E
DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAN
BERHUBUNGAN DENGAN PENINGKATAN PRODUKSI
SEKERET DI RUANG RAWAT INAP RS PARU DR. H. A
ROTINSULU
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
1) Nama : Tn. Engkus
2) No RM : 128127
3) Usia : 58 tahun
4) Status perkawinan : Menikah
5) Pekerjaan : Swasta
6) Agama : Islam
7) Suku : Sunda
8) Alamat rumah : Komplek Neglasari RT 01/07
9) Sumber biaya : BPJS
10) Tanggal masuk RS : 25 Febuari 2019
11) Diagnosa Medis : Diabetes tipe II
b. Identitas Penanggungjawab
1) Nama : Tn. Dede Iskandar
2) Umur : 42 tahun
3) Hubungan dengan pasien : Anak
4) Pendidikan : SMA
5) Alamat : Komplek manada karang tanjung
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
f. Lingkungan
1. Rumah
Kebersihan:
Pasien mengatakan selalu menjaga kebersihan rumah
dengan baik.
Polusi :
Lokasi rumah pasien terjauh dari polusi udara maupun
polusi industri
2. Pekerjaan
Kebersihan:
Pasien mengatakan tempat kerja pasien terjaga kebersihannya,
tetapi klien mulai sakit sejak ditempat kerja yaitu dijakarta
Polusi :
Tempat kerja pasien berada disebuah tempat jahit dan tidak
ada polusi, hanya polusi udara dari jalan raya.
Parenteral
b. Jenis Air Mineral
Air Mineral &
10x/hari
c. Frekuensi 7x/hari
± 2500cc/hari
d. Volume ±2500cc/hari
3. Pola Eliminasi
BAK
a. Frekuensi ±8x/hari ±7x/hari
±2000cc/hari ±2000cc/hari
b. Jumlah output
Kuning Pekat… Kuning Pekat
c. Warna Bau khas Bau khas
e. Keluhan
BAB
a. Frekuensi 3x/hari 2x/hari
Coklat kekuningan Coklat kekuningan
b. Warna
Normal Normal
c. Bau Lunak Lunak
f. Penggunaan obat
pencahar
4. Insensible Water 15x 60/24= 37.5 15x59/24= 36.8
Loss cc/hari cc/hari
5. Pola Personal Hygiene
a. Mandi 3x/hari 1x/hari
b. Oral higiene
4x/hari 2x/hari
Frekuensi Pagi, siang, sore, Pagi, malam
c. Cuci rambut
6. Pola istirahat dan tidur
a. Lama tidur 8 Jam 10 Jam.
b. Waktu
2 Jam 2 jam
Siang 8 Jam 8 Jam
Malam
c. Kebiasaan sebelum
Tidak ada Tidak ada.
tidur
Merasa tidak
nyaman setelah
bangun tidur
f. Keterbatasan dalam
hal:
Mandi
Menggunakan
pakaian
Berhias
8. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
a. Merokok Tidak Tidak
Frekuensi
Lama pemakaian
b. Minuman keras
Frekuensi
Tidak Tidak
Jumlah
Lama pemakaian
c. Ketergantungan obat
3. Pengkajian Fisik
Kesadaran (GCS) : Composmentis dengan nilai gcs 15
E4,V5,M6
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 86x/ menit
Respirasi rate : 21x/menit
Suhu : 36,7oC
TB/BB sebelum masuk RS dan saat di rawat di RS : 60 Kg -59 Kg
Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Inspeksi : rambut berwarna agak keputihan, kulit kepala bersih,
penyebaran kurang merata Bentuk kepala bulat, tidak ada lesi, tidak
ada hematoma
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
b. Mata
Inspeksi : Simetris antara mata kanan dan mata kiri, kelopak mata
utuh, alis mata simetris kanan kiri, pupil isokor pada saat diberi
cahaya, sklera putih, kornea mengedip pada saat disentuh oleh kapas,
konjungtiva anemis, test penglihatan baik di buktikan dengan pasien
dapat membaca nametag perawat dan jarak 1 meter.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Telinga
Inspeksi : Simetris antara kanan dan kiri, adanya serumen, test
pendengaran baik, terbukti pada saat ditanya, pasien menjawab
dengan baik tidak kebingungan dan sesuai dengan pertanyaan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d. Hidun:
Inspeksi : Simetris antara lubang kanan dan lubang kiri, sekresi
cairan tidak ada, tidak terpasang o2, test penciuman baik.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada bagian sinus
e. Mulut
Inspeksi : Warna mukosa sedikit hitam, simetris antara bibir atas dan
bibir bawah, tampak kering, stomatitis tidak ada , tampak kotor, gigi
berwarna kuning, sekresi dahak tidak ada, palatum ada, test
pengecapan baik.
f. Leher
Inspeksi: Pembengkakan tidak ada, benjolan tidak ada, pergerakan
leher baik.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
g. Dada
Inspeksi : Bentuk datar, tidak adanya retraksi otot dada, payudara
simetris antara kanan kiri, aerola menonjol
Auskultasi : Suara jantung lup dup, suara paru-paru versikuler
Perkusi : Suara jantung dullnes, suara paru-paru resonan
Palpasi : Jantung paru tidak adanya nyeri tekan
h. Abdomen
Inspeksi : bentuk perut cembung, Tidak ada bekas luka,Tidak ada
distensi.
Auskultasi : bising usus 11x/m
Perkusi : Suara lambung tympani, suara hepar dullnes
Palpasi : Mengerang kesakitan ketika sedikit ditekan
i. Genital
Tidak ada keluhan, tidak terpasang folley keteter
j. Ekstremitas
Atas : Simetris antara tangan kanan dan tangan kiri, tidak ada deformtias, CRT 2
detik, turgor kembali dalam 2 detik, terpasang infus, tidak adanya nyeri jika
digerakan, kekuatan otot 5 5
4 4
Bawah : Simetris antara kaki kiri dan kaki kanan, tidak
ada deformitas, CRT 2 detik, turgor kulit kembali dalam 2 detik,
nyeri jika digerakan, kekuatan otot
pH 7.35-7.45
pCO2 mmHg 35.0—45.0
pO2 mmHg 80-105
Satuan Asam Basa
HCO3 mmol/L 22-26
tCO2 mmol/L 23.05-27.35
Standar BE-b mmol/L (-2)-(+2)
Saturasi O2 99.2 % 95-100 Normal
06.00
Glimepiride 1-0-0 diminum Oral 06.00 Untuk mengontrol kadar
gula darah yang tinggi
pada diabetes tipe II
Metformin 2x500 diminum Oral 06.00 Anti diabetes
12.00
18.00
Gluvas 1-0-0 Diminum Oral 06.00 Mengontrol gula darah
yang tinggi dan
membantu mencegah
kerusakan ginjal
A. ANALISA DATA
Analisa data
Resiko
ketidakstabilan
glukosa darah
Glukosa intrasel
menurun
Proses pembentukan
ATP/ energy
terganggu
Kelemahan
Intoleransi aktifitas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Disusun berdasarkan masalah keperawatan yang muncul dari hasil analisa
data. Diagnosa disusun berdasarkan prioritas masalah.
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
akumulasi sekret.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru.
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA PERENCANAAN
NO
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Ketidakefektifan bersihan Tujuan jangka panjang : 1. Kaji frekuensi 1. Mengetahui ada atau tidaknya
jalan nafas berhubungan bersihan jalan nafas pernafasan obstruksi jalan nafas
dengan peningkatan kembali efektif 2. Auskultasi bunyi nafas 2. Takipnea biasanya ada pada
akumulasi sekret beberapa derajat dan dapat
Tujuan jangka pendek : ditemukan pada saat adanya
Setelah dilakukan tindakan proses infeksi
keperawatan selama 3x24 3. Atur posisi semi fowler 3. Posisi semi fowler
jam, ketidakefektifan memberikan kesempatan paru-
bersihan jalan nafas paru berkembang secara
berkurang dengan kriteria maksimal akibat diafragma
hasil: turun ke bawah sehingga
1. RR : 22x/ menit dapat meningkatkan ekspansi
2. Suara nafas vesikuler paru
3. Sputum encer 4. Ajarkan tekhnik batuk 4. Ventilasi maksimal membuka
efektif lumen jalan nafas dan
4. Klien dapat
meningkatkan gerakan sekret
mengeluarkan dahak kedalam jalan nafas besar
untuk dikeluarkan
5. Lakukan kolaborasi 5. Pemberian bronchodilator
dengan dokter dalam melalui inhalasi akan langsung
pemberian obat menuju area bronkus yang
bronkhodilator dan sepasme sehingga lebih cepat
tindakan nebulizer. berdilatasi, menurunkan
kekentalan sekret, serta
membantu pengeluaran sekret.
2. Ketidakefektifan pola nafas Tujuan jangka panjang : 1. Observasi kemampuan 1. Mempengaruhi pilihan
berhubungan dengan pola nafas kembali efektif pasien untuk melakukan intervensi
penurunan ekspansi paru aktivitas normal, catat
Tujuan jangka pendek : laporan kelemahan,
Setelah dilakukan tindakan keletihan.
keperawatan selama 3x24
jam, ketidakefektifan pola 2. Observasi TTV 2. Manifestasi kardiopulmonal
nafas berkurang dengan dari upaya jantung dan oaru
kriteria hasil: untuk membawa, jumlah
1. Sesak berkurang oksigen ke jaringan.
2. RR : 22x/ menit 3. Berikan lingkungan yang 3. Meningkatkan istirahat untuk
3. Suara nafas vesikuler tenang menurunkan kebutuhan oksigen
4. Ubah posisi pasien dengan dalam tubuh
4. Tidak ada retraksi otot
perlahan dan pantau 4. Tensi yang rendah dan supali
dada terhadap pusing oksigen yang rendah dapat
menyebabkan pusing, dan
meningkatkan resiko cidera
D.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Intoleransi aktivitas Selasa, 26 10.05 1. Mengobservasi kemampuan pasien untuk S : klien mengatakan lemas
b.d kelemahan Febuari melakukan aktivitas normal, catat laporan O : kekuatan otot 4
umum 2019 kelemahan, keletihan. Masalah intoleransi belum
teratasi
Respon : Pasien masih kesulitan untuk
Dines Pagi 08.30 P: lanjutkan intervensi
beraktivitas normal dan kaki masih
1. Monitor level glukosa darah
mengalami kelmahan dengan kekuatan otot 4
10.15 2. Monitar tanda dan gejala
2. Memberikan lingkungan yang tenang
Respon : Lingkungan pasien sudah dengan hiperglikemia, poliuri,
kondisi yang tenang . kelemahan, malaise,
3. Mengubah posisi pasien dengan perlahan dan pandangan kabur, sakit
pantau terhadap pusing. kepala
Respon : Pasien mau mencoba untuk berubah 3. Monitor keton dalam urine
posisi secara bertahap. 4. Lakukan konsultasi dengan
dokter bila tanda
hiperglikemi memburuk atau
pasien
Ketidakstabilan Selasa, 26 09.00 1. Memonitor level glukosa darah S : klien mengatakan lemas
kadat gula darah Febuari
b.d hiperglikemi 2019 Respon : GDP :283 mg/Dl O : GDP 283 mg/dL
2. Memonitar tanda dan gejala hiperglikemia,
Dines Pagi poliuri, kelemahan, malaise, pandangan A : Masalah belum teratasi
09.30
kabur, sakit kepala
P : lanjutkan intervensi
Respon : Klien mengatakan lemah 1. Observasi kemampuan
3. Memonitor keton dalam urine pasien untuk melakukan
4. Melakukan konsultasi dengan dokter bila aktivitas normal, catat
tanda hiperglikemi memburuk atau pasien laporan kelemahan,
10.02
keletihan.
2. Berikan lingkungan yang
tenang
3. Ubah posisi pasien dengan
perlahan dan pantau terhadap
pusing
E. CATATAN PERKEMBANGAN
Dx. Kep Hari/Tgl/Jam SOAP Paraf
1. Ketidakstabilan Selasa , 26 S : klien mengatakan
kadar gula darah b.d Febuari 2019/ jam lemas
hiperglikemi 10.00 Wib O : GDP 283 mg/dL
A : Masalah belum
teratasi
P : lanjutkan
intervensi
1. Observasi
kemampuan pasien
untuk melakukan
aktivitas normal,
catat laporan
kelemahan,
keletihan.
2. Berikan
lingkungan yang
tenang
3. Ubah posisi pasien
dengan perlahan
dan pantau
terhadap pusing
2. Intoleransi aktivitas Selasa ,26 S : klien mengatakan
b.d kelemahan februari 2019/ jam lemas
umum 10.00 WIB O : kekuatan otot 4
Masalah intoleransi
belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
5. Monitor level
glukosa darah
6. Monitar tanda dan
gejala
hiperglikemia,
poliuri, kelemahan,
malaise,
pandangan kabur,
sakit kepala
7. Monitor keton
dalam urine
8. Lakukan konsultasi
dengan dokter bila
tanda hiperglikemi
memburuk atau
pasien
1. Ketidakstabilan Rabu, 27 Febuari S : klien mengatakan
kadar gula darah b.d 2019/ jam 14.00 lemas
hiperglikemi Wib O : GDP 283 mg/dL
A : Masalah belum
teratasi
P : lanjutkan
intervensi
1. Observasi
kemampuan pasien
untuk melakukan
aktivitas normal,
catat laporan
kelemahan,
keletihan.
2. Berikan
lingkungan yang
tenang
3. Ubah posisi pasien
dengan perlahan
dan pantau
terhadap pusing
2. Intoleransi aktivitas Rabu, 27 februari S : klien mengatakan
b.d kelemahan 2019/ jam 15.00 lemas
umum WIB O : kekuatan otot 4
Masalah intoleransi
belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Monitor level
glukosa darah
2. Monitar tanda dan
gejala
hiperglikemia,
poliuri, kelemahan,
malaise,
pandangan kabur,
sakit kepala
3. Monitor keton
dalam urine
4. Lakukan konsultasi
dengan dokter bila
tanda hiperglikemi
memburuk atau
pasien
1. Ketidakstabilan Kamis , 28 S : klien mengatakan
kadar gula darah b.d Febuari 2019/ jam lemas
hiperglikemi 07.00 Wib O : GDP 214 mg/dL
A : Masalah belum
teratasi
P : lanjutkan
intervensi, paien
pulang
1. Observasi
kemampuan pasien
untuk melakukan
aktivitas normal,
catat laporan
kelemahan,
keletihan.
2. Berikan
lingkungan yang
tenang
3. Ubah posisi pasien
dengan perlahan
dan pantau
terhadap pusing
2. Intoleransi aktivitas Kamis , 28 januari S : klien mengatakan
b.d kelemahan 2019/ jam 07.00 lemas
umum WIB O : kekuatan otot 4
Masalah intoleransi
belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Monitor level
glukosa darah
2. Monitar tanda dan
gejala
hiperglikemia,
poliuri, kelemahan,
malaise,
pandangan kabur,
sakit kepala
3. Monitor keton
dalam urine
4. Lakukan konsultasi
dengan dokter bila
tanda hiperglikemi
memburuk atau
pasien
pasien pulang
e. Makanan alergi
f. Perubahan BB
dalam 3 bulan
terakhir
2. Pola Cairan
a. Asupan cairan Oral Oral
Air Mineral Air mineral
b. Jenis
Sering Sering
c. Frekuensi ± 2000cc/hari
± 2500cc/hari
d. Volume
3. Pola Eliminasi
BAK
a. Frekuensi 5-6 x/hari ±4x/hari
1.500 cc 1200cc
b. Jumlah output kekuningan Kuning Pekat
c. Warna Bau khas Bau khas
Tidak ada Tidak ada
d. Bau
e. Keluhan
BAB
a. Frekuensi 1x/ hari Belum BAB
Kecoklatan Belum BAB
b. Warna Normal Belum BAB
Lunak Belum BAB
c. Bau Tidak ada Belum BAB
d. Konsistensi
Tidak ada Tidak ada
e. Keluhan
f. Penggunaan obat
pencahar
4. Pola Personal Hygiene
a. Mandi 2x/hari Belum mandi selama
di RS
b. Oral higiene 2x/hari Belum pernah
c. Frekuensi Pagi, sore Belum pernah
2x /mgg Belum pernah
d. waktu
e. Cuci rambut
5. Pola istirahat dan tidur
a. Lama tidur 6-8 jam 8-10 jam
b. Waktu tidak tidur ± 2-4 jam
c. Siang siang ± 6 jam
6-8 jam
d. Malam
e. Kebiasaan sebelum Tidak ada Tidak ada.
tidur
Tidak ada Tidak ada
f. Penggunaan obat
tidur
Tidak ada Tidak ada
g. Kegiatan lain
h. Kesulitan dalam Nonton tv Tidak ada
tidur
i. Menjelang tidur Tidak ada Tidak ada
j. Sering terbangun
k. Merasa tidak
nyaman setelah
bangun tidur
b. Pengkajian Fisik
Kesadaran (GCS) : Composmetis, dengan nilai GCS 15 (E4M6V5)
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 82x/ menit
Respirasi rate : 20x/menit
Suhu : 38oC
TB/BB sebelum masuk RS dan saat di rawat di RS: 50 kg sebelum sakit,
50 kg saat di Rumah Sakit, TB: 165 cm
Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Ada keluhan pusing
Bentuk kepala bulat, lesi (-), hematoma (-), benjolan (-)
2) Rambut
Berwarna hitam dan putih, tampak kptor, penyebaran merata,
kerontokan (-), alopesia (-)
3) Mata
Simetris antara mata kanan dan mata kiri, kelopak mata utuh, alis
mata simetris kanan kiri, pupil isokor pada saat diberi cahaya, sklera
putih, konjungtiva anemis, test penglihatan baik di buktikan dengan
pasien dapat membaca nametag perawat dan jarak 1 meter.
4) Telinga
Simetris antara kanan dan kiri, tidak ada serumen, test pendengaran
baik, terbukti pada saat ditanya, pasien menjawab dengan baik tidak
kebingungan dan sesuai dengan pertanyaan.
5) Hidung
Simetris antara lubang kanan dan lubang kiri, sekresi cairan (-), tidak
terpasang O2, test penciuman baik.
6) Mulut
Warna mukosa pucat, simetris antara bibir atas dan bibir bawah,
tampak kering, stomatitis (-), sekresi dahak (-), palatum ada, test
pengecapan baik keadaan lida sedikit kotor.
7) Leher
Inspeksi: Pembengkakan (-), benjolan (-), pergerakan leher baik.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
8) Dada
Inspeksi: Bentuk datar, tidak adanya retraksi otot dada, payudara
simetris antara kanan kiri, aerola menonjol
Auskultasi: Suara jantung lup dup, suara paru-paru vesikuler
Perkusi: Suara jantung dullnes, suara paru-paru resonan
Palpasi: Jantung paru tidak adanya nyeri tekan
9) Abdomen
Ada keluhan nyeri perut
Inspeksi: bentuk perut datar. Bekas luka (-), distensi (-)
Auskultasi: bising usus 6x/menit
Perkusi: Suara lambung tympani, suara hepar dullnes
Palpasi: Nyeri tekan epigastrium dengan skala nyeri 2 (1-10)
10) Genital
Tidak ada keluhan, tidak terpasang folley keteter.
11) Ekstremitas
Atas: Simetris antara tangan kanan dan tangan kiri, tidak ada deformtias, CRT 2
detik, turgor kembali dalam 2 detik, terpasang infus di tangan kanan, tidak adanya
nyeri jika digerakan 5 5
Bawah: Simetris antara kaki kiri dan kaki kanan, tidak ada 5 5
deformitas, CRT 2 detik, turgor kulit kembali dalam 2 detik, nyeri
jika digerakan, kekuatan otot
F. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS: Makanan / minuman yang Hipertermi
- Pasien terkontaminasi bakteri salmonella
mengatakan thypii
demam sejak ↓
seminggu Masuk kedalam saluran cerna
yang lalu ↓
DO: Sebagian masuk kedalam usus halus
- Pasien tampak ↓
lemah Infeksi usus halus
- Pasien demam ↓
Tekanan darah Inflamasi
: 120/90 ↓
mmHg Pelepasan zat pirogen
Nadi :82x/ ↓
menit Beredar dalam darah
Respirasi rate: ↓
20x/menit Mempengaruhi pusat thermoregulasi
Suhu : 38oC di hipothalamus
- Hasil ↓
laboratorium Suhu meningkat
- Monosit 19,2 (38̊ C)
% (tinggi) ↓
HIPERTERMI
2 DS: Makanan / minuman yang Nyeri akut
- Klien terkontaminasi bakteri salmonella
mengeluh thypii
nyeri pada ↓
bagian perut Masuk kedalam saluran cerna
DO: ↓
Tekanan darah Sebagian masuk kedalam usus halus
: 120/90 ↓
mmHg Infeksi usus halus
Nadi : 82x/ ↓
menit Inflamasi
↓
Respirasi rate :
Pembuluh limfe
20x/menit
↓
Suhu : 36oC
Bakteri masuk ke aliran darah
Skala nyeri 2 (1-
↓
10)
Nyeri tekan Masuk ke hati dan limfe dan
pada bagian berkembang
abdomen ↓
umum : ↓
Hepatomegali / splenomegali
↓
NYERI AKUT
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh
2. Nyeri akut berhubungan denga agen injuri biologis (bakteri salmonella
typus)
H. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Inisial Klien/Ruang : Tn. Ipan / Talaga bodas Kelompok :3
No. RM/Dx. Medis : 577322/Typoid
J. CATATAN PERKEMBANGAN
N DIAGNOSA HARI/TANGGAL/JAM EVALUASI (SOAP) PARAF
O
1 Hipertermi Selasa, 26-02-19 S : Klien mengatakan demam
berhubungan 13.30 WIB O : TD : 120/80 mmHg
dengan Suhu 38C
peningkatan Nadi 85x/menit
metabolisme tubuh Respirasi 17x/menit
A : Masalah hipertermi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I : Pantau Tanda-tanda Vital
1. Ajarkan pasien/ keluarga dalam mengukur suhu
untuk mencegah dan mengenali secara dini
hipertermia
2. Berikan kompres hangat pada daerah dahi, axila,
dan lipatan paha
3. Anjurkan untuk memakai pakaian tipis dan
dapat menyerap
4. Berikan minum sedikit tapi sering
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
antipeiretik dan antiinflamasi
2 Nyeri akut Selasa,26-02-19 S : Klien mengeluh nyeri pada bagian perut
berhubungan 13.30 WIB O : Nyeri tekan pada bagian abdomen
dengan agen injuri Skala nyeri 2 (1-10)
biologis (bakteri A : Nyeri belum teratasi
salmonella thypii P : Lanjutkan intervensi
I:
1. Kaji ulang skala nyeri, lokasi, lamanya, intensitas
dan karakteristik nyeri
2. Kaji ulang faktor yang meningkatkan nyeri dan
menurunkan nyeri.
3. Beri kompres hangat pada daerah nyeri
4. Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam
pemberian obat analgetik
3 Hipertermi Selasa, 26-02-19 S : Klien mengatakan demam
berhubungan 20.30 WIB O : TD : 120/80 mmHg
dengan Suhu 38̊C
peningkatan A : Masalah hipertermi belum teratasi
metabolisme tubuh P : lanjutkan intervensi
I:
1. Pantau Tanda-tanda Vital
2. Berikan kompres hangat pada daerah dahi, axila,
dan lipatan paha
3. Berikan minum sedikit tapi sering
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
antipeiretik dan antiinflamasi
4 Nyeri akut Selasa, 26-02-19 S : klien mengeluh nyeri pada bagian perut
berhubungan denga 20.30 WIB O : nyeri tekan pada bagian abdomen
agen injuri biologis Skala nyeri 2 (1-10)
(bakteri salmonella A : masalah nyeri belum teratasi
thypii P : lanjutkan intervensi
I:
1. Kaji ulang skala nyeri, lokasi, lamanya, intensitas
dan karakteristik nyeri
2. Kaji ulang faktor yang meningkatkan nyeri dan
menurunkan nyeri.
3. Beri kompres hangat pada daerah nyeri
4. 4.Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam
pemberian obat analgetik
5 Hipertermi Rabu, 27-02-19 S : Klien mengatakan masih demam
berhubungan 13.30 WIB O : TD : 120/80 mmHg
dengan Suhu 37,8̊C
peningkatan A : Masalah hipertermi belum teratasi
metabolisme tubuh P : lanjutkan intervensi
I:
1. Pantau Tanda-tanda Vital
2. Berikan kompres hangat pada daerah dahi, axila,
dan lipatan paha
3. Berikan minum sedikit tapi sering
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
antipeiretik dan antiinflamasi
6 Nyeri akut Rabu, 27-02-19 S : klien mengeluh nyeri pada bagian perut
berhubungan denga 13.30 WIB O : nyeri tekan pada bagian abdomen
agen injuri biologis Skala nyeri 2 (1-10)
(bakteri salmonella A : masalah nyeri belum teratasi
thypii P : lanjutkan intervensi
I:
1. Kaji ulang skala nyeri, lokasi, lamanya, intensitas
dan karakteristik nyeri
2. Kaji ulang faktor yang meningkatkan nyeri dan
menurunkan nyeri.
3. Beri kompres hangat pada daerah nyeri
4. Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam
pemberian obat analgetik
7 Hipertermi Rabu, 27-02-19 S : Klien mengatakan demam
berhubungan 20.30 WIB O : TD : 120/80 mmHg
dengan Suhu 38̊C
peningkatan A : Masalah hipertermi belum teratasi
metabolisme tubuh P : lanjutkan intervensi
I:
1. Pantau Tanda-tanda Vital
2. Berikan kompres hangat pada daerah dahi, axila,
dan lipatan paha
3. Berikan minum sedikit tapi sering
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
antipeiretik dan antiinflamasi
8 Nyeri akut Rabu, 27-02-19 S : klien mengeluh nyeri pada bagian perut
berhubungan denga 20.30 WIB O : nyeri tekan pada bagian abdomen
agen injuri biologis Skala nyeri 2 (1-10)
(bakteri salmonella A : masalah nyeri belum teratasi
thypii P : lanjutkan intervensi
I:
1. Kaji ulang skala nyeri, lokasi, lamanya, intensitas
dan karakteristik nyeri
2. Kaji ulang faktor yang meningkatkan nyeri dan
menurunkan nyeri.
3. Beri kompres hangat pada daerah nyeri
4. Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam
pemberian obat analgetik
9 Hipertermi Kamis, 28-02-19 S : Klien mengatakan sudah tidak demam
berhubungan 13.30 WIB O : TD : 120/80 mmHg
dengan Suhu 386,5C Nadi 80x/menit
peningkatan Respirasi 18x/menit
metabolisme tubuh A : Masalah hipertermi teratasi
P : Hentikan intervensi
10 Nyeri akut Kamis, 28-02-19 S : klien mengeluh nyeri pada bagian perut
berhubungan denga 13.30 WIB O : nyeri tekan pada bagian abdomen
agen injuri biologis Skala nyeri 1 (1-10)
(bakteri salmonella A : masalah nyeri teratasi
thypii) P : hentikan intervensi