KEJANG DEMAM SEDERHANA (KDS) PADA ANAK DI RUANG CEMPAKA RSUD BONTANG
STASE KEPERAWATAN ANAK
DISUSUN OLEH :
NAMA : SETYOWATI
NIM : P2305087
A. Latar Belakang
Kejang deman (Febrile seizure) adalah penyakit yang umum pada anak-anak,
terutama anak-anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun, terhitung sekitar 2% sampai 4%.
Kejang disebabkan oleh peningkatan suhu tubuh secara tiba-tiba (>38oC) tanpa
penyebab atau kondisi lain yang menyebabkan kejang, seperti infeksi SSP, gangguan
elektrolit, trauma, atau epilepsi (Sianturi et al, 2023). Kejang demam adalah bangkitan
kejang yang dapat terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami
kenaikan suhu tubuh (suhu diatas 380C) yang tidak disebabkan oleh proses intracranial,
(Zulmeliza dkk 2019).
Kejang yang berlangsung lama biasanya disertai apneu (henti nafas)yang dapat
mengakibatkan terjadinya hipoksia (berkurangnya kadar oksigen jaringan) sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan
kerusakan sel neuron otak. Apabila anak sering kejang,akan semakin banyak sel otak
yang rusak dan mempunyai risikomenyebabkan keterlambatan perkembangan, retardasi
mental, kelumpuhandan juga 2-10% dapat berkembang menjadi epilepsi (Zulmeliza
Dkk,2019).
Kejang demam lebih familiar dengan istilah “step” di telinga masyarakat,
merupakan kejadian kejang yang disebabkan oleh peningkatansuhu tubuh di atas normal
(demam). Suatu keadaan yang hampir selalumembuat panik keluarga penderita.
Masyarakat awam menggambarkan “step”dengan gejala kekakuan otot tubuh mendadak,
kejang – kejang, wajahmembiru, mata melirik – lirik ke satu arah terus menerus, dan
kesadaranmenurun disertai suhu tubuh yang tinggi
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penyakit kejang demam ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada kejang demam ?
C. Tujuan
1. Untuk megetahui konsep penyakit kejang demam.
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada kejang demam
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38ºC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.Kejang demam
merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai padaanak terutama pada
golongan anak berumur 6 bulan sampai 4 tahun. Pada setiapanak memiliki ambang
kejang yang berbeda-beda, hal ini tergantung dari tinggiserta rendahnya ambang kejang
seorang anak. Anak dengan kejang rendah, kejangdapat terjadi pada suhu 38ºC, tetapi
pada anak dengan ambang kejang yang tinggikejang baru akan terjadi pada suhu 40ºC
atau bahkan lebih (Jasni, 2020).
Kejang Demam Sederhana terjadi pada kenaikan suhu diatas 38ºC berlangsung
singkat kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri.Kejang berbentuk
tonik dan klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulangdalam waktu 24 jam
(Dirgantarasyah, 2020).
B. Etiologi
Penyebab dari Kejang Demam Sederhana antara lain:
1. Faktor genetika
Faktor keturunan memegang penting untuk terjadinya kejang demam 25-50% anak
yang mengalami kejang memiliki anggota keluarga yang pernahmengalami kejang
demam sekurang- kurangnya sekali.
2. Infeksi
a. Bakteri : penyakit pada traktus respiratorius (pernapasan), pharyngitis (radang
tenggorokan), tonsillitis (amandel), dan otitismedia (infeksi telinga).
b. Virus : varicella (cacar), morbili (campak), dan dengue (virus penyebab demam
berdarah).
3. Demam Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama padawaktu sakit
dengan demam atau pada waktu demam tinggi.
4. Gangguan metabolisme Hipoglikemia, gangguan elektrolit (Na dan K)misalnya pada
pasien dengan riwayat diare sebelumnya.
5. Trauma
C. Klasifikasi Kejang Demam
Klasifikasi kejang demam dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Kejang demam sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat kurang dari 15 menit, dan umumnya akan
berhenti sendiri. Kejang berbentuk tonik dan klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang
tidak berulang dalam waktu 24 jam
2. Kejang demam kompleks
Kejang lebih dari 15 menit, kejang fokal atau persial, kejang berulangatau lebih dari 1
kali dalam 24 jam (Dervis, 2017 dalam Sintyawati et al, 2021).
Berdasarkan epidemiologi, kejang demam dibagi 3 jenis, yaitu :
1. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion), biasanya terjadi pada anak
umur 6 bulan sampai 5 tahun, yang disertai kenaikan suhutubuh yang mencapai ≥
39C. Kejang bersifat umum, umumnya berlangsung beberapa detik/ menit dan jarang
sampai 15 menit. Pada akhir kejang diakhiri dengan suatu keadaan singkat seperti
mengantuk (drowsiness), dan bangkitan kejang terjadi hanya sekali dalam 24
jam,anak tidak mempunyai kelainan neurologik pada pemeriksaan fisik dan riwayat
perkembangan normal, demam bukan disebabkan karena meningitis atau penyakit
lain dari otak.
2. Kejang demam kompleks (complex or complicated febrile convulsion) biasanya
kejang terjadi selama ≥ 15 menit atau kejang berulang dalam24 jam dan terdapat
kejang fokal atau temuan fokal dalam masa pasca bangkitan. Umur pasien, status
neurologik dan sifat demam adalah sama dengan kejang demam sederhana.
3. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile seizure) biasanya sifat dan umur
demam adalah sama pada kejang demam sederhana dansebelumnya anak mempunyai
kelainan neurologi atau penyakit akut. Faktor resiko untuk timbulnya epilepsi
merupakan gambaran kompleks waktu bangkitan. Kejang bermula pada umur < 12
bulan dengan kejang kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal meragukan maka
pemeriksaan CSS sangat diperlukan untuk memastikan kemungkinan adanya
meningitis
D. Manisfestasi klinis
Gambaran klinis yang dapat dijumpai pada pasien dengan kejang demam diantaranya :
1. Suhu tubuh mencapai >38C⁰
2. Anak sering hilang kesadaran saat kejang
3. Mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak berguncang
(gejala kejang bergantung pada jenis kejang)
4. Kulit pucat dan membiru
5. Akral dingin
E. Patofisiologi
Pada demam, kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikanmetabolisme
basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %. Pada seorang anak berumur 3 tahun
sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa
(hanya 15%) oleh karena itu, apabila suhu tubuh naik dapat mengubah keseimbangan
membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium
melalui membran listrik. dengan bantuan ”neurotransmitter”, perubahan yang terjadi
secara tiba-tiba ini dapat menimbulkan kejang.
Patofisiologi kejang demam masih belum jelas, tetapi faktor genetik memainkan
peran utama dalam pengambilan sampel darah dilakukan saat pasien datang di
kerentanan kejang. Kejadian kejang demam dipengaruhi oleh usia dan maturitas otak.
Postulat ini didukung oleh fakta bahwa sebagian besar (80-85%)kejang demam terjadi
antara usia 6 bulan dan 5 tahun, dengan puncak insiden pada 18 bulan.
F. Pathway
2 Pola nafas tidak Pola Nafas (L.01004) Manajemen Jalan Napas (I.01011)
efektif b.d Setelah dilakukan Tindaka a.Observasi:
Gangguan nkeperawatan 3 x 24 jam - Monitor pola napas (frekuensi,
neurologis pasien merasanyerinya kedalaman,usaha napas)
(mis.Elektriensefal berkurangKretertia Hasil: - Monitor bunyi napas tambahan (mis.g
ogram (EEG) 1. Dispnea cukup urgling, mengi, wheezing, ronchi
positif, cedera menurun (4) kering)
kepala,gangguan 2. Penggunaan otot bantu - Monitor sputum (jumlah, warna,
kejang) nafas menurun(3) aroma)
3. Frekuensi nafas cukup b..Terapeutik:
membaik (4) - Pertahankan kepatenan jalan napas de
nganheadtilt dan chin-lift (jawthrust ji
ka curiga trauma servical)
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapidada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang
dari 15detik
- Lakukan hiperoksigenasi sebelum pen
ghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda pada deng
anforsep McGill
- Berikan oksigen, jika perlu
c.. Edukasi:
- Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan tehnik batuk efektif
d. Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,e
kspektoran, mukolitik, jika perlu
L. Implementasi/ Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatf dari rencana tindakan untuk mencapaitujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
M. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proseskeperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,rencana tindakan, dan pelaksanaan
sudah berhasil dicapai.
Melalui evaluasimemungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan”yangterjadi
selama tahap pengkajian, analisa data, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. Tujuan
dan intervensi dievaluasi adalah untuk menentukan apakah tujuantersebut, dapat dicapai
secara efektif.
DAFTAR PUSTAKA