Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kejang demam merupakan salah satu penyakit sistem saraf yang sering
dijumpai pada anak dibawah usia 5 tahun dan merupakan suatu kegawatdaruratan
medis yang memerlukan pertolongan segera.1 Kejang demam adalah bangkitan
kejang pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh
suatu proses ekstrakranial, didahului dengan demam yang terjadi pada anak usia 6
bulan sampai 5 tahun.2
Kejang demam dibagi menjadi kejang demam sederhana (KDS) dan kejang
demam kompleks (KDK).2,3 Angka kejadian kejang demam di Amerika Serikat
dan Eropa sebesar 2-7%, sedangkan di Jepang sebesar 9-10%. 5 Di Indonesia
belum ada catatan yang sahih mengenai angka kejadian kejang demam.
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah disebutkan bahwa
angka kejadian kejang demam sebesar 3-4% dari anak yang berusia 6 bulan
sampai 5 tahun pada tahun 2012-2013.7 Dari seluruh kejadian kejang demam,
80% termasuk kejang demam sederhana dan 20% lainnya kejang demam
kompleks.3
Faktor risiko yang berperan terhadap terjadinya kejang demam yaitu, riwayat
keluarga dan riwayat prenatal.9,12 Prinsip penatalaksanaan yang utama pada kejang
demam yaitu mengatasi kejang terlebih dahulu kemudian mencari faktor risiko
yang menimbulkan demam. Prognosis kejang demam pada umumnya baik dan
kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.3

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di
atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial, didahului dengan
demam yang terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun.2

2.2 Epidemiologi
Angka kejadian kejang demam di Amerika Serikat dan Eropa sebesar 2-7%,
sedangkan di Jepang sebesar 9-10%.5 Usia termuda bangkitan kejang demam
adalah 6 bulan sampai 22 bulan dan insiden tertinggi pada usia 18 bulan serta 80%
kejadian kejang demam merupakan kejang demam sederhana.6 Di Indonesia
belum ada catatan yang sahih mengenai angka kejadian kejang demam.
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah disebutkan bahwa
angka kejadian kejang demam sebesar 3-4% dari anak yang berusia 6 bulan
sampai 5 tahun pada tahun 2012-2013.7 Kejadian kejang demam pada anak laki-
laki lebih tinggi daripada perempuan dengan perbandingan 2:1, hal ini
kemungkinan disebabkan oleh aktivitas GABA (inhibisi) yang lebih tinggi pada
anak perempuan.8 Dari seluruh kejadian kejang demam, 80% termasuk kejang
demam sederhana dan 20% lainnya kejang demam kompleks.3

2.3 Etiologi
Etiologi kejang demam sampai saat ini belum diketahui dengan pasti, namun
terdapat interaksi 3 faktor yaitu faktor demam, imaturitas otak dan genetik. Faktor
demam dapat diakibatkan berbagai sebab, paling sering adalah infeksi khususnya
infeksi ekstrakranial seperti infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
gastroenteritis dll. Perubahan suhu tubuh berpengaruh terhadap nilai ambang
kejang dan eksitabilitas neural, karena peningkatan suhu tubuh berpengaruh pada
kanal ion dan metabolisme seluler serta produksi ATP sehingga dengan adanya
kenaikan suhu akan mengakibatkan peningkatan uptake glukosa dan oksigen serta
hipoksia pada jaringan otak. Pada faktor imaturitas otak, tahap perkembangan
otak dibagi 6 fase yaitu neurulasi, perkembangan prosensefali, proliferasi neuron,

2
migrasi neural, oranisasi dan mielinisasi. Tahapan perkembangan otak intrauteri
dimulai dari fase neurulasi hingga migrasi neural sedangkan fase organisasi dan
mielinisasi berlanjut mulai dari postnatal hingga development window. Fase
perkembangan otak merupakan fase yang rawan apabila mengalami bangkitan
kejang, terutama fase organisasi. Pada fase ini terjadi diferensiasi neurotransmitter
eksitator (glutamatergic) dan inhibitor (GABA-ergic). Apabila terjadi kejang
demam pada fase ini, akan mengakibatkan penurunan fungsi GABA-ergic dan
desentisisasi reseptor GABA serta sensitisasi reseptor eksitator sehingga eksitasi
lebih dominan dibanding inhibisi. Dalam hal faktor genetik, belum dapat
dipastikan cara pewarisan sifat genetik terkait kejang demam tetapi pewarisan gen
secara autosomal dominan paling banyak ditemukan. Adapun lokasi gen yang
mengalami kelainan terdapat pada gen 19q, 8q 13-23 dan 2q 23-24, berhubungan
dengan mutasi dari sodium & GABA channel.9,10

2.4 Patofisiologi
Proses terjadinya kejang demam diawali oleh peningkatan suhu tubuh. Pada
keadaan demam, kenaikan suhu 1ᵒC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. serta terjadi
perubahan keseimbangan dari membran sel neuron. Dalam waktu singkat terjadi
difusi dari ion K+, Na+ melalui membran sel neuron akibatnya terjadi perubahan
potensial membran kemudian meluas ke seluruh sel neuron berikutnya dengan
bantuan neurotransmiter dan terjadilah kejang.4,9

2.5 Klasifikasi
Kejang demam terbagi menjadi 2 yaitu kejang demam sederhana dan kejang
demam kompleks. Kejang demam sederhana, kejang yang berlangsung singkat
(<15 menit), bersifat umum tonik klonik dan tidak berulang dalam 24 jam. Kejang
demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam. Kejang
demam kompleks biasanya menunjukkan gambaran kejang fokal atau parsial satu
sisi atau kejang umum yang didahului kejang parsial dengan durasi lebih dari 15
menit dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.2,3
2.6 Faktor Risiko

3
a. Riwayat Keluarga
Berdasarkan penelitian studi kasus kontrol yang dilakukan oleh Faudi, A.,
dkk (2010) di RSUP Kariadi Semarang menunjukkan bahwa anak yang
memiliki keluarga dengan riwayat kejang berisiko 4,5 kali untuk mengalami
kejang demam dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki keluarga
dengan riwayat kejang.9
b. Faktor Prenatal
Usia Ibu pada saat hamil sangat menentukan status kesehatan bayi yang akan
dilahirkan. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dapat
mengakibatkan berbagai komplikasi kehamilan dan persalinan. Komplikasi
kehamilan dan persalinan dapat menyebabkan prematuritas, berat badan lahir
rendah dan partus lama. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan janin dengan
asfiksia. Pada keadaan asfiksia akan terjadi hipoksia dan iskemia. Sehingga
keadaan tersebut dapat mengakibatkan rusaknya faktor inhibisi atau
meningkatnya fungsi neuron eksitasi, sehingga mudah timbul kejang bila ada
rangsangan yang memadai.9,12

2.7 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis kejang demam sederhana berupa kejang yang berlangsung
singkat (<15 menit), serangan kejang bersifat umum tonik klonik dan tidak
berulang dalam 24 jam serta kejang berhenti dengan sendirinya. Setelah kejang
berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa
detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali.3

2.8 Diagnosis
Untuk dapat menentukan diagnosis kejang demam sederhana antara lain2,3,4:
a. Anamnesis
Anamnesis dibutuhkan beberapa informasi yang dapat mendukung diagnosis
kejang demam, seperti:
- Menentukan adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu
sebelum dan saat kejang, frekuensi, interval pasca kejang, penyebab demam
diluar susunan saraf pusat, riwayat kejang demam sederhana pada keluarga.

4
Gambaran Klinis, yang dapat dijumpai pada pasien kejang demam adalah:
- Suhu tubuh mencapai 38°C.
- Kepala anak sering terlempar keatas, mata mendelik, tungkai dan lengan
mulai kaku, bagian tubuh anak menjadi berguncang. Gejala kejang
tergantung pada jenis kejang.
- Anak sering kehilangan kesadaran saat kejang.
- Serangan terjadi beberapa menit kemudian anak kembali sadar.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi pemeriksaan kesadaran, suhu
tubuh, tanda meningeal, dan tanda infeksi di luar SSP. Pemeriksaan fisik
neurologis penting dilakukan, walaupun umumnya tidak ditemukan kelainan.
c. Pemeriksaan penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium tidak rutin
dilakukan hanya sesuai dengan indikasi, pungsi lumbal untuk menyingkirkan
kemungkinan proses intrakranial (meningitis), pemeriksaan elektroensefalgrafi
(EEG) tidak bisa memprediksi berulangnya kejang, sedangkan pemeriksaan
foto kepala berupa Computed Tomography scan (CT-scan), dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI) tidak dianjurkan pada anak tanpa kelainan
neurologis.

2.9 Diagnosis Banding


Kejang demam Epilepsi Meningitis
Manifestasi a. KDS - bangkitan kejang - sakit kepala dan
Klinis - berlangsung kurang 2 kali/lebih tanpa demam (gejala
dari 15 menit dan provokasi/faktor awal yang sering)
umumnya akan pencetus - perubahan pada
berhenti sendiri - tipe kejangnya tingkat kesadaran
- tidak terulang yaitu kejang dapat terjadi
dalam waktu 24 jam parsial, umum letargik, tidak
- kejang umum tonik dan tidak dapat responsif, dan
klonik diklasifikasikan koma. Tanda
- tanda meningeal (-) meningeal (+)
b. KDK

5
- berlangsung >15
menit
- fokal/multipel
(kejang >1x dalam
24 jam)
Pemeriksaan Tidak rutin Tidak rutin Pemeriksaan cairan
Penunjang dilakukan, hanya dilakukan, namun serebrospinal:
sesuai indikasi yang EEG bermanfaat leukositosis (100-
ada untuk menentukan 10.000/uL)
jenis epilepsi

2.10 Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan kejang demam sederhana antara lain: 2,3,4
a. Pengobatan kejang
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau jika kejang terjadi di
rumah adalah diazepam rektal 0,5-1 mg/kgBB, atau diazepam rektal 5 mg untuk
anak dengan berat badan kurang dari 12 kg dan diazepam rektal 10 mg untuk
berat badan lebih dari 12 kg. Jika dengan pemberian diazepam pasien sudah
berhenti kejang atau tidak ada serangan kejang yang berulang, pasien harus
dibawa ke rumah sakit untuk mendapat penanganan lebih lanjut serta apabila
kejang demam sederhana ini merupakan kejang demam pertama kali maka pasien
diharuskan masuk rumah sakit.

b. Pemberian obat pada saat demam


Antipiretik sangat dianjurkan walaupun tidak terbukti mengurangi risiko
terjadinya kejang demam, dapat diberikan paracetamol 10-15 mg/kgBB, 3-4
kali/hari atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB, 3-4 kali/hari serta pemberian diazepam
intermiten selama 48 jam pertama demam.
2.11 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat dari kejang demam antara lain:2,4
- Kejang Demam Berulang
Kejang demam berulang adalah kejang demam yang timbul pada lebih dari

6
satu episode demam. Beberapa hal yang merupakan faktor risiko berulangnya
kejang demam yaitu:
a. Usia anak ≤12 bulan pada saat kejang demam pertama
b. Riwayat kejang demam dalam keluarga
c. Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam
d. suhu yang tidak terlalu tinggi saat kejang
Bila seluruh faktor diatas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah
80%. Sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut, kemungkinan berulangnya
kejang demam hanya 10% - 15%.

2.12 Prognosis
Prognosis kejang demam sederhana secara umum baik, kejadian kecacatan
sebagai komplikasi kejang demam sederhana tidak pernah dilaporkan.
Perkembangan mental dan sistem saraf umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal.3

2.13 Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)


Kejang demam merupakan hal yang mengkhawatirkan bagi orang tua. Dalam hal
pemberian komunikasi informasi dan edukasi (KIE) kepada orang tua perlu
diyakinkan dan diberi penjelasan serta petunjuk dalam menangani kejang demam.
Beberapa hal yang harus dikerjakan saat kejang demam terjadi yaitu:4
- Tetap tenang dan tidak panik.
- Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.
- Bila tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring.
- Ukur suhu, catat durasi dan sifat kejang.
- Tetap bersama pasien selama kejang.
- Berikan diazepam rektal.
- Bawa ke dokter atau ke rumah sakit bila kejang sudah berhenti atau berulang.

7
BAB III
LAPORAN KASUS

1. Identitas
Nama : NKDA
Tanggal lahir : 11 Agustus 2017
Umur : 1 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Mengwi Tabanan
Agama : Hindu
Suku/Bangsa : Bali, Indonesia
Tanggal MRS : 07 Juli 2018
Tanggal Pemeriksaan : 10 Juli 2018
No. CM : 713755

1. Anamnesis
Keluhan utama : Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD BRSU Tabanan pada tanggal 07 Juli 2018 pukul 13.27
WITA diantar oleh orang tuanya dengan keluhan utama kejang. Keluhan kejang
muncul 30 menit SMRS dan saat tiba di IGD kejang sudah berhenti. Pada saat
kejang pasien tidak sadarkan diri, mata pasien mendelik keatas, kedua tangan dan
kaki pasien tertekuk, lidah tidak tergigit, serta tidak ada busa keluar dari mulut
pasien. Kejang hanya satu kali dan lama kejang ± 5 menit serta kejang berhenti
tanpa diberikan obat. Setelah mengalami kejang pasien sadar, segera menangis
serta lemas, kemudian pasien dibawa ke IGD. Pada saat di IGD suhu tubuh pasien
38,7°C. Awalnya pasien mengalami demam dengan suhu tubuh 39°C pada pukul
08.00 pagi yang timbul mendadak serta sempat mendapatkan obat penurun panas
dan panasnya turun namun demam kembali. Sebelumnya pasien mengalami batuk
dan pilek sejak satu hari yang lalu. Keluhan mual dan muntah disangkal,
BAB/BAK dalam batas normal, makan dan minum pasien berkurang sejak pasien
demam. Keluhan lain seperti riwayat terjatuh dengan terbentur kepala disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu

8
Pasien tidak pernah memiliki riwayat kejang atau kejang demam sebelumnya.
Riwayat penyakit kronis lainnya seperti epilepsi, asma, infeksi yang lama
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Orang tua pasien tidak ada yang memiliki riwayat kejang demam ataupun
epilepsi. Untuk riwayat penyakit kronis pada orang tua pasien seperti hipertensi,
diabetes melitus, penyakit jantung disangkal.
Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Pasien merupakan anak kedua, sehari-harinya pasien dirawat oleh orang tua
kandung. Tidak ada di lingkungan tempat tinggal pasien yang memiliki keluhan
kejang seperti yang dialami pasien. Lingkungan tempat tinggal pasien cukup
bersih dengan ventilasi dan pencahayaan yang cukup.
Riwayat Persalinan
Pasien lahir secara spontan di praktek bidan. Saat lahir, berat badan lahir pasien
3600 gram dan panjang badan 50 cm, lingkar kepala serta lingkar dada dikatakan
lupa. Tidak ada kelainan saat persalinan dan kelainan pada pasien.
Riwayat Imunisasi
Pasien dikatakan sudah melakukan imunisasi secara lengkap sesuai jadwal di
Puskesmas.
Riwayat Nutrisi
1. ASI : 0 - 11 bulan
2. Susu Formula : 6 bulan - sekarang
3. Bubur saring : 6 - 8 bulan
4. Nasi tim : 8 - 12 bulan
5. Makanan Dewasa : 7 bulan - sekarang

Riwayat Tumbuh Kembang


Menegakkan kepala : 3 bulan
Membalik badan : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Merangkak : 8 bulan
Berdiri : 11 bulan

9
Berjalan : 12 bulan
Berbicara : 12 bulan
Riwayat Alergi
Pasien dikatakan selama ini tidak memiliki riwayat alergi makanan maupun obat-
obatan. Dari keluarga pasien, baik ayah maupun ibu juga dikatakan tidak ada yang
memiliki alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan.
Status Antopometri:
1. Berat Badan : 8 kg
2. Panjang Badan : 75 cm
3. Berat Badan Ideal WHO : 9,2 kg
4. Status Gizi berdasarkan WHO :
1. BB/U : -2 SD – 0 SD (normal)
2. PB/U : 0 SD – 2 SD (normal)
3. IMT/U : -2 SD – 0 SD (normal)
4. Status Gizi menurut Water Low : 86,95% (gizi kurang)

1. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum : Tampak baik
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 100 kali/menit, regular, kuat angkat, isi cukup
Respirasi rate : 30 kali/menit
Tempt axilla : 36,8° C

Status Generalis
Kepala : Normocephali, UUB/UUK terbuka datar
Mata : Cekung -/-, konjungtiva pucat -/- , sklera ikterus (-/-), RP
+/+ isokor
THT :
Telinga : Sekret (-), nyeri (-)
Hidung : Sekret (+/+), napas cuping hidung (-)
Tenggorok : Faring hiperemis (-), Tonsil T1/ T1

10
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks : Simetris (+), retraksi (-)
Jantung : S1S2 normal, regular, murmur (-)
Paru-paru : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Hepar-lien tidak teraba, nyeri tekan (-), massa (-)
Perkusi : Timpani
Kulit : Kering (-), Sianosis (-), turgor kembali cepat
Ekstremitas : Akral hangat (+) pada keempat ekstremitas, edema (-),
Sianosis (-), CRT<3 detik

Status Neurologis
Nervus kranialis: Lateralisasi (-)
Meningeal sign:
- Nuchal rigidity (-)
- Kernig sign (-)
- Brudzinski neck sign (-) dan Brudzinski contralateral leg sign (-)
Motorik:
+ + - -
+ + - -
Refleks Fisiologis Refleks Patologis

1. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap (07 Juli 2018)

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Keterangan


Leukosit 18,0 4,5-17,5 H
HGB 13,0 10,7-16,8 N
MCV 83,0 82,0-92,0 N
MCH 28,0 27,0-31,0 N

11
HCT 35,6 35,0-49,0% N
PLT 291 154-553 N
RBC 4,72 3,6-5,8 N
Neutrofil 73,0 40,0-74,0 N
Limfosit 33,4 19,0-48,0 N
Monosit 7,51 3,40-9,00 N
Eosinofil 0,130 0,6-7,0 N
Basofil 0741 0,0-1,5 N

Pemeriksaan Glukosa (07 Juli 2018)


Parameter Nilai Normal Keterangan
Glukosa 95 mg/dL 60 – 100 gr/dL N

1. Diagnosis
Kejang Demam Sederhana

2. Penatalaksanaan
1. Kebutuhan cairan 800 ml/kgBB/hari
2. IVFD D5% ½ NS  8 tpm makro
3. Paracetamol 3x ¾ cth (po)
4. Cephalosporin 2x400 mg (iv)
5. Phenobarbital pulv 2x6 mg (po)

12
BAB IV
PEMBAHASAN

Kejang demam adalah bangkitan kejang pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di
atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial, didahului dengan
demam yang terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun.2 Di Indonesia belum
ada catatan yang sahih mengenai angka kejadian kejang demam. Kejang demam
disebabkan oleh adanya infeksi ekstrakranial yang menimbulkan demam seperti
faringitis, tonsillitis, tonsilofaringitis, otitis media akut, gastroenteritis akut dan
berbagai jenis infeksi lainnya. Pada kasus, pasien perempuan berusia 1 tahun
datang dengan keluhan kejang, kejang didahului oleh demam, saat diukur suhu
tubuhnya di IGD 38,7oC. Pasien memiliki riwayat batuk dan pilek sejak 1 hari
yang lalu.
Diagnosis kejang demam dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis perlu diperhatikan kejang
demam meliputi jenis kejang, kesadaran, durasi kejang, suhu sebelum kejang,
frekuensi kejang, penyebab demam sebelum kejang serta riwayat keluarga.
Kriteria kejang demam sederhana pada teori yaitu kejang yang berlangsung
singkat (<15 menit), sifat kejang umum (tonik dan atau klonik) serta tidak
berulang dalam waktu 24 jam. Berdasarkan hasil heteroanamnesis, pasien usia 1
tahun mengeluh kejang yang didahului demam 5 jam SMRS. Kejang terjadi
sebanyak satu kali dalam sehari dengan durasi ± 5 menit dengan bentuk kejang
berupa mata pasien mendelik keatas, kedua tangan dan kaki pasien tertekuk, tidak
ada busa keluar dari mulut, lidah tidak tergigit, dan tidak merespon saat dipanggil
orang tuanya serta pasca kejang pasien sadar. Kejang terjadi 30 menit SMRS dan
berhenti tanpa obat. Pada saat di rumah sakit, keluhan kejang sudah tidak ada.
Pada kasus kejang demam, pemeriksaan fisik neurologis wajib dilakukan
walaupun pada umumnya tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan fisik perlu
dievaluasi tingkat kesadaran pasien, suhu tubuh, adanya rangsangan meningeal
dan tanda infeksi diluar sistem saraf pusat. Pemeriksaan fisik pada kasus yaitu
pada status present didapatkan kesadaran pasien compos mentis dan temperatur
aksila 36,80C. Pada status generalis ditemukan sekret di kedua lubang hidung,

13
faring dan tonsil dalam batas normal. Status neurologis tidak ditemukan adanya
tanda meningeal. Pemeriksaan penunjang berupa laboratorium tidak rutin
dilakukan namun bermanfaat untuk mengetahui penyebab infeksi dari adanya
peningkatan leukosit. Pemeriksaan gula darah penting dilakukan untuk
menyingkirkan kejang karena adanya gangguan metabolik. Pada pemeriksaan
darah lengkap pasien ditemukan peningkatan leukosit dan gula darah dalam batas
normal.
Prinsip penatalaksanaan kejang demam yaitu mengatasi kejang,
mengatasi demam, mencari dan mengobati penyebab demam serta pengobatan
profilaksis terhadap berulangnya kejang demam. Saat di IGD pasien sudah tidak
kejang, dan saat ini diberikan terapi kebutuhan cairan 800 ml/kgBB/hari, IVFD
D5% ½ NS  8 tpm makro, paracetamol 3x ¾ cth (po), cephalosporin 2x400 mg
(iv), hhenobarbital pulv 2x6 mg (po).

14
BAB V
SIMPULAN

Kejang demam adalah bangkitan kejang pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di
atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial, didahului dengan
demam yang terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Perlu diperhatikan
bahwa demam harus terjadi mendahului kejang. Kejang demam sederhana
ditegakkan apabila kejang berlangsung singkat (<15 menit), bentuk kejang umum,
tidak berulang dalam waktu 24 jam. Berdasarkan uraian pembahasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa manifestasi klinis yang ditemukan pada kasus sesuai
dengan kriteria diagnosis kejang demam sederhana. Prinsip penatalaksanaan
kejang demam yaitu mengatasi kejang, mengatasi demam, mencari dan mengobati
penyebab demam serta pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang
demam. Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien kasus sudah sesuai dengan
teori.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Khahir, A. M., & Elmagrabi, D. (2011). Febrile Seizure and Febrile Seizures
Syndrome: An Update Overiew of Old and Current Knowledge. Neurology
Research International, 1-8.
2. Pudjiadi, A. H., Hegar, B., Handryastuti, S., Idris, N. S., Gandaputra, E. P., &
Harmoniati, E. D. (2009). Kejang Demam. In Pedoman Pelayanan Medis (pp.
150-152). Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
3. Pusponegoro, H., Widodo, D., & Ismael , S. (2009). Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam. In Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan
Dokter Anak Indonesia. INDONESIA.
4. Arief, R. F. (2015). Penatalaksaaan Kejang Demam. CDK-232, 42 no. 9, 658-
661.
5. Menkes, J., & Sankar , R. (2000). Paroxysmal Disorders. In S. B. Menkes JH,
Child Neurology (pp. 987-91). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
JR.
6. Duffner, P. K., & Baumann, R. J. (2000). Treatment of Children With Simple
Febrile Seizures: The AAP Practice Parameter . Pediatric Neurology, 11-17.
7. Arifin, S. (2017). Asuhan Keperawatan Kejang Demam Sederhana di Ruang
Kanthil Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, 1-8.
8. Sajun Chung, M. (2015). Febrile Seizures. Korean J Pediatr, 57 (9), 384-395.
9. Faudi, B. T., & Wijahayadi, N. (2010). Faktor Risiko Bangkitan Kejang
Demam pada Anak. Sari Pediatri, 4(2), 59-62.
10. Shinnar, S. (2013). Evaluation and Management of Simple and Complex
Febrile Seizures. Montefiore Medical Centre, 1-19.
11. Seinfeld, S., & Pellock, J. M. (2013). Recent Research on Febrile Seizures: A
Review. Journal of Neurology & Neurophysiology, 4(4), 1-6.
12. Reese C. Graves M, Karen Oehler M, PhD, Leslie E. Tingle M. Febrile
Seizure: Risks, Evaluation, and Prognosis. American Family Physician.2012:
Volume 85(2):5.

16

Anda mungkin juga menyukai