1 Demam
Demam adalah kondisi dimana suhu tubuh berada di atas normal. Suhu tubuh
normal manusia berkisar pada 36 - 37°C, namun saat demam dapat melebihi 37°C.
Demam antara lain disebabkan karena infeksi atau adanya ketidakseimbangan antara
produksi panas dan pengeluarannya. Meskipun demikian, demam berperan dalam
meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan nonspesifik dalam membantu
pemulihan, pertahanan terhadap infeksi dan sinyal bahwa tubuh sedang mengalami
gangguan kesehatan.1
2.2.2 Epidemiologi
Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf tersering pada anak.
Batasan usia terjadinya kejang demam adalah usia 6 bulan sampai dengan 5 tahun.
Kejang demam terbanyak terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan sampai
dengan 5 tahun. Sebagian besar kasus kejang demam dapat sembuh sempurna,
sebagian berkembang menjadi epilepsi (2%- 7%) dengan angka kematian 0,64%-
0,75%.1
Meskipun kejang demam terlihat pada semua kelompok etnis, kejang ini lebih
sering terlihat pada populasi Asia (5-10% anak-anak India dan 6-9% anak- anak
Jepang). Kondisi ini lebih sering terjadi pada anak-anak yang memiliki status sosial
ekonomi yang lebih rendah, mungkin karena akses yang tidak memadai ke perawatan
medis. 1
2.2.3 Klasifikasi
1. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure)
Kejang demam dengan salah satu ciri jika kejang berlangsung lebih dari 15
menit, bersifat kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului
kejang parsial dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam.1
2.2.4 Etiologi
Dapat dikatakan bahwa infeksi pada sebagian besar kejang demam adalah
tidak spesifik dan timbulnya serangan terutama didasarkan atas reaksi demam yang
terjadi. Faktor-faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam,
misalnya:1,2
1. Demam itu sendiri.
2. Efek produk toksin dari mikroorganisme (kuman dan virus) terhadap otak.
3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit.
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak diketahui atau
ensefalopati toksik sepintas.
2.2.5 Patofisiologi
Untuk mempertahankan hidup sel atau organ otak, diperlukan suatu energi
yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk memetabolisme otak yang
terpenting adalah glukosa. Pada keadaan demam, kenaikan 1C akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat sampai
20%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan
dari membran sel neuron, dan dalam waktu yang singkat dapat terjadi difusi ion
kalium listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh sel maupun ke membran lainnya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmitter sehingga terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang
yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang. Seorang anak
menderita kejang pada kenaikan suhu tubuh tertentu. Pada anak dengan ambang
kejang yang rendah, kejang sudah dapat terjadi pada suhu 38C, sedangkan pada anak
dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru dapat terjadi pada suhu 40C atau
lebih.1, 2
Bila seorang anak mempunyai 2 atau lebih faktor resiko tersebut diatas,maka
resiko untuk mendapatkan kejang demam kira- kira 30%. Faktor resiko kejang
demam berulang:1
Usia muda kurang dari 12 bulan.
Riwayat kejang demam.
Cepat timbulnya kejang setelah demam.
Temperatur yang rendah saat timbulnya kejang (< 38C)
Riwayat keluarga epilepsi.
Onset terjadinya kejang setelah demam.
Riwayat Perkembangan
Riwayat kejang demam dan epilepsi dalam keluarga. Singkirkan penyebab
demam yang lain (misal: diare atau muntah yang mengakibatkan gangguan elektrolit,
sesak yang mengakibatkan hipoksemia, asupan kurang yang dapat menyebabkan
hipoglikemia).1,2
Pemeriksaan Fisik:1
Kesadaran: apakah terdapat penurunan kesadaran.
Suhu tubuh: apakah terdapat demam, berapa suhu tertinggi.
Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, Bruzinki I dan II, Kernique, Laseque
2. Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi, sering sulit menegakkan atau
menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Jika
yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan. Oleh karena itu, pungsi
lumbal dianjurkan pada:
Bayi kurang dari 12 bulan – sangat dianjurkan
Bayi antara 12-18 bulan – dianjurkan
Bayi >18 bulan – tidak rutin
3. Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang
tidak khas, misalnya pada kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun,
atau kejang demam fokal. EEG hanya di lakukan pada kejang fokal untuk
menentukan adanya focus kejang di otak yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
4. Pencitraan
Pemeriksaan neuroimaging (CT scan atau MRI kepala) tidak rutin dilakukan.
Pemeriksaan tersebut dilakukan bila terdapat indikasi, seperti:
Kelainan neurologis fokal yang menetap, misalnya hemiparesis atau paresis
nervus kranialis.
Terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran menurun, muntah
berulang, UUB menonjol, paresis nervus VI, edema papil).