Anda di halaman 1dari 16

A.

DEFINISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38oC) tanpa adanya
infeksi susunan saraf pusat, gangguan elektrolit atau metabolic
lain.
Kejang disertai demam pada bayi berusia kurang dari 1 bulan
tidak termasuk dalam kejang demam,tetapi kejang neonatus.
Kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung
kurang dari 15 menit, bersifat umum serta tidak berulang dalam
24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara
seluruh kejang demam.
Kejang demam disebut kompleks jika kejang berlangsung lebih
dari 15 menit, bersifat fokal atau parsial 1 sisi kejang umum
didahului kejang fokal dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam
24 jam.
Terdapat 3 interaksi 3 faktor sebagai penyebab kejang demam,
yaitu (1) imaturitas otak dan termoregulator.
(2) demam, dimana kebutuhan oksigen otak meningkat.

16
(3) predisposisi genetic : >7 lokus kromosom (poligenik,
autosomal dominan).
B. EPIDEMIOLOGI
Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf tersering
pada anak. Batasan usia terjadinya kejang demam adalah usia 6
bulan sampai dengan 5 tahun. Kejang demam terbanyak terjadi
pada waktu anak berusia antara 3 bulan sampai dengan 5 tahun.
Sebagian besar kasus kejang demam dapat sembuh sempurna,
sebagian berkembang menjadi epilepsi (2%- 7%) dengan angka
kematian 0,64%- 0,75%.
Meskipun kejang demam terlihat pada semua kelompok etnis,
kejang ini lebih sering terlihat pada populasi Asia (5-10% anak-
anak India dan 6-9% anak- anak Jepang). Kondisi ini lebih sering
terjadi pada anak-anak yang memiliki status
sosial ekonomi yang lebih rendah, mungkin karena akses yang
tidak memadai ke perawatan medis.
C. KLASIFIKASIKejang demam sederhana (simple febrile
seizure).
Kejang demam yang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit),
bentuk kejang umum (tonik dan atau klonik), serta tidak berulang
dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80%
di antara seluruh kejang demam. Sebagian besar kejang demam
sederhana berlangsung kurang dari 5 menit dan berhenti sendiri.
Kejang demam kompleks (complex febrile seizure).
Kejang demam dengan salah satu ciri jika kejang berlangsung
lebih dari
15 menit, bersifat kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang
umum didahului kejang parsial dan berulang atau lebih dari 1 kali
dalam waktu 24 jam.
17
Tabel. Perbedaan Tipe Kejang Demam

KDS

Durasi < 15 menit

Bentuk kejang Umum, tonik- klonik

Frekuensi dalam 24 jam Tidak berulang

Tabel. Kriteria Livingstone Untuk Menegakkan Diagnosis


KDS/KDK.

KDS KDK

Usia 6 bulan – 5 tahun

Durasi < 15 menit > 5 menit

Frekuensi dalam 24 jam Tidak berulang Berulang

Tipe General Fokal, seco


Pemeriksaan Neurologis Normal

Pemeriksaan EEG setelah 1 minggu Normal

18
D. ETIOLOGI
Dapat dikatakan bahwa infeksi pada sebagian besar kejang
demam adalah tidak spesifik dan timbulnya serangan terutama
didasarkan atas reaksi demam yang terjadi. Faktor-faktor yang
mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam,
misalnya:
1. Demam itu sendiri.

2. Efek produk toksin dari mikroorganisme (kuman dan virus)


terhadap otak.

3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh


infeksi.

4. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit.

5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang


tidak diketahui atau ensefalopati toksik sepintas.

Gabungan semua faktor diatas.


Kebanyakan kejang demam terjadi karena peningkatan suhu
tubuh yang mendadak, dan paling sering terjadi selama hari
pertama demam.
Biasanya demam mencetuskan kejang demam yang disebabkan
oleh suatu infeksi pada tubuh anak. Infeksi yang paling sering
adalah:
➢infeksi pada saluran atas ➢otitis media➢campak
➢pneumonia
➢gastroenteritis➢infeksi saluran kemih.
E. FAKTORRISIKOFaktor resiko kejang demam pertama;
• Riwayat keluarga dengan kejang demam.

• Permulaan noenatus >28 hari.

• Kadar natrium rendah.

• Temperatur yang tinggi. Bila seorang anak mempunyai 2 atau


lebih faktor resiko tersebut diatas,maka resiko untuk
mendapatkan kejang demam kira- kira 30%. Faktor resiko
kejang demam berulang:

• Usia muda kurang dari 12 bulan.

• Riwayat kejang demam.

• Cepat timbulnya kejang setelah demam.

• Temperatur yang rendah saat timbulnya kejang (< 38oC).

19
• Riwayat keluarga epilepsi.

• Onset terjadinya kejang setelah demam. F. PATOFISIOLOGI


Untuk mempertahankan hidup sel atau organ otak,
diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme.
Bahan baku untuk memetabolisme otak yang terpenting
adalah glukosa. Pada keadaan demam, kenaikan 1 derajat
C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-
15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat sampai 20%.
Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi
perubahan keseimbangan dari membran sel neuron, dan
dalam waktu yang singkat dapat terjadi difusi ion kalium
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga
dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran lainnya
dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter
sehingga terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang
kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya
ambang kejang. Seorang anak menderita kejang pada
kenaikan suhu tubuh tertentu. Pada anak dengan ambang
kejang yang rendah, kejang sudah dapat terjadi pada suhu
38oC, sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang
tinggi, kejang baru dapat terjadi pada suhu 40 derajat C
atau lebih. G. MANIFESTASI KLINIS Terjadinya bangkitan
kejang pada bayi dan anak terkait dengan kenaikan suhu
yang cepat dan biasanya terjadi jika suhu tubuh > 38
derajat C atau lebih. Manifestasi klinik yang sering dijumpai
adalah: ✓Didahului oleh kenaikan suhu yang cepat,
biasanya terjadi bila suhu diatas 38 o C. ✓Kehilangan
kesadaran.✓Kejang menyeluruh.✓Serangan berupa
kejang klonik atau tonik-klonik bilateral. ✓Mata mendelik
ke atas.✓Anak dapat menahan napasnya tanpa sadar.
✓Dapat mengeluarkan suara seperti teriakan
melengking atau menangis. Selanjutnya diikuti gerakan
ritmis berulang seluruh tubuh yang involunter yang tidak
dapat dihentikan. Setelah kejang pasien mengalami
periode mengantuk singkat. Setelah beberapa detik atau
menit anak akan bangun dan sadar kembali tanpa adanya
defisit defisit neurologis. Kejang dapat diikuti hemiparesis
sementara (hemiparesis Tood) yang berlangsung beberap
beberapa jam atau beberapa hari.

20
H. DIAGNOSIS:
a. Adanya kejang, b. jenis kejangc. kesadaran.d. lama kejang.
Suhu sebelum atau saat kejang, frekuensi dalam 24 jam,
interval, keadaan anak pasca kejang, penyebab demam di luar
infeksi susunan saraf pusat (gejala infeksi pernafasan akut/ISPA,
infeksi saluran kemih/ISK, otitis media akut/OMA).
Riwayat perkembangan
Riwayat kejang demam dan epilepsi dalam keluarga,Singkirkan
penyebab demam yang lain (missal : diare atau muntah yang
mengakibatkan gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan
hipoksemia, asupan kurang yang dapat menyebabkan
hipoglikemia).
Pemeriksaan Fisik:
KesadaranSuhu tubuhTanda rangsang meningeal
: apakah terdapat penurunan kesadaran.: apakah terdapat
demam, berapa suhu tertinggi. : kaku kuduk, Bruzinki I dan II,
Kernique, Laseque
Pemeriksaan nervus kranial.
✓Tanda peningkatan tekanan intrakanial : ubun-ubun besar
membonjol, papil edema.
✓Tanda infeksi diluar SSP : ISPA, OMA, ISK, dll.
✓Pemeriksaan neurology : tonus, motorik, refleks fisiologis
dan patologis.
Pemeriksaan Penunjang:1. Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab demam atau
kejang. Pemeriksaan meliputi darah perifer lengkap, gula darah,
elektrolit, urinalisis, biakan darah, urine, atau feses.
21
2. Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan
atau menyingkirkan kemungkinan meningitis.Pada bayi,sering
sulit menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis
karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Jika yakin bukan
meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan.
Oleh karena itu, pungsi lumbal dianjurkan pada:
a. Bayi kurang dari 12 bulan – sangat dianjurkan

b. Bayi antara 12-18 bulan – dianjurkan

c. Bayi >18 bulan – tidak rutin

Indikasi pungsi lumbal :


1. Terdapat tanda dan gejala rangsangan meningeal.

2. Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan


anamnesis dan pemeriksaan klinis

3. Dipertimbangkan pada anak dengan kejang di sertai


demam yang sebelumnya telah mendapat antibiotik dan
pemberian antibiotic tersebut dapat mengaburkan tanda
dan gejala meningitis.

3. Elektroensefalografi (EEG) Indikasi pemeriksaan EEG :


Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang
demam yang tidak khas, misalnya pada kejang demam
kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam
fokal.
EEG hanya di lakukan pada kejang fokal untuk menentukan
adanya focus kejang di otak yang membutuhkan evaluasi lebih
lanjut.
4. Pencitraan
Pemeriksaan neuroimaging (CT scan atau MRI kepala) tidak
rutin dilakukan. Pemeriksaan tersebut dilakukan bila terdapat
indikasi, seperti:
Kelainan neurologis fokal yang menetap, misalnya hemiparesis
atau paresis nervus kranialis.
Terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran
menurun, muntah berulang, UUB menonjol, paresis nervus VI,
edema papil).
22
I. TATALAKSANAMedikamentosaPengobatan medikamentosa
saat kejang dapat dilihat pada algoritma berikut:
Pemberian obat pada saat demam : ✓Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik
mengurangi risiko terjadinya kejang demam. Meskipun demikian,
dokter neurologi anak di Indonesia sepakat bahwa antipiretik
tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan
adalah10-15 mg/kg/kali diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen
5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
✓AntikonvulsanPemberian Obat Antikonvulsan Intermiten
Obat antikonvulsan intermiten adalah obat antikonvulsan yang
diberikan hanya pada saat demam.
Profilaksis intermiten diberikan pada kejang demam dengan
salah satu faktor risiko di bawah ini:
a. Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral

b. Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun

c. Usia < 6 bulan

23

d. Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39°C

e. Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu


tubuh meningkat dengan cepat.

Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per


oral atau rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg
dan 10 mg untuk berat badan > 12 kg) sebanyak 3 kali
sehari,dengan dosis maksimum diazepam 7,5
mg/kali.,Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam pertama
demam,perlu di informasikan pada orang tua bahwa dosis
tersebut cukup tinggi dan dapat menyebabkan ataksi,iritabilitas
serta sedasi.
Pemberian Obat Antikonvulsan Rumatan
Berdasakan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya
dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping yang
tidak di ingin kan,maka pengobatan rumat hanya di berikan
terhadap kasus selektif,dan dalam janga pendek.
Indikasi pengobatan rumat :
• Kejang fokal

• Kejang lama >15 menit

• Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau


sesudah kejang, misalnya palsi serebral, hidrosefalus,
hemiparesis. Pengobatan rumatan dipertimbangkan
bila:

• Kejang berulang dua kali atau lebih dalam kurun waktu 24 jam.

• Kejang demam terjadi pada bayi usia kurang dari 12 bulan.

• Kejang demam dengan frekuensi ≥ 4 kali per tahun. Pada anak


dengan kelainan neurologis berat dapat diberikan edukasi
untuk pemberian terapi profilaksis intermiten terlebih
dahulu, jika tidak berhasil/orangtua khawatir dapat
diberikan terapi antikonvulsan rumatan. Jenis
antikonvulsan untuk pengobatan rumat Pemberian obat
fenobarbital (dosis 3-4 mg/kgBB/hari dibagi 1-2 dosis) atau
asam valproat (dosis 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis).
Pemberian obat ini efektif dalam menurunkan risiko
berulangnya kejang. Pengobatan diberikan selama 1 tahun
bebas kejang,penghentian pengobatan rumat untuk kejang
demam tidak membutuhkan tapering off,namun di lakukan
pada saat anak tidak demam atau diberhentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan.

24
Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan
gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50 % kasus
sedangkan obat pilihan saat ini adalah asam valproat,pada
sebagian kecil kasus terutama yang berumur < 2 tahun asam
valproate dapat menyebabkan fungsi hati.
Non-MedikamentosaBeberapa hal yang harus dikerjakan
saat kejang :
1. Tetap tenang dan tidak panik.

2. Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.

3. Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bila terdapat


muntah, bersihkanmuntahan atau lendir di mulut atau
hidung.

4. Walaupun terdapat kemungkinan (yang sesungguhnya


sangat kecil) lidah tergigit,jangan memasukkan sesuatu
kedalam mulut.

5. Ukur suhu, observasi, dan catat bentuk dan lama kejang.

6. Tetap bersama anak selama dan sesudah kejang.

7. Berikan diazepam rektal bila kejang masih berlangsung


lebih dari 5 menit. Jangan berikan bila kejang telah
berhenti, diazepam rektal haya boleh di berikan 1 kali oleh
orang tua.

8. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5


menit atau lebih, suhu tubuh lebih dari 40 derajat Celsius,
kejang tidak berhenti dengan diazepam rektal, kejang fokal,
setelah kejang anak tidak sadar, atau terdapat
kelumpuhan.

Edukasi Pada Orangtua


Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi setiap
orangtua, pada saat kejang sebagian orang tua beranggapan
bahwa anak nya akan meninggal,kecemasan pada orang tua
harus dikurangi dengan cara :
1. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai
prognosis baik.

2. Memberitahukan cara penanganan kejang.

3. Memberi informasi mengenai risiko berulang.

4. Pemberian obat profilaksis untuk mencegah berulangnya


kejang memang efektif, tetapi harus diingat adanya efek
samping obat.

25
Vaksinasi
Sampai saat ini tidak ada kontraindikasi untuk melakukan
vaksinasi pada anak dengan riwayat kejang demam. Kejang
setelah demam karena vaksinasi sangat jarang. Suatu studi
kohort menunjukkan bahwa risiko relatif kejang demam terkait
vaksin (vaccine-associated febrile seizure) dibandingkan dengan
kejang demam tidak terkait vaksin (non vaccine-associated
febrile seizure) adalah 1,6 (IK95% 1,27 sampai 2,11). Angka
kejadian kejang demam pasca vaksinasi DPT adalah 6-9 kasus
per 100.000 anak yang divaksinasi, sedangkan setelah vaksin
MMR adalah 25-34 kasus per 100.000 anak. Pada keadaan
tersebut, dianjurkan pemberian diazepam intermiten dan
parasetamol profilaksis.
J. INDIKASI RAWAT
❖Kejang demam kompleks❖Hiperpireksia❖Usia dibawah
6 bulan❖Kejang demam pertama kali ❖Terdapat kelainan
neurologi
K. PROGNOSIS
Prognosis kejang demam secara umum sangat baik. Kejadian
kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya
tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Kelainan
neurologis dapat terjadi pada kasus kejang lama atau kejang
berulang, baik umum maupun fokal. Suatu studi melaporkan
terdapat gangguan recognition memory pada anak yang
mengalami kejang lama. Hal tersebut menegaskan pentingnya
terminasi kejang demam yang berpotensi menjadi kejang lama.
L. KOMPLIKASI
Kerusakan Sel Otak
Pada kejang yang berlangsung lama (> 15 menit) biasanya
disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan O2 dan
energi untuk kebutuhan otot skelet yang akhirnya hipoksemia,
dan lainnya. Rangkaian di atas adalah penyebab tejadinya
kerusakan neuron tejadinya kerusakan neuron otak.
Epilepsi
Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah
mendapat serangan kejang yang berlangsung lama. Dapat
menjadi matang dikemudian hari, sehingga sering terjadi
serangan epilepsi spontan dikemudian hari.
26
M. FAKTOR RISIKO TERJADINYA EPILEPSI
o Terdapat kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas
sebelum kejang demam pertama.
o Kejang demam kompleks.o
Riwayatepilepsipadaorangtuaatausaudarakandung.o Kejang
demam sederhana yang berulang 4 episode atau lebih dalam
satu tahun.
Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan
kejadian epilepsi sampai 4- 6%, kombinasi dari faktor risiko
tersebut akan meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10-
49%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan
pemberian obat rumatan pada kejang demam.
Kematian
Kematian langsung karena kejang demam tidak pernah di
laporkan,angka kematian pada kelompok anak yang mengalami
kejang demam sederhana dengan perkembangan normal di
laporkan sama dengan populasi umum.

Anda mungkin juga menyukai