Anda di halaman 1dari 7

2.

1 Demam
Demam adalah kondisi dimana suhu tubuh berada di atas normal. Suhu tubuh
normal manusia berkisar pada 36 - 37°C, namun saat demam dapat melebihi 37°C.
Demam antara lain disebabkan karena infeksi atau adanya ketidakseimbangan antara
produksi panas dan pengeluarannya. Meskipun demikian, demam berperan dalam
meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan nonspesifik dalam membantu
pemulihan, pertahanan terhadap infeksi dan sinyal bahwa tubuh sedang mengalami
gangguan kesehatan.1

2.2 Kejang Demam pada Anak


2.2.1 Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal diatas 38C) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat, gangguan
elektrolit atau metabolic lain. Kejang disertai demam pada bayi berusia kurang dari 1
bulan tidak termasuk dalam kejang demam,tetapi kejang neonatus.1
Kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung kurang dari 15
menit, bersifat umum serta tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam sederhana
merupakan 80% diantara seluruh kejang demam.1
Kejang demam disebut kompleks jika kejang berlangsung lebih dari 15 menit,
bersifat fokal atau parsial 1 sisi kejang umum didahului kejang fokal dan berulang
atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Terdapat 3 interaksi 3 faktor sebagai penyebab
kejang demam, yaitu:1,2
1) imaturitas otak dan termoregulator.
2) demam, dimana kebutuhan oksigen otak meningkat.
3) predisposisi genetic : >7 lokus kromosom (poligenik, autosomal dominan).

2.2.2 Epidemiologi
Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf tersering pada anak.
Batasan usia terjadinya kejang demam adalah usia 6 bulan sampai dengan 5 tahun.
Kejang demam terbanyak terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan sampai
dengan 5 tahun. Sebagian besar kasus kejang demam dapat sembuh sempurna,
sebagian berkembang menjadi epilepsi (2%- 7%) dengan angka kematian 0,64%-
0,75%.1
Meskipun kejang demam terlihat pada semua kelompok etnis, kejang ini lebih
sering terlihat pada populasi Asia (5-10% anak-anak India dan 6-9% anak- anak
Jepang). Kondisi ini lebih sering terjadi pada anak-anak yang memiliki status sosial
ekonomi yang lebih rendah, mungkin karena akses yang tidak memadai ke perawatan
medis. 1

2.2.3 Klasifikasi
1. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure)

Kejang demam yang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit), bentuk


kejang umum (tonik dan atau klonik), serta tidak berulang dalam waktu 24
jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang
demam. Sebagian besar kejang demam sederhana berlangsung kurang dari 5
menit dan berhenti sendiri.1

2. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)

Kejang demam dengan salah satu ciri jika kejang berlangsung lebih dari 15
menit, bersifat kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului
kejang parsial dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam.1

Tabel 1. Perbedaan Tipe Kejang1


Kejang demam simplek Kejang demam komplek
Durasi <15 menit >15 menit
Fokal, atau fokal menjadi
Bentuk kejang Umum, tonik-klonik
general
Frekuensi dalam 24jam Tidak berulang Berulang

Tabel 2. Kriteria Livingstone untuk Menegakkan Diagnosis KDS/KDK 1


KDS KDK
Usia 6 bulan - 5 tahun
Durasi <15 menit >15 menit
Fokal, secondary
Frekuensi dalam 24 jam General
general
Tipe Normal
Pemeriksaan neurologis Normal
Pemeriksaan EEG setelah 1 minggu Normal

2.2.4 Etiologi
Dapat dikatakan bahwa infeksi pada sebagian besar kejang demam adalah
tidak spesifik dan timbulnya serangan terutama didasarkan atas reaksi demam yang
terjadi. Faktor-faktor yang mungkin berperan dalam menyebabkan kejang demam,
misalnya:1,2
1. Demam itu sendiri.
2. Efek produk toksin dari mikroorganisme (kuman dan virus) terhadap otak.
3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit.
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak diketahui atau
ensefalopati toksik sepintas.

Kebanyakan kejang demam terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang


mendadak, dan paling sering terjadi selama hari pertama demam. Biasanya demam
mencetuskan kejang demam yang disebabkan oleh suatu infeksi pada tubuh anak.
Infeksi yang paling sering adalah:1
 Infeksi pada saluran atas
 Otitis media
 Campak
 Pneumonia
 Gastroenteritis
 Infeksi saluran kemih

2.2.5 Patofisiologi
Untuk mempertahankan hidup sel atau organ otak, diperlukan suatu energi
yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk memetabolisme otak yang
terpenting adalah glukosa. Pada keadaan demam, kenaikan 1C akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat sampai
20%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan
dari membran sel neuron, dan dalam waktu yang singkat dapat terjadi difusi ion
kalium listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh sel maupun ke membran lainnya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmitter sehingga terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang
yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang. Seorang anak
menderita kejang pada kenaikan suhu tubuh tertentu. Pada anak dengan ambang
kejang yang rendah, kejang sudah dapat terjadi pada suhu 38C, sedangkan pada anak
dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru dapat terjadi pada suhu 40C atau
lebih.1, 2

2.2.6 Faktor Risiko


Faktor resiko kejang demam pertama:1, 2
 Riwayat keluarga dengan kejang demam.
 Permulaan noenatus >28 hari.
 Kadar natrium rendah.
 Temperatur yang tinggi.

Bila seorang anak mempunyai 2 atau lebih faktor resiko tersebut diatas,maka
resiko untuk mendapatkan kejang demam kira- kira 30%. Faktor resiko kejang
demam berulang:1
 Usia muda kurang dari 12 bulan.
 Riwayat kejang demam.
 Cepat timbulnya kejang setelah demam.
 Temperatur yang rendah saat timbulnya kejang (< 38C)
 Riwayat keluarga epilepsi.
 Onset terjadinya kejang setelah demam.

2.2.7 Manifestasi Klinis


Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak terkait dengan kenaikan suhu
yang cepat dan biasanya terjadi jika suhu tubuh >38C atau lebih. Manifestasi klinik
yang sering dijumpai adalah:1, 2
 Didahului oleh kenaikan suhu yang cepat, biasanya terjadi bila suhu diatas
38C.
 Kehilangan kesadaran.
 Kejang menyeluruh.
 Serangan berupa kejang klonik atau tonik-klonik bilateral.
 Mata mendelik ke atas.
 Anak dapat menahan napasnya tanpa sadar.
 Dapat mengeluarkan suara seperti teriakan melengking atau menangis.
Selanjutnya diikuti gerakan ritmis berulang seluruh tubuh yang involunter
yang tidak dapat dihentikan. Setelah kejang pasien mengalami periode mengantuk
singkat. Setelah beberapa detik atau menit anak akan bangun dan sadar kembali tanpa
adanya defisit defisit neurologis. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara
(hemiparesis Tood) yang berlangsung beberap beberapa jam atau beberapa hari.1

2.2.8 Penegakan Diagnosis


Dalam anamnesis perlu ditanyakan beberapa hal seperti adanya kejang, jenis
kejang, kesadaran saat kejang, lamanya kejang, suhu sebelum atau saat kejang,
frekuensi dalam 24 jam, interval, keadaan anak pasca kejang, penyebab demam di
luar infeksi susunan saraf pusat (gejala infeksi pernafasan akut/ISPA, infeksi saluran
kemih/ISK, otitis media akut/OMA).1

Riwayat Perkembangan
Riwayat kejang demam dan epilepsi dalam keluarga. Singkirkan penyebab
demam yang lain (misal: diare atau muntah yang mengakibatkan gangguan elektrolit,
sesak yang mengakibatkan hipoksemia, asupan kurang yang dapat menyebabkan
hipoglikemia).1,2

Pemeriksaan Fisik:1
 Kesadaran: apakah terdapat penurunan kesadaran.
 Suhu tubuh: apakah terdapat demam, berapa suhu tertinggi.
 Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, Bruzinki I dan II, Kernique, Laseque

Pemeriksaan Nervus Kranial.1


 Tanda peningkatan tekanan intrakanial: ubun-ubun besar membonjol, papil
edema.
 Tanda infeksi diluar SSP: ISPA, OMA, ISK, dll.
 Pemeriksaan neurologi: tonus, motorik, refleks fisiologis dan patologis.
Pemeriksaan Penunjang:1, 2
1. Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab demam atau kejang.
Pemeriksaan meliputi darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit, urinalisis, biakan
darah, urine, atau feses.

2. Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi, sering sulit menegakkan atau
menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Jika
yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan. Oleh karena itu, pungsi
lumbal dianjurkan pada:
 Bayi kurang dari 12 bulan – sangat dianjurkan
 Bayi antara 12-18 bulan – dianjurkan
 Bayi >18 bulan – tidak rutin

Indikasi Pungsi Lumbal:


1) Terdapat tanda dan gejala rangsangan meningeal.
2) Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis
3) Dipertimbangkan pada anak dengan kejang di sertai demam yang sebelumnya
telah mendapat antibiotik dan pemberian antibiotik tersebut dapat
mengaburkan tanda dan gejala meningitis.

3. Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang
tidak khas, misalnya pada kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun,
atau kejang demam fokal. EEG hanya di lakukan pada kejang fokal untuk
menentukan adanya focus kejang di otak yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut.

4. Pencitraan
Pemeriksaan neuroimaging (CT scan atau MRI kepala) tidak rutin dilakukan.
Pemeriksaan tersebut dilakukan bila terdapat indikasi, seperti:
 Kelainan neurologis fokal yang menetap, misalnya hemiparesis atau paresis
nervus kranialis.
 Terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran menurun, muntah
berulang, UUB menonjol, paresis nervus VI, edema papil).

2.2.9 Diagnosis banding1, 2


Diagnosis banding kejang demam simplek, yaitu kejang demam komplek yang
terjadi >15 menit, status epileptikus, epilepsi, dan jika sudah ada gejala rangsang
meningeal atau peningkatan tekanan intrakranial bisa merujuk kearah meningitis.

Anda mungkin juga menyukai