Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

E
DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAN
BERHUBUNGAN DENGAN PENINGKATAN PRODUKSI
SEKERET DI RUANG RAWAT INAP RS PARU DR. H. A
ROTINSULU

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
1) Nama : Tn. Engkus
2) No RM : 128127
3) Usia : 58 tahun
4) Status perkawinan : Menikah
5) Pekerjaan : Swasta
6) Agama : Islam
7) Suku : Sunda
8) Alamat rumah : Komplek Neglasari RT 01/07
9) Sumber biaya : BPJS
10) Tanggal masuk RS : 25 Febuari 2019
11) Diagnosa Medis : Diabetes tipe II
b. Identitas Penanggungjawab
1) Nama : Tn. Dede Iskandar
2) Umur : 42 tahun
3) Hubungan dengan pasien : Anak
4) Pendidikan : SMA
5) Alamat : Komplek manada karang tanjung
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama

Pasien mengeluh lemas


b. Riwayat kesehatan saat pengkajian/riwayat penyakit sekarang
(PQRST) : Penyebab, onset, lamanya, frekuensi, intensitas, faktor
pencetus, lokasi, hal yang memperberat, hal yang memperingan :
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 26 febuari
2019 pukul 10.00 pada Tn. Komarudin di Ruang Telaga Bodas
pasien mengatakan lemas, lemas dirasakan pada bagian kaki, pasien
mengatakan sudah mencoba berisitrahat tetapi lemas tetap dirasakan,
lemas membuat aktivitas harus dibantu keluarga, Kekuatan otot 5-
5/4-4
c. Riwayat kesehatan lalu
Riwayat alergi, riwayat kecelakaan, riwayat perawatan di RS,
riwayat penyakit berat/kronis, riwayat pengobatan, riwayat operasi:
Keluarga pasien mengatakan, pasien memiliki riwayat diabetes
melitus tipe II.

d. Riwayat kesehatan keluarga :


Klien mengatakan kakaknya sakit atau memiliki sakit yang sama
sepertinya
e. Riwayat psikososial dan spiritual
1) Support sistem terdiri dari dukungan keluarga, lingkungan,
fasilitas kesehatan terhadap penyakitnya.
Pasien mengatakan mendapatkan support sistem yang baik
dari keluarga, tetangga, maupun teman kerja. Pasien juga
memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik.

2) Komunikasi terdiri dari pola interaksi sosial sebelum dan saat


sakit
Pasien mengatakan tidak ada perubahan pada pola interaksi
pasien terhadap keluarga maupun lingkungan sekitar sebelum
dan saat sakit
3) Sistem nilai kepercayaan sebelum dan saat sakit
Pasien mengatakan tidak ada perubahan sistem nilai
kepercayaan sebelum dan saat sakit, pasien masih menjalankan
kegiatan ibadah sesuai dengan syariat Islam.

f. Lingkungan
1. Rumah
 Kebersihan:
Pasien mengatakan selalu menjaga kebersihan rumah
dengan baik.
 Polusi :
Lokasi rumah pasien terjauh dari polusi udara maupun
polusi industri
2. Pekerjaan
 Kebersihan:
Pasien mengatakan tempat kerja pasien terjaga kebersihannya,
tetapi klien mulai sakit sejak ditempat kerja yaitu dijakarta
 Polusi :
Tempat kerja pasien berada disebuah tempat jahit dan tidak
ada polusi, hanya polusi udara dari jalan raya.

g. Pola kebiasaan sehari-hari sebelum dan sat sakit


Kebiasaan Sebelum masuk Di RS
RS
1. Pola Nutrisi
a. Asupan  Oral  Oral

b. Frekuensi makan 3 X/hari 3 X/hari

c. Nafsu makan  Baik  Kurang

Cemilan, buah- Kue


d. Makanan tambahan buahan dan kue
Tidak ada alergi Tidak ada alergi
e. Makanan alergi
60 Kg 59 Kg
f. Perubahan BB dalam
3 bulan terakhir
2. Pola Cairan
a. Asupan cairan  Oral  Oral

 Parenteral
b. Jenis Air Mineral
Air Mineral &
10x/hari
c. Frekuensi 7x/hari
± 2500cc/hari
d. Volume ±2500cc/hari

3. Pola Eliminasi
BAK
a. Frekuensi ±8x/hari ±7x/hari
±2000cc/hari ±2000cc/hari
b. Jumlah output
Kuning Pekat… Kuning Pekat
c. Warna Bau khas Bau khas

d. Bau Sering berkemih Sering berkemih

e. Keluhan

BAB
a. Frekuensi 3x/hari 2x/hari
Coklat kekuningan Coklat kekuningan
b. Warna
Normal Normal
c. Bau Lunak Lunak

d. Konsistensi Tidak ada Tidak ada


Tidak ada Tidak ada
e. Keluhan

f. Penggunaan obat
pencahar
4. Insensible Water 15x 60/24= 37.5 15x59/24= 36.8
Loss cc/hari cc/hari
5. Pola Personal Hygiene
a. Mandi 3x/hari 1x/hari

b. Oral higiene
4x/hari 2x/hari
 Frekuensi Pagi, siang, sore, Pagi, malam

 waktu malam 2 x/mgg


5 x/mgg

c. Cuci rambut
6. Pola istirahat dan tidur
a. Lama tidur 8 Jam 10 Jam.

b. Waktu
2 Jam 2 jam
 Siang 8 Jam 8 Jam

 Malam

c. Kebiasaan sebelum
Tidak ada Tidak ada.
tidur

 Penggunaan obat Tidak ada Tidak ada


tidur
Tidak ada Tidak ada
 Kegiatan lain
Iya, Karena adanya
d. Kesulitan dalam Iya, Karena adanya perasaan ingin
tidur perasaan ingin berkemih
berkemih Tidak ada
 Menjelang tidur
Tidak ada Tidak ada
 Sering terbangun Tiidak ada

 Merasa tidak
nyaman setelah
bangun tidur

7. Pola Aktivitas dan Latihan


a. Kegiatan dalam Depan mesin jahit Tidak ada
pekerjaan dengan duduk Tidak ada
8 jam Tidak ada
b. Waktu bekerja

c. Kegiatan waktu luang Lari pagi/joging Lemas

d. Keluhan dalam 2x/minggu Tidak ada

beraktivitas Tidak ada


Tidak ada
e. Olah raga
Tidak ada Dibantu orang lain
 Jenis Tidak ada Dibantu orang lain
Tidak ada
 frekuensi

f. Keterbatasan dalam
hal:

 Mandi

 Menggunakan
pakaian

 Berhias
8. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
a. Merokok Tidak Tidak

 Frekuensi

 Jumlah Tidak Tidak

 Lama pemakaian
b. Minuman keras

 Frekuensi
Tidak Tidak
 Jumlah

 Lama pemakaian

c. Ketergantungan obat

3. Pengkajian Fisik
Kesadaran (GCS) : Composmentis dengan nilai gcs 15
E4,V5,M6
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 86x/ menit
Respirasi rate : 21x/menit
Suhu : 36,7oC
TB/BB sebelum masuk RS dan saat di rawat di RS : 60 Kg -59 Kg

Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Inspeksi : rambut berwarna agak keputihan, kulit kepala bersih,
penyebaran kurang merata Bentuk kepala bulat, tidak ada lesi, tidak
ada hematoma
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
b. Mata
Inspeksi : Simetris antara mata kanan dan mata kiri, kelopak mata
utuh, alis mata simetris kanan kiri, pupil isokor pada saat diberi
cahaya, sklera putih, kornea mengedip pada saat disentuh oleh kapas,
konjungtiva anemis, test penglihatan baik di buktikan dengan pasien
dapat membaca nametag perawat dan jarak 1 meter.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Telinga
Inspeksi : Simetris antara kanan dan kiri, adanya serumen, test
pendengaran baik, terbukti pada saat ditanya, pasien menjawab
dengan baik tidak kebingungan dan sesuai dengan pertanyaan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d. Hidun:
Inspeksi : Simetris antara lubang kanan dan lubang kiri, sekresi
cairan tidak ada, tidak terpasang o2, test penciuman baik.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada bagian sinus
e. Mulut
Inspeksi : Warna mukosa sedikit hitam, simetris antara bibir atas dan
bibir bawah, tampak kering, stomatitis tidak ada , tampak kotor, gigi
berwarna kuning, sekresi dahak tidak ada, palatum ada, test
pengecapan baik.
f. Leher
Inspeksi: Pembengkakan tidak ada, benjolan tidak ada, pergerakan
leher baik.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
g. Dada
Inspeksi : Bentuk datar, tidak adanya retraksi otot dada, payudara
simetris antara kanan kiri, aerola menonjol
Auskultasi : Suara jantung lup dup, suara paru-paru versikuler
Perkusi : Suara jantung dullnes, suara paru-paru resonan
Palpasi : Jantung paru tidak adanya nyeri tekan
h. Abdomen
Inspeksi : bentuk perut cembung, Tidak ada bekas luka,Tidak ada
distensi.
Auskultasi : bising usus 11x/m
Perkusi : Suara lambung tympani, suara hepar dullnes
Palpasi : Mengerang kesakitan ketika sedikit ditekan
i. Genital
Tidak ada keluhan, tidak terpasang folley keteter
j. Ekstremitas
Atas : Simetris antara tangan kanan dan tangan kiri, tidak ada deformtias, CRT 2
detik, turgor kembali dalam 2 detik, terpasang infus, tidak adanya nyeri jika
digerakan, kekuatan otot 5 5
4 4
Bawah : Simetris antara kaki kiri dan kaki kanan, tidak
ada deformitas, CRT 2 detik, turgor kulit kembali dalam 2 detik,
nyeri jika digerakan, kekuatan otot

PEMERIKSAN DAN PENATALAKSANAAN


I. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan diagnostic : Tidak ada

2. Pemeriksaan laboratorium : (Lampiran hasil)


26 Febuari 2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Keterangan
HEMATOLOGI
Hematologi 14 Parameter
Hemoglobin 14.9 g/dL 13.0-18.0 Normal
Hematokrit 40.4 % 38.0-51.0 Normal
Eritrosit 4.9 Juta/uL 4.0-5.5 Normal
Leukosit 3.4 10^3/uL 4.0-10.0 Normal
Trombosit 126 ribu/uL 150-450 Rendah
Index Eritrosit
MCV 82.4 fL 75.0-100.0 Normal
MCH 30.4 Pg 25.0-32.0 Normal
MCHC 36.9 % 32.0-36.0 Normal
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0.0 % 0.0-1.0 Normal
Eosinofil 2.1 % 1.0-4.0 Normal
Neutrofil Batang 0 % 3-5
Neutrofil Segmen 40.0 % 50.0-80.0 Rendah
Limfosit 48.1 % 25.0-50.0 Normal
Monosit 9.8 % 4.0-8.0 |Tinggi
KIMIA
Glukosa Sewaktu 283 mg/dL <160 Tinggi
Ureum mg/dL 15.0-39
Kreatinin mg/dL 0.80_1.30
Natrium (Na) mEq/L 135-145
Kalium mEq/L 3.5-5.1
Klorida mEq/L 98-109

pH 7.35-7.45
pCO2 mmHg 35.0—45.0
pO2 mmHg 80-105
Satuan Asam Basa
HCO3 mmol/L 22-26
tCO2 mmol/L 23.05-27.35
Standar BE-b mmol/L (-2)-(+2)
Saturasi O2 99.2 % 95-100 Normal

 Pemeriksaan 27 Febuari 2019


Gula darah puasa : 236 mg/dl
 Hasil 28 Febuari 2019
HB : 13.9 g/dl
Ht : 38 %
Tr : 117 ribu/uL
GDS : 214
II. Penatalaksanaan medis
1) Pemberian obat dan jelaskan nama, dosis, cara, rute dan tujuan. :
Nama Dosis Cara Rute Waktu Tujuan
Ring As 20 tpm disuntik intravena Untuk menggantikan
cairan elektrolit didalam
tubuhs
Omz 40 mg 1x1 disuntik Intra vena 17.00 Menuunkan kadar asam
didalam lambung
Pct 500 mg 3x1 Di minum oral 06.00 Untuk meredakan
demam, pusing, nyeri
12.00
sendi
18.00

Ulsidex 3x1 Diminum oral 12.00 Obat untuk saluran


pencernaan
18.00

06.00
Glimepiride 1-0-0 diminum Oral 06.00 Untuk mengontrol kadar
gula darah yang tinggi
pada diabetes tipe II
Metformin 2x500 diminum Oral 06.00 Anti diabetes

12.00

18.00
Gluvas 1-0-0 Diminum Oral 06.00 Mengontrol gula darah
yang tinggi dan
membantu mencegah
kerusakan ginjal

A. ANALISA DATA
Analisa data

No Symptom Etiologi Problem


1 DS : klien Factor resiko (genetic, Ketidak stabilan
mengatakan memiliki sering makan, tidk kadar glukosa
riwayat diabetes pernah olahraga) darah
melitus
Sel b pancreas
DO : hasil terganggu
pemeriksaan gds 283
TD: 120/70 mmHg Produksi insulin
Nadi: 86x/ menit menurun
RR : 21x/menit
Suhu :36,7oC Glukogen meningkat
TB/BB sebelum
masuk RS dan saat di Hiperglikemi
rawat di RS : 60 Kg
-59 Kg Tubuh gagal
meregulasi
hiperglikemi

Resiko
ketidakstabilan
glukosa darah

2 DS : klien Penyakit genetic Intoleransi


mengatakan aktivitas
keterbatasan aktivitas Jumlah sel b pancreas
menurun
DO : klien terlihat adl Defisensi insulin
nya dibantu keluarga menurun
Kekuatan otot
ekstremitas bawah Glukogen meningkat
nilai 4
Hiperglikemi
Ketidakstabilan
glukosa darah

Glukosa intrasel
menurun

Proses pembentukan
ATP/ energy
terganggu

Kelemahan

Intoleransi aktifitas

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Disusun berdasarkan masalah keperawatan yang muncul dari hasil analisa
data. Diagnosa disusun berdasarkan prioritas masalah.
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
akumulasi sekret.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru.
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Inisial Klien/Ruang : Tn. E/Mawar Nama Mahasiswa : Kelompok 2


No. RM/Dx. Medis : 128127 NIM :

DIAGNOSA PERENCANAAN
NO
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Ketidakefektifan bersihan Tujuan jangka panjang : 1. Kaji frekuensi 1. Mengetahui ada atau tidaknya
jalan nafas berhubungan bersihan jalan nafas pernafasan obstruksi jalan nafas
dengan peningkatan kembali efektif 2. Auskultasi bunyi nafas 2. Takipnea biasanya ada pada
akumulasi sekret beberapa derajat dan dapat
Tujuan jangka pendek : ditemukan pada saat adanya
Setelah dilakukan tindakan proses infeksi
keperawatan selama 3x24 3. Atur posisi semi fowler 3. Posisi semi fowler
jam, ketidakefektifan memberikan kesempatan paru-
bersihan jalan nafas paru berkembang secara
berkurang dengan kriteria maksimal akibat diafragma
hasil: turun ke bawah sehingga
1. RR : 22x/ menit dapat meningkatkan ekspansi
2. Suara nafas vesikuler paru
3. Sputum encer 4. Ajarkan tekhnik batuk 4. Ventilasi maksimal membuka
efektif lumen jalan nafas dan
4. Klien dapat
meningkatkan gerakan sekret
mengeluarkan dahak kedalam jalan nafas besar
untuk dikeluarkan
5. Lakukan kolaborasi 5. Pemberian bronchodilator
dengan dokter dalam melalui inhalasi akan langsung
pemberian obat menuju area bronkus yang
bronkhodilator dan sepasme sehingga lebih cepat
tindakan nebulizer. berdilatasi, menurunkan
kekentalan sekret, serta
membantu pengeluaran sekret.
2. Ketidakefektifan pola nafas Tujuan jangka panjang : 1. Observasi kemampuan 1. Mempengaruhi pilihan
berhubungan dengan pola nafas kembali efektif pasien untuk melakukan intervensi
penurunan ekspansi paru aktivitas normal, catat
Tujuan jangka pendek : laporan kelemahan,
Setelah dilakukan tindakan keletihan.
keperawatan selama 3x24
jam, ketidakefektifan pola 2. Observasi TTV 2. Manifestasi kardiopulmonal
nafas berkurang dengan dari upaya jantung dan oaru
kriteria hasil: untuk membawa, jumlah
1. Sesak berkurang oksigen ke jaringan.
2. RR : 22x/ menit 3. Berikan lingkungan yang 3. Meningkatkan istirahat untuk
3. Suara nafas vesikuler tenang menurunkan kebutuhan oksigen
4. Ubah posisi pasien dengan dalam tubuh
4. Tidak ada retraksi otot
perlahan dan pantau 4. Tensi yang rendah dan supali
dada terhadap pusing oksigen yang rendah dapat
menyebabkan pusing, dan
meningkatkan resiko cidera
D.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Inisial Klien/Ruang : _______/______________ Nama Mahasiswa : ______________________


No. RM/Dx. Medis : ____________/_________ NIM : ______________________

DX. HARI/TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


KEPERAWATAN

Intoleransi aktivitas Selasa, 26 10.05 1. Mengobservasi kemampuan pasien untuk S : klien mengatakan lemas
b.d kelemahan Febuari melakukan aktivitas normal, catat laporan O : kekuatan otot 4
umum 2019 kelemahan, keletihan. Masalah intoleransi belum
teratasi
Respon : Pasien masih kesulitan untuk
Dines Pagi 08.30 P: lanjutkan intervensi
beraktivitas normal dan kaki masih
1. Monitor level glukosa darah
mengalami kelmahan dengan kekuatan otot 4
10.15 2. Monitar tanda dan gejala
2. Memberikan lingkungan yang tenang
Respon : Lingkungan pasien sudah dengan hiperglikemia, poliuri,
kondisi yang tenang . kelemahan, malaise,
3. Mengubah posisi pasien dengan perlahan dan pandangan kabur, sakit
pantau terhadap pusing. kepala
Respon : Pasien mau mencoba untuk berubah 3. Monitor keton dalam urine
posisi secara bertahap. 4. Lakukan konsultasi dengan
dokter bila tanda
hiperglikemi memburuk atau
pasien

Ketidakstabilan Selasa, 26 09.00 1. Memonitor level glukosa darah S : klien mengatakan lemas
kadat gula darah Febuari
b.d hiperglikemi 2019 Respon : GDP :283 mg/Dl O : GDP 283 mg/dL
2. Memonitar tanda dan gejala hiperglikemia,
Dines Pagi poliuri, kelemahan, malaise, pandangan A : Masalah belum teratasi
09.30
kabur, sakit kepala
P : lanjutkan intervensi
Respon : Klien mengatakan lemah 1. Observasi kemampuan
3. Memonitor keton dalam urine pasien untuk melakukan
4. Melakukan konsultasi dengan dokter bila aktivitas normal, catat
tanda hiperglikemi memburuk atau pasien laporan kelemahan,
10.02
keletihan.
2. Berikan lingkungan yang
tenang
3. Ubah posisi pasien dengan
perlahan dan pantau terhadap
pusing
E. CATATAN PERKEMBANGAN
Dx. Kep Hari/Tgl/Jam SOAP Paraf
1. Ketidakstabilan Selasa , 26 S : klien mengatakan
kadar gula darah b.d Febuari 2019/ jam lemas
hiperglikemi 10.00 Wib O : GDP 283 mg/dL
A : Masalah belum
teratasi
P : lanjutkan
intervensi
1. Observasi
kemampuan pasien
untuk melakukan
aktivitas normal,
catat laporan
kelemahan,
keletihan.
2. Berikan
lingkungan yang
tenang
3. Ubah posisi pasien
dengan perlahan
dan pantau
terhadap pusing
2. Intoleransi aktivitas Selasa ,26 S : klien mengatakan
b.d kelemahan februari 2019/ jam lemas
umum 10.00 WIB O : kekuatan otot 4
Masalah intoleransi
belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
5. Monitor level
glukosa darah
6. Monitar tanda dan
gejala
hiperglikemia,
poliuri, kelemahan,
malaise,
pandangan kabur,
sakit kepala
7. Monitor keton
dalam urine
8. Lakukan konsultasi
dengan dokter bila
tanda hiperglikemi
memburuk atau
pasien
1. Ketidakstabilan Rabu, 27 Febuari S : klien mengatakan
kadar gula darah b.d 2019/ jam 14.00 lemas
hiperglikemi Wib O : GDP 283 mg/dL
A : Masalah belum
teratasi
P : lanjutkan
intervensi
1. Observasi
kemampuan pasien
untuk melakukan
aktivitas normal,
catat laporan
kelemahan,
keletihan.
2. Berikan
lingkungan yang
tenang
3. Ubah posisi pasien
dengan perlahan
dan pantau
terhadap pusing
2. Intoleransi aktivitas Rabu, 27 februari S : klien mengatakan
b.d kelemahan 2019/ jam 15.00 lemas
umum WIB O : kekuatan otot 4
Masalah intoleransi
belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Monitor level
glukosa darah
2. Monitar tanda dan
gejala
hiperglikemia,
poliuri, kelemahan,
malaise,
pandangan kabur,
sakit kepala
3. Monitor keton
dalam urine
4. Lakukan konsultasi
dengan dokter bila
tanda hiperglikemi
memburuk atau
pasien
1. Ketidakstabilan Kamis , 28 S : klien mengatakan
kadar gula darah b.d Febuari 2019/ jam lemas
hiperglikemi 07.00 Wib O : GDP 214 mg/dL
A : Masalah belum
teratasi
P : lanjutkan
intervensi, paien
pulang
1. Observasi
kemampuan pasien
untuk melakukan
aktivitas normal,
catat laporan
kelemahan,
keletihan.
2. Berikan
lingkungan yang
tenang
3. Ubah posisi pasien
dengan perlahan
dan pantau
terhadap pusing
2. Intoleransi aktivitas Kamis , 28 januari S : klien mengatakan
b.d kelemahan 2019/ jam 07.00 lemas
umum WIB O : kekuatan otot 4
Masalah intoleransi
belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Monitor level
glukosa darah
2. Monitar tanda dan
gejala
hiperglikemia,
poliuri, kelemahan,
malaise,
pandangan kabur,
sakit kepala
3. Monitor keton
dalam urine
4. Lakukan konsultasi
dengan dokter bila
tanda hiperglikemi
memburuk atau
pasien
pasien pulang

a. Laporan Pendahuluan Demam Thypoid


1) Pengertian
Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri, yang disebabkan
oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi makanan
atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri tersebut (Inawati, 2009).
Demam tifoid disebarkan melalui jalur fekal-oral dan hanya
menginfeksi manusia yang mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi oleh bakteri Salmonella typhi. Ada dua sumber penularan
Salmonella typhi, yaitu penderita demam tifoid dan karier. Seseorang
yang karier adalah orang yang pernah menderita demam tifoid dan terus
membawa penyakit ini untuk beberapa waktu atau selamanya (Nadyah,
2014).
Demam Tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat
akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi [ CITATION Nur15 \l 1033 ].
Tifoid termasuk infeksi sistemik dengan gejala yang khas yaitu demam.
Adapun demam yang dialami oleh pasien yang menderita penyakit ini
umumnya memiliki pola khusus dengan suhu yang meningkat (sangat
tinggi) naik-turun. Hal ini terjadi pada sore dan malam hari sedangkan di
pagi hari hampir tidak terjadi demam. Hal inilah yang biasanya tidak
disadari oleh penderita maupun keluarga penderita (Dinkes, 2013).
2) Etiologi
Penyebab demam tifoid adalah kuman Salmonella typhi,
Salmonella paratyphii A, dan Salmonella Paratyphii B, Wujudnya
berupa basil gram negative, bergerak dengan rambut getar, tidak
berspora. Kuman tumbuh pada suasana fakultatif anaerob pada suhu 15-
41o C (Optimum 37o C) dan pH pertumbuhan 6-8 [ CITATION Muh12 \l 1033
].
3) Tanda dan Gejala
Menurut [ CITATION Nur15 \l 1033 ] tanda dan gejala tifoid, yaitu:
a) Masa inkubasi rata-rata 10-14 hari;
b) Demam meninggi sampai akhir minggu pertama;
c) Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani
akan menyebabkan syok, stupor dan koma;
d) Ruam muncul pada hari ke 7-10 bertahan selama 2-3 hari;
e) Nyeri kepala, nyeri perut;
f) Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi;
g) Pusing, bradikardi, nyeri otot;
h) Batuk;
i) Epistaksis;
j) Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepian ujung merah serta
tremor)
k) Hepatomegali, splenomegali, meteorismus;
l) Gangguan mental berupa samnolen, delirium, atau psikosis.
Periode infeksi demam tifoid, gejala dan tanda:
Keluhan Dan Gejala Demam Tifoid
Minggu Keluhan Gejala Patologi
Minggu Panas berlangung Gangguan Bakterimia
pertama insidious, tipe panas saluran cerna
stepladder yang mencapai
39-40oC, menggigil, nyeri
kepala
Minggu Rash, nyeri abdomen, Rose Spot, Vaskulitis,
Kedua diare, atau konstipasi, splenomegali, hiperplasi pada
delirium hepatomegali peyer’s patches
nodul tifoid pada
limpa dan hati
Minggu Komplikasi: perdarahan Melena, ilius, Ulserasi pada
Ketiga saluran cerna, perforasi, ketegangan peyer’s patches,
syok abdomen, nodul tifoid pada
koma limpa dan hati
Minggu Keluhan menurun Tampak sakit Kolelitiasi, carrier
Keempa berat, kronik
t kakeksia
Sumber: Penyakit infeksi di Indonesia hal:197 dalam Nurarif
dan Kusuma 2015
4) Patofisiologi
Setelah kuman Salmonella typhi tertelan, kuman tersebut dapat
bertahan terhadap asam lambung dan masuk ke dalam tubuh melalui
mukosa usus pada ileum terminalis. Di usus, bakteri melekat pada
mikrovili, kemudian melalui barier usus yang melibatkan mekanisme
membrane ruffling, actin rearrangement, dan internalisasi dalam vakuola
intraseluler. Kemudian Salmonella typhi menyebar ke sistem limfoid
mesenterika dan masuk ke dalam pembuluh darah melalui sistem
limfatik. Bakteremia primer terjadi pada tahap ini dan biasanya tidak
didapatkan gejala dan kultur darah biasanya masih memberikan hasil
yang negatif.
Periode inkubasi ini terjadi selama 7-14 hari. Bakteri dalam
pembuluh darah ini akan menyebar ke seluruh tubuh dan berkolonisasi
dalam organ-organ sistem retikuloendotelial, yakni di hati, limpa, dan
sumsum tulang. Kuman juga dapat melakukan replikasi dalam makrofag.
Setelah periode replikasi, kuman akan disebarkan kembali ke dalam
system peredaran darah dan menyebabkan bakteremia. sekunder
sekaligus menandai berakhirnya periode inkubasi. Bakteremia sekunder
menimbulkan gejala klinis seperti demam, sakit kepala, dan nyeri
abdomen. Kekambuhan dapat terjadi bila kuman masih menetap dalam
organ-organ sistem retikuloendotelial dan berkesempatan untuk
berproliferasi kembali. Menetapnya Salmonella dalam tubuh manusia
diistilahkan sebagai pembawa kuman atau carrier (CDK, 2012).
5) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Leukosit
Pada demam typoid terdapat leucopenia dan limfositosis
relative, tetapi kenyataan leucopenia tidak sering dijumpai. Pada
kebanyakan kasus demam typoid, jumlah leukosit pada sediaan darah
tepi berada batas- batas normal, dan kadang terjadi leukositosis.
Walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena
itu, pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosis
demam typoid.
b) Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT seringkali meningkat tetapi kembali ke normal
setelah sembuhnya demam typoid. kenaikan SGOT dan SGPT ini
tidak memerlukan pembatasan pengobatan.
(1) Biakan Darah
Biakan darah positif memastikan demam typoid, tetapi
biakan darah negatif menyingkirkan demam typoid. Hal ini
disebabkan karena hasil biakan darah bergantung pada beberapa
factor antara lain:
(2) Teknik Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium berbeda dengan yang lain,
malahan hasil satu laboratorium biasa berbeda dari waktu ke
waktu. Hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media
biakan yang digunakan, karena jumlah kuman yang berada dalam
darah hanya sedikit, yaitu kurang dari 10 kuman/ml darah, maka
untuk keperluan pembiakan. Pada anak-anak 2 – 5 ml. Bila darah
yang dibiak terlalu sedikit hasil biakan biasa negative,terutama
pada orang yang sudah mendapat pengobatan spesifik .Selain ini
darah tersebut harus langsung dikirim ke laboratorium. Waktu
pengambilan darah paling baik adalah saat demam tinggi pada
waktu bakterimia berlangsung.
(3) Saat pemeriksaan selama berjalan penyakit
Pada demam typoid biakan darah terhadap S.Typhi
terutama positif pada minggu pertama penyakit dan
berkurang  pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh
biakan bias positif lagi.
(4) Vaksinasi dimasa lampau
Vaksinasi terhadap demam typoid dimasa lampau
menimbulkan antibody dalam darah pasien. Antibodi ini dapat
menekan bakteriemia
c) Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan
antibody, aglutinin yang spesifik terhadap salmonella terdapat dalam
serum pasien demam typoid pada orang yang pernah ketularan
salmonella dan pada orang yang pernah divaksinasi terhadap demam
typoid.
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah laboratorium.Maksud uji
widal adalah menentukan adanya agglutinin dalam serum pasien yang
disangka menderita demam typoid.Akibat infeksi oleh S.Typhi, pasien
membuat anti bodi (aglutini), yaitu:
(1) Aglutinin O,yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal
dari tubuh kuman).
(2) Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagela
kuman).
(3) Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi (berasal sari simapi
kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosis. Mungkin tinggi titernya, mungkin
besar kemungkinan pasien menmderita demam typoid. Pada infeksi
yang aktif, titer uji widal akan meningkat pada pemeriksaan ulang
yang dilakukan selang paling sedikit 5 hari.
Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32, 1/64, 1/160, 1/320 ,
1/640. Peningkatan titer uji Widal 4x (selama 2-3 minggu): dinyatakan
(+). - Titer 1/160: masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah
ada kenaikan titer. Jika ada maka dinyatakan (+). Jika 1x pemeriksaan
langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada pasien
dengan gejala klinis khas.
6) Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
a) Perawatan

Penderita Thypoid perlu dirawat di Rumah Sakit untuk isolasi,


observasi dan pengobatan, penderita harus tirah baring sampai
minimal 7 hari, batas panas atau kurang lebih 14 hari. Mobilisasi
dilakukan sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien, penderita yang
kesadarannya menurun posisi tubuh harus diubah pada waktu-waktu
tertentu untuk menghindari komplikasi dekubitus, defekasi, dan miksi
perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi konstipasi dan retensi
urine.
b) Diet/ Terapi Diet

Yaitu penatalaksanaan diet penyakit Thypus Abdominalis dengan


tujuan:
(1) Memberi makanan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan yang
bertambah guna mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan
tubuh.
(2) Pemberian makanan yang cukup dan seimbang tidak merangsang
dan tidak memperberat kerja saluran pernafasan.
(3) Jika adanya peradangan pada usus halus, maka harus diberikan
secara hati-hati untuk menghindari rangasangan terutama dari
serat kasar. Penderita diberi bubur saring kemudian bubur kasar,
dan akhirnya diberi nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa pemberian makanan pada
dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran
dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada penderita
Thypoid.
c) Obat -Obatan
(1) Klorampenikol 4.500 mg selama 14 hari
(2) Limfenikol 3.300 mg
(3) Kotrimoxazol 12.480 mg selama 4 hari.
(4) Ampicillin dan Amoxillin 341 gr selama 14 hari.
(5) Obat-obatan anti piretik tidak perlu diberikan secara rutin pada
penderita Thypoid. Pada penderita toksik dapat diberikan
kortikosteroid oral atau parenteral dalam dosis yang menurun
secara bertahap selama 5 hari, hasil biasanya memuaskan.
Kesadaran penderita menjadi baik dan suhu tubuh cepat turun
sampai normal, akan tetapi kortikosteroid tidak boleh diberikan
tanpa indikasi karena dapat menyebabkan pendarahan intestinal.
7) Komplikasi
a) Komplikasi Intestinal
(1) Perdarahan Usus
Sekitar 25% penderita demam tifoid dapat mengalami
perdarahan minor yang tidak membutuhkan tranfusi darah.
Perdarahan hebat dapat terjadi hingga penderita mengalami syok.
Secara klinis perdarahan akut darurat bedah ditegakkan bila
terdapat perdarahan sebanyak 5 ml/kgBB/jam.
(2) Perforasi Usus
Biasanya timbul pada minggu ketiga namun dapat pula terjadi
pada minggu pertama. Penderita demam tifoid dengan perforasi
mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di daerah kuadran kanan
bawah yang kemudian meyebar ke seluruh perut. Tanda perforasi
lainnya adalah nadi cepat, tekanan darah turun dan bahkan sampai
syok.
b) Komplikasi Ekstraintestinal
(1)Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer (syok,
sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis;
(2)Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia, koaguolasi
intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hemolitik;
(3)Komplikasi paru: pneumoni, empiema, dan pleuritis;
(4)Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis;
(5)Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis;
(6)Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis.
(7)Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningismus, meningitis,
polineuritis perifer, psikosis, dan sindrom katatonia.
d) Pathway
b. Laporan Kasus Demam Thypoid
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. I

DENGAN HIPERTERMI BERHUBUNGAN DENGAN


PENINGKATAN METABOLISME TUBUH DI RUANG TALAGA
BODAS RS. TK. II DUSTIRA
PENGKAJIAN
1. Identitas
a) Identitas Pasien
1) Nama : Tn. I
2) No RM : 00577322
3) Usia : 23 Tahun
4) Status perkawinan : Menikah
5) Pekerjaan : Wiraswasta
6) Agama : Islam
7) Pendidikan : SMA
8) Suku : Sunda
9) Alamat rumah : Kadumulya
10) Sumber biaya : BPJS
11) Tanggal masuk RS : 25 Februari 2019
12) Diagnosa Medis : Demam Thypoid
b) Identitas Penanggungjawab
1) Nama : Ny. J
2) Umur : 19 Tahun
3) Hubungan dengan pasien : Istri
4) Pendidikan : SMA
5) Alamat : Kadumulya
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama

Klien mengeluh demam

b. Riwayat kesehatan saat pengkajian/ riwayat penyakit sekarang


(PQRST) :

Saat di lakukan pengkajian oleh perawat pada tanggal 26 Februari


2019 pukul 09.00 WIB, pasien mengeluh demam. Demam dirasakan
turun naik sejak seminggu yang lalu dan cenderung meningkat pada
malam hari dengan suhu 38̊C.

c. Riwayat kesehatan lalu

Pasien mengatakan belum pernah dirawat di RS sebelumnya.


Namun pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit maag. Pasien
punya alergi dingin yang dapat menyebabkan gatal-gatal pada kulit.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang mempunyai


penyakit turunan seperti Hipertensi, DM, Asma. keluarga pasien juga
tidak ada yang punya penyakit menular seperti TB, HIV, PMS dll.

e. Riwayat psikososial dan spiritual

1) Support sistem terdiri dari dukungan keluarga, lingkungan, fasilitas


kesehatan terhadap penyakitnya.
Pasien mengatakan dukungan dari keluarganya terutama
istrinya sangat baik.
2) Komunikasi terdiri dari pola i/nteraksi sosial sebelum dan saat sakit
Pasien mengatakan, sebelum di rawat di RS interaksi dengan
tetangga dan teman sangat baik.
3) Sistem nilai kepercayaan sebelum dan saat sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit, pasien selalu menjalankan
ibadah. Dan saat ini pasien selalu berdoa meminta kesembuhan.
f. Pola kebiasaan sehari-hari sebelum dan saat sakit

Kebiasaan Sebelum masuk Di RS


RS
1. Pola Nutrisi
a. Asupan Oral Oral
3x/hari
b. Frekuensi makan Baik dengan 3x/hari
c. Nafsu makan porsi 2 piring Kurang karena ada
penuh mual dengan porsi
setengah piring
Buah-buahan,
kue Buah-buahan yang
Tidak ada manis , kue
50 kg
d. Makanan tambahan Tidak ada
50 kg

e. Makanan alergi
f. Perubahan BB
dalam 3 bulan
terakhir
2. Pola Cairan
a. Asupan cairan Oral Oral
Air Mineral Air mineral
b. Jenis
Sering Sering
c. Frekuensi ± 2000cc/hari
± 2500cc/hari
d. Volume

3. Pola Eliminasi
BAK
a. Frekuensi 5-6 x/hari ±4x/hari
1.500 cc 1200cc
b. Jumlah output kekuningan Kuning Pekat
c. Warna Bau khas Bau khas
Tidak ada Tidak ada
d. Bau
e. Keluhan
BAB
a. Frekuensi 1x/ hari Belum BAB
Kecoklatan Belum BAB
b. Warna Normal Belum BAB
Lunak Belum BAB
c. Bau Tidak ada Belum BAB
d. Konsistensi
Tidak ada Tidak ada
e. Keluhan
f. Penggunaan obat
pencahar
4. Pola Personal Hygiene
a. Mandi 2x/hari Belum mandi selama
di RS
b. Oral higiene 2x/hari Belum pernah
c. Frekuensi Pagi, sore Belum pernah
2x /mgg Belum pernah
d. waktu
e. Cuci rambut
5. Pola istirahat dan tidur
a. Lama tidur 6-8 jam 8-10 jam
b. Waktu tidak tidur ± 2-4 jam
c. Siang siang ± 6 jam
6-8 jam
d. Malam
e. Kebiasaan sebelum Tidak ada Tidak ada.
tidur
Tidak ada Tidak ada
f. Penggunaan obat
tidur
Tidak ada Tidak ada
g. Kegiatan lain
h. Kesulitan dalam Nonton tv Tidak ada
tidur
i. Menjelang tidur Tidak ada Tidak ada
j. Sering terbangun
k. Merasa tidak
nyaman setelah
bangun tidur

6. Pola Aktivitas dan Latihan


a. Kegiatan dalam Tidak terkaji Tidak bekerja
pekerjaan
Tidak terkaji Tidak bekerja
b. Waktu bekerja Menonton tv Tidur
c. Kegiatan waktu
luang
Tidak ada Tidak ada
d. Keluhan dalam
beraktivitas Lari pagi Tidak Olahraga
e. Olah raga 2x dalam Tidak Olahraga
seminggu
f. Jenis
g. Frekuensi
Mandiri Mandiri
Mandiri Mandiri
h. Keterbatasan dalam Mandiri Mandiri
hal:
i. Mandi
j. Menggunakan
pakaian
k. Berhias
7. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
a. Merokok Tidak Tidak
Tidak Tidak
b. Frekuensi Tidak Tidak
c. Jumlah Tidak Tidak
Tidak Tidak
d. Lama pemakaian Tidak Tidak
e. Minuman keras Tidak Tidak
Tidak Tidak
f. Frekuensi
g. Jumlah
Tidak Tidak
h. Lama pemakaian
f. Ketergantungan
obat

b. Pengkajian Fisik
Kesadaran (GCS) : Composmetis, dengan nilai GCS 15 (E4M6V5)
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 82x/ menit
Respirasi rate : 20x/menit
Suhu : 38oC
TB/BB sebelum masuk RS dan saat di rawat di RS: 50 kg sebelum sakit,
50 kg saat di Rumah Sakit, TB: 165 cm
Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Ada keluhan pusing
Bentuk kepala bulat, lesi (-), hematoma (-), benjolan (-)
2) Rambut
Berwarna hitam dan putih, tampak kptor, penyebaran merata,
kerontokan (-), alopesia (-)
3) Mata
Simetris antara mata kanan dan mata kiri, kelopak mata utuh, alis
mata simetris kanan kiri, pupil isokor pada saat diberi cahaya, sklera
putih, konjungtiva anemis, test penglihatan baik di buktikan dengan
pasien dapat membaca nametag perawat dan jarak 1 meter.
4) Telinga
Simetris antara kanan dan kiri, tidak ada serumen, test pendengaran
baik, terbukti pada saat ditanya, pasien menjawab dengan baik tidak
kebingungan dan sesuai dengan pertanyaan.
5) Hidung
Simetris antara lubang kanan dan lubang kiri, sekresi cairan (-), tidak
terpasang O2, test penciuman baik.
6) Mulut
Warna mukosa pucat, simetris antara bibir atas dan bibir bawah,
tampak kering, stomatitis (-), sekresi dahak (-), palatum ada, test
pengecapan baik keadaan lida sedikit kotor.
7) Leher
Inspeksi: Pembengkakan (-), benjolan (-), pergerakan leher baik.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
8) Dada
Inspeksi: Bentuk datar, tidak adanya retraksi otot dada, payudara
simetris antara kanan kiri, aerola menonjol
Auskultasi: Suara jantung lup dup, suara paru-paru vesikuler
Perkusi: Suara jantung dullnes, suara paru-paru resonan
Palpasi: Jantung paru tidak adanya nyeri tekan
9) Abdomen
Ada keluhan nyeri perut
Inspeksi: bentuk perut datar. Bekas luka (-), distensi (-)
Auskultasi: bising usus 6x/menit
Perkusi: Suara lambung tympani, suara hepar dullnes
Palpasi: Nyeri tekan epigastrium dengan skala nyeri 2 (1-10)
10) Genital
Tidak ada keluhan, tidak terpasang folley keteter.
11) Ekstremitas
Atas: Simetris antara tangan kanan dan tangan kiri, tidak ada deformtias, CRT 2
detik, turgor kembali dalam 2 detik, terpasang infus di tangan kanan, tidak adanya
nyeri jika digerakan 5 5
Bawah: Simetris antara kaki kiri dan kaki kanan, tidak ada 5 5
deformitas, CRT 2 detik, turgor kulit kembali dalam 2 detik, nyeri
jika digerakan, kekuatan otot

PEMERIKSAN DAN PENATALAKSANAAN


1. Pemeriksaan laboratorium : (Lampiran hasil)
25 Februari 2019 16.50 WIB

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI KETERANGAN


NORMAL
Imunologi
Widal
s.Typhi O Negatif Negatif
s. Paratyphi AO Negatif Negatif
s. Paratyphi BO 1/320 Negatif
s. Paratyphi CO Negatif Negatif
s. Typhi H 1/160 Negatif
s. Paratyphi AH 1/60 Negatif
s. Paratyphi BH 1/160 Negatif
s. Paratyphi CH Negatif Negatif

26 Februari 2019 09.00 WIB


PEMERIKSAA HASIL SATUAN NILAI KETERANGAN
N NORMAL
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14.2 g/dl 13.0-18.0 Normal
Hematokrit 40.1 % 38.0-51.0 Normal
Eritrosit 4.9 10^6/uL 4.0-5.5 Normal
Leukosit 5.8 10^3/uL 4.0-10.0 Normal
Trombosit 177 10^3/uL 150-450 Normal
MCV,MCH,MCHC
MCV 81.5 fL 75.0-100.0 Normal
MCH 28.9 Pg 25.0-32.0 Normal
MCHC 35.4 g/dL 32.0-36.0 Normal
RDW 12.0 % 10.0-16.0 Normal
Hitung Jenis
Basofil 0.0 % 0-1 Normal
Eosinofil 0.0 % 1.0-4.0 Normal
Neutrofil 50.7 % 50.0-80.0 Normal
Segmen
Limfosit 30.1 % 25.0-50.0 Normal
Monosit 19.2 % 4.0-8.0 Tinggi
c. Penatalaksanaan medis
1. Jelaskan tindakan medis yang sudah dilakukan contohnya operasi,
pemasangan alat invasif, dll) :
Dilakukan pemasangan cairan infus RL (20tpm) untuk pemenuhan
nutrisi dan cairan pasien
2. Pemberian obat dan jelaskan nama, dosis, cara, rute dan tujuan. :
NAMA DOSIS CAR TUJUAN
A
Infus RL 20 tpm IV
Omperazole 2 x 40 ml IV Adalah obat yang mampu
menurunkan asm lambung
Paracetamol 3x500 mg Oral Salah satu obat yang masuk
kedalam golongan analgetik dan
antipiretik
Ofloxacin 2x200 mg IV Adalah obat dengan fungsi untuk
mengobati bergbagai infeksi
bakteri

F. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS: Makanan / minuman yang Hipertermi
- Pasien terkontaminasi bakteri salmonella
mengatakan thypii
demam sejak ↓
seminggu Masuk kedalam saluran cerna
yang lalu ↓
DO: Sebagian masuk kedalam usus halus
- Pasien tampak ↓
lemah Infeksi usus halus
- Pasien demam ↓
Tekanan darah Inflamasi
: 120/90 ↓
mmHg Pelepasan zat pirogen
Nadi :82x/ ↓
menit Beredar dalam darah
Respirasi rate: ↓
20x/menit Mempengaruhi pusat thermoregulasi
Suhu : 38oC di hipothalamus
- Hasil ↓
laboratorium Suhu meningkat
- Monosit 19,2 (38̊ C)
% (tinggi) ↓
HIPERTERMI
2 DS: Makanan / minuman yang Nyeri akut
- Klien terkontaminasi bakteri salmonella
mengeluh thypii
nyeri pada ↓
bagian perut Masuk kedalam saluran cerna
DO: ↓
Tekanan darah Sebagian masuk kedalam usus halus
: 120/90 ↓
mmHg Infeksi usus halus

Nadi : 82x/ ↓

menit Inflamasi

Respirasi rate :
Pembuluh limfe
20x/menit

Suhu : 36oC
Bakteri masuk ke aliran darah
Skala nyeri 2 (1-

10)
Nyeri tekan Masuk ke hati dan limfe dan
pada bagian berkembang
abdomen ↓

Keadaan Inflamasi pada hati dan limfa

umum : ↓
Hepatomegali / splenomegali

NYERI AKUT

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh
2. Nyeri akut berhubungan denga agen injuri biologis (bakteri salmonella
typus)
H. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Inisial Klien/Ruang : Tn. Ipan / Talaga bodas Kelompok :3
No. RM/Dx. Medis : 577322/Typoid

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN


TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Hipertermi berhubungan dengan TUPAN: 1. Pantau Tanda-tanda 1. Untuk mengetahui
peningkatan metabolisme tubuh Hipertermi teratasi Vital status suhu.
DS: TUPEN: 2. Ajarkan pasien/ 2. Agar keluarga dapat
- Pasien mengatakan demam Setelah dilakukan tindakan keluarga dalam mengerti dan mencegah
sejak seminggu yang lalu keperawatan selama 1x24 jam, mengukur suhu untuk dampak komplikasi
DO: suhu tubuh pasien menurun, mencegah dan
- Pasien tampak lemah dengan kriteria hasil: mengenali secara dini
- Pasien demam - Suhu: 36,5oC hipertermia
- Suhu: 38oC - Badan tidak panas lagi 3. Berikan kompres hangat 3. Daerah dahi, axila, dan
- Hasil laboratorium - Monosit normal pada daerah dahi, axila, lipatan paha merupakan
Monosit 19,2 % (tinggi) dan lipatan paha jaringan tipis dan
terdapat pembuluh
darah, sehingga proses
vasodilatasi pembuluh
darah lebih cepat
4. Anjurkan untuk 4. Pakaian yang tipis dapat
memakai pakaian tipis membantu mempercepat
dan dapat menyerap evavporasi
5. Mengganti cairan yang
5. Anjurkan banyak hilang selama proses
minum evaporasi
6. Paracetamol merupakan
6. Berikan Paracetamol obat antipiretik yang
sesuai indikasi atau bekerja sebagai
anjuran dokter pengatur kembali pusat
panas
2 Nyeri akut berhubungan dengan TUPAN: 1. Kaji ulang skala nyeri, 1. Perubahan pada
agen injuri biologis (bakteri Nyeri Hilang/ teratasi lokasi, lamanya, karakteristik nyeri
salmonella thypii) TUPEN: intensitas dan dapat menunjukkan
DS: Setelah dilakukan tindakan karakteristik nyeri penyebaran penyakit/
Klien mengeluh nyeri pada 1x24 jam, nyeri berkurang 2. Kaji ulang faktor yang terjadi komplikasi.
bagian perut dengan kriteria hasil meningkatkan nyeri dan 2. Dapat menunjukkan
DO: 1. Skala nyeri 1 (1-10) menurunkan nyeri. dengan tepat pencetus
Tekanan darah: 120/90 mmHg 2. Tidak ada nyeri tekan pada atau faktor yang
Nadi : 82x/ menit bagian abdomen memperberat (seperti
Respirasi rate : 20x/menit stress, tidak toleran
Suhu : 36oC terhadap makanan) atau
Skala nyeri 2 (1-10) mengidentifikasi
Nyeri tekan pada bagian terjadinya komplikasi,
abdomen serta membantu dalam
membuat diagnosis dan
3. Beri kompres hangat kebutuhan terapi.
pada daerah nyeri 3. Untuk menghilang
4. Kolaborasi dengan tim nyeri.
medis lainnya dalam 4. Analgetik dapat
pemberian obat membantu menurunkan
analgetik nyeri
I. MPLEMENTASI KEPERAWATAN
Inisial Klien/Ruang : Tn Ipan/ Talaga bodas Kelompok :3
No. RM/Dx. Medis : 577322/Typoid

NO DX. KEP HARI/TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


1 Hipertermi Selasa, 08.00 1. Memanantau Tanda- 1. Tekanan darah 120/80 mmHg
berhubungan 26-02-19 WIB tanda Vital Nadi 86x/ menit
dengan Dinas Respirasi 18x/menit
peningkatan pagi Suhu 39oC
metabolisme tubuh 09.00 2. Mengajarkan pasien/ 2. Pada jam 09.30 suhu turun
WIB keluarga dalam 38,5 oC
mengukur suhu untuk
mencegah dan mengenali
secara dini hipertermia
10.00 3. Memberikan kompres 3. Setelah di kompres suhu
WIB hangat pada daerah dahi, pasien 37 oC
ketiak, dan lipatan paha
10.10 4. Menganjurkan untuk 4. Klien telah mengganti dan
WIB memakai pakaian tipis berkeringat dengan memakai
dan dapat menyerap pakaian yang tipis

10.15 5. Menganjurkan untuk 5. Klien menghabiskan minum 2


WIB memberikan minum botol (1500) dalam 6 jam
sedikit tapi sering
13.00 6. Memberikan obat 6. Suhu pasien 36,7 oC
WIB paracetamol 2x500 tab
dan
15.00 7. Memberikan antibiotik 7. Tidak ada alergi terhadap
WIB ofloxacin 2x100g (IV) antibiotik ofloxacim
2 Nyeri akut Selasa , 08.00 1. Mengkaji ulang skala 1. Skala nyeri 2 (1-10) Dibagian
berhubungan denga 26-02-19 WIB nyeri, lokasi, lamanya, perut,
agen injuri biologis Dinas intensitas dan
(bakteri salmonella pagi karakteristik nyeri
thypii) 09.00 2. Mengkaji ulang faktor 2. Nyeri muncul ketika di tekan
WIB yang meningkatkan nyeri dan hilang jika posisi menekuk
dan menurunkan nyeri.
10.00 3. Memberikan kompres 3. klien merasakan nyeri sedikit
WIB hangat pada daerah nyeri berkurang
3 Hipertermi Selasa 14.30 1. Memanantau Tanda- 3. Tekanan darah 120/80 mmHg
berhubungan 26-02-19 WIB tanda Vital
dengan Dines Nadi 86x/ menit
peningkatan Siang 2. Memberikan kompres Respirasi 18x/menit
metabolisme tubuh 15.10 hangat pada daerah dahi, Suhu 39oC
WIB ketiak, dan lipatan paha 4. Setelah di kompres suhu
3. Menganjurkan untuk pasien 37 oC
memberikan minum
sedikit tapi sering 5. Klien menghabiskan minum 2
4. Memberikan obat dan botol (1500) dalam 6 jam
16.00 ofloxacin 2x100 g
6. Tidak ada alergi terhadap
WIB
antibiotik ofloxacim
4. Nyeri akut Selasa , 14.30 1. Mengkaji ulang skala 1. Skala nyeri 3 (1-10) dibagian
berhubungan denga 26-02-19 WIB nyeri, lokasi, lamanya, perut,
agen injuri biologis Dinas intensitas dan
(bakteri salmonella Siang karakteristik nyeri
thypii) 15.00 2. Mengkaji ulang faktor 2. Nyeri muncul ketika di tekan
WIB yang meningkatkan nyeri dan hilang jika posisi menekuk
dan menurunkan nyeri.
3. Memberikan kompres 3. klien merasakan nyeri sedikit
hangat pada daerah nyeri berkurang

5 Hipertermi Rabu, 08.00 1. Memanantau Tanda- 1. Tekanan darah 120/80 mmHg


berhubungan 27-02-19 WIB tanda Vital Nadi 86x/ menit
dengan Dinas Respirasi 18x/menit
peningkatan pagi Suhu 39oC
metabolisme tubuh 11.00 2. Mengajarkan pasien/ 2. Pada jam 12.30 suhu turun
WIB keluarga dalam 38,5 oC
mengukur suhu untuk
mencegah dan mengenali
secara dini hipertermia
15.10 3. Memberikan kompres 3. Setelah di kompres suhu
WIB hangat pada daerah dahi, pasien 37 oC
axila, dan lipatan paha
16.00 4. Menganjurkan untuk 4. Klien telah mengganti dan
WIB memakai pakaian tipis berkeringat dengan
dan dapat menyerap memakai pakaian yang
16.15 tipis
WIB 5. Menganjurkan untuk 5. Klien menghabiskan
memberikan minum minum 2 botol (1500)
17.00 sedikit tapi sering dalam 6 jam
WIB 6. Memberikan obat 6. Suhu pasien 36,7 oC
paracetamol 2x500 dan
ofloxim 2x100 g
6 Nyeri akut Rabu , 08.00 1. Mengkaji ulang skala 1. Skala nyeri 2 (1-10) Dibagian
berhubungan denga 27-02-19 WIB nyeri, lokasi, lamanya, perut,
agen injuri biologis Dinas intensitas dan
(bakteri salmonella pagi 08.30 karakteristik nyeri 2. Nyeri muncul ketika di tekan
thypii WIB 2. Mengkaji ulang faktor dan hilang jika posisi menekuk
yang meningkatkan nyeri
15.00 dan menurunkan nyeri 3. klien merasakan nyeri sedikit
WIB 3. Memberikan kompres berkurang
hangat pada daerah nyeri
7 Hipertermi Rabu 08.00 1. Memanantau Tanda- 1. Tekanan darah 120/80 mmHg
berhubungan 27-02-19 WIB tanda Vital Nadi 86x/ menit
dengan Dines Respirasi 18x/menit
peningkatan Siang Suhu 39oC
metabolisme tubuh 11.00 2. Mengajarkan pasien/ 2. Pada jam 09.30 suhu turun
WIB keluarga dalam 38,5 oC
mengukur suhu untuk
mencegah dan mengenali
secara dini hipertermia
15.10 3. Memberikan kompres 3. Setelah di kompres suhu
WIB hangat pada daerah dahi, pasien 37 oC
axila, dan lipatan paha
16.00 4. Menganjurkan untuk
WIB memakai pakaian tipis
4. Klien telah mengganti dan
dan dapat menyerap
berkeringat dengan memakai
pakaian yang tipis
16.15 5. Menganjurkan untuk
WIB memberikan minum
5. Klien menghabiskan minum 2
sedikit tapi sering
botol (1500) dalam 6 jam
17.00 6. Memberikan obat
WIB paracetamol 2x500 dan
6. Setelah diberikan pct Suhu
ofloxim 2x 200 mg
pasien 36,7 oC dan tidak ada
alergi terhadap antibiotik
ofloxacim
8 Nyeri akut Rabu, 1. Mengkaji ulang skala 1. Skala nyeri 2 (1-10) dibagian
berhubungan denga 27-02-19 nyeri, lokasi, lamanya, perut,
agen injuri biologis Dinas intensitas dan
(bakteri salmonella Siang karakteristik nyeri
thypii 2. Mengkaji ulang faktor 2. Nyeri muncul ketika di tekan
yang meningkatkan nyeri dan hilang jika posisi menekuk
dan menurunkan nyeri.
3. Memberikan kompres 3. klien merasakan nyeri sedikit
hangat pada daerah nyeri berkurang
9 Hipertermi Kamis, 08.00 1. Memanantau Tanda- 1. Tekanan darah 120/80 mmHg
berhubungan 28-02-19 WIB tanda Vital Nadi 86x/ menit
dengan Dinas Respirasi 18x/menit
peningkatan pagi Suhu 39oC
metabolisme tubuh 11.00 2. Pada jam 09.30 suhu turun
2. Mengajarkan pasien/
WIB 38,5 oC
keluarga dalam
mengukur suhu untuk
mencegah dan mengenali
secara dini hipertermia
15.10
WIB 3. Setelah di kompres suhu
3. Memberikan kompres
hangat pada daerah dahi, pasien 37 oC
16.00 axila, dan lipatan paha
WIB 4. Menganjurkan untuk 4. Klien telah mengganti dan
memakai pakaian tipis berkeringat dengan memakai
16.15 dan dapat menyerap pakaian yang tipis
WIB 5. Menganjurkan untuk
5. Klien menghabiskan minum 2
memberikan minum
botol (1500) dalam 6 jam
17.00 sedikit tapi sering
WIB 6. Memberikan obat
paracetamol 2x500 dan
6. Suhu pasien 36,7 oC dan tidak
ofloxim 2x200 mg
ada alergi terhadap antibiotik
ofloxacim
10 Nyeri akut Kamis , 08.00 1. Mengkaji ulang skala 1. Skala nyeri 2 (1-10) Dibagian
berhubungan denga 28-02-19 WIB nyeri, lokasi, lamanya, perut,
agen injuri biologis Dinas intensitas dan
(bakteri salmonella pagi karakteristik nyeri
thypii 2. Mengkaji ulang faktor
yang meningkatkan nyeri
08.30 dan menurunkan nyeri. 2. Nyeri muncul ketika di tekan
WIB 3. Memberikan kompres dan hilang jika posisi menekuk
hangat pada daerah nyeri
15.00 3. klien merasakan nyeri sedikit
WIB berkurang
11 Hipertermi Kamis 08.00 1. Memanantau Tanda- 1. Tekanan darah 120/80 mmHg
berhubungan 28-02-19 WIB tanda Vital Nadi 86x/ menit
dengan Dines Respirasi 18x/menit
peningkatan Siang Suhu 39oC
metabolisme tubuh 11.00 2. Mengajarkan pasien/ 2. Pada jam 09.30 suhu turun
WIB keluarga dalam 38,5 oC
mengukur suhu untuk
mencegah dan mengenali
secara dini hipertermia
15.10 3. Memberikan kompres 3. Setelah di kompres suhu
WIB hangat pada daerah dahi, pasien 37 oC
axila, dan lipatan paha

16.00 4. Menganjurkan untuk 4. Klien telah mengganti dan


WIB memakai pakaian tipis berkeringat dengan memakai
dan dapat menyerap pakaian yang tipis
16.15 5. Menganjurkan untuk 5. Klien menghabiskan minum 2
WIB memberikan minum botol (1500) dalam 6 jam
sedikit tapi sering
17.00 6. Memberikan obat 6. Suhu pasien 36,7 oC dan tidak
WIB paracetamol 2x500 dan ada alergi terhadap antibiotik
ofloxim 2x100 g ofloxacim
12 Nyeri akut Kamis, 1. Mengkaji ulang skala 1. Skala nyeri 1(1-10) dibagian
berhubungan denga 28-02-19 nyeri, lokasi, lamanya, perut,
agen injuri biologis Dinas intensitas dan
(bakteri salmonella Siang karakteristik nyeri
thypii 2. Mengkaji ulang faktor 2. Nyeri muncul ketika di tekan
yang meningkatkan nyeri dan hilang jika posisi menekuk
dan menurunkan nyeri.
3. Memberikan kompres 3. klien merasakan nyeri sedikit
hangat pada daerah nyeri berkurang

J. CATATAN PERKEMBANGAN
N DIAGNOSA HARI/TANGGAL/JAM EVALUASI (SOAP) PARAF
O
1 Hipertermi Selasa, 26-02-19 S : Klien mengatakan demam
berhubungan 13.30 WIB O : TD : 120/80 mmHg
dengan Suhu 38C
peningkatan Nadi 85x/menit
metabolisme tubuh Respirasi 17x/menit
A : Masalah hipertermi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I : Pantau Tanda-tanda Vital
1. Ajarkan pasien/ keluarga dalam mengukur suhu
untuk mencegah dan mengenali secara dini
hipertermia
2. Berikan kompres hangat pada daerah dahi, axila,
dan lipatan paha
3. Anjurkan untuk memakai pakaian tipis dan
dapat menyerap
4. Berikan minum sedikit tapi sering
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
antipeiretik dan antiinflamasi
2 Nyeri akut Selasa,26-02-19 S : Klien mengeluh nyeri pada bagian perut
berhubungan 13.30 WIB O : Nyeri tekan pada bagian abdomen
dengan agen injuri Skala nyeri 2 (1-10)
biologis (bakteri A : Nyeri belum teratasi
salmonella thypii P : Lanjutkan intervensi
I:
1. Kaji ulang skala nyeri, lokasi, lamanya, intensitas
dan karakteristik nyeri
2. Kaji ulang faktor yang meningkatkan nyeri dan
menurunkan nyeri.
3. Beri kompres hangat pada daerah nyeri
4. Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam
pemberian obat analgetik
3 Hipertermi Selasa, 26-02-19 S : Klien mengatakan demam
berhubungan 20.30 WIB O : TD : 120/80 mmHg
dengan Suhu 38̊C
peningkatan A : Masalah hipertermi belum teratasi
metabolisme tubuh P : lanjutkan intervensi
I:
1. Pantau Tanda-tanda Vital
2. Berikan kompres hangat pada daerah dahi, axila,
dan lipatan paha
3. Berikan minum sedikit tapi sering
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
antipeiretik dan antiinflamasi
4 Nyeri akut Selasa, 26-02-19 S : klien mengeluh nyeri pada bagian perut
berhubungan denga 20.30 WIB O : nyeri tekan pada bagian abdomen
agen injuri biologis Skala nyeri 2 (1-10)
(bakteri salmonella A : masalah nyeri belum teratasi
thypii P : lanjutkan intervensi
I:
1. Kaji ulang skala nyeri, lokasi, lamanya, intensitas
dan karakteristik nyeri
2. Kaji ulang faktor yang meningkatkan nyeri dan
menurunkan nyeri.
3. Beri kompres hangat pada daerah nyeri
4. 4.Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam
pemberian obat analgetik
5 Hipertermi Rabu, 27-02-19 S : Klien mengatakan masih demam
berhubungan 13.30 WIB O : TD : 120/80 mmHg
dengan Suhu 37,8̊C
peningkatan A : Masalah hipertermi belum teratasi
metabolisme tubuh P : lanjutkan intervensi
I:
1. Pantau Tanda-tanda Vital
2. Berikan kompres hangat pada daerah dahi, axila,
dan lipatan paha
3. Berikan minum sedikit tapi sering
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
antipeiretik dan antiinflamasi
6 Nyeri akut Rabu, 27-02-19 S : klien mengeluh nyeri pada bagian perut
berhubungan denga 13.30 WIB O : nyeri tekan pada bagian abdomen
agen injuri biologis Skala nyeri 2 (1-10)
(bakteri salmonella A : masalah nyeri belum teratasi
thypii P : lanjutkan intervensi
I:
1. Kaji ulang skala nyeri, lokasi, lamanya, intensitas
dan karakteristik nyeri
2. Kaji ulang faktor yang meningkatkan nyeri dan
menurunkan nyeri.
3. Beri kompres hangat pada daerah nyeri
4. Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam
pemberian obat analgetik
7 Hipertermi Rabu, 27-02-19 S : Klien mengatakan demam
berhubungan 20.30 WIB O : TD : 120/80 mmHg
dengan Suhu 38̊C
peningkatan A : Masalah hipertermi belum teratasi
metabolisme tubuh P : lanjutkan intervensi
I:
1. Pantau Tanda-tanda Vital
2. Berikan kompres hangat pada daerah dahi, axila,
dan lipatan paha
3. Berikan minum sedikit tapi sering
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
antipeiretik dan antiinflamasi
8 Nyeri akut Rabu, 27-02-19 S : klien mengeluh nyeri pada bagian perut
berhubungan denga 20.30 WIB O : nyeri tekan pada bagian abdomen
agen injuri biologis Skala nyeri 2 (1-10)
(bakteri salmonella A : masalah nyeri belum teratasi
thypii P : lanjutkan intervensi
I:
1. Kaji ulang skala nyeri, lokasi, lamanya, intensitas
dan karakteristik nyeri
2. Kaji ulang faktor yang meningkatkan nyeri dan
menurunkan nyeri.
3. Beri kompres hangat pada daerah nyeri
4. Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam
pemberian obat analgetik
9 Hipertermi Kamis, 28-02-19 S : Klien mengatakan sudah tidak demam
berhubungan 13.30 WIB O : TD : 120/80 mmHg
dengan Suhu 386,5C Nadi 80x/menit
peningkatan Respirasi 18x/menit
metabolisme tubuh A : Masalah hipertermi teratasi
P : Hentikan intervensi
10 Nyeri akut Kamis, 28-02-19 S : klien mengeluh nyeri pada bagian perut
berhubungan denga 13.30 WIB O : nyeri tekan pada bagian abdomen
agen injuri biologis Skala nyeri 1 (1-10)
(bakteri salmonella A : masalah nyeri teratasi
thypii) P : hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai