Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah suatu indikator untuk menentukan tingkat
kesehatan di suatu daerah. Tingginya AKI disuatu daerah, menunjukkan bahwa
rendahnya tingkat kesehatan di daerah tersebut. Angka kematian ibu tertinggi
disebabkan oleh karena perdarahan (28%). Persentase tertinggi kedua disebabkan
oleh eklampsia (24%). Penyebab lainnya adalah infeksi, abortus, partus lama, emboli
serta komplikasi pasca persalinan.(1)
Menurut data Word Health Organization (WHO), kematian ibu dan bayi
merupakan suatu permasalahan besar, paling sering terjadi pada negara sedang
berkembang (Malaysia, Indonesia, Kamboja, Timor Leste, Papua Nugini dan lain-
lain) yaitu mencapai 98-99% yang disebabkan oleh masalah persalinan dan
kelahiran, sedangkan pada negara maju (Jepang, Singapura, Hong Kong, Korea
Selatan, Amerika dan Taiwan) didapatkan sekitar 1-2%.(2) Jika dibandingkan dengan
negara ASEAN angka kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut
Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011, hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI yang ditemukan di Indonesia pada tahun 2007
telah mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB)
mencapai 34 per 1000 kelahiran hidup.(3) AKI jika dibandingkan dengan tahun 2010
sebesar 214 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 31 per 1000 kelahiran
hidup. Pemerintah memiliki target nasional dalam upaya agar dapat menurunkan
AKI pada tahun 2010 sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup.(4)
Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011, hasil dari
kesepakatan global Millenium Development Goals (MDGs), ditargetkan pada tahun
2015 AKI menurun sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menurun
sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup.(3) Menurut Menteri Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2012 dalam Profil Kesehatan Aceh, AKI di Aceh tahun 2012 sebesar
192 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 8 per 1000 kelahiran hidup.(5) Hal
ini membuktikan bahwa AKI masih cukup tinggi. AKI hamil sekitar 20% disebabkan
karena tidak teratur melakukan antenatal care (ANC).(6)
2

Angka Kematian Ibu harusnya dapat dicegah dengan cara mendeteksi secara
dini risiko kehamilan yaitu dengan memberikan pelayanan ANC pada ibu hamil.
Kunjungan ibu hamil selama hamil yang direkomendasikan oleh WHO yaitu
minimal empat kali kunjungan. Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2013 dalam Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), cakupan K4
di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 86,52%, angka ini belum mencapai target
renstra pada tahun 2013 yaitu 93%. Cakupan K4 tertinggi berada di Jawa Tengah
mencapai 99,83%. Provinsi Aceh tahun 2013, 78,66% dan 73,90% di Aceh Besar.(7)
Sedangkan Cakupan K4 Puskesmas Darussalam Aceh Besar tahun 2013 sebesar
60%.
Antenatal care dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia, paritas,
pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga dan jarak pelayanan.
Beberapa penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan, sikap, usia dan
paritas dengan ANC.(8-10)
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan pengetahuan, sikap, usia, dan paritas ibu hamil dengan
Antenatal Care di Puskesmas Darussalam Aceh Besar Tahun 2014”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Apakah ada hubungan pengetahuan pada ibu hamil dengan antenatal care di
Puskesmas Darussalam Aceh Besar Tahun 2014?
2. Apakah ada hubungan sikap pada ibu hamil dengan antenatal care di Puskesmas
Darussalam Aceh Besar Tahun 2014?
3. Apakah ada hubungan usia pada ibu hamil dengan antenatal care di Puskesmas
Darussalam Aceh Besar Tahun 2014?
4. Apakah ada hubungan paritas pada ibu hamil dengan antenatal care di Puskesmas
Darussalam Aceh Besar Tahun 2014?
3

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan cakupan antenatal care pada ibu hamil di Puskesmas
Darussalam Aceh Besar Tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan pada ibu hamil dengan antenatal care
di Puskesmas Darussalam Aceh Besar Tahun 2014.
2. Untuk mengetahui hubungan sikap pada ibu hamil dengan antenatal care di
Puskesmas Darussalam Aceh Besar Tahun 2014.
3. Untuk mengetahui hubungan usia pada ibu hamil dengan antenatal care di
Puskesmas Darussalam Aceh Besar Tahun 2014.
4. Untuk mengetahui hubungan paritas pada ibu hamil dengan antenatal care di
Puskesmas Darussalam Aceh Besar Tahun 2014.

1.4 Manfaat penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Sebagai sumber acuan dan bahan masukan bagi peneliti lain bila ingin meneliti
mengenai ANC dengan variabel yang lebih luas.

1.4.2 Manfaat Praktis


Sebagai masukan bagi instasi terkait agar dapat meningkatkan promosi dan
penyuluhan tentang antenatal care dalam upaya meningkatkan antenatal care
sehingga dapat meningkatkan cakupan K4.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara pengetahuan pada ibu hamil dengan antenatal care di
Puskesmas Darussalam Aceh Besar Tahun 2014.
2. Terdapat hubungan antara sikap pada ibu hamil dengan antenatal care di
Puskesmas Darussalam Aceh Besar Tahun 2014.
4

3. Terdapat hubungan antara usia pada ibu hamil dengan antenatal care di
Puskesmas Darussalam Aceh Besar Tahun 2014.
4. Terdapat hubungan antara paritas pada ibu hamil dengan antenatal care di
Puskesmas Darussalam Aceh Besar Tahun 2014.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antenatal care

Antenatal care adalah suatu pengawasan yang dilakukan selama kehamilan


dengan tujuan untuk mengetahui kesehatan umum ibu, mendeteksi secara dini
penyakit yang meyertai kehamilan, mendeteksi secara dini komplikasi kehamilan,
menetapkan risiko yang dapat terjadi pada masa kehamilan baik itu kategori risiko
tinggi, risiko meragukan, dan risiko rendah, mempersiapkan persalinan ibu menuju
well born baby dan well health mother, mempersiapkan ibu untuk memelihara bayi
dan laktasi serta dapat mengantarkan ibu sampai pulih saat akhir kala nifas. (11)
Antanatal care adalah pengawasan yang dilakukan pada masa kehamilan sebelum
persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
kandungan.(12) Antenatal care adalah perawatan yang dilakukan pada masa kehamilan
sebelum bayi lahir dan yang paling diutamakan pada kesehatan ibu.(13)

2.1.1 Tujuan Antenatal care


a. Tujuan Umum
Tujuan dari antenatal care adalah untuk mengetahui data kesehatan pada ibu
hamil dan perkembangan bayi dalam kandungannya sehingga mencapai target
kesehatan yang optimal dalam menghadapi persalinan, puerperium, dan laktasi serta
memiliki pengetahuan yang baik tentang pengasuhan bayinya.(14)

b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pemeriksaan antenatal care yaitu untuk mengetahui dan
menangani sedini mungkin penyulit dan kelainan yang dapat terjadi pada masa
kehamilan dan pada masa nifas, memberikan arahan kepada ibu hamil berupa
edukasi dan informasi kepada ibu hamil tentang kehamilan, persiapan persalinan
serta aspek keluarga berencana guna menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
dan janin.(12) Dalam artian sempit tujuan antenatal care dan prenatal care adalah
untuk mengawasi ibu hamil mulai dari masa kehamilan sampai persalinan,
memeriksa dan merawat ibu hamil jika ditemukan adanya kelainan sejak dini yang
dapat mengganggu tumbuh kembang janin dalam kandungan harus dibaringi dengan
upaya untuk memberikan pengobatan yang adekuat, mendeteksi penyakit ibu sedini
6

mungkin yang dapat mempengaruhi kesehatan janin dalam kandungan serta berusaha
untuk mengobatinya, persiapkan perasaan ibu sehingga pada proses persalinan yang
dihadapinya dapat dijadikan suatu pengalaman yang menyenangkan dan diharapkan,
serta mempersiapkan ibu hamil agar dapat merawat bayi dan menyusui secara
optimal.(13)

2.1.2 Manfaat Antenatal care


Manfaat dari pemeriksaan antenatal secara garis besar terbagi menjadi tujuh,
yaitu pemeriksaan dengan menggunakan pemeriksaan penunjang yaitu
ultrasonografi (USG) dan didukung dengan pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan oleh dokter atau bidan untuk memastikan seseorang hamil atau tidak,
melihat kondisi dalam rahim untuk mengetahui posisi kehamilan berada di dalam
rahim atau tidak, untuk mengetahui usia kandungan, melihat pertumbuhan dan
perkembangan dari janin, melihat kelainan atau penyakit yang terdapat pada janin,
untuk melihat posisi dari janin mengalami kelainan atau tidak dan melihat penyakit
yang dapat menyertai ibu selama kehamilan.(15)
Pemeriksaan antenatal memiliki keuntungan dan manfaat yang sangat besar
karena dapat menjaga kesehatan ibu dan janin pada masa kehamilan, dapat
mengurangi terjadinya risiko yang terdapat pada ibu hamil dan dapat mengurangi
terjadinya kelahiran premature dan berat badan lahir rendah.(16)

2.1.3 Jadwal Kunjungan Antenatal Care


Keuntungan dari pemeriksaan antenatal care sangat besar karena dengan
segera dapat diketahui berbagai macam kelainan yang terjadi selama kehamilan,
risiko yang terdapat pada masa kehamilan, dan komplikasi selama kehamilan
sehingga dapat diarahkan untuk melakukan pemeriksaan ke rumah sakit yang
mempunyai fasilitas yang memadai. Di negara maju, pemeriksaan antenatal care
dilakukan sebanyak 12-13 kali selama masa kehamilan, hal ini berbeda dengan di
negara berkembang yang melakukan pemeriksaan antenatal care cukup empat kali
sebagai kasus tercatat.(17)
Pengawasan antenatal yang dianjurkan dilakukan oleh ibu hamil minimal
sebanyak 4 kali, yaitu pada trimester I sebanyak 1 kali, pada trimester II sebanyak 1
kali, dan pada trimester III sebanyak 2 kali. Dengan memperhatikan batasan dan
7

tujuan pengawasan antenatal maka dijadwalkan pemeriksaan pertama dilakukan


segera setelah diketahui terlambat datangnya haid, selanjutnya pemeriksaan ulangan
dilakukan setiap bulan sampai usia kehamilan enam sampai tujuh bulan, pemeriksaan
setiap dua minggu sampai usia kehamilan delapan bulan dan setiap satu minggu
sejak usia kehamilan delapan bulan sampai terjadinya proses persalinan. Jadwal
pemeriksaan antenatal care adalah sebagai berikut(17)
1. Pemeriksaan trimester I dan II
Dilakukan sebulan sekali, pengambilan data hasil pemeriksaan laboratorium ,
pemeriksaan ultrasonografi, nasihat diet (empat sehat lima sempurna yaitu protein
0,5/kg BB, ditambah satu telur/hari), observasi penyakit yang dapat
mempengaruhi kehamilan dan komplikasi kehamilan, serta rencana (mengobati
penyakit, menghindari terjadinya komplikasi pada usia kehamilan I atau II,
imunisasi tetanus I). Pada kehamilan trimester I, janin sangat sensitif terhadap
pengaruh dari luar seperti infeksi, obat-obatan dan pengaruh makanan yang tidak
sehat. Infeksi yang paling sering terjadi yaitu TORCH yang akan sangat
merugikan terhadap perkembangan janin dalam kandungan.(18) Selain itu
kebanyakan dari abortus spontan dapat terjadi pada trimester I. (19) Pada kehamilan
trimester II, khususnya pada usia kehamilan 16 minggu janin akan memproduksi
alfafetoprotein yaitu protein yang ditemukan pada darah ibu. kelebihan kadar dari
protein ini akan menyebabkan kelainan pada spina bifida sehingga menyebabkan
kelainan kongenital pada saraf tulang belakang. Hal sebaliknya dapat terjadi, jika
kadar alfafetoprotein kurang maka akan menyebabkan kelainan sindrom down.
Pada usia 19 minggu tubuh janin sudah mulai memproduksi cairan serebrospinalis
yang akan bersirkulasi di otak dan saraf tulang belakang. Jika cairan tersebut
terhalang oleh sesuatu maka akan menyebabkan penumpukan cairan diotak
(hidrosefalus) yang berdampak fatal bagi jaringan otak janin. Pada usia kehamilan
20 minggu kebutuhan darah janin akan meningkat. Agar dapat menghindari
anemia, maka ibu harus mencukupi asupan gizi untuk janinnya dengan
mengkonsumsi makanan bergizi terutama makanan yang banyak mengandung zat
besi.(18)
2. Pemeriksaan trimester III
Setiap dua minggu, dilanjutkan seminggu sampai tibanya tanda-tanda kelahiran,
evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil dari pengobatan, diet empat sehat
8

lima sempurna, meriksaan penunjang ultrasonografi, imunisasi tetanus II dan


observasi (penyakit penyerta kehamilan, komplikasi kehamilan pada trimester III,
berbagai kelainan kehamilan trimester III). Pada kehamilan trimester III biasanya
terdapat kelainan preeklampsia. Walaupun pada beberapa kasus dapat ditemukan
pada awal kehamilan.(20) Selain itu sebagian besar dari wanita hamil dengan
penyakit hipertensi akibat kehamilan juga dapat didiagnosa pada kehamilan
trimester III.(19) Oleh sebab itu pemeriksaan harus lebih sering dilakukan untuk
dapat mencegah terjadinya kelainan pada saat kehamilan mengingat penyebab
kematian ibu terbanyak dapat disebabkan karena perdarahan, infeksi, dan
preeklampsia.(18)
Pemeriksaan yang dilakukan pada ibu hamil terbagi menjadi beberapa tahapan,
yaitu(21):
a. Kunjungan ibu hamil pertama (K1)
Kunjungan ibu hamil pertama kali pada saat kehamilan yaitu kunjungan yang
dilakukan ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kandungan pada umur
kehamilan 1 sampai 12 minggu. Pada kunjungan pertama ini akan dilakukan
pemeriksaan dengan tujuan untuk mengetahui indentitas ibu dan suami,riwayat
kehamilan sekarang, riwayat kehamilan sebelumnya, jumlah paritas, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan obstetrik, pemberian tablet zat besi
pada masa kehamilan, imunisasi tetanus toksoid serta pemberian bimbingan pada
ibu hamil.(21)
b. Kunjungan ulang
Kunjungan ulang adalah kontak yang dilakukan ibu hamil untuk yang kedua dan
seterusnya kepada tenaga kesehatan baik dokter ataupun bidan guna memperoleh
pelayan antenatal sesuai dengan standar yang berlaku pada masa kehamilan. Pada
kehamilan yang mempunyai risiko tinggi, maka pemeriksan harus lebih sering
dilakukan, tetapi pada kehamilan yang tidak mempunyai risiko maka jumlah
kunjungan dengan tenaga kesehatan dapat dilakukan lebih sedikit.(22)
Pada setiap kunjungan ulang maka akan dilakukan langkah- langkah untuk dapat
menentukan kesehatan ibu dan janinnya. Evaluasi yang biasanya dilakukan
mencakup pemeriksaan pada ibu dan janinnya. Adapun pemeriksaan yang
dilakukan pada janin meliputi kecepatan jantung, ukuran saat ini dan laju
pertumbuhan janin, jumlah cairan amnion, bagian presentasi dan station serta
9

aktivitas dari janin. Sedangkan pemeriksaan yang dilakukan pada ibu meliputi
tekanan darah saat ini dan tingkat perubahan, berat badan saat ini dan jumlah
perubahan, gejala- gejala yang terdapat pada masa kehamilan (nyeri kepala,
penglihatan kabur, nyeri abdomen, mual dan muntah, perdarahan, pengeluaran
cairan dari vagina dan disuria), tinggi fundus uteri dari simfisis dalam sentimeter
dan pemeriksaan vagina pada kehamilan tahap lanjut sering memberikan
informasi yang berguna.(19)
c. Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)
Kunjungan ibu hamil K4 merupakan kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan
untuk yang keempat kalinya atau lebih pada umur kandungan 32 sampai 40
minggu untuk memperoleh pelayanan pada masa kehamilan yaitu pelayanan
antenatal care sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk melakukan
pemeriksaan pada trimester pertama dilakukan satu kali (K1) pada usia kehamilan
1 sampaI 12 minggu, pada trimester kedua (K2) usia kehamilan 13 sampai 27
minggu dilakukan pemeriksaan satu kali, pada trimester ketiga (K3 dan K4) usia
kehamilan lebih dari 28 minggu dilakukan pemeriksaan dua kali dan akan
dilakukan pemeriksaan khusus apabila ditemukan adanya keluhan atau kelainan
tertentu.(21)
Kunjungan antenatal hal yang sangat diperlukan adalah untuk mendapatkan
informasi yang sangat penting diantaranya yaitu:(23)
1. Trimester pertama (kunjungan ibu hamil sebelum 14 minggu) yaitu: 1) Untuk
membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil, 2)
Mendeteksi masalah dan segera menanganinya, 3) Melakukan suatu tindakan
pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan
praktek tradisional yang merugikan, 4) Meningkat perilaku hidup sehat (gizi,
latihan kebersihan, istirahat dan sebagainya).
2. Trimester kedua (kunjungan ibu hamil sebelum minggu ke 28) yaitu sama halnya
seperti yang dilakukan pada trimester 1, tambahannya antara lain kewaspadaan
khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala preeklamsia yaitu pantau
tekanan darah dan evaluasi edema).
3. Trimester ketiga (kunjungan ibu hamil antara minggu ke 28 sampai 36) yaitu
sama sama seperti pada trimester kedua dan ditambahkan palpasi abdomen untuk
mengetahui apakah ada kehamilan ganda atau tidak.
10

4. Trimester keempat (kunjungan ibu hamil setelah 36 minggu) yaitu sama halnya
pada trimester ketiga ditambah dengan mendeteksi letak janin yang tidak normal
atau kondisi lain yang memerlukan tempat kelahiran di rumah sakit.
Ibu hamil yang memiliki sikap setuju memeriksakan kehamilan sekurang-
kurangnya ≥4 kali selama kehamilan sebanyak 92%, ibu hamil yang memiliki sikap
tidak setuju harus memeriksakan kehamilan sekurang-kurangnya ≥4 sebanyak 8%.
Ibu hamil yang rutin melakukan pemeriksaan kehamilan ke pelayanan kesehatan
selama hamil sebanyak 62%, ibu hamil yang tidak rutin melakukan pemeriksaan
kehamilan ke pelayanan kesehatan selama hamil sebanyak 38%. Ibu hamil yang
tidak rutin untuk melakukan pemeriksaan selama kehamilan umumnya pada usia
kehamilan satu sampai tiga bulan, dimana ibu hamil menyatakan keterbatasan
ekonomi dan bawaan saat hamil sehingga ibu hamil tidak rutin untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan ke pelayanan kesehatan.(24)

2.1.4 Cakupan Kunjungan Antenatal Care


Kunjungan ibu hamil merupakan kontak antara ibu hamil dengan tenaga
kesehatan profesional untuk memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar yang
berlaku. Cakupan K1 merupakan cakupan kontak pertama sekali ibu hamil pada saat
kehamilan dengan tenaga kesehatan guna mendapatkan pelayanan anenatal yang
diberikan oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Cakupan kunjungan pertama (KI) dipergunakan sebagai suatu indikator akses
pelayanan angka cakupan ibu hamil yang diperoleh dengan menggunakan rumus
perhitungan yaitu(25):

jumlah kunjungan ibu hamil


×100%
jumlah semua ibu hamil di suatu wilayah dalam satu tahun

Cakupan kunjungan K4 merupakan suatu cakupan pemeriksaan ibu hamil yang


telah mendapatkan pelayanan antenatal yang sesuai dengan standar pelayanan,
paling minimal dengan distribusi waktu yaitu trimester pertama dilakukan satu kali,
trimester kedua dilakukan satu kali dan pada trimester ketiga dilakukan dua kali pada
kurun waktu tertentu di suatu wilayah kerja.(25)

2.1.5 Kebijakan Pelayanan Antenatal Care


11

Pelayanan Antenatal Care yang bermutu pada dasarnya merupakan suatu


pelayanan medik dasar yang strategis dalam upaya untuk dapat meningkatkan
kesehatan ibu dan janinnya. Agar dapat mencapai keinginan tersebut hal yang
perlu diperhatikan yaitu pelayanan dapat dijangkau oleh ibu hamil dan
keluarganya, sehingga ibu hamil dapat melakukan pemeriksaan secara teratur dan
dapat mendeteksi sedini mungkin terhadap kemungkinan yang dapat terjadi pada
masa kehamilan. Tedapat dua program kebijakan dalam pelayanan antenatal care
yaitu:(26)
a. Kebijakan Program
Dalam pemeriksaaan kehamilan selain memperhatikan jumlah kunjungan yang
dilakukan ibu hamil juga perlu memperhatikan kualitas dari pemeriksaan yang
dilakukan. Kebijakan dari program pelayanan antenatal dalam melakukan
kunjungan sebaiknya dilakukan empat kali pada masa kehamilan. Dalam
pelaksanaan operasionalnya, terdapat standar minimal pelayanan antenatal atau
dikenal dengan istilah 7T yang terdiri atas timbang berat badan dan ukur berat
badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) lengkap,
pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan, ukur tinggi
fundus uteri, tes terhadap penyakit menular seksual dan tes wicara dalam rangka
mempersiapkan rujukan. Pelayanan antenatal ini sebaiknya diberikan oleh tenaga
kesehatan operasional.(26)
b. Kebijakan Teknis
Setiap kehamilan mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya komplikasi. Oleh
sebab itu setiap kehamilan diperlukan pemantauan khusus pada masa kehamilan.
Keuntungan dari pemeriksaan pada masa kehamilan sangat besar karena dengan
segera dapat diketahui berbagai macam kelainan yang dapat terjadi selama
kehamilan, risiko yang terdapat pada masa kehamilan, dan komplikasi selama
kehamilan sehingga dapat diarahkan untuk melakukan pemeriksaan ke rumah
sakit yang mempunyai fasilitas yang memadai, rujukan bila diperlukan, serta
mempersiapkan kehamilan yang bersih dan aman sehingga dapat mencegah
terjadinya infeksi dan lain-lain.(26)

2.1.6 Pelayanan dan Sasaran Antenatal care


12

Antenatal care merupakan suatu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh


tenaga kesehatan yang professional kepada ibu hamil pada masa kehamilannya,
dilakukan sesuai standar pelayanan antenatal yang telah ditetapkan oleh standar
pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatal ini bertujuan untuk mengupayakan agar
dapat menjaga kesehatan ibu pada masa kehamilan, selain itu mengupayakan agar
dapat menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu. Pelayanan antenatal
yang sudah sesuai dengan standar yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium jika diperlukan, serta perlakuan dasar dan khusus. (25) Tujuan khusus
dari pemeriksan antenatal yaitu untuk mencegah dan menangani secara dini
kemungkinan buruk yang dapat terjadi pada masa kehamilan seperti persalinan yang
premature, keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim,
cacat lahir, Diabetes melitus, hipertensi, infeksi pada masa kehamilan dan kehamilan
postmatur.(27)

2.1.7 Standar Pelayanan Antenatal care


Standar pelayanan antenal care meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik baik
pemeriksaan fisik umum ataupun pemeriksaan kebidanan, pemeriksaan laboratorium
jika diperlukan dan diberikan perlakuan dasar dan khusus pada ibu hamil yang
memiliki risiko pada kehamilannya. Pelayanan antenatal care ibu hamil sesuai
dengan standar yaitu kunjungan yang dilakukan ibu hamil sesuai dengan standar
minimal antenatal yaitu timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan
darah, skrining, status imunisasi tetanus dan pemberian tetanus toksoid, ukur tinngi
fundus uteri, pemberian tablet besi ( 90 tablet selama masa kehamilan), pemberian
komunikasi interpesonal dan bimbingan serta pemeriksaan laboratorium sederhana
seperti Hb, protein urine atau berdasarkan indikasi pada ibu hamil (HbsAg, sifilis,
HIV, Malaria, Tuberkolosis).(28)
Terdapat 7T sebagai standar minimal dalam pemeriksaan antenatal yaitu(11):
1. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan
Umumnya ibu hamil akan mengalami kenaikan berat badan secara perlahan,
kenaikan berat badan antara 9 sampai 13 kg selama masa kehamilan atau sama
saja dengan 0,5 kg perminggu atau 2 kg dalam satu bulan. Kehamilan trimester
kedua merupakan waktu penambahan berat badan yang paling banyak terjadi.
Penambahan berat badan ibu tersebut disebabkan karena penambahan berat badan
13

janin, plasenta, air ketuban, dan komponen dari ibu sendiri yaitu uterus dan
payudara yang semakin membesar, bertambahnya volume darah, simpanan lemak,
dan retensi air.(29) Setiap ibu hamil yang memeriksakan kandungannya harus
diukur berat badanya karena bertambahnya berat badan atau tidak sangat
berkaitan dengan pertumbuhan janin yang terlambat.(30)
Tabel 2.1 Rekomendasi berat badan total ibu hamil berdasarkan berat badan ibu
sebelum hamil(31)

Berat badan sebelum hamil kenaikan berat badan total


BMI
(BB/TB (m2)) yang di anjurkan
Berat badan kurang (under
weight) < 19,8 12,5 – 18
Berat badan normal (normal
weight) 19,8 - 26,0 11,5 – 16
Berat badan berlebih (over
weight) 26,0 - 29,0 7 - 11,5
Obesitas > 29,0 < 6,8

2. Ukur Tekanan Darah


Pengukuran tekanan darah pada kehamilan sangat penting karena jika terjadi
peningkatan tekanan darah pada ibu hamil dapat mengancam dan membahayakan
keadaan ibu dan bayinya. Pada kehamilan yang normal, sejak minggu kedelapan
kehamilan tekanan darah akan sedikit menurun. Wanita hamil yang mengalami
sedikit peningkatan tekanan darah di awal pertengahan kehamilan kemungkinan
wanita hamil tersebut mengalami hipertensi kronik atau jika hal tersebut terjadi
pada wanita hamil nulipara dngan nilai sistolik lebih dari 120 mmHg, maka
wanita hamil tersebut sangat berisiko akan mengalami preeklampsia.(32)
Selain itu pengukuran tekanan darah bertujuan untuk memeriksa adanya
peningkatan tekanan darah yang menandakan adanya kemungkinan untuk
terjadinya hipertensi akibat kehamilan. (kehamilan, melahirkan dan bayi)
Peningkatan tekanan darah merupakan suatu temuan pada sebagian wanita yang
mengalami hipertensi kronis. Sebagian wanita hamil sudah mengalami penyulit
pada kehamilannya sehingga menyebabkan kehamilan berisiko, termasuk
penyakit jantung hipertensif atau iskemik, insufisiensi ginjal, atau riwayat strok.
Wanita hamil yang mengalami hipertensi kronis akan sangat berisiko mengalami
preeklampsia, meningkatkan risiko persalinan prematur dan komplikasi kehamilan
lainnya yaitu seperti solusio plasenta dan hambatan pertumbuhan janin.(33)
14

Hipertensi pada masa kehamilan akan mengakibatkan masalah yang besar karena
aliran darah dari plasenta ke bayi akan mengalami gangguan sehingga
menyebabkan penyaluran oksigen dan makanan pada bayi akan terhambat hal
tersebut akan berdampak pada terjadinya gangguan pertumbuhan dan
perkembangan dari janin. Tekanan darah pada wanita hamil tidak akan banyak
meningkat dari normal sebelum hamil, tekanan darah normal pada ibu hamil yaitu
90/60 sampai 140/90 mmHg.(29)
3. Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap
Imunisai tetanus toxoid atau TT merupakan perawatan kehamilan yang diberikan
pada saat sebelum ataupun sesudah kehamilan yang memiliki kegunaan untuk
memberikan kekebalan pada janin terhadap terjadinya infeksi tetanus (Tetanus
Neonatorum) yang mungkin dapat terjadi pada saat persalinan ataupun post natal.
(34)
Menurut WHO, apabila seorang ibu hamil tidak pernah mendapatkan imunisasi
TT selama hidupnya, maka ibu tersebut paling sedikit dua kali pemberian suntikan
selama kehamilannnya.(29)
Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi TT(29)
Imunisasi Interval Perlindungan
TT1 pada kunjungan antenatal pertama (-)
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
25 tahun - seumur
TT5 1 tahun setelah TT4 hidup

4. Pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan


Masa kehamilan sangat memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah serta pembentukan sel darah merah janin dan plasenta.
Semakin sering seseorang mengalami kehamilan dan melahirkan maka akan
semakin banyak kehilangan zat besi. Jika cadangan persediaan Fe sangat minimal,
maka setiap kehamilan akan menggunakan secara maksimal persediaan Fe pada
tubuh dan akan mengakibatkan timbulnya anemia pada kehamilan selanjutnya.
Pada saat hamil sangat mungkin terjadi anemia disebabkan karena pada saat
kehamilan ibu hamil mengalami hemodilusi atau pengeceran dengan peningkatan
volume 30% sampai dengan 40% dan akan mencapai puncaknya pada usia
kehamilan memasuki 32 sampai 34 minggu. Terjadinya peningkatan jumlah sel
15

darah 18% sampai 30% dan hemoglobin sekitar 19%. Ibu sebelum hamil yang
memiliki kadar hemoglobin sekitar 11 gr% maka dengan terjadinya hemodilusi
dapat menyebabkan anemia fisiologis dan hemoglobin ibu akan menjadi 9,5
sampai 10 gr%. Setelah terjadinya persalinan dengan telah lahirnya plasenta dan
perdarahan maka ibu akan kehilangan zat besi sebesr 900 mgr.(35)
Masa kehamilan seorang ibu hamil harus mendapatkan asupan tambahan 90 tablet
untuk menambahkan darah, karena dari jumlah makanan yang dikonsumsi sulit
untuk mendapatkan asupan zat besi dengan jumlah yang cukup.(36)
5. Ukur tinggi fundus uteri
Tinggi fundus uteri dihitung sebagai jarak melintasi dinding abdomen dari batas
atas simpisis ke puncak fundus. Sebelum dilakukan pemeriksaan kandung kemih
harus dikosongkan. Usia kehamilan 20 dan 34 minggu tinggi fundus uteri dihitung
dengan menggunakan sentimeter sangat berhubungan erat dengan usia kehamilan
dalam minggu.(19) Kosistensi dari metode yaitu merupakan hal yang sangat
penting. Pada usia kehamilan 18 sampai 30 minggu, jumlah cm sama dengan
jumah tinggi fundus uteri dalam cm. Variasi 2-3 cm menandakan bahwa
pertumbuhan janin tidak sesuai.(37) Jika di lakukan pengukuran tinggi fundus uteri
dari simfisis, maka akan diperoleh.(38)
- 22 – 28 minggu : 24 – 25 cm di atas simfisis
- 28 minggu : 26,7 cm di atas simfisis
- 30 minggu : 29,5 - 30 cm di atas simfisis
- 32 minggu : 29,5 – 30 cm di atas simfisis
- 34 minggu : 31 cm di atas simfisis
- 36 minggu : 32 cm di atas simfisis
- 38 minggu : 33 cm di atas simfisis
- 40 minggu : 37,7 cm di atas simfisis
6. Tes terhadap penyakit menular seksual (PMS)
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini dan mendapatkan pengobatan
yang layak terhadap penyakit menular seksual yang terjadi pada saat kehamilan
yang dapat menyebabkan cacat bawaan pada janin ataupun kemungkinan buruk
lainnya yang mungkin dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit tersebut.(29)
7. Tes wicara dalam rangka mempersiapkan rujukan
16

Tes wicara dalam rangka mempersiapkan rujukan merupakan suatu hal yang
sangat penting. Hal ini disebabkan karena apabila terjadi suatu komplikasi pada
masa kehamilan, ibu hamil akan segera mendapatkan pertolongan secara cepat
dan tepat.(29) Hal tersebut juga sangat berkaitan dengan kejadian angka kematian
ibu yang disebabkan oleh 3 model terlambat yaitu 1) Terlambat dalam mengenal
bahaya dan terlambat dalam mengambil keputusan untuk dilakukannya rujukan ke
fasilitas kesehatan, 2) Terlambat dalam mencapai fasilitas pelayanan rujukan, 3)
terlambat dalam mendapatkan pelayanan yang memadai di fasilitas rujukan.(1)
Pelayanan antenatal care minimal 5T, kemudian meningkat menjadi 7T,
kemudian 10T, dan menjadi 14T yaitu antara lain:(39)
1. Timbang Berat Badan (BB)
2. Ukur Tekanan Darah (TD)
3. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)
4. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) lengkap
5. Pemberian tablet zat besi
6. Tes terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS), HIV/AIDS
7. Temu Wicara (konseling)
8. Pemeriksaan HB
9. Tes/pemeriksaan urin protein
10. Tes reduksi urin
11. Perawatan payudara (tekan pijat payudara)
12. Pemeliharaan tingkat kebugaran/ senam ibu hamil
13. Terapi kapsul yodium (khusus daerah endemik gondok)
14. Pemberian terapi obat anti malaria untuk daerah endemis malaria

2.1.8 Intervensi dalam Pelayanan Antenatal Care


Ibu hamil dan keluarganya tidak semuanya memiliki pendidikan, pengetahuan
dan koseling kesehatan yang baik tentang kesehatan reproduksi terutama tentang
kehamilan dan upaya untuk menjaga agar kehamilan tetap sehat. Oleh karena itu
perlu diberikan intervensi dan imformasi pada ibu hamil berupa edukasi yang
didapatkan dari petugas kesehatan pada saat melakukan pemeriksaan antenatal.
Beberapa informasi penting tersebut yaitu: Pemberian nutrisi yang adekuat yaitu
terdiri dari, 1) Kalori, Kalori yang dibutuhkan ibu hamil setiap harinya yaitu sekitar
17

2.500 kalori. Jika mengkonsumsi makanan yang mengandung kalori dalam jumlah
yang berlebihan maka dapat menyebabkan obesitas dan ini merupakan faktor risiko
untuk terjadinya preeklampsia. Jumlah pertambahan berat badan pada saat kehamilan
sebaiknya tidak melebihi 10 sampai 20 kg; 2) Protein, Protein yang diperlukan oleh
ibu hamil yaitu 85 gram per hari. Sumber protein dapat diperoleh dari tumbuh-
tumbuhan berupa kacang-kacangan ataupun hewani. Kekurangan protein dapat
menyebabkan kelahiran prematur, anemia dan edema; 3) Kalsium, Kalsium yang
dibutuhkan oleh ibu hamil yaitu 1,5 gram per hari. Kalsium sangat berguna untuk
pertumbuhan janin terutama bagi pengembangan otot rangka. Kalsium dapat
diperoleh dari susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat. Kekurang kalsium akan
menyebabkan riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu; 4) Zat besi, Untuk
menjaga konsentrasi hemoglobin agar tetap normal pada ibu hamil, dibutuhkan
asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari terutama setelah trimester
kedua. Bila anemia tidak ditemukan pemberian zat besi perminggu cukup adekuat.
Kekurangan zat besi pada ibu hamil akan menyebabkan anemia defisiensi zat besi;
dan 5) Asam folat, Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400
mikrogram perhari. Kekurangan asam folat akan mengakibatkan anemia
megaloblastik pada ibu hamil.(40)
Perawatan payudara perlu dilakukan dan payudara juga perlu dipersiapkan
sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat berfungsi dengan baik pada saat dibutuhkan.
Selain itu perawatan gigi dan kebersihan tubuh juga diperlukan. Untuk perawatan
gigi dibutuhkan minimal dua kali pemeriksaan gigi pada masa kehamilan, yaitu pada
trimester pertama terkait dengan hiperemesis dan ptialisme (produksi liur yang
berlebih) sehingga kebersihan dari rongga mulut terjaga dan pada trimester ketiga
terkait dengan adanya kebutuhan kalsium yang dibutuhkan utuk pertumbuhan janin.
Sedangkan kebersihan tubuh dan pakaian harus selalu terjaga pada masa kehamilan,
karena terjadinya perubahan anatomi pada perut, area genitalia/lipat paha, dan pada
payudara menyebabkan lipatan kulit menjadi lebih lembab sehingga mudah terinfeksi
oleh mikroorganisme.(40)
Intervensi juga perlu diberikan pada ibu hamil yang memiliki faktor risiko dan
kelainan pada masa kehamilan.(41) Faktor risiko yang terjadi pada masa kehamilan
yaitu: a) primigravida dengan usia <20 tahun atau >35 tahun, b) anak lebih dari
empat, c) jarak melahirkan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari dua tahun,
18

d) tinggi badan < 145 cm, e) berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas
kurang dari 23,5 cm, f) riwayat penyakit keluarga yang menderita diabetes,
hipertensi dan riwayat keturunan, g) kelainan bentuk tubuh.(42)

2.2 Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu kemampuan untuk membentuk mental yang dapat


menggambarkan obyek dengan tepat dan memaparkannya dalam suatu tindakan atau
aksi terhadap suatu objek yang dituju. Pengetahuan diklasifikasikan menjadi tiga,
yaitu antara lain: 1) pengetahuan prosedural (procedural knowledge) merupakan
pengetahuan yang lebih ditekankan pada bagaimana melakukan sesuatu. 2)
pengetahuan deklaratif (declarative knowledge) merupakan suatu upaya menjawab
pertanyaan apakah sesuatu mempunyai nilai kebenaran atau tidak. 3) pengetahuan
tacit (tacit knowledge) merupakan pengetahuan yang tidak dapat disampaikan
menggunakan bahasa.(43)
Tingginya pengetahuan seseorang akan sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikannya, oleh karena itu semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
akan semakin baik tingkat pengetahuannya terhadap sesuatu.(44) Tingginya tingkat
pendidikan ibu hamil akan semakin baik tingkat pengetahuan terhadap antenatal
care.(45) Ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik memiliki peluang 2,4 kali dan
sikap setuju 2,2 kali untuk melakukan cakupan antenatal care secara lengkap.(8)
Pengetahuan yang dimiliki ibu hamil tentang pemeriksaan antenatal akan sangat
mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janinnya.(46) Pengetahuan tentang
pemeriksaan antenatal care pada saat kehamilan juga akan sangat mempengaruhi ibu
hamil untuk melakukan pemeriksaan. Ibu hamil mempunyai persiapan untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan, meskipun persiapan pemeriksaan ibu hamil
cukup tinggi, namun tidak seluruhnya ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan
secara lengkap sesuai dengan aturan yang berlaku.(24)
Terdapatnya hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care
dengan frekuensi kunjungan antenatal care, hal ini sangat berkaitan dengan semakin
tinggi tingkat pengetahuan ibu hamil maka akan semakin sering melakukan
kunjungan antenatal care.(47, 48)
.Secara umum tingkat pengetahuan memiliki enam
tingkatan, antar lain(41, 49):
1. Tahu
19

Merupakan jenis tingkatan pengetahuan yang memiliki tingkatan pengetahuan


paling rendah. Tahu mempunyai arti dapat mengingat atau mengingat sesuatu
materi yang pernah dipelajari pada masa lalu atau sebelumnya. Untuk dapat
mengetahui seseorang tahu tentang sesuatu hal maka dapat ukur dengan ia dapat
mendefinisikan, menyebutkan, menguraikan dan menyatakan sesuatu hal.
2. Memahami
Memiliki arti yaitu kemampuan untuk menjelaskan dan memaparkan tentang
objek yang diketahui dengan benar. Seseorang yang telah mengerti pada sesuatu
hal harus dapat menjelaskan, memberikan contoh dan menyimpulkan tentang
sesuatu hal.
3. Penerapan
Adalah kemampuan untuk mempergunakan materi yang pernah diterima dan
dipelajari pada suatu situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-
hukum, rumus, metode dalam suatu situasi nyata.
4. Analisa
Adalah kemampuan dalam menguraikan suatu objek ke dalam bagian yang lebih
spesifik, akan tetapi masih sama dalam suatu struktur objek tersebut dan masih
saling berkaitan antara satu sama lain. Ukuran dari kemampuan yaitu seseorang
dapat menggambarkan, membedakan, membuat bagan, membuat bagan proses
adopsi perilaku, memisahkan dan dapat membedakan pengertian antara fisiologi
dan psikologi.
5. Sintesis
Yaitu merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk dari kseseluruhan yang pernah dipelajari sehingga dapat
menjadi sesuatu yang baru. Untuk dapat mengukur kemampuan seseorang yaitu
ia akan dapat menyusun, meringkas, merencanakan, dan dapat menyesuaikan
antara suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi
Adalah kemampuan dapat menilai terhadap suatu objek tertentu. Dalam evaluasi
ini dapat digunakan suatu skriteria yang telah ada atau disusun sendiri.

2.3 Sikap
20

Sikap merupakan respon tertutup dari seseorang terhadap sesutu hal baik itu
yang bersifat intern ataupun ekstren sehingga dapat menimbulkan suatu gejala tidak
dapat langsung dilihat dapat diartikan lebih awal dari perilaku yang tertutup tersebut.
Sikap sesuai dengan kenyataan dapat menunjukkan adanya kesesuaian antara respon
terhadap suatu rangsangan tertentu.(50)
Sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengevaluasi sesuatu hal, peristiwa,
gagasan seseorang atau didalam sekelompok orang pada suatu skala diawali dengan
sesuatu hal yang paling menyenangkan sampai pada suatu yang yang tidak
menyenangkan. Secara umum sikap manusia dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1)
kognitif, sesuatu yang berkaitan dengan apa yang pernah dipelajari dan tentang
sesuatu yang diketahui terhadap suatu objek. 2) afektif, yaitu sering disebut dangan
faktor emosional, yang sangat berkaitan dengan perasaan. 3) psikomotorik atau
disebut dengan konatif yaitu perilaku (behavional) yang dapat terlihat dari faktor
risiko suatu tindakan.(51) Sikap terbagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu antara
lain(52):
1. Menerima (receiving)
Dapat diartikan bahwa seseorang yang mau dan memperhatikan rangsangan yang
diberikan oleh orang lain atau objek.
2. Merespons (responding)
Yaitu memberikan jawaban apabila diberikan pertanyaan, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan sampai selesai. Karena apabila seseorang
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya, berarti
orang tersebut menerima ide atau pendapat tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Suatu upaya untuk mengajak orang lain untuk mau mengerjakan ataupun
mendiskusikan suatu persoalan yang menjadi masalah adalah indikasi sikap yang
termasuk tingkatan tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)


Yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang menjadi pilihannya dengan
risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
21

2.4 Usia

Usia dibedakan menjadi dua macam yaitu usia kronologis dan usia biologis.
Usia kronologis adalah usia yang dihitung dengan menggunakan tahun kalender,
sedangkan usia biologis adalah usia sesungguhnya yang biasa diterapkan sebagai
kondisi pematangan jaringan sebagai indeks usia biologi.(53)
Seorang ibu yang mengalami kehamilan dibawah umur 20 tahun akan
memberikan dampak yang tidak baik terhadap perkembangan dan pertumbuhan
janinnya, hal itu disebabkan oleh wanita yang berusia dibawah 20 tahun masih
berada dalam masa pertumbuhan baik itu pertumbuhan fisik ataupun pertumbuhan
organ reproduksinya, oleh sebab itu gizi yang dibutuhkan oleh janin untuk
perkembangan dan pertumbuhannya juga ikut terpakai untuk pertumbuhan ibunya.
Sedangkan usia diatas 35 tahun juga akan memberikan dampak kurang baik untuk
perkembangan dan pertumbuhan janinnya karena wanita yang berusia diatas 35
tahun kesuburannya sudah mulai menurun, sering mengalami gangguan kesehatan
pada saat kehamilan, sering mengalami proses persalinan yang lama dan bermasalah,
sering mengalalami keguguran dan melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah.
(54)

Kehamilan pada wanita yang berusia di atas 40 tahun memiliki risiko yang lebih
besar pertumbuhan dan perkembangan dari janinnya selama proses kehamilan, hal
tersebut kemungkinkan terjadi karena adanya kelainan pada kromosomnya atau
dikenal dengan down syndrome yang menyebabkan bayi yang lahir mengalami
kecacatan fisik dan gangguan mental.(54) Pada kehamilan yang mempunyai risiko
tinggi, maka pemeriksan harus lebih sering dilakukan, tetapi pada kehamilan yang
tidak mempunyai risiko maka jumlah kunjungan dengan tenaga kesehatan dapat
dilakukan lebih sedikit.(22)

2.5 Paritas

Paritas adalah jumlah bayi yang dilahirkan hidup atau mati, satu atau lebih
dengan berat lebih dari 500 gram. Usia kehamilan lebih dari 24 minggu dapat
22

digunakan untuk menghitung berat badan bayi jika tidak diketahui beratnya,
berdasarkan definisi diatas maka paritas dapat mempengaruhi kehamilan.(55) Paritas
rendah dengan jumlah kelahiran 1-2 dan paritas tinggi (≥3) akan memiliki angka
kematian maternal yang lebih tinggi. Makin tinggi paritas ibu maka akan semakin
kurang baik lapisan dari endometriumnya.(56) Beberpara istilah yang termasuk kepada
jumlah paritas, yaitu(27):
1. Nullipara
Adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi atau anak dengan berat lebih
dari 500 gram atau dengan usia kehamilan lebih dari 24 minggu.
2. Primipara
Adalah seorang wanita yang pernah melahirkan satu kali atau pernah melahirkan
satu janin. Primipara terbagi 2 yaitu primipara muda dan primipara tua. Primipara
muda yaitu umur kurang dari 16 tahun, primipara tua umur yaitu umur di atas 35
tahun, sedangkan primipara sekunder yaitu dengan umur anak terkecil di atas 5
tahun.(27)
3. Multipara
Seorang wanita yang pernah melahirkan dua kali atau lebih. Hal yang dapat
menentukan paritas yaitu jumlah kehamilan yang mencapai viabilitas, bukan
ditentukan oleh jumlah janin yang pernah dilahirkan.(33)
Ibu yang baru pertama kali hamil maka akan merasakan suatu hal yang baru
dalam hidupnya sehingga sangat memotivasi ibu untuk melakukan pemeriksaan
kehamilannya kepada tenaga kesehatan. Hal ini berbanding terbalik dengan ibu hamil
yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang anak sebelumnya, mereka
beranggapan bahwa sudah lebih berpengalaman dalam kehamilan selanjutnya
sehingga tidak termotivasi untuk melakukan pemeriksaan kehamilan kepada tenaga
kesehatan.(27)

2.6 Kerangka Teori


Pengetahuan, pendidikan
dan jarak pelayanan.(9)

Pengetahuan.(40) Tingkat pendidikan.


Cakupan (39)

Antenatal Care
23

Sikap.(8) Pengetahuan, usia dan


paritas.(10)

2.1 Kerangka Teori

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


24

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan


cross sectional yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengamatan atau
pengukuran variabel pada subjek penelitian dalam waktu yang bersamaan.(52)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Darussalam Aceh Besar, pengumpulan


data selama enam bulan di mulai dari bulan Februari 2014 sampai Oktober 2014.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berkunjung ke
ruang KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di Puskesmas Darussalam Aceh Besar tahun
2014. Total populasi ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas Darussalam Aceh
Besar dari bulan Januari-Juli 2014 adalah 242 orang.

3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu hamil yang datang
memeriksakan kehamilannya ke ruang KIA di Puskesmas Darussalam Aceh Besar
pada bulan September sampai Oktober 2014.
Pengambilan sampel pada penelitian secara non probability sampling dengan
metode accidental sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan
mengambil kasus yang kebetulan ada atau tersedia pada tanggal 29 September
sampai 31 Oktober 2014.(52) Setiap data yang akan dianalisis menggunakan analisis
bivariat membutuhkan minimal 30 subjek penelitian.(57) Sampel penelitian 45 orang.

3.3.3 Kriteria Sampel


a. Kriteria Inklusi
a. Ibu hamil dengan usia kehamilan ≥28 minggu (trimester III).
b. Ibu hamil yang bersedia menjadi responden dalam penelitian dengan
menandatangani surat persetujuan menjadi responden dalam penelitian.
b. Kriteria Ekslusi
a. Ibu hamil yang mengalami perdarahan yang tidak memungkinkan menjadi
sampel.
b. Ibu hamil yang tidak kooperatif.
25

3.4 Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdiri dari variabel independen dan dependen. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, usia, dan paritas dan
variabel dependen pada penelitian ini adalah antenatal care.

3.5 Kerangka Konsep


Kerangka konsep penelitian adalah kerangka antara konsep-konsep yang ingin
diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Pada penelitian ini
kerangka konsep yang dapat pada Gambar 3.1 sebagai berikut:

Variabel independen Variabel dependen


Pengetahuan

Sikap
Antenatal care

Usia

Paritas

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.6 Definisi operasional

1. Antenatal care adalah jumlah kunjungan yang dilakukan oleh ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya di bagian KIA Puskesmas Darussalam Aceh Besar,
alat ukur yang digunakan berupa Kartu Menuju Sehat (KMS), dengan cara
ukurnya melihat secara langsung cakupan antenatal care di KMS, hasil ukurnya
adalah lengkap (≥K4) atau tidak lengkap (<K4), skala ukurnya adalah ordinal.
2. Pengetahuan adalah pemahaman ibu hamil tentang antenatal care, alat ukur yang
digunakan adalah kuesioner yang diukur melalui wawancara, hasil ukurnya adalah
baik (≥Mean) dan kurang baik (< Mean) dengan skala ukur ordinal.
3. Sikap adalah suatu tanggapan dari ibu hamil terhadap antenatal care, alat ukur
yang digunakan adalah kuesioner yang diukur dengan wawancara hasil ukurnya
adalah setuju (≥Mean) dan (< Mean) tidak setuju, skala ukur adalah ordinal.
26

4. Usia adalah usia ibu hamil yang dihitung sejak lahir sampai saat ini waktu
penelitian berlangsung yang diukur dalam tahun, alat ukur yang digunakan adalah
kuesioner yang diukur dengan wawancara, hasil ukurnya adalah berisiko (<20 dan
>35 tahun) dan tidak berisiko (20-35 tahun), skala ukur adalah ordinal.
5. Paritas adalah jumlah bayi yang dilahirkan hidup atau mati, satu atau lebih dengan
berat lebih dari 500 gram, alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang diukur
dangan wawancara, hasil ukurnya adalah tinggi (bila jumlah >2 dan rendah jika
jumlah ≤2), skala ukurnya adalah ordinal.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah
KMS dan kuesioner yang diberikan kepada responden yaitu ibu hamil trimester III di
Puskesmas Darussalam Aceh Besar yang berisi pertanyaan tentang pengetahuan,
sikap, usia dan paritas.

3.8 Uji Coba Instrumen Penelitian


Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah dilakukan uji validitas
dan reliabilitasnya dengan menggunakan uji Cronbach (Cronbach alpha). Pada
penelitian ini dilakukan uji validitas dan reliabilitas di Puskesmas Kajhu Kecamatan
Baitussalam Kabupaten Aceh Besar.
3.8.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang dapat menunjukkan alat ukur tersebut
benar- benar sesuai untuk mengukur apa yang akan diukur. Kuesioner yang valid
akan mempunyai validitas yang tinggi. Sedangkan kuesioner yang kurang valid
memiliki validitas yang rendah. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
suatu kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. Untuk dapat mengetahui validitas suatu kuesioner maka
dilakukan dengan membandingkan r tabel dan r hitung. Nilai kritis terhadap 15
responden degan menggunakan df= n-2 atau 15-2= 13 dengan taraf signifikan 5%,
maka diperoleh nilai r tabel 0, 514. Nilai korelasi dari pertanyaan pada kuesioner
dinyatakan valid apabila nilai r hitung > r tabel.(58) Hasil dari uji validitas didapatkan
nilai r hitung pada 21 pertanyaan > 0, 514 (terlihat pada kolom Corrected Item-Total
Correlation), maka pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid.
27

3.8.2 Uji Reliabilitas


Reabilitas adalah suatu indeks yang dapat menunjukkan sejauh mana alat
pengukur yang digunakan dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti sejauh
mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap responden yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Syarat-
syarat dikatakan reliabel jika nilai cronbach alpha > r tabel sebesar 0, 514.(58)
Hasilnya dari 21 pertanyaan pengetahuan memiliki nilai cronbach alpha 0,917, 10
pertanyaan sikap memiliki nilai cronbach alpha 0,856. Hasil uji reliabilitas
menunjukkan nilai cronbach alpha > 0,514 yang artinya adalah kuesioner yang
terdapat pada penelitian ini adalah reliable.

3.9 Teknik Pengumpulan Data

3.9.1 Sumber Data


Sumber data pada penelitian ini di peroleh dari data primer dan sekunder. Data
primer akan diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari KMS ibu untuk menilai cakupan K4.

3.9.2 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan
menggunakan kuesioner.

3.10 Teknik Pengolahan Data


Setelah data dikumpulkan, penelitian akan melakukan pengolahan data sebagai
berikut(59):
a. Editing, melakukan pemeriksaan ulang terhadap kuesioner yang sudah diisi
responden untuk melihat kelengkapan jawabannya.
b. Coding, peneliti akan memberikan kode atau nilai dari jawaban responden.
c. Transfering, data yang sudah diberi kode akan diurutkan secara berurutan dari
awal sampai terakhir, kemudian dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan sub
variabel yang akan diteliti lalu dihitung frekuensinya.
d. Tabulating, peneliti akan mengelompokkan jawaban–jawaban responden
berdasarkan variabel yang akan diteliti, lalu menghitung nilai total setiap kolom
28

yang sudah di isi data dari penelitian, selanjutnya akan di masukkan kedalam tabel
frekuensi.

3.11 Analisis Data


Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat
dan dilanjutkan dengan analisis bivariat.
1. Analisis Univariat
Analisa univariat dipergunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi
dan porposi dari pengetahuan, sikap, usia, paritas dan antenatal care.

f1
rumus: P = × 100%
n

Keterangan :
P = persentase
f1= frekuensi teramati
n = jumlah sampel

2. Analisis Bivariat
Analisis data bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
antara pengetahuan, sikap, usia dan paritas pada ibu hamil terhadap antenatal
care di puskemas Darussalam Aceh Besar. Analisis data ini dilakukan dengan uji
Chi-square dengan kriteria hubungan ditetapkan berdasarkan p value
(Probabilitas) yang dihasilkan pada Confidence Interval (CI) 95% dan α 0,05
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika p value >0,05 maka tidak terdapat hubungan antara kedua variabel.
2. Jika p value ≤0,05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan.
Uji analisa yang digunakan adalah uji Chi-Square.(60)

3.12 Alur Penelitian

Surat Izin penelitian dari Fakultas


Kedokteran Universitas Syiah
Kuala
29

Izin penelitian kepada kepala


Puskesmas Darussalam Aceh
Besar

Ibu hamil yang berkunjung ke


Puskesmas Darussalam Aceh
Besar

Memenuhi Kriteria inklusi dan


eksklusi

Pengumpulan data sekunder

Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu


untuk menilai cakupan K4

Pengumpulan data primer


diperoleh dengan wawancara
menggunakan kuesioner

Pengolahan data primer dan


sekunder

Analisis data

Gambar 3.2 Alur Penelitian

1. Ni Nyoman Mestri Agustini NS, Pancrasia Murdani Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan
Ibu dan Dukungan Keluarga dengan Cakupan Pelayanan Antenatal Di Wilayah Kerja Puskesmas
Buleleng I. Jurnal Magister Kedokteran Keluarga. 2013;1:10.
2. Organization WH. Antenatal Care. 2013. p. 1.
3. RI M. Data dan Informasi. In: RI M, editor. Jakarta2011.
4. RI D. Profil Kesehatan Indonesia 2009. In: RI D, editor. Jakarta2010.
5. RI D. Profil Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2012. In: RI. D, editor. jakarta2012.
6. Downe S, Finlayson, K., Walsh, D, Lavender, T. Weight Up and Balancing Out: “A Meta-
Synthesis Of Barriers to Antenatal Care For Marginalised Women In Hight-Income Countries.
Internasional Journal Of Obstetrics and Genicologi. 2009;116(44):518-29.
30

7. RI K. Ditjen Bina Gizi dan KIA. In: RI K, editor. Jakarta2013.


8. Safna NU. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi ibu Hamil dengan Cakupan
Antenatal Care di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2012. Banda Aceh: Universitas Syiah
Kuala; 2012.
9. Andri. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Cakupan Pemeriksaan Kehamilan (K1 dan K4) di
Puskesmas Runding Kota Subulussalam Provinsi NAD. Medan Universitas Sumatera Utara; 2009.
10. Sophiati. Gambaran Antenatal Care pada Pasien yang Berkunjung untuk Pemeriksaan
Kehamilan di Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Banda Aceh:
Universitas Syiah Kuala; 2011.
11. Manuaba IAC. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana (KB). Jakarta:
EGC; 2011.
12. Yulaikhah L. Seri Asuh Kebidanan. Jakarta: EGC; 2008.
13. Manuaba IAC. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC; 2007.
14. Saminem. Kehamilan Normal. Jakarta: EGC; 2008.
15. Musbiki I. Persiapan Menghadapi Persalinan. Yogyakarta: Mitra Pustaka; 2006.
16. Thuladar HdD, N. Impact Of Antenatal Care on Maternal and Perinatal Otcome: A Study at
Nepal Medical College Teaching Hospital. Nepal:Departement Of Obstetric and Ginekologi.
2011;6(2):37-43.
17. Bagus GMI. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: EGC;
2003.
18. F SSdC. Panduan Super Lengkap Hamil Sehat. Yogyakarta: Niaga Swadaya; 2012.
19. Cuningham G, F. Obstetri Williams. Jakarta: EGC; 2012.
20. D.J HIJaS. At a Glance: Sistem Reproduksi 2ed. Erlangga: Buku Kedokteran dan Kesehatn;
2008.
21. Rachman M. Prinsip Penanganan Obstetric-Genikologi dan Bedah Obstetric. Jakarta:
Salemba; 2000.
22. Cuningham FG, Gant, N.F., Leveno, K.J., Gilsttrap, Hauth, J.C,. Wenstrom, K.D.. . Obstetri
William. 2 ed. Jakarta: EGC; 2005.

23. A.B S. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka; 2008. 28 p.
24. Ompusunggu E.M SIETdUJML. Perilaku Ibu Hamil Tentang Antenatal Care Di Puskesmas
Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jurnal e-Biomedik (eBM). 2013;1( 1): 28-33.
25. RI D. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar. In: RI K, editor.
Jakarta2009.
26. RI DK. Pedoman Pelayanan Antenatal. In: Kesehatan D, editor. Jakarta2007.
27. Bagus AGM. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan Kb. Jakarta:
EGC; 2001.
28. RI D. Buku Pedoman P4K. In: RI K, editor. Jakarta2008.
29. Hani UK, J., Marjati. Dan Yulifah, R. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologi. Jakarta:
Salemba Medika; 2010.
30. Liewellyn DdJ. Dasar-Dasar Obstetri dan Genikologi. Jakarta: EGC; 2001.
31. Dewi VNdS, T. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika; 2011.
32. Wheeler L. Jakarta: EGC. 2003.
33. Lenovo. K, J., dkk Obstetri Williams. Obstetri Williams. Jakarta: EGC; 2009.
34. Wibowo AdN, H.B. Pola Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak Pada Masyarakat Pendatang.
The indonesian Journal Of Public Health. 2006;3(1):15-8.
35. Bagus GMI. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta: EGC; 1998.
36. Andriaansz G. Ilmu Kebidanan. 4 ed. Jakarta: Bina Pustaka; 2008.
37. Sinelair C. Buku Saku Kebidanan. Jakarta:: EGC; 2009.
38. Sullivan A, Kean, L dan Creyer, A. Panduan Pemeriksaan Antenatal. Jakarta: EGC; 2009.
39. Sunaryo PId. Asuhan Kebidanan (Kehamilan). Yogyakarta2010.
40. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. 4 ed. Jakarta: PT Bina Pustaka;
2011.
41. Saifudin AB. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Dalam:
Sophiati., Gambaran Antenatal Care pada Pasien yang Berkunjung untuk Pemeriksaan Kehamilan di
31

Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Banda Aceh: Universitas
Syiah Kuala; 2011.
42. Hamidah Sd. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC; 2009.
43. Kusrini. Sistem Pakar, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: 2006.
44. Nursalam. Konsep dan Penerapan Penelitian Ilmu Keperawatan. jakarta2001.
45. Ramasari AdL, F. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Tentang
Antenatal Care dalam Kalangan Ibu Usia Subur. E-Jurnal FK USU. 2013;1(1).
46. Astuti. Resprektif Ibu Hamil: Gambaran Kerentanan Kesehatan Reproduksi Pada Masyarakat
Nelayan di Kabupaten Rempang. Jurnal Kesehatan. 2000;2(2).
47. Adewoye M, Atoyebi, and Babatunde Knowledge and Utilization of Antenatal Care Services
by Women of Child Bearing Age in Ilorin-East Local Government Area, North Central Nigeria.
International Journal of Science and Technology. 2013;3 (3):189-2.
48. Dewi DPPdMM. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Antenatal Care Dengan
Frekuensi Kunjungan Antenatal Care Di Rumah Bersalin Wikaden Imogiri Bantul Maternal. 2013;8
(1):73-89.
49. Notoadmodjo S. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2003.
50. Sunaryo. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC; 2004.
51. Liliweri A. Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur.
Yogyakarta: LkiS; 2005.
52. Notoadmojo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2007.
53. Tamher SN. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendeketan Asuhan Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika; 2009.
54. Sujiono BS, N, Y. Seri Pengembangan Potensi Bawaan Anak Persiapan dan Saat Kelahiran.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2004.
55. Pernoll L, M., dkk. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. 9 ed. Jakarta: EGC; 2008.
56. Wiknojosastro H. Ilmu Kebidanan. 3 ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2005.
57. Murti B. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang
Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Pustaka; 2010.
58. Hidayat AAA. Metode Penelitian Kesehatan. Surabaya: Health Book Publishing; 2011.
59. Budiarto E. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC; 2002.
60. Sopiyudin MD. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bifariat, dan
Multivariat. Jakarta: Salemba Medika; 2009.

Anda mungkin juga menyukai