Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

“HIPERTERMI”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Anak


di UPT Puskesmas Ibrahim Adji Kota Bandung

Disusun oleh:
Aam Amelia
4006190047

PROGRAM PROFESI NERS

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

DHARMA HUSADA BANDUNG

2019
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTERMI
I. DEFINISI
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi
panas. Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan
panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi
peningkatan suhu tubuh. Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 39°C. Selain
adanya tanda klinis, penentuan hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu
pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal
individu tersebut (Potter & Perry,2010).
Sedangkan menurut Dorland (2006) hipertemia/febris/demam adalah
peningkatan suhu tubuh diatas normal. Hal ini dapat diakibatkan oleh stress
fisiologik seperti ovulasi, sekresi hormon thyroid berlebihan, olahraga berat, sampai
lesi sistem syaraf pusat atau infeksi oleh mikroorganisme atau ada penjamu proses
noninfeksi seperti radang atau pelepasan bahan-bahan tertentu seperti leukimia.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hipertemia adalah
keadaan dimana suhu tubuh meningkat diatas rentang normal dan tubuh tidak
mampu untuk menghilangkan panas atau mengurangi produksi panas. Rentang
normalnya suhu tubuh anak berkisar antara 36,5-37,5°C.

II. ETIOLOGI
Hipertemi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek
perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam yang
disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa protein, dan zat lain. Terutama toksin
polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksi/pirogen yang dihasilkan dari degenerasi
jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Faktor penyebabnya:
A. Dehidrasi
B. Penyakit atau trauma
C. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
D. Pakaian yang tidak layak
E. Kecepatan metaolisme meningkat
F. Pengobatan/ anesthesia
G. Terpajan pada lingkungan pada lingkungan panas (jangka panjang)
H. Aktivitas yang berlebihan.

III. MANIFESTASI KLINIS


A. Suhu tinggi 37,8 °C (100 °F) per oral atau 38,8 °C (101 °F)
B. Takikardia
C. Hangat pada sentuhan
D. Mengigil
E. Dehidrasi
F. Kehilangan nafsu makan
G. Pernafasan cepat
H. Mukosa bibir kering.

IV. PATOFISIOLOGI
Substansi yang menyebabkan deman disebut pirogen dan berasal baik dari
oksigen maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah mikroorganisme atau
toksik, pirogen endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel penjamu
terutama monosit, makrofag, pirogen memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam
pada tingkat termoregulasi di hipotalamus.
Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan engarah pada meningkatnya
kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan dan elektrolit dibutuhkan dalam
metabolisme di otak untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus
anterior.
Apabila seseorang kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), maka elektrolit-
elektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang padahal dalam proses metabolisme
di hipotalamus anterior membutuhkan elektrolit tersebut, sehingga kekurangan caiaran
elektrolit mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior dalam mempertahankan
keseimbangan termoregulasi dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu tubuh.

V. PATHWAY

VI. PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan Medis
1. Beri obat penurun panas seperti paracetamol,asetaminofen
B. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Observasi keadaan umum pasien
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis
4. Anjurkan pasien banyak minum
5. Anjurkan pasien banyak istirahat
6. Beri kompres hangat dibeberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan
paha, leher bagian belakang
7. Beri Health Education ke pasien dan keluarganya mengenai pengertian,
penanganan,dan terapi yang diberikan tentang penyakitnya.

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. Pemeriksaan Laboraturium
1. Pemeriksaan darah lengkap: mengidentifikasi kemungkinan terjadinya resiko
infeksi
2. Pemeriksan urine
3. Uji widal: suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien
hypoid
4. Pemeriksan elektrolit: Na, K, Cl
5. Iji tourniquet.

VIII. ASUHAN KEPERAWATAN

IX. ANALISA DATA

No Data Masalah

DS : Gangguan persepsi sensori:


 Klien mengatakan mendengar sesuatu halusinasi
 Klien mengatakan melihat bayangan putih
 Klien mengatak dirinya seperti disengat
listrik
 Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap,
seperti feses.
 Klien mengatakan kepalanya melayang di
udara
 Klien mengatakan dirinya merasakan ada
sesuatu yang berebda pada dirinya

DO:
 Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri
saat dikaji
 Tidak dapat membedakan hal yang nyata
dan yang mistis
 Tidak dapat memusatkan konsentrasi
 Pembicaraan kacaw terkadang tidak masuk
akal
X. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
XI. RENCANA TINDAKAN KEPERAWAT

Tgl Diagnosa Perencanaan

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Gangguan Pasien mampu: Setelah 4 pertemuan SP 1


persepsi  Mengenali pasien dapat  Bantu pasien
sensori: halusinasi yang menyebutkan: mengenal
Halusinasi dialaminya  Isi, waktu, halusinasinya
 Mengontrol frekuensi, situasi  Latih mengontrol
halusinasinya pencetus, halusinasi dengan
 Mengikuti perasaan cara menghardik
program  Mampu  Masukan dalam
pengobatan memperagakan jadwal harian pasien
secara optimal cara dalam
mengontrol
haluasinasi
Setelah 4 pertemuan SP 2
pasien dapat mampu:  Evaluasi SP 1
 Menyebutkan  Latih berbicara atau
kegiatan yang bercakap-cakap
sudah dilakukan dengan orang lain
 Memperagakan saat halusinasi
cara bercakap- muncul
cakap dengan  Masukan dalam
orang lain jadwal harian pasien
Setelah 4 pertemuan SP 3
pasien dapat mampu:  Evaluasi SP 1&2
 Menyebutkan  Lakukan kegiatan
kegiatan yang agar halusinasi tidak
sudah dilakukan muncul
 Membuat jadwal  Latih pasien
kegiatan sehari- melakukan aktivitas
hari dan  Masukkan dalam
memperagakanya jadwal harian pasien
Setelah 4 pertemuan SP 4
pasien dapat mampu:  Evaluasi SP 1-3
 Menyebutkan  Tanyakan program
kegiatan yang pengobatan
sudah dilakukan  Jelaskan pentingnya
 Menyebutkan penggunaan obat
manfaat dari pada gangguan jiwa
pengobatan  Jelaskan akibat bila
tidak digunakan
sesuai program
 Jelaskan apabila
putus obat
 Jelaskan bagaimana
mendapatkan
obat/berobat
 Jelaskan pengobatan
(5B)
 Latih pasien minum
obat
 Masukkan dalam
jadwal harian
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Attas, Andi Wahyuningsih. 2012. “Pengelolaan Pasien Pasca Henti Jantung di


Intensive Care Unit”.Jakarta: Jurnal Majalah Kedokteran Terapi
Intensif. Vol, 2 No,2:94-98

Doegoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Dorland, W.A.N. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Alih Bahasa:
Huriwati Hartanto. Jakarta: EGC

Isfarida, Eka. 2010. “Fisiologi Manusia: Hipotermi dan Hipertermi”. Skripsi.


Pendidikan MIPA. Palembang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universias Muhammadiyah Palembang

Potter dan Perry. 2010. Fundamental Keperawatan buku 3 edisi 7. Jakarta:


Salemba Medika

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: NIC dan


NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai