama kehamilan sebanyak 92%, ibu hamil yang memiliki sikap
tidak setuju harus memeriksakan kehamilan sekurang-kurangnya ≥4 sebanyak 8%.
Ibu hamil yang rutin melakukan pemeriksaan kehamilan ke pelayanan kesehatan
selama hamil sebanyak 62%, ibu hamil yang tidak rutin melakukan pemeriksaan
kehamilan ke pelayanan kesehatan selama hamil sebanyak 38%. Ibu hamil yang
tidak rutin untuk melakukan pemeriksaan selama kehamilan umumnya pada usia
kehamilan satu sampai tiga bulan, dimana ibu hamil menyatakan keterbatasan
ekonomi dan bawaan saat hamil sehingga ibu hamil tidak rutin untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan ke pelayanan kesehatan.(24)
kesehatan ibu dan janinnya. Agar dapat mencapai keinginan tersebut hal yang
perlu diperhatikan yaitu pelayanan dapat dijangkau oleh ibu hamil dan
keluarganya, sehingga ibu hamil dapat melakukan pemeriksaan secara teratur dan
dapat mendeteksi sedini mungkin terhadap kemungkinan yang dapat terjadi pada
masa kehamilan. Tedapat dua program kebijakan dalam pelayanan antenatal care
yaitu:(26)
a. Kebijakan Program
Dalam pemeriksaaan kehamilan selain memperhatikan jumlah kunjungan yang
dilakukan ibu hamil juga perlu memperhatikan kualitas dari pemeriksaan yang
dilakukan. Kebijakan dari program pelayanan antenatal dalam melakukan
kunjungan sebaiknya dilakukan empat kali pada masa kehamilan. Dalam
pelaksanaan operasionalnya, terdapat standar minimal pelayanan antenatal atau
dikenal dengan istilah 7T yang terdiri atas timbang berat badan dan ukur berat
badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) lengkap,
pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan, ukur tinggi
fundus uteri, tes terhadap penyakit menular seksual dan tes wicara dalam rangka
mempersiapkan rujukan. Pelayanan antenatal ini sebaiknya diberikan oleh tenaga
kesehatan operasional.(26)
b. Kebijakan Teknis
Setiap kehamilan mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya komplikasi. Oleh
sebab itu setiap kehamilan diperlukan pemantauan khusus pada masa kehamilan.
Keuntungan dari pemeriksaan pada masa kehamilan sangat besar karena dengan
segera dapat diketahui berbagai macam kelainan yang dapat terjadi selama
kehamilan, risiko yang terdapat pada masa kehamilan, dan komplikasi selama
kehamilan sehingga dapat diarahkan untuk melakukan pemeriksaan ke rumah
sakit yang mempunyai fasilitas yang memadai, rujukan bila diperlukan, serta
mempersiapkan kehamilan yang bersih dan aman sehingga dapat mencegah
terjadinya infeksi dan lain-lain.(26)
dapat menjaga kesehatan ibu pada masa kehamilan, selain itu mengupayakan agar
dapat menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu. Pelayanan antenatal
yang sudah sesuai dengan standar yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium jika diperlukan, serta perlakuan dasar dan khusus. (25) Tujuan khusus
dari pemeriksan antenatal yaitu untuk mencegah dan menangani secara dini
kemungkinan buruk yang dapat terjadi pada masa kehamilan seperti persalinan yang
premature, keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim,
cacat lahir, Diabetes melitus, hipertensi, infeksi pada masa kehamilan dan kehamilan
postmatur.(27)
Tabel 2.1 Rekomendasi berat badan total ibu hamil berdasarkan berat badan
ibu sebelum hamil(31)
meningkat dari normal sebelum hamil, tekanan darah normal pada ibu hamil yaitu
90/60 sampai 140/90 mmHg.(29)
3. Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap
Imunisai tetanus toxoid atau TT merupakan perawatan kehamilan yang diberikan
pada saat sebelum ataupun sesudah kehamilan yang memiliki kegunaan untuk
memberikan kekebalan pada janin terhadap terjadinya infeksi tetanus (Tetanus
Neonatorum) yang mungkin dapat terjadi pada saat persalinan ataupun post natal.
(34)
Menurut WHO, apabila seorang ibu hamil tidak pernah mendapatkan imunisasi
TT selama hidupnya, maka ibu tersebut paling sedikit dua kali pemberian suntikan
selama kehamilannnya.(29)
Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi TT(29)
Imunisasi Interval Perlindungan
TT1 pada kunjungan antenatal pertama (-)
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
25 tahun - seumur
TT5 1 tahun setelah TT4 hidup
Masa kehamilan seorang ibu hamil harus mendapatkan asupan tambahan 90 tablet
untuk menambahkan darah, karena dari jumlah makanan yang dikonsumsi sulit
untuk mendapatkan asupan zat besi dengan jumlah yang cukup.(36)
5. Ukur tinggi fundus uteri
Tinggi fundus uteri dihitung sebagai jarak melintasi dinding abdomen dari batas
atas simpisis ke puncak fundus. Sebelum dilakukan pemeriksaan kandung kemih
harus dikosongkan. Usia kehamilan 20 dan 34 minggu tinggi fundus uteri dihitung
dengan menggunakan sentimeter sangat berhubungan erat dengan usia kehamilan
dalam minggu.(19) Kosistensi dari metode yaitu merupakan hal yang sangat
penting. Pada usia kehamilan 18 sampai 30 minggu, jumlah cm sama dengan
jumah tinggi fundus uteri dalam cm. Variasi 2-3 cm menandakan bahwa
pertumbuhan janin tidak sesuai.(37) Jika di lakukan pengukuran tinggi fundus uteri
dari simfisis, maka akan diperoleh.(38)
- 22 – 28 minggu : 24 – 25 cm di atas simfisis
- 28 minggu : 26,7 cm di atas simfisis
- 30 minggu : 29,5 - 30 cm di atas simfisis
- 32 minggu : 29,5 – 30 cm di atas simfisis
- 34 minggu : 31 cm di atas simfisis
- 36 minggu : 32 cm di atas simfisis
- 38 minggu : 33 cm di atas simfisis
- 40 minggu : 37,7 cm di atas simfisis
6. Tes terhadap penyakit menular seksual (PMS)
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini dan mendapatkan pengobatan
yang layak terhadap penyakit menular seksual yang terjadi pada saat kehamilan
yang dapat menyebabkan cacat bawaan pada janin ataupun kemungkinan buruk
lainnya yang mungkin dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit tersebut.(29)
2.2 Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu kemampuan untuk membentuk mental yang dapat
menggambarkan obyek dengan tepat dan memaparkannya dalam suatu tindakan atau
17
aksi terhadap suatu objek yang dituju. Pengetahuan diklasifikasikan menjadi tiga,
yaitu antara lain: 1) pengetahuan prosedural (procedural knowledge) merupakan
pengetahuan yang lebih ditekankan pada bagaimana melakukan sesuatu. 2)
pengetahuan deklaratif (declarative knowledge) merupakan suatu upaya menjawab
pertanyaan apakah sesuatu mempunyai nilai kebenaran atau tidak. 3) pengetahuan
tacit (tacit knowledge) merupakan pengetahuan yang tidak dapat disampaikan
menggunakan bahasa.(43)
Tingginya pengetahuan seseorang akan sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikannya, oleh karena itu semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
akan semakin baik tingkat pengetahuannya terhadap sesuatu.(44) Tingginya tingkat
pendidikan ibu hamil akan semakin baik tingkat pengetahuan terhadap antenatal
care.(45) Ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik memiliki peluang 2,4 kali dan
sikap setuju 2,2 kali untuk melakukan cakupan antenatal care secara lengkap.(8)
Pengetahuan yang dimiliki ibu hamil tentang pemeriksaan antenatal akan sangat
mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janinnya.(46) Pengetahuan tentang
pemeriksaan antenatal care pada saat kehamilan juga akan sangat mempengaruhi ibu
hamil untuk melakukan pemeriksaan. Ibu hamil mempunyai persiapan untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan, meskipun persiapan pemeriksaan ibu hamil
cukup tinggi, namun tidak seluruhnya ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan
secara lengkap sesuai dengan aturan yang berlaku.(24)
Terdapatnya hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care
dengan frekuensi kunjungan antenatal care, hal ini sangat berkaitan dengan semakin
tinggi tingkat pengetahuan ibu hamil maka akan semakin sering melakukan
kunjungan antenatal care.(47, 48)
.Secara umum tingkat pengetahuan memiliki enam
tingkatan, antara lain(41, 49):
1. Tahu
Merupakan jenis tingkatan pengetahuan yang memiliki tingkatan pengetahuan
paling rendah. Tahu mempunyai arti dapat mengingat atau mengingat sesuatu
materi yang pernah dipelajari pada masa lalu atau sebelumnya. Untuk dapat
mengetahui seseorang tahu tentang sesuatu hal maka dapat ukur dengan ia
dapat mendefinisikan, menyebutkan, menguraikan dan menyatakan sesuatu hal.
18
2. Memahami
Memiliki arti yaitu kemampuan untuk menjelaskan dan memaparkan tentang
objek yang diketahui dengan benar. Seseorang yang telah mengerti pada
sesuatu hal harus dapat menjelaskan, memberikan contoh dan menyimpulkan
tentang sesuatu hal.
3. Penerapan
Adalah kemampuan untuk mempergunakan materi yang pernah diterima dan
dipelajari pada suatu situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan
hukum-hukum, rumus, metode dalam suatu situasi nyata.
4. Analisa
Adalah kemampuan dalam menguraikan suatu objek ke dalam bagian yang
lebih spesifik, akan tetapi masih sama dalam suatu struktur objek tersebut dan
masih saling berkaitan antara satu sama lain. Ukuran dari kemampuan yaitu
seseorang dapat menggambarkan, membedakan, membuat bagan, membuat
bagan proses adopsi perilaku, memisahkan dan dapat membedakan pengertian
antara fisiologi dan psikologi.
5. Sintesis
Yaitu merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk dari kseseluruhan yang pernah dipelajari sehingga dapat
menjadi sesuatu yang baru. Untuk dapat mengukur kemampuan seseorang
yaitu ia akan dapat menyusun, meringkas, merencanakan, dan dapat
menyesuaikan antara suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi
Adalah kemampuan dapat menilai terhadap suatu objek tertentu. Dalam
evaluasi ini dapat digunakan suatu skriteria yang telah ada atau disusun sendiri.
2.3 Sikap
Sikap merupakan respon tertutup dari seseorang terhadap sesutu hal baik itu
yang bersifat intern ataupun ekstren sehingga dapat menimbulkan suatu gejala tidak
dapat langsung dilihat dapat diartikan lebih awal dari perilaku yang tertutup tersebut.
Sikap sesuai dengan kenyataan dapat menunjukkan adanya kesesuaian antara respon
terhadap suatu rangsangan tertentu.(50)
19
2.4 Usia
Usia dibedakan menjadi dua macam yaitu usia kronologis dan usia biologis.
Usia kronologis adalah usia yang dihitung dengan menggunakan tahun kalender,
sedangkan usia biologis adalah usia sesungguhnya yang biasa diterapkan sebagai
kondisi pematangan jaringan sebagai indeks usia biologi.(53)
20
Kehamilan pada wanita yang berusia di atas 40 tahun memiliki risiko yang
lebih besar pertumbuhan dan perkembangan dari janinnya selama proses kehamilan,
hal tersebut kemungkinkan terjadi karena adanya kelainan pada kromosomnya atau
dikenal dengan down syndrome yang menyebabkan bayi yang lahir mengalami
kecacatan fisik dan gangguan mental.(54) Pada kehamilan yang mempunyai risiko
tinggi, maka pemeriksan harus lebih sering dilakukan, tetapi pada kehamilan yang
tidak mempunyai risiko maka jumlah kunjungan dengan tenaga kesehatan dapat
dilakukan lebih sedikit.(22)
2.5 Paritas
Paritas adalah jumlah bayi yang dilahirkan hidup atau mati, satu atau lebih
dengan berat lebih dari 500 gram. Usia kehamilan lebih dari 24 minggu dapat
digunakan untuk menghitung berat badan bayi jika tidak diketahui beratnya,
berdasarkan definisi diatas maka paritas dapat mempengaruhi kehamilan.(55) Paritas
rendah dengan jumlah kelahiran 1-2 dan paritas tinggi (≥3) akan memiliki angka
kematian maternal yang lebih tinggi. Makin tinggi paritas ibu maka akan semakin
kurang baik lapisan dari endometriumnya.(56) Beberpara istilah yang termasuk kepada
jumlah paritas, yaitu(27):
1. Nullipara
Adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi atau anak dengan berat
lebih dari 500 gram atau dengan usia kehamilan lebih dari 24 minggu.
2. Primipara
21
Adalah seorang wanita yang pernah melahirkan satu kali atau pernah
melahirkan satu janin. Primipara terbagi 2 yaitu primipara muda dan primipara
tua. Primipara muda yaitu umur kurang dari 16 tahun, primipara tua umur yaitu
umur di atas 35 tahun, sedangkan primipara sekunder yaitu dengan umur anak
terkecil di atas 5 tahun.(27)
3. Multipara
Seorang wanita yang pernah melahirkan dua kali atau lebih. Hal yang dapat
menentukan paritas yaitu jumlah kehamilan yang mencapai viabilitas, bukan
ditentukan oleh jumlah janin yang pernah dilahirkan.(33)
Ibu yang baru pertama kali hamil maka akan merasakan suatu hal yang baru
dalam hidupnya sehingga sangat memotivasi ibu untuk melakukan pemeriksaan
kehamilannya kepada tenaga kesehatan. Hal ini berbanding terbalik dengan ibu hamil
yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang anak sebelumnya, mereka
beranggapan bahwa sudah lebih berpengalaman dalam kehamilan selanjutnya
sehingga tidak termotivasi untuk melakukan pemeriksaan kehamilan kepada tenaga
kesehatan.(27)
Antenatal Care
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu hamil yang datang
memeriksakan kehamilannya ke ruang KIA di Puskesmas Darussalam Aceh Besar
pada bulan September sampai November 2014.
Pengambilan sampel pada penelitian secara non probability sampling dengan
metode accidental sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan
mengambil kasus yang kebetulan ada atau tersedia pada tanggal 29 September
sampai dengan 12 November 2014.(52) Setiap data yang akan dianalisis menggunakan
analisis bivariat membutuhkan minimal 30 subjek penelitian. (57) Sampel penelitian 35
orang.
Sikap
Antenatal care
Usia
Paritas
1. Antenatal care adalah jumlah kunjungan yang dilakukan oleh ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya di bagian KIA Puskesmas Darussalam Aceh Besar,
alat ukur yang digunakan berupa Kartu Menuju Sehat (KMS), dengan cara
ukurnya melihat secara langsung cakupan antenatal care di KMS, hasil ukurnya
adalah lengkap (≥K4) atau tidak lengkap (<K4), skala ukurnya adalah ordinal.
2. Pengetahuan adalah pemahaman ibu hamil tentang antenatal care, alat ukur yang
digunakan adalah kuesioner yang diukur melalui wawancara, hasil ukurnya adalah
baik (≥ Mean 22,9) dan kurang baik (< Mean 22,9) dengan skala ukur ordinal.
3. Sikap adalah suatu tanggapan dari ibu hamil terhadap antenatal care, alat ukur
yang digunakan adalah kuesioner yang diukur dengan wawancara hasil ukurnya
adalah setuju (≥ Mean 7,7) dan tidak setuju (< Mean 7,7), skala ukur adalah
ordinal.
4. Usia adalah usia ibu hamil yang dihitung sejak lahir sampai saat ini waktu
penelitian berlangsung yang diukur dalam tahun, alat ukur yang digunakan adalah
kuesioner yang diukur dengan wawancara, hasil ukurnya adalah berisiko (<20 dan
>35 tahun) dan tidak berisiko (20-35 tahun), skala ukur adalah ordinal.
25
5. Paritas adalah jumlah bayi yang dilahirkan hidup atau mati, satu atau lebih dengan
berat lebih dari 500 gram, alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang diukur
dangan wawancara, hasil ukurnya adalah tinggi (bila jumlah >2 dan rendah jika
jumlah ≤2), skala ukurnya adalah ordinal.
6. Ibu Rumah Tangga (IRT) adalah seorang wanita yang mengatur dan mengerjakan
berbagai macam pekerjaan rumah tangga atau seorang wanita yang hanya
mengurusi berbagai macam pekerjaan rumah tangga dan tidak bekerja kantor.
Reabilitas adalah suatu indeks yang dapat menunjukkan sejauh mana alat
pengukur yang digunakan dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti sejauh
mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap responden yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Syarat-
syarat dikatakan reliabel jika nilai cronbach alpha > r tabel sebesar 0, 514.(58)
Hasilnya dari 21 pertanyaan pengetahuan memiliki nilai cronbach alpha 0,917, 10
pertanyaan sikap memiliki nilai cronbach alpha 0,856. Hasil uji reliabilitas
menunjukkan nilai cronbach alpha > 0,514 yang artinya adalah kuesioner yang
terdapat pada penelitian ini adalah reliable.
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat
dan dilanjutkan dengan analisis bivariat.
1. Analisis Univariat
Analisa univariat dipergunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi
dan porposi dari pengetahuan, sikap, usia, paritas dan antenatal care.
f1
rumus: P = × 100%
n
Keterangan :
P = persentase
f1= frekuensi teramati
n = jumlah sampel
2. Analisis Bivariat
Analisis data bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
antara pengetahuan, sikap, usia dan paritas pada ibu hamil terhadap antenatal
care di puskemas Darussalam Aceh Besar. Analisis data ini dilakukan dengan uji
Chi-square dengan kriteria hubungan ditetapkan berdasarkan p value
(Probabilitas) yang dihasilkan pada Confidence Interval (CI) 95% dan α 0,05
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika p value >0,05 maka tidak terdapat hubungan antara kedua variabel.
2. Jika p value ≤0,05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan.
Uji analisa yang digunakan adalah uji Chi-Square. Jika uji Chi-Square tidak
memenuhi syarat, maka akan digunakan uji alternative lainnya yaitu uji Fisher’s
Exact Test.(60)
Analisis data
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
. Pada penelitian ini variabel yang diteliti meliputi: pengetahuan, sikap, usia dan
paritas. Karakteristik subjek penelitian disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Karakteristik Ibu Hamil di Ruang KIA Puskesmas Darussalam Aceh
Besar Tahun 2014
Paritas
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 27 77,1
Pegawai Negri Sipil 2 5,8
Wiraswasta 6 17,1
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 35 responden yang berkunjung
ke Ruang KIA Puskesmas Darussalam Aceh Besar 51,4% yang melakukan cakupan
antenatal care lengkap.
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 35 responden yang berkunjung
ke Ruang KIA Puskesmas Darussalam Aceh Besar 60,0% memiliki pengetahuan
baik tentang antenatal care .
Berdasarkan hasil dari pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara
dengan menggunakan kuesioner maka hasil yang didapatkan memiliki total skor
masing-masing responden untuk variabel pengetahuan. Gambaran secara lengkap
dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini.
Baik Kurang
No Pengetahuan
n % n %
1 Pengertian pemeriksaan kehamilan 35 100 0 0
2 Prinsip dari pemeriksaan kehamilan 32 91,4 3 8,6
3 Tujuan utama dari pemeriksaan
26 74,3 9 25,7
kehamilan
4 Manfaat pemeriksaan kehamilan 26 74,3 9 25,7
5 Keuntungan pemeriksaan kehamilan 21 60,0 14 40,0
6 Standar 7T dalam pemeriksaan
12 34,3 23 65,7
kehamilan
7 Minimal melakukan pemeriksaan 28 80,0 7 20,0
31
kehamilan
8 Jadwal kunjungan ibu hamil pertama
19 54,3 16 45,8
(K1)
9 Jadwal kunjungan ibu hamil kedua (K2) 21 60,0 14 40,0
10 Jadwal kunjungan ibu hamil ketiga (K3) 19 54,3 16 45,7
11 Jadwal kunjungan ibu hamil
20 57,1 15 42,9
keempat(K4)
12 Pelayanan yang didapat saat pertama kali
34 97,1 1 2,9
melakukan pemeriksaan kehamilan
13 Jadwal imunisasi TT 25 71,4 10 28,6
14 Manfaat zat besi (Fe) 27 77,1 8 22,9
15 Jumlah tablet penambah darah yang
18 51,4 17 48,6
harus diberikan selama kehamilan
16 Waktu pertama kali pemberian Fe 32 91,4 3 8,6
17 Jumlah asam folat yang dibutuhkan saat
15 42,9 20 57,2
kehamilan
18 Manfaat pemberian asam folat saat
4 11,4 31 88,6
kehamilan
19 Manfaat makanan yang mengandung
21 60,0 14 40,0
kalsium
20 Jumlah kalsium yang dibutuhkan saat
6 17,2 29 82,9
kehamilan
21 Jumlah protein yang dibutuhkan saat
4 11,5 31 88,6
kehamilan
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu hamil dapat
mengetahui dengan benar mengenai pelayanan yang didapatkan saat pertama kali
melakukan pemeriksaan kehamilan yaitu sebesar 97,1% dan sebesar 88,6% ibu hamil
kurang mengetahui tentang manfaat pemberian asam folat dan kurang mengetahui
jumlah protein yang dibutuhkan saat kehamilan. Sebesar 82,9% ibu hamil masih
kurang mengetahui tentang jumlah kalsium yang dibutuhkan saat kehamilan.
Setuju 20 57,1
Tidak Setuju 15 42,9
32
Tabel 4.6 Distribusi Sikap Ibu Hamil di Ruang KIA Puskesmas Darussalam
Aceh Besar Tahun 2014
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa ibu setuju setiap ibu hamil
melakukan pemeriksaan kehamilan sebesar 100%, sebesar 77,1% ibu tidak setuju
jika Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 1x pada trimester I dan sebesar
sebesar 57,1% ibu tidak setuju melakukan pemeriksaan kehamilan jika ada keluhan
saja serta sebesar 48,6% ibu tidak setuju zat besi sebagai penambah berat badan
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa ibu hamil yang berkunjung ke
Ruang KIA Puskesmas Darussalam Aceh Besar 77,1% memiliki usia tidak berisiko
(20-35).
Antenatal care
Total p-value RP
Pengetahuan Tidak Lengkap Lengkap
n % n % n %
Kurang 11 78,6 3 21,4 14 100
0,011 2,754
Baik 6 28,6 15 71,4 21 100
Antenatal care
Total p-value RP
Sikap Tidak lengkap Lengkap
n % n % n %
Tidak setuju 11 73,3 4 26,7 15 100
0,028 2,443
Setuju 6 30,0 14 70,0 20 100
Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukkan bahwa ibu hamil yang bersikap tidak
setuju (73,3%) tidak lengkap melakukan antenatal care, sedangkan ibu dengan sikap
setuju 30,0 % tidak lengkap melakukan antenatal care di Puskesmas Darussalam
Aceh Besar tahun 2014. Berdasarkan Tabel 4.10 juga menunjukkan Rasio Prevalensi
sebesar 2,443. Hal ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang memiliki sikap tidak
setuju 2,443 kali tidak melakukan pemeriksaan antenatal care secara lengkap jika
dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki sikap setuju.
Hasil uji Chi-Square pada CI 95% dan α = 0,05 didapatkan p value 0,028
(p<0.05) sehingga Ho ditolak dan hipotesis terbukti hal ini berarti terdapat hubungan
antara sikap dengan cakupan antenatal care di Puskesmas Darussalam Aceh Besar
tahun 2014.
Hubungan antara usia ibu hamil dengan antenatal care dapat dilihat dalam
bentuk tabel silang di bawah ini.
Tabel 4.11 Hubungan usia dengan Antenatal Care di Puskesmas Darussalam
Aceh Besar Tahun 2014
Antenatal care
Tidak Total p- value RP
Usia Lengkap
Lengkap
n % n % n %
Berisiko
2 25,0 6 75,0 8 100
(<20 dan >35)
0.228 0,450
Tidak Berisiko
15 55,6 12 44,4 27 100
(20-35)
Berdasarkan Tabel 4.11 menunjukkan bahwa ibu hamil dengan usia berisiko
(75,0%) melakukan antenatal care secara lengkap, sedangkan ibu hamil dengan usia
tidak berisiko 44,4% ibu hamil yang melakukan antenatal care secara lengkap di
Puskesmas Darussalam Aceh Besar tahun 2014. Berdasarkan Tabel 4.11 juga
menunjukkan Rasio Prevalensi sebesar 0,450. Hal ini menunjukkan bahwa ibu hamil
yang memiliki usia berisiko 0,450 kali tidak melakukan pemeriksaan antenatal care
secara lengkap jika dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki usia tidak
berisiko.
Hasil Fisher’s Exact Test pada CI 95% dan α = 0,05 didapatkan p value 0,228
(p>0,05) sehingga Ho diterima dan hipotesis tidak terbukti hal ini berarti tidak ada
hubungan antara usia dengan antenatal care di Puskesmas Darussalam Aceh Besar
Tahun 2014.
Antenatal care
Tidak Total p value RP
Paritas Lengkap
Lengkap
n % n % n %
Tinggi (>2) 3 42,9 4 57,1 7 100 1,000 0,856
36
Berdasarkan Tabel 4.12 menunjukkan bahwa ibu hamil dengan paritas tinggi
(57,1%) melakukan antenatal care secara lengkap, sedangkan ibu hamil dengan
paritas rendah 50,0% melakukan antenatal care secara lengkap di Puskesmas
Darussalam Aceh Besar tahun 2014. Berdasarkan Tabel 4.12 juga menunjukkan
Rasio Prevalensi sebesar 0,856. Hal ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang
memiliki paritas tinggi 0,856 kali tidak melakukan pemeriksaan antenatal care
secara lengkap jika dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki paritas rendah.
Hasil Fisher’s Exact Test pada CI 95% dan α = 0,05 didapatkan p value 1,000
(p>0,05) sehingga Ho diterima, hipotesis tidak terbukti berarti tidak ada hubungan
antara paritas dengan antenatal care di Puskesmas Darussalam Aceh Besar Tahun
2014.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Cakupan Antenatal Care
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan antenatal care secara lengkap (K4) yang dilakukan di Ruang KIA
Puskesmas Darussalam Aceh Besar sebesar 51,4 %. Hasil penelitian ini sejalan
dengan studi yang dilakukan oleh Safna(8) dari 42 ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan antenatal care sebesar 57% melakukan pemeriksaan antenatal care
secara lengkap di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh. Penelitian lainnya yang
dilakukan oleh Andri(9) di Puskesmas Runding Kota Subulussalam sebesar 56,56%
ibu hamil melakukan pemeriksaan antenatal care secara teratur. Penelitian oleh
Sarminah(61) Provinsi Papua sebesar 53,9% ibu hamil melakukan pemeriksaan
antenatal care secara teratur. Cakupan dari pemeriksaan antenatal care di ruang KIA
Puskesmas Darussalam Aceh Besar masih rendah yaitu 51,4%. Berdasarkan hasil
wawancara langsung dari ibu hamil saat penelitian berlangsung, menunjukkan bahwa
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ketidak lengkapan pemeriksaan
antenatal care pada ibu hamil diantaranya adalah dipengaruhi oleh faktor geografis
yaitu jarak antara puskesmas dengan rumah pasien sangat jauh dan sarana
transportasi umum yang terbatas serta kesibukan pekerjaan sehari-hari yang juga ikut
mempengaruhi kelengkapan pemeriksaan antenatal care. Rendahnya cakupan K4
37
menunjukkan sedikitnya kunjungan dan pelayanan yang didapatkan ibu hamil pada
saat melakukan pemeriksaan kehamilan.
Pemeriksaan kehamilan merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus
dilakukan agar dapat mengetahui dan menangani sedini mungkin penyulit dan
kelainan yang dapat terjadi pada masa kehamilan dan pada masa nifas, memberikan
arahan kepada ibu hamil berupa edukasi dan informasi kepada ibu hamil tentang
kehamilan, persiapan persalinan serta aspek keluarga berencana guna menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu dan janin. (12) Pemeriksaan antenatal care
dianjurkan minimal sebanyak 4 kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I (K1)
sebanyak 1 kali pada usia kehamilan 1 sampai 12 minggu, pada trimester II (K2)
sebanyak 1 kali pada usia kehamilan 13 sampai 27 minggu dan pada trimester III (K3
dan K4) sebanyak 2 kali pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu. (17, 21)
Sedangkan
untuk kunjungan prantal dilakukan dengan interval 4 minggu sampai 28 minggu,
setiap 2 minggu sampai 36 minggu dan selanjutnya dilakukan setiap minggu.
Pemeriksaan antenatal care yang di lakukan di negara maju sebanyak 12-16 kali
selama kehamilan.(19)
Hasil penelitian ini didapatkan ibu hamil yang berpengetahuan kurang baik
78,6% melakukan antenatal care tidak lengkap sedangkan ibu yang berpengetahuan
baik 28,6% melakukan antenatal care tidak lengkap di Puskesmas Darussalam Aceh
Besar. Hasil Rasio Prevalensi pada penelitian ini sebesar 2,754. Hal ini menunjukkan
bahwa ibu hamil yang berpengetahuan kurang 2,754 kali tidak melakukan
pemeriksaan antenatal care secara lengkap jika dibandingkan dengan ibu hamil yang
berpengetahuan baik. Mesti dkk(1) berpendapat bahwa ibu dengan tingkat
pengetahuan tinggi memiliki kemungkinan melakukan cakupan pelayanan antenatal
care lengkap 9,250 kali lebih tinggi daripada ibu yang memiliki pengetahuan rendah.
Ibu hamil yang berpengetahuan baik mengetahui pengertian pemeriksaan
kehamilan sebesar 100%, sebagian besar ibu hamil dapat mengetahui dengan benar
mengenai pelayanan yang didapatkan saat pertama kali melakukan pemeriksaan
kehamilan yaitu sebesar 97,1%, ibu hamil yang dapat mengetahui prinsip dari
pemeriksaan kehamilan sebesar 91,4% dan ibu hamil yang dapat mengetahui waktu
pertama kali pemberian Fe sebesar 91,4%. Sebesar 88,6% ibu hamil kurang
mengetahui tentang manfaat pemberian asam folat, ibu hamil yang kurang
mengetahui jumlah protein yang dibutuhkan saat kehamilan sebesar 88,6%, ibu
hamil masih kurang mengetahui tentang jumlah kalsium yang dibutuhkan saat
kehamilan sebesar 82,9%, ibu hamil yang masih kurang mengetahui jumlah asam
folat yang dibutuhkan saat kehamilan sebesar 54,3% dan sebesar 42,9% ibu hamil
masih kurang mengetahui jumlah tablet penambah darah yang harus deberikan
selama kehamilan.
Proses pengetahuan melibatkan 3 aspek yaitu antara lain: proses untuk
mendapatkan informasi, proses transformasi dan proses evaluasi. Informasi yang
baru didapatkan dapat dijadikan sebagai pengganti pengetahuan yang sudah pernah
didapatkan sebelumnya atau dapat juga dijadikan sebagai penyempurna informasi
yang sudah pernah didapatkan sebelumnya.(62) Adapun faktor- faktor yang dapat
mempengaruhi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan antenatal care yaitu antara
lain faktor paritas, usia, pengetahuan, sikap, ekonomi, sosial budaya, letak geografis
dan dukungan keluarga.(9)
sikap, baik bersifat senang ataupun sedih. Konatif atau perilaku merupakan
kecenderungan untuk bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya.(65)
melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah.(54) Pada kehamilan yang
mempunyai risiko tinggi, maka pemeriksan harus lebih sering dilakukan, tetapi pada
kehamilan yang tidak mempunyai risiko maka jumlah kunjungan dengan tenaga
kesehatan dapat dilakukan lebih sedikit.(22) Ibu hamil yang mempunyai risiko yaitu
usia <20 dan >35 tahun harus lebih sering melakukan pemeriksaan daripada ibu
hamil yang tidak mempunyai risiko yaitu usia 20-35 tahun. Dalam hal ini terdapat
kesesuaian antara teori tersebut dengan hasil analisis yaitu terdapat banyaknya
kelompok usia ibu hamil yang berisiko antara <20 dan >35 tahun yang melakukan
pemeriksaan antenatal care secara lengkap jika dibandingkan dengan kelompok usia
tidak berisiko yaitu 20-35.
Akan tetapi hasil ini tidak sejalan dengan konsep menurut Rohmah(67) yang
berpendapat bahwa kesiapan seorang ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan
antenatal care berhubungan dengan perubahan yang terjadi akibat dari proses
pertumbuhan dan perkembangan atau bertambahnya usia dan interaksi dengan latar
belakang dari pengalaman ibu hamil. Pada rentang usia 20-35 tahun merupakan usia
yang baik untuk menjalankan peran pengasuhan dan mengikuti pemeriksaan
antenatal care. Apabila usia ibu hamil masih terlalu muda ataupun terlalu tua
mungkin tidak akan dapat menjalankan peran dalam melakukan pemeriksaan
antental care secara optimal.
Peneliti berasumsi bahwa tidak terdapatnya hubungan antara usia dengan
pemeriksaan antental care pada penelitian ini bahwa ibu yang mempunyai usia
berisiko yaitu <20 dan >35 tahun tidak dapat menghalangi ibu hamil untuk
melakukan pemeriksaan antental care secara lengkap meskipun mereka harus
melakukan pemeriksaan lebih sering jika dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak
mempunyai usia berisiko yaitu 20-35 yang melakukan pemeriksaan lebih sedikit,
asalkan upaya penyuluhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan mengenai usia yang
baik dalam kehamilan harus lebih sering dilakukan kepada masyarakat, dalam hal ini
dapat melibatkan bidan dan ibu-ibu kader yang dapat membantu meningkatkan
derajat kesehatan dalam masyarakat sehingga nantinya dapat meningkatkan
kelengkapan dalam melakukan pemeriksaan kehamilan. Selain itu informasi
mengenai pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan terutama usia yang berisiko
harus lebih sering dilakukan sehingga tidak akan menghalangi ibu hamil yang
mempunyai usia berisiko untuk melakukan pemeriksaan lebih sering walaupun
42
mereka harus melakukan pemeriksaan lebih banyak dibandingkan dengan ibu hamil
yang tidak mempunyai usia berisiko yang nantinya juga akan meningkatkan derajat
kesehatan dalam masyarakat dan dapat meningkatkan kelengkapan dalam melakukan
pemeriksaan antental care serta dapat menurunkan angka kesakitan ibu, kematian
ibu dan kematian bayi.
Usia dibedakan menjadi dua macam yaitu usia kronologis dan usia biologis.
Usia kronologis adalah usia yang dihitung dengan menggunakan tahun kalender,
sedangkan usia biologis adalah usia sesungguhnya yang biasa diterapkan sebagai
kondisi pematangan jaringan sebagai indeks usia biologi.(53)
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari bahwa pengetahuan dan penguasaan peneliti
yang masih belum memadai terhadap teknik-teknik penelitian ilmiah maupun dalam
teori- teori yang mendukung suatu penelitian.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
45
17. Bagus GMI. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta:
EGC; 2003.
18. F SSdC. Panduan Super Lengkap Hamil Sehat. Yogyakarta: Niaga Swadaya; 2012.
19. Cuningham G, F. Obstetri Williams. Jakarta: EGC; 2012.
20. D.J HIJaS. At a Glance: Sistem Reproduksi 2ed. Erlangga: Buku Kedokteran dan
Kesehatn; 2008.
21. Rachman M. Prinsip Penanganan Obstetric-Genikologi dan Bedah Obstetric.
Jakarta: Salemba; 2000.
22. Cuningham FG, Gant, N.F., Leveno, K.J., Gilsttrap, Hauth, J.C,. Wenstrom, K.D.. .
Obstetri William. 2
47. Adewoye M, Atoyebi, and Babatunde Knowledge and Utilization of Antenatal Care
Services by Women of Child Bearing Age in Ilorin-East Local Government Area, North
Central Nigeria. International Journal of Science and Technology. 2013;3 (3):189-2.
48. Dewi DPPdMM. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Antenatal Care Dengan
Frekuensi Kunjungan Antenatal Care Di Rumah Bersalin Wikaden Imogiri Bantul Maternal.
2013;8 (1):73-89.
49. Notoadmodjo S. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2003.
50. Sunaryo. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC; 2004.
51. Liliweri A. Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat
Multikultur. Yogyakarta: LkiS; 2005.
52. Notoadmojo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2007.
53. Tamher SN. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendeketan Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika; 2009.
54. Sujiono BS, N, Y. Seri Pengembangan Potensi Bawaan Anak Persiapan dan Saat
Kelahiran. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2004.
55. Pernoll L, M., dkk. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. 9 ed. Jakarta: EGC; 2008.
56. Wiknojosastro H. Ilmu Kebidanan. 3 ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2005.
57. Murti B. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di
Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Pustaka; 2010.
58. Hidayat AAA. Metode Penelitian Kesehatan. Surabaya: Health Book Publishing;
2011.
59. Budiarto E. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC; 2002.
60. Sopiyudin MD. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bifariat, dan
Multivariat. Jakarta: Salemba Medika; 2009.
61. Sarminah. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Antenatal Care di
Provinsi Papua Tahun 2010. Depok: Universitas Indonesia; 2010.
62. I MW. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika; 2011.
63. S AR. Faktor- Faktor yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care di
Puskesmas Mangoloto Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Gorontalo: Negeri
Gorontalo; 2013.
64. S S. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dengan Pelaksanaan Antenatal
Care (K4) Sesuai Standar di Puskesmas Kepung Kabupaten Kediri. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret; 2012.
65. J MHD. Promosi Kesehatan Jakarta: EGC; 2009. 35 p.
66. D D. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Pemahaman Ibu Hamil
Terhadap Pesan Antenatal Care yang Terdapat di Dalam Buku KIA. Semarang: Universitas
Diponegoro; 2010.