BAB I
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah suatu indikator untuk menentukan tingkat
kesehatan di suatu daerah. Tingginya AKI disuatu daerah, menunjukkan bahwa
rendahnya tingkat kesehatan di daerah tersebut. Angka kematian ibu tertinggi
disebabkan oleh karena perdarahan (28%). Persentase tertinggi kedua disebabkan
oleh eklampsia (24%). Penyebab lainnya adalah infeksi, abortus, partus lama, emboli
serta komplikasi pasca persalinan.(1)
Menurut data Word Health Organization (WHO), kematian ibu dan bayi
merupakan suatu permasalahan besar, paling sering terjadi pada negara sedang
berkembang (Malaysia, Indonesia, Kamboja, Timor Leste, Papua Nugini dan lain-
lain) yaitu mencapai 98-99% yang disebabkan oleh masalah persalinan dan
kelahiran, sedangkan pada negara maju (Jepang, Singapura, Hong Kong, Korea
Selatan, Amerika dan Taiwan) didapatkan sekitar 1-2%.(2) Jika dibandingkan dengan
negara ASEAN angka kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut
Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011, hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI yang ditemukan di Indonesia pada tahun 2007
telah mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB)
mencapai 34 per 1000 kelahiran hidup.(3) AKI jika dibandingkan dengan tahun 2010
sebesar 214 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 31 per 1000 kelahiran
hidup. Pemerintah memiliki target nasional dalam upaya agar dapat menurunkan
AKI pada tahun 2010 sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup.(4)
Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011, hasil dari
kesepakatan global Millenium Development Goals (MDGs), ditargetkan pada tahun
2015 AKI menurun sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menurun
sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup.(3) Menurut Menteri Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2012 dalam Profil Kesehatan Aceh, AKI di Aceh tahun 2012 sebesar
192 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 8 per 1000 kelahiran hidup.(5) Hal
ini membuktikan bahwa AKI masih cukup tinggi. AKI hamil sekitar 20% disebabkan
karena tidak teratur melakukan antenatal care (ANC).(6)
2
Angka Kematian Ibu harusnya dapat dicegah dengan cara mendeteksi secara
dini risiko kehamilan yaitu dengan memberikan pelayanan ANC pada ibu hamil.
Kunjungan ibu hamil selama hamil yang direkomendasikan oleh WHO yaitu
minimal empat kali kunjungan. Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2013 dalam Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), cakupan K4
di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 86,52%, angka ini belum mencapai target
renstra pada tahun 2013 yaitu 93%. Cakupan K4 tertinggi berada di Jawa Tengah
mencapai 99,83%. Provinsi Aceh tahun 2013, 78,66% dan 73,90% di Aceh Besar.(7)
Sedangkan Cakupan K4 Puskesmas Lambaro Angan Aceh Besar tahun 2013 sebesar
60%.
Antenatal care dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia, paritas,
pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga dan jarak pelayanan.
Beberapa penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan, sikap, usia dan
paritas dengan ANC.(8-10)
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan pengetahuan, sikap, usia, dan paritas ibu hamil dengan
Antenatal Care di Puskesmas Lambaro Angan Aceh Besar Tahun 2014”.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Apakah ada hubungan pengetahuan pada ibu hamil dengan antenatal care di
Puskesmas Lambaro Angan Aceh Besar Tahun 2014?
2. Apakah ada hubungan sikap pada ibu hamil dengan antenatal care di Puskesmas
Lambaro Angan Aceh Besar Tahun 2014?
3. Apakah ada hubungan usia pada ibu hamil dengan antenatal care di Puskesmas
Lambaro Angan Aceh Besar Tahun 2014?
4. Apakah ada hubungan paritas pada ibu hamil dengan antenatal care di
Puskesmas Lambaro Angan Aceh Besar Tahun 2014?
3
1.5 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara pengetahuan pada ibu hamil dengan antenatal care di
Puskesmas Lambaro Angan Aceh Besar Tahun 2014.
2. Terdapat hubungan antara sikap pada ibu hamil dengan antenatal care di
Puskesmas Lambaro Angan Aceh Besar Tahun 2014.
4
3. Terdapat hubungan antara usia pada ibu hamil dengan antenatal care di
Puskesmas Lambaro Angan Aceh Besar Tahun 2014.
4. Terdapat hubungan antara paritas pada ibu hamil dengan antenatal care di
Puskesmas Lambaro Angan Aceh Besar Tahun 2014.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pemeriksaan antenatal care yaitu untuk mengetahui dan
menangani sedini mungkin penyulit dan kelainan yang dapat terjadi pada masa
kehamilan dan pada masa nifas, memberikan arahan kepada ibu hamil berupa
edukasi dan informasi kepada ibu hamil tentang kehamilan, persiapan persalinan
serta aspek keluarga berencana guna menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
dan janin.(12) Dalam artian sempit tujuan antenatal care dan prenatal care adalah
untuk mengawasi ibu hamil mulai dari masa kehamilan sampai persalinan,
memeriksa dan merawat ibu hamil jika ditemukan adanya kelainan sejak dini yang
dapat mengganggu tumbuh kembang janin dalam kandungan harus dibaringi dengan
upaya untuk memberikan pengobatan yang adekuat, mendeteksi penyakit ibu sedini
6
mungkin yang dapat mempengaruhi kesehatan janin dalam kandungan serta berusaha
untuk mengobatinya, persiapkan perasaan ibu sehingga pada proses persalinan yang
dihadapinya dapat dijadikan suatu pengalaman yang menyenangkan dan diharapkan,
serta mempersiapkan ibu hamil agar dapat merawat bayi dan menyusui secara
optimal.(13)
aktivitas dari janin. Sedangkan pemeriksaan yang dilakukan pada ibu meliputi
tekanan darah saat ini dan tingkat perubahan, berat badan saat ini dan jumlah
perubahan, gejala- gejala yang terdapat pada masa kehamilan (nyeri kepala,
penglihatan kabur, nyeri abdomen, mual dan muntah, perdarahan, pengeluaran
cairan dari vagina dan disuria), tinggi fundus uteri dari simfisis dalam sentimeter
dan pemeriksaan vagina pada kehamilan tahap lanjut sering memberikan
informasi yang berguna.(19)
c. Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)
Kunjungan ibu hamil K4 merupakan kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan
untuk yang keempat kalinya atau lebih pada umur kandungan 32 sampai 40
minggu untuk memperoleh pelayanan pada masa kehamilan yaitu pelayanan
antenatal care sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk melakukan
pemeriksaan pada trimester pertama dilakukan satu kali (K1) pada usia kehamilan
1 sampaI 12 minggu, pada trimester kedua (K2) usia kehamilan 13 sampai 27
minggu dilakukan pemeriksaan satu kali, pada trimester ketiga (K3 dan K4) usia
kehamilan lebih dari 28 minggu dilakukan pemeriksaan dua kali dan akan
dilakukan pemeriksaan khusus apabila ditemukan adanya keluhan atau kelainan
tertentu.(21)
Kunjungan antenatal hal yang sangat diperlukan adalah untuk mendapatkan
informasi yang sangat penting diantaranya yaitu:(23)
1. Trimester pertama (kunjungan ibu hamil sebelum 14 minggu) yaitu: 1) Untuk
membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil, 2)
Mendeteksi masalah dan segera menanganinya, 3) Melakukan suatu tindakan
pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan
praktek tradisional yang merugikan, 4) Meningkat perilaku hidup sehat (gizi,
latihan kebersihan, istirahat dan sebagainya).
2. Trimester kedua (kunjungan ibu hamil sebelum minggu ke 28) yaitu sama halnya
seperti yang dilakukan pada trimester 1, tambahannya antara lain kewaspadaan
khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala preeklamsia yaitu pantau
tekanan darah dan evaluasi edema).
3. Trimester ketiga (kunjungan ibu hamil antara minggu ke 28 sampai 36) yaitu
sama sama seperti pada trimester kedua dan ditambahkan palpasi abdomen untuk
mengetahui apakah ada kehamilan ganda atau tidak.
10
4. Trimester keempat (kunjungan ibu hamil setelah 36 minggu) yaitu sama halnya
pada trimester ketiga ditambah dengan mendeteksi letak janin yang tidak normal
atau kondisi lain yang memerlukan tempat kelahiran di rumah sakit.
Ibu hamil yang memiliki sikap setuju memeriksakan kehamilan sekurang-
kurangnya ≥4 kali selama kehamilan sebanyak 92%, ibu hamil yang memiliki sikap
tidak setuju harus memeriksakan kehamilan sekurang-kurangnya ≥4 sebanyak 8%.
Ibu hamil yang rutin melakukan pemeriksaan kehamilan ke pelayanan kesehatan
selama hamil sebanyak 62%, ibu hamil yang tidak rutin melakukan pemeriksaan
kehamilan ke pelayanan kesehatan selama hamil sebanyak 38%. Ibu hamil yang
tidak rutin untuk melakukan pemeriksaan selama kehamilan umumnya pada usia
kehamilan satu sampai tiga bulan, dimana ibu hamil menyatakan keterbatasan
ekonomi dan bawaan saat hamil sehingga ibu hamil tidak rutin untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan ke pelayanan kesehatan.(24)
janin, plasenta, air ketuban, dan komponen dari ibu sendiri yaitu uterus dan
payudara yang semakin membesar, bertambahnya volume darah, simpanan lemak,
dan retensi air.(29) Setiap ibu hamil yang memeriksakan kandungannya harus
diukur berat badanya karena bertambahnya berat badan atau tidak sangat
berkaitan dengan pertumbuhan janin yang terlambat.(30)
Tabel 2.1 Rekomendasi berat badan total ibu hamil berdasarkan berat badan ibu
sebelum hamil(31)
Hipertensi pada masa kehamilan akan mengakibatkan masalah yang besar karena
aliran darah dari plasenta ke bayi akan mengalami gangguan sehingga
menyebabkan penyaluran oksigen dan makanan pada bayi akan terhambat hal
tersebut akan berdampak pada terjadinya gangguan pertumbuhan dan
perkembangan dari janin. Tekanan darah pada wanita hamil tidak akan banyak
meningkat dari normal sebelum hamil, tekanan darah normal pada ibu hamil yaitu
90/60 sampai 140/90 mmHg.(29)
3. Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap
Imunisai tetanus toxoid atau TT merupakan perawatan kehamilan yang diberikan
pada saat sebelum ataupun sesudah kehamilan yang memiliki kegunaan untuk
memberikan kekebalan pada janin terhadap terjadinya infeksi tetanus (Tetanus
Neonatorum) yang mungkin dapat terjadi pada saat persalinan ataupun post natal.
(34)
Menurut WHO, apabila seorang ibu hamil tidak pernah mendapatkan imunisasi
TT selama hidupnya, maka ibu tersebut paling sedikit dua kali pemberian suntikan
selama kehamilannnya.(29)
Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi TT(29)
Imunisasi Interval Perlindungan
TT1 pada kunjungan antenatal pertama (-)
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
25 tahun - seumur
TT5 1 tahun setelah TT4 hidup
darah 18% sampai 30% dan hemoglobin sekitar 19%. Ibu sebelum hamil yang
memiliki kadar hemoglobin sekitar 11 gr% maka dengan terjadinya hemodilusi
dapat menyebabkan anemia fisiologis dan hemoglobin ibu akan menjadi 9,5
sampai 10 gr%. Setelah terjadinya persalinan dengan telah lahirnya plasenta dan
perdarahan maka ibu akan kehilangan zat besi sebesr 900 mgr.(35)
Masa kehamilan seorang ibu hamil harus mendapatkan asupan tambahan 90 tablet
untuk menambahkan darah, karena dari jumlah makanan yang dikonsumsi sulit
untuk mendapatkan asupan zat besi dengan jumlah yang cukup.(36)
5. Ukur tinggi fundus uteri
Tinggi fundus uteri dihitung sebagai jarak melintasi dinding abdomen dari batas
atas simpisis ke puncak fundus. Sebelum dilakukan pemeriksaan kandung kemih
harus dikosongkan. Usia kehamilan 20 dan 34 minggu tinggi fundus uteri dihitung
dengan menggunakan sentimeter sangat berhubungan erat dengan usia kehamilan
dalam minggu.(19) Kosistensi dari metode yaitu merupakan hal yang sangat
penting. Pada usia kehamilan 18 sampai 30 minggu, jumlah cm sama dengan
jumah tinggi fundus uteri dalam cm. Variasi 2-3 cm menandakan bahwa
pertumbuhan janin tidak sesuai.(37) Jika di lakukan pengukuran tinggi fundus uteri
dari simfisis, maka akan diperoleh.(38)
- 22 – 28 minggu : 24 – 25 cm di atas simfisis
- 28 minggu : 26,7 cm di atas simfisis
- 30 minggu : 29,5 - 30 cm di atas simfisis
- 32 minggu : 29,5 – 30 cm di atas simfisis
- 34 minggu : 31 cm di atas simfisis
- 36 minggu : 32 cm di atas simfisis
- 38 minggu : 33 cm di atas simfisis
- 40 minggu : 37,7 cm di atas simfisis
6. Tes terhadap penyakit menular seksual (PMS)
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini dan mendapatkan pengobatan
yang layak terhadap penyakit menular seksual yang terjadi pada saat kehamilan
yang dapat menyebabkan cacat bawaan pada janin ataupun kemungkinan buruk
lainnya yang mungkin dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit tersebut.(29)
7. Tes wicara dalam rangka mempersiapkan rujukan
16
Tes wicara dalam rangka mempersiapkan rujukan merupakan suatu hal yang
sangat penting. Hal ini disebabkan karena apabila terjadi suatu komplikasi pada
masa kehamilan, ibu hamil akan segera mendapatkan pertolongan secara cepat
dan tepat.(29) Hal tersebut juga sangat berkaitan dengan kejadian angka kematian
ibu yang disebabkan oleh 3 model terlambat yaitu 1) Terlambat dalam mengenal
bahaya dan terlambat dalam mengambil keputusan untuk dilakukannya rujukan ke
fasilitas kesehatan, 2) Terlambat dalam mencapai fasilitas pelayanan rujukan, 3)
terlambat dalam mendapatkan pelayanan yang memadai di fasilitas rujukan.(1)
Pelayanan antenatal care minimal 5T, kemudian meningkat menjadi 7T,
kemudian 10T, dan menjadi 14T yaitu antara lain:(39)
1. Timbang Berat Badan (BB)
2. Ukur Tekanan Darah (TD)
3. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)
4. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) lengkap
5. Pemberian tablet zat besi
6. Tes terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS), HIV/AIDS
7. Temu Wicara (konseling)
8. Pemeriksaan HB
9. Tes/pemeriksaan urin protein
10. Tes reduksi urin
11. Perawatan payudara (tekan pijat payudara)
12. Pemeliharaan tingkat kebugaran/ senam ibu hamil
13. Terapi kapsul yodium (khusus daerah endemik gondok)
14. Pemberian terapi obat anti malaria untuk daerah endemis malaria
2.500 kalori. Jika mengkonsumsi makanan yang mengandung kalori dalam jumlah
yang berlebihan maka dapat menyebabkan obesitas dan ini merupakan faktor risiko
untuk terjadinya preeklampsia. Jumlah pertambahan berat badan pada saat kehamilan
sebaiknya tidak melebihi 10 sampai 20 kg; 2) Protein, Protein yang diperlukan oleh
ibu hamil yaitu 85 gram per hari. Sumber protein dapat diperoleh dari tumbuh-
tumbuhan berupa kacang-kacangan ataupun hewani. Kekurangan protein dapat
menyebabkan kelahiran prematur, anemia dan edema; 3) Kalsium, Kalsium yang
dibutuhkan oleh ibu hamil yaitu 1,5 gram per hari. Kalsium sangat berguna untuk
pertumbuhan janin terutama bagi pengembangan otot rangka. Kalsium dapat
diperoleh dari susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat. Kekurang kalsium akan
menyebabkan riketsia pada bayi atau osteomalasia pada ibu; 4) Zat besi, Untuk
menjaga konsentrasi hemoglobin agar tetap normal pada ibu hamil, dibutuhkan
asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari terutama setelah trimester
kedua. Bila anemia tidak ditemukan pemberian zat besi perminggu cukup adekuat.
Kekurangan zat besi pada ibu hamil akan menyebabkan anemia defisiensi zat besi;
dan 5) Asam folat, Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400
mikrogram perhari. Kekurangan asam folat akan mengakibatkan anemia
megaloblastik pada ibu hamil.(40)
Perawatan payudara perlu dilakukan dan payudara juga perlu dipersiapkan
sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat berfungsi dengan baik pada saat dibutuhkan.
Selain itu perawatan gigi dan kebersihan tubuh juga diperlukan. Untuk perawatan
gigi dibutuhkan minimal dua kali pemeriksaan gigi pada masa kehamilan, yaitu pada
trimester pertama terkait dengan hiperemesis dan ptialisme (produksi liur yang
berlebih) sehingga kebersihan dari rongga mulut terjaga dan pada trimester ketiga
terkait dengan adanya kebutuhan kalsium yang dibutuhkan utuk pertumbuhan janin.
Sedangkan kebersihan tubuh dan pakaian harus selalu terjaga pada masa kehamilan,
karena terjadinya perubahan anatomi pada perut, area genitalia/lipat paha, dan pada
payudara menyebabkan lipatan kulit menjadi lebih lembab sehingga mudah terinfeksi
oleh mikroorganisme.(40)
Intervensi juga perlu diberikan pada ibu hamil yang memiliki faktor risiko dan
kelainan pada masa kehamilan.(41) Faktor risiko yang terjadi pada masa kehamilan
yaitu: a) primigravida dengan usia <20 tahun atau >35 tahun, b) anak lebih dari
empat, c) jarak melahirkan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari dua tahun,
18
d) tinggi badan < 145 cm, e) berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas
kurang dari 23,5 cm, f) riwayat penyakit keluarga yang menderita diabetes,
hipertensi dan riwayat keturunan, g) kelainan bentuk tubuh.(42)
2.2 Pengetahuan
2.3 Sikap
20
Sikap merupakan respon tertutup dari seseorang terhadap sesutu hal baik itu
yang bersifat intern ataupun ekstren sehingga dapat menimbulkan suatu gejala tidak
dapat langsung dilihat dapat diartikan lebih awal dari perilaku yang tertutup tersebut.
Sikap sesuai dengan kenyataan dapat menunjukkan adanya kesesuaian antara respon
terhadap suatu rangsangan tertentu.(50)
Sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengevaluasi sesuatu hal, peristiwa,
gagasan seseorang atau didalam sekelompok orang pada suatu skala diawali dengan
sesuatu hal yang paling menyenangkan sampai pada suatu yang yang tidak
menyenangkan. Secara umum sikap manusia dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1)
kognitif, sesuatu yang berkaitan dengan apa yang pernah dipelajari dan tentang
sesuatu yang diketahui terhadap suatu objek. 2) afektif, yaitu sering disebut dangan
faktor emosional, yang sangat berkaitan dengan perasaan. 3) psikomotorik atau
disebut dengan konatif yaitu perilaku (behavional) yang dapat terlihat dari faktor
risiko suatu tindakan.(51) Sikap terbagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu antara
lain(52):
1. Menerima (receiving)
Dapat diartikan bahwa seseorang yang mau dan memperhatikan rangsangan yang
diberikan oleh orang lain atau objek.
2. Merespons (responding)
Yaitu memberikan jawaban apabila diberikan pertanyaan, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan sampai selesai. Karena apabila seseorang
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya, berarti
orang tersebut menerima ide atau pendapat tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Suatu upaya untuk mengajak orang lain untuk mau mengerjakan ataupun
mendiskusikan suatu persoalan yang menjadi masalah adalah indikasi sikap yang
termasuk tingkatan tiga.
2.4 Usia
Usia dibedakan menjadi dua macam yaitu usia kronologis dan usia biologis.
Usia kronologis adalah usia yang dihitung dengan menggunakan tahun kalender,
sedangkan usia biologis adalah usia sesungguhnya yang biasa diterapkan sebagai
kondisi pematangan jaringan sebagai indeks usia biologi.(53)
Seorang ibu yang mengalami kehamilan dibawah umur 20 tahun akan
memberikan dampak yang tidak baik terhadap perkembangan dan pertumbuhan
janinnya, hal itu disebabkan oleh wanita yang berusia dibawah 20 tahun masih
berada dalam masa pertumbuhan baik itu pertumbuhan fisik ataupun pertumbuhan
organ reproduksinya, oleh sebab itu gizi yang dibutuhkan oleh janin untuk
perkembangan dan pertumbuhannya juga ikut terpakai untuk pertumbuhan ibunya.
Sedangkan usia diatas 35 tahun juga akan memberikan dampak kurang baik untuk
perkembangan dan pertumbuhan janinnya karena wanita yang berusia diatas 35
tahun kesuburannya sudah mulai menurun, sering mengalami gangguan kesehatan
pada saat kehamilan, sering mengalami proses persalinan yang lama dan bermasalah,
sering mengalalami keguguran dan melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah.
(54)
Kehamilan pada wanita yang berusia di atas 40 tahun memiliki risiko yang lebih
besar pertumbuhan dan perkembangan dari janinnya selama proses kehamilan, hal
tersebut kemungkinkan terjadi karena adanya kelainan pada kromosomnya atau
dikenal dengan down syndrome yang menyebabkan bayi yang lahir mengalami
kecacatan fisik dan gangguan mental.(54) Pada kehamilan yang mempunyai risiko
tinggi, maka pemeriksan harus lebih sering dilakukan, tetapi pada kehamilan yang
tidak mempunyai risiko maka jumlah kunjungan dengan tenaga kesehatan dapat
dilakukan lebih sedikit.(22)
2.5 Paritas
Paritas adalah jumlah bayi yang dilahirkan hidup atau mati, satu atau lebih
dengan berat lebih dari 500 gram. Usia kehamilan lebih dari 24 minggu dapat
22
digunakan untuk menghitung berat badan bayi jika tidak diketahui beratnya,
berdasarkan definisi diatas maka paritas dapat mempengaruhi kehamilan.(55) Paritas
rendah dengan jumlah kelahiran 1-2 dan paritas tinggi (≥3) akan memiliki angka
kematian maternal yang lebih tinggi. Makin tinggi paritas ibu maka akan semakin
kurang baik lapisan dari endometriumnya.(56) Beberpara istilah yang termasuk kepada
jumlah paritas, yaitu(27):
1. Nullipara
Adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi atau anak dengan berat lebih
dari 500 gram atau dengan usia kehamilan lebih dari 24 minggu.
2. Primipara
Adalah seorang wanita yang pernah melahirkan satu kali atau pernah melahirkan
satu janin. Primipara terbagi 2 yaitu primipara muda dan primipara tua. Primipara
muda yaitu umur kurang dari 16 tahun, primipara tua umur yaitu umur di atas 35
tahun, sedangkan primipara sekunder yaitu dengan umur anak terkecil di atas 5
tahun.(27)
3. Multipara
Seorang wanita yang pernah melahirkan dua kali atau lebih. Hal yang dapat
menentukan paritas yaitu jumlah kehamilan yang mencapai viabilitas, bukan
ditentukan oleh jumlah janin yang pernah dilahirkan.(33)
Ibu yang baru pertama kali hamil maka akan merasakan suatu hal yang baru
dalam hidupnya sehingga sangat memotivasi ibu untuk melakukan pemeriksaan
kehamilannya kepada tenaga kesehatan. Hal ini berbanding terbalik dengan ibu hamil
yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang anak sebelumnya, mereka
beranggapan bahwa sudah lebih berpengalaman dalam kehamilan selanjutnya
sehingga tidak termotivasi untuk melakukan pemeriksaan kehamilan kepada tenaga
kesehatan.(27)
Antenatal Care
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu hamil yang datang
memeriksakan kehamilannya ke ruang KIA di Puskesmas Lambaro Angan Aceh
Besar pada bulan September sampai Oktober 2014.
Pengambilan sampel pada penelitian secara non probability sampling dengan
metode accidental sampling, yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan
mengambil kasus yang kebetulan ada atau tersedia pada tanggal 29 September
sampai 31 Oktober 2014.(52) Setiap data yang akan dianalisis menggunakan analisis
bivariat membutuhkan minimal 30 subjek penelitian.(57) Sampel penelitian 45 orang.
Pada penelitian ini terdiri dari variabel independen dan dependen. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, usia, dan paritas dan
variabel dependen pada penelitian ini adalah antenatal care.
Sikap
Antenatal care
Usia
Paritas
1. Antenatal care adalah jumlah kunjungan yang dilakukan oleh ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya di bagian KIA Puskesmas Lambaro Angan Aceh
Besar, alat ukur yang digunakan berupa Kartu Menuju Sehat (KMS), dengan cara
ukurnya melihat secara langsung cakupan antenatal care di KMS, hasil ukurnya
adalah lengkap (≥K4) atau tidak lengkap (<K4), skala ukurnya adalah ordinal.
2. Pengetahuan adalah pemahaman ibu hamil tentang antenatal care, alat ukur yang
digunakan adalah kuesioner yang diukur melalui wawancara, hasil ukurnya adalah
baik (≥Mean) dan kurang baik (< Mean) dengan skala ukur ordinal.
26
3. Sikap adalah suatu tanggapan dari ibu hamil terhadap antenatal care, alat ukur
yang digunakan adalah kuesioner yang diukur dengan wawancara hasil ukurnya
adalah setuju (≥Mean) dan (< Mean) tidak setuju, skala ukur adalah ordinal.
4. Usia adalah usia ibu hamil yang dihitung sejak lahir sampai saat ini waktu
penelitian berlangsung yang diukur dalam tahun, alat ukur yang digunakan adalah
kuesioner yang diukur dengan wawancara, hasil ukurnya adalah berisiko (<20 dan
>35 tahun) dan tidak berisiko (20-35 tahun), skala ukur adalah ordinal.
5. Paritas adalah jumlah bayi yang dilahirkan hidup atau mati, satu atau lebih dengan
berat lebih dari 500 gram, alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang diukur
dangan wawancara, hasil ukurnya adalah tinggi (bila jumlah >2 dan rendah jika
jumlah ≤2), skala ukurnya adalah ordinal.
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah
KMS dan kuesioner yang diberikan kepada responden yaitu ibu hamil trimester III di
Puskesmas Lambaro Angan Aceh Besar yang berisi pertanyaan tentang pengetahuan,
sikap, usia dan paritas.
dinyatakan valid apabila nilai r hitung > r tabel.(58) Hasil dari uji validitas didapatkan
nilai r hitung pada 21 pertanyaan > 0, 514 (terlihat pada kolom Corrected Item-Total
Correlation), maka pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid.
3.8.2 Uji Reliabilitas
Reabilitas adalah suatu indeks yang dapat menunjukkan sejauh mana alat
pengukur yang digunakan dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti sejauh
mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap responden yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Syarat-
syarat dikatakan reliabel jika nilai cronbach alpha > r tabel sebesar 0, 514.(58)
Hasilnya dari 21 pertanyaan pengetahuan memiliki nilai cronbach alpha 0,917, 10
pertanyaan sikap memiliki nilai cronbach alpha 0,856. Hasil uji reliabilitas
menunjukkan nilai cronbach alpha > 0,514 yang artinya adalah kuesioner yang
terdapat pada penelitian ini adalah reliable.
c. Transfering, data yang sudah diberi kode akan diurutkan secara berurutan dari
awal sampai terakhir, kemudian dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan sub
variabel yang akan diteliti lalu dihitung frekuensinya.
d. Tabulating, peneliti akan mengelompokkan jawaban–jawaban responden
berdasarkan variabel yang akan diteliti, lalu menghitung nilai total setiap kolom
yang sudah di isi data dari penelitian, selanjutnya akan di masukkan kedalam tabel
frekuensi.
f1
rumus: P = × 100%
n
Keterangan :
P = persentase
f1= frekuensi teramati
n = jumlah sampel
2. Analisis Bivariat
Analisis data bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
antara pengetahuan, sikap, usia dan paritas pada ibu hamil terhadap antenatal
care di puskemas Lambaro Angan Aceh Besar. Analisis data ini dilakukan dengan
uji Chi-square dengan kriteria hubungan ditetapkan berdasarkan p value
(Probabilitas) yang dihasilkan pada Confidence Interval (CI) 95% dan α 0,05
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika p value >0,05 maka tidak terdapat hubungan antara kedua variabel.
2. Jika p value ≤0,05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan.
Uji analisa yang digunakan adalah uji Chi-Square.(60)
29
Analisis data
1. Ni Nyoman Mestri Agustini NS, Pancrasia Murdani Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan
Ibu dan Dukungan Keluarga dengan Cakupan Pelayanan Antenatal Di Wilayah Kerja Puskesmas
Buleleng I. Jurnal Magister Kedokteran Keluarga. 2013;1:10.
2. Organization WH. Antenatal Care. 2013. p. 1.
3. RI M. Data dan Informasi. In: RI M, editor. Jakarta2011.
4. RI D. Profil Kesehatan Indonesia 2009. In: RI D, editor. Jakarta2010.
5. RI D. Profil Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2012. In: RI. D, editor. jakarta2012.
6. Downe S, Finlayson, K., Walsh, D, Lavender, T. Weight Up and Balancing Out: “A Meta-
Synthesis Of Barriers to Antenatal Care For Marginalised Women In Hight-Income Countries.
Internasional Journal Of Obstetrics and Genicologi. 2009;116(44):518-29.
7. RI K. Ditjen Bina Gizi dan KIA. In: RI K, editor. Jakarta2013.
8. Safna NU. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi ibu Hamil dengan Cakupan
Antenatal Care di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2012. Banda Aceh: Universitas Syiah
Kuala; 2012.
9. Andri. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Cakupan Pemeriksaan Kehamilan (K1 dan K4) di
Puskesmas Runding Kota Subulussalam Provinsi NAD. Medan Universitas Sumatera Utara; 2009.
10. Sophiati. Gambaran Antenatal Care pada Pasien yang Berkunjung untuk Pemeriksaan
Kehamilan di Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Banda Aceh:
Universitas Syiah Kuala; 2011.
11. Manuaba IAC. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana (KB). Jakarta:
EGC; 2011.
12. Yulaikhah L. Seri Asuh Kebidanan. Jakarta: EGC; 2008.
13. Manuaba IAC. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC; 2007.
14. Saminem. Kehamilan Normal. Jakarta: EGC; 2008.
15. Musbiki I. Persiapan Menghadapi Persalinan. Yogyakarta: Mitra Pustaka; 2006.
16. Thuladar HdD, N. Impact Of Antenatal Care on Maternal and Perinatal Otcome: A Study at
Nepal Medical College Teaching Hospital. Nepal:Departement Of Obstetric and Ginekologi.
2011;6(2):37-43.
17. Bagus GMI. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: EGC;
2003.
18. F SSdC. Panduan Super Lengkap Hamil Sehat. Yogyakarta: Niaga Swadaya; 2012.
19. Cuningham G, F. Obstetri Williams. Jakarta: EGC; 2012.
20. D.J HIJaS. At a Glance: Sistem Reproduksi 2ed. Erlangga: Buku Kedokteran dan Kesehatn;
2008.
21. Rachman M. Prinsip Penanganan Obstetric-Genikologi dan Bedah Obstetric. Jakarta:
Salemba; 2000.
22. Cuningham FG, Gant, N.F., Leveno, K.J., Gilsttrap, Hauth, J.C,. Wenstrom, K.D.. . Obstetri
William. 2 ed. Jakarta: EGC; 2005.
23. A.B S. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka; 2008. 28 p.
24. Ompusunggu E.M SIETdUJML. Perilaku Ibu Hamil Tentang Antenatal Care Di Puskesmas
Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jurnal e-Biomedik (eBM). 2013;1( 1): 28-33.
25. RI D. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar. In: RI K, editor.
Jakarta2009.
26. RI DK. Pedoman Pelayanan Antenatal. In: Kesehatan D, editor. Jakarta2007.
27. Bagus AGM. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan Kb. Jakarta:
EGC; 2001.
28. RI D. Buku Pedoman P4K. In: RI K, editor. Jakarta2008.
29. Hani UK, J., Marjati. Dan Yulifah, R. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologi. Jakarta:
Salemba Medika; 2010.
30. Liewellyn DdJ. Dasar-Dasar Obstetri dan Genikologi. Jakarta: EGC; 2001.
31. Dewi VNdS, T. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika; 2011.
32. Wheeler L. Jakarta: EGC. 2003.
33. Lenovo. K, J., dkk Obstetri Williams. Obstetri Williams. Jakarta: EGC; 2009.
34. Wibowo AdN, H.B. Pola Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak Pada Masyarakat Pendatang.
The indonesian Journal Of Public Health. 2006;3(1):15-8.
31
35. Bagus GMI. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta: EGC; 1998.
36. Andriaansz G. Ilmu Kebidanan. 4 ed. Jakarta: Bina Pustaka; 2008.
37. Sinelair C. Buku Saku Kebidanan. Jakarta:: EGC; 2009.
38. Sullivan A, Kean, L dan Creyer, A. Panduan Pemeriksaan Antenatal. Jakarta: EGC; 2009.
39. Sunaryo PId. Asuhan Kebidanan (Kehamilan). Yogyakarta2010.
40. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. 4 ed. Jakarta: PT Bina Pustaka;
2011.
41. Saifudin AB. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Dalam:
Sophiati., Gambaran Antenatal Care pada Pasien yang Berkunjung untuk Pemeriksaan Kehamilan di
Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Banda Aceh: Universitas
Syiah Kuala; 2011.
42. Hamidah Sd. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC; 2009.
43. Kusrini. Sistem Pakar, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: 2006.
44. Nursalam. Konsep dan Penerapan Penelitian Ilmu Keperawatan. jakarta2001.
45. Ramasari AdL, F. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Tentang
Antenatal Care dalam Kalangan Ibu Usia Subur. E-Jurnal FK USU. 2013;1(1).
46. Astuti. Resprektif Ibu Hamil: Gambaran Kerentanan Kesehatan Reproduksi Pada Masyarakat
Nelayan di Kabupaten Rempang. Jurnal Kesehatan. 2000;2(2).
47. Adewoye M, Atoyebi, and Babatunde Knowledge and Utilization of Antenatal Care Services
by Women of Child Bearing Age in Ilorin-East Local Government Area, North Central Nigeria.
International Journal of Science and Technology. 2013;3 (3):189-2.
48. Dewi DPPdMM. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Antenatal Care Dengan
Frekuensi Kunjungan Antenatal Care Di Rumah Bersalin Wikaden Imogiri Bantul Maternal. 2013;8
(1):73-89.
49. Notoadmodjo S. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2003.
50. Sunaryo. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC; 2004.
51. Liliweri A. Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur.
Yogyakarta: LkiS; 2005.
52. Notoadmojo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2007.
53. Tamher SN. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendeketan Asuhan Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika; 2009.
54. Sujiono BS, N, Y. Seri Pengembangan Potensi Bawaan Anak Persiapan dan Saat Kelahiran.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2004.
55. Pernoll L, M., dkk. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. 9 ed. Jakarta: EGC; 2008.
56. Wiknojosastro H. Ilmu Kebidanan. 3 ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2005.
57. Murti B. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang
Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Pustaka; 2010.
58. Hidayat AAA. Metode Penelitian Kesehatan. Surabaya: Health Book Publishing; 2011.
59. Budiarto E. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC; 2002.
60. Sopiyudin MD. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bifariat, dan
Multivariat. Jakarta: Salemba Medika; 2009.