Oleh :
HANA MARSHADITA YOWANDA SARI
NIM : P27820720093
NIM : P27820720093
Mengetahui,
Kepala Ruangan
5. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis yang dapat dijumpai pada pasien dengan kejang demam
diantaranya adalah suhu tubuh mencapai >38⁰C, anak sering hilang kesadaran
saat kejang, mata melotot, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak
berguncang (gejala kejang bergantung pada jenis kejang), kulit pucat dan
membiru, akral dingin, kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan – gerakan
kejut yang kuat dan kejang – kejang selama 5 menit, intensitas waktu saat
kejang juga sangat bervariasi dari beberapa detik sampai puluhan menit, bola
mata terbalik keatas, gigi terkatup dan muntah, (Purnama Dewi et al., 2019).
(2)
6. Penatalaksanaan
Menurut (Marwan, 2018), Dalam penanggulangan kejang demam ada
beberapa faktor yang perlu dikerjakan yaitu:
1. Penatalaksanaan Medis
a. Memberantas kejang secepat mungkin
Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus (kejang), obat
pilihan utama yang diberikan adalah diazepam yang diberikan secara
intravena. Dosis yang diberikan pada pasien kejang disesuaikan
dengan berat badan, kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kgBB dengan
minimal dalam spuit 7,5 mg dan untuk BB diatas 20 kg 0,5 mg/KgBB.
Biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0,3 mg /kgBB/kali dengan
maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg
pada anak yang lebih besar. Setelah disuntikan pertama secara
intravena ditunggu 15 menit, bila masih kejang diulangi suntikan
kedua dengan dosis yang sama juga melalui intravena. Setelah 15
menit pemberian suntikan kedua masih kejang, diberikan suntikan
ketiga denagn dosis yang sama juga akan tetapi pemberiannya secara
intramuskular, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga
berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara
intravena. Efek samping dari pemberian diazepan adalah mengantuk,
hipotensi, penekanan pusat pernapasan. Pemberian diazepan melalui
intravena pada anak yang kejang seringkali menyulitkan, cara
pemberian yang mudah dan efektif adalah melalui rektum. Dosis yang
diberikan sesuai dengan berat badan ialah berat badan dengan kurang
dari 10 kg dosis yang diberikan sebesar 5 mg, berat lebih dari 10 kg
diberikan 10 mg. Obat pilihan pertama untuk menanggulangi kejang
atau status konvulsivus yang dipilih oleh para ahli adalah
difenilhidantion karena tidak mengganggu kesadaran dan tidak
menekan pusat pernapasan, tetapi dapat mengganggu frekuensi irama
jantung.
b. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan pengobatan
penunjang yaitu semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya
miring untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan agar jalan
napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen. Fungsi vital seperti
kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan dan fungsi jantung diawasi
secara ketat. Untuk cairan intravena sebaiknya diberikan dengan
dipantau untuk kelainan metabolik dan elektrolit. Obat untuk hibernasi
adalah klorpromazi 2-. Untuk mencegah edema otak diberikan
kortikorsteroid dengan dosis 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
atau sebaiknya glukokortikoid misalnya dexametason 0,5-1 ampul
setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
c. Memberikan pengobatan rumat
Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan rumat. Daya kerja
diazepan sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah
disuntikan, oleh karena itu harus diberikan obat antiepileptik dengan
daya kerja lebih lama. Lanjutan pengobatan rumat tergantung daripada
keadaan pasien. Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu
pengobatan profilaksis intermiten dan pengobatan profilaksis jangka
panjang.
d. Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang diprovokasi
oleh demam biasanya adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis
media akut. Pemberian antibiotik yang adekuat perlu untuk mengobati
penyakit tersebut. Secara akademis pasien kejang demam yang datang
untuk pertama kali sebaliknya dilakukan pungsi lumbal untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya faktor infeksi didalam otak
misalnya meningitis. (3)
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pengobatan fase akut
1) Airway Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan
dan pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau bila ada
guedel lebih baik, Singkirkan benda-benda yang ada disekitar
pasien, lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan, berikan
O2 boleh sampai 4 L/ mnt.
2) Breathing : Isap lendir sampai bersih
3) Circulation bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara
intensif, setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat
( berbeda dengan pasien tetanus yang jika kejang tetap sadar). Jika
dengan tindakan ini kejang tidak segera berhenti, hubungi dokter
apakah perlu pemberian obat penenang.
b. Pencegahan kejang berulang
1) Segera berikan diazepam intravena, dosis rata-rata 0,3mg/kgBB
atau diazepam rektal. Jika kejang tidak berhenti tunggu 15 menit
dapat diulang dengan dengan dosis dan cara yang sama.
2) Bila diazepam tidak tersedia, langung dipakai fenobarbital dengan
dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan pengobatan rumah.
(2)
PATHWAY
Hospitalisasi
Ansietas
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
1. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data melalui wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik pada sasaran yang dituju, selain itu pengumpulan data dapat
diperoleh dari klien,keluarga,tenaga kesehatan, catatan medis, medical recod
dan literature. Hal-hal yang dibagi pada klien antara lain:
1) Identitas
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, agama, nama orang tua, pekerjaan orang
tua, penghasilan orang tua., mengatakan kebanyakan serangan kejang
demam terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum 3 tahun dengan
peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari
18 bulan (Rasyid et al., 2019). (1)
2) Keluhan Utama
Biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38,0⁰C, pasien
mengalami kejang dan bahkan pada pasien dengan kejang demam
kompleks biasanya mengalami penurunan kesadaran (Supriyanto, 2018).
(1)
3) Upaya yang telah dilakukan
Berisi upaya pengobatan untuk klien yang dilakukan oleh keluarga klien
sebelum dibawa ke rumah sakit. (1)
4) Terapi atau operasi yang pernah dilakukan
Berisi data klien apabila klien pernah melakukan terapi atau operasi
sebelum menderita penyakit kejang demam. (1)
5) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya terasa panas, nafsu
makan anaknya berkurang, lama terjadinya kejang biasanya tergantung
pada jenis kejang demam yang dialami anak (Windawati & Alfiyanti,
2020). (1)
6) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat perkembangan anak : biasanya pada pasien dengan kejang demam
kompleks mengalami gangguan keterlambatan perkembangan dan
intelegensi pada anak serta mengalami kelemahan pada anggota gerak
(hemifarise).
Riwayat imunisasi : Biasanya anak dengan riwayat imunisasi tidak
lengkap rentan tertular penyakit infeksi atau virus seperti virus influenza.
Riwayat nutrisi : Saat sakit, biasanya anak mengalami penurunan nafsu
makan karena mual dan muntahnya (Rasyid et al., 2019). (1)
Analisis Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status, kesehatan
klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan
hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data
tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap
klien.
Tipe Data :
a) Data Subjektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya.
Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustasi, mual,
perasaan malu.
b) Data objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca
indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya
frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat
kesadaran. (3)
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan assesment dan respons yang diberikan oleh pasien, sebagian
besar diagnosis keperawatan yang sering muncul dalam kejang demam pada
anak adalah (SDKI, 2018) :
1) Resiko cidera (D.0136) b.d kegagalan mekanisme pertahanan tubuh,
perubahan kesadaran, kehilangan koordinasi otot.
2) Hipertermi (D.0130) b.d proses penyakit, dehidrasi, aktivitas berlebihan,
peningkatan laju metabolisme.
3) Ansietas (D.0080) berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
4) Resiko hipovolemia (D. 0034) b.d kegagalan mekanisme regulasi,
kekurangan intake cairan, kehilangan cairan aktif. (4)
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan yang dipilih
untuk membantu klien dalam mencapai hasil dan tujuan yang. Menurut Tim
pokja SIKI DPP PPNI (2018), perencanaan keperawatan pada kasus Kejang
Demam yaitu:
a. Diagnosa 1 : Resiko cidera (D.0136) b.d kegagalan mekanisme
pertahanan tubuh, perubahan kesadaran, kehilangan koordinasi otot.
Kriteria hasil : Tingkat Cedera menurun (L.14136)
Toleransi aktivitas meningkat, kejadian cedera menurun, ketegangan otot
menurun, ekspresi wajah kesakitan menurun.
Rencana tindakan : Pencegahan Cedera (I. 14537)
Observasi
- Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedera
Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cedera
- Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stoking elastis pada ekstinitas
bawah
Terapeutik
- Sediakan pencahayaan yang memadai
- Gunakan lampu tidur selama jam tidur
- Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan ruang rawat
(mis penggunaan telepon, tempat tidur, penerangan ruangan dan lokasi
kamar mandi)
- Gunakan alas lantai jika berisiko mengalami cedera serius
- Sediakan alas kaki antislip
- Sediakan pispot atau urinal untuk eliminasi di tempat tidur, jika perlu
- Pastikan bel panggilan atau telepon mudah dijangkau
- Pastikan barang-barang pribadi mudah dijangkau
- Pertahankan posisi tempat tidur di posisi terendah saat digunakan
- Pastikan roda tempat tidur atau kursi roda dalam kondisi terkunci
- Gunakan pengaman tempat tidur sesual dengan kebijakan fasilitas
pelayanan kesehatan
- Pertimbangkan penggunaan alarm elektronik pribadi atau alarm sensor
pada tempat tidur atau kursi
- Diskusikan mengenal latihan dan terapi fisik yang diperlukan
- Diskusikan mengenal alat bantu mobilitas yang sesuai (mis. tongkat
atau alat bantu jalan)
- Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat mendampingi pasien
- Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien, sesuai
kebutuhan
Edukasi
- Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan keluarga
- Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selama beberapa
menit sebelum berdiri
b. Diagnosa 2 : Hipertermia (D.0130) berhubungan dengan proses penyakit
dan peningkatan laju metabolisme.
Kriteria hasil : Termoregulasi membaik (L.14134)
Tanda tanda vital dalam batas normal :
Suhu : 36,5-37,5°C,
HR : Anak 70-100x/menit, Remaja-dewasa 60 100x/menit,
TD : 110-130/70-80 mmHg, Klien tidak lemah.
Rencana tindakan: Manajemen Hipertermia (I.15506)
Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan inkubator)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urine
- Monitor komplikasi akibat hipertermi
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepas pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis (keringat berlebih).
- Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia
atau kompres pada dahi, leher, dada, abdomen dan aksila)
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan klien untuk tirah baring atau bedrest
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika
perlu
c. Diagnosa 3 : Ansietas (D.0080) berhubungan dengan kurang terpapar
informasi.
Kriteria hasil : Tingkat ansietas menurun (L.09093)
Verbalisasi kebingungan menurun, verbalisasi khawatir akibat kondisi
yang dihadapi menurun, perilaku gelisah menurun, perilaku tegang
menurun.
Rencana tindakan: Reduksi Ansietas (I.09314)
Observasi
- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu,
stresor)
- Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
- Monitor tanda- tanda ansietas (verbal dan non verbal)
Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat ansietas 7. Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan
datang
Edukasi
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
- Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan
prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien,
- Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi