PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kejang bukan suatu penyakit, tetapi gejala dari suatu
atau beberapa penyakit, yang merupakan manifestasi dari
lepasnya muatan listrik yang berlebihan di sel-sel neuron
otak oleh karena terganggu fungsinya.
Kejang merupakan salah satu darurat medik yang
harus
segera
diatasi.
Kejang
didefinisikan
sebagai
prilaku,
gangguan
sensoris,
atau
disfungsi
badan
yang
tinggi,
disebabkan
oleh
kelainan
ekstrakranial.
Serangan kejang demam pada anak yang satu
dengan yang lain tidak sama, tergantung dari nilai ambang
kejang masing-masing. Setiap serangan kejang pada anak
harus mendapat penanganan yang cepat dan tepat apalagi
pada kasus kejang yang berlangsung lama dan berulang.
Karena
keterlambatan
mengakibatkan
gejala
dan
kesalahan
sisa
pada
prosedur
anak
atau
akan
bahkan
menyebabkan kematian.
Jumlah
penderita
kejang
demam
diperkirakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.1
Kejang
demam
berdasarkan
definisi
dari
The
and
Prognosis)
adalah
kejang
yang
infeksi
susunan
saraf
pusat
atau
gangguan
Anak
yang
pernah
mengalami
kejang
tanpa
umum
yang
didahului
kejang
parsial.
Kejang
otak
yang
mengakibatkan
berulang.
Terjadinya
depolarisasi
masuknya
natrium
dan
keluarnya
kalium
melalui
pada
depolarisasi
membran
gerakan
syaraf
yang
akibat
terjadi
karena
sel.
Untuk
mengakibatkan
kecepatan
depolarisasi
yang
berlebihan.2,9
Perubahan
fisiologis
selama
kejang
berupa
pada
otak
tidak
dapat
mengimbangi
darah
otak
juga
meningkat
untuk
mencukupi
Sinaps
inhibisi
Neuron kortikal dan hipocampal masih imatur
Inhibisi kejang oleh sistem substansia nigra
exitatori
berkembang
mendahulaui
belum berkembang
Kemungkinan Penyebab
Kelainan
Kegagalan
mekanisme Hipoksemi-Iskemik,
pompa Natrium dan Kalium Hipoglikemia
akibat penurunan ATP
Eksitasi
neurotransmitter Hipoksemi-Iskemik,
yang berlebihan
Penurunan
Hipoglikemia
inhibisi Ketergantungan
neurotransmitter
piridoksin
Kelainan membran sel yang Hipokalsemia
mengakibatkan
kenaikan
permeabilitas Natrium
2.5 Gejala Klinis
Umumnya
kejang
demam
berlangsung
singkat,
yang
menetap
lebih
lama
dari
15
menit
dapat
mengarahkan
untuk
dapat
pasca
kejang,
penyebab
demam
diluar
disertai
demam
tinggi,
serangan
kejang
kejang
Kulit pucat dan mungkin menjadi biru
Serangan terjadi beberapa menit setelah anak itu
sadar
cairan
serebrospinal
dilakukan
untuk
diagnosis
meningitis
karena
manifestasi
EEG
tidak
dapat
memprediksi
epilepsi
pada
pasien
kejang
demam.
Oleh
dilakukan
pada
EEG
masih
dapat
2.8 Penatalaksanaan
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan
pada waktu pasien datang kejang sudah berhenti. Apabila
datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan
secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5
mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit
atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20
mg. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua
dirumah adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal
adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5mg untuk
anak dengan berat badan kurang dari 10kg dan 10mg
untuk berat badan lebih dari 10kg. Atau diazepam rektal
dengan dosis 5mg untuk anak usia dibawah 8 tahun atau
dosis 7,5mg untuk anak usia diatas 3 tahun.15,16
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum
berhenti, dapat diulangi dengan cara dan dosis yang sama
10
mg/kg/kali
dengan
kecepatan
1mg/kg/menit
atau
3-4
asetilsalisilat
kali
dapat
sehari.
Meskipun
menyebabkan
jarang,
asam
sindrom
Reye
11
tidak
berguna
untuk
mencegah
kejang
demam.17
2. Pemberian obat rumat
a. Indikasi pemberian obat rumat
Pengobatan obat rumat hanya diberikan apabila kejang
demam menunjukan ciri sebagi berikut :
Kejang lama >15 menit
Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum
atau
sesudah
kejang,
misalnya
hemiparesis,
hidrosefalus.
Kejang fokal
Pengobatan rumat di pertimbangkan bila:2,23
a) Kejang berulang dua kali atau lebih dalam
24 jam
b) Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari
12 bulan
c) Kejang demam >4 kali pertahun
12
tidak
perkembangan
nyata
ringan
misalnya
bukan
keterlambatan
merupakan
indikasi
efektif
dalam
menurunkan
risiko
berulangnya
berbahaya
dan
penggunaan
obat
dapat
tahun
asam
valproat
dapat
menyebabkan
dihentikan
secara
bertahap
selama
1-2
bulan.5.17
3. Edukasi pada orang tua
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan
bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua
beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan
ini harus dikurangi dengan cara diantaranya:
13
a. Meyakinkan
bahwa
kejang
demam
umumnya
mengalami
kecacatan
atau
kelainan
neurologis.
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam
tidak
pernah
dilaporkan
perkembangan
mental
dan
seluruh
faktor
di
atas
ada,
kemungkinan
demam.
Hanya
10%-15%.
Kemungkinan
14
BAB III
KESIMPULAN
Penatalaksanaan kejang demam pada anak mencangkup
tiga hal:
1. Pengobatan fase akut yaitu membebaskan jalan nafas
dan memantau fungsi vital tubuh. Saat ini diazepam
intravena atau rectal merupakan obat pilihan utama,
oleh karena mempunyai masa kerja yang singkat. Jika
tidak ada diazepam, dapat digunakan luminal suntikan
intramuskular ataupun yang lebih praktis midazolam
intranasal.
2. Mencari dan mengobati penyebab dengan melakukan
pemeriksaan pungsi lumbal pada saat pertama sekali
kejang demam. Fungsi lumbal juga dianjurkan pada
anak usia kurang dari 2 tahun karena gejala neurologis
sulit ditemukan. Pemeriksaan laboratorium penunjang
lain dilakukan sesuai indikasi.
3. Pengobatan profilaksis
a. Intermittent : anti konvulsan segera diberikan pada
waktu pasien demam (suhu rektal >38,5oC) dengan
menggunakan
diazepam
oral/rektal,
klonazepam
kejang
demam.
mencegah
Pemberian
obaat-
harus
dipertimbangkan
antara
khasiat
15
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Ismael, S. KPPIK-XI, 1983; Soetomenggolo TS. Buku Ajar
Neurologi Anak 1999.
2. Nelson KB dan Ellenberg JH. Prognosis in children with
febrile seizure. Pediatr 1978; 61: 720-7.
3. Annegers JF, Hauser W, Shirts SB, Kurland LT. Factors
prognostic of unprovoked seizures after febrile convulcions.
NEJM 1987; 316:493-8.
4. Shinnar S. Febrile seizures Dalam: Swaiman KS, Ashwal
S,eds. Pedriatic Neurology principles and practice. St Lois:
Mosby 1999. h. 676-82.
5. Wong V, dkk. Clinical Guideline on Management of Febrile
Convulsions. HK J Paediatr 2002; 7: 143-151.
6. Dieckman J. Rectal diazepam for prehospital
status
doses
of
diazepam
on
prevention
of
17
14.
Zempsky
WT.
Pediatrics,
febrile
seizure.
Http//www.emedicine.com/emerg/topic 376.htm.
15.
Stafstrom CE. The incidence and prevalence of febrile
seizure. Dalam: Baram TZ, Shinnar S, eds, febrile seizures,
San Diego: Academic Press 2002. h. 1-20.
16.
Hardiono D Pusponegoro, Dwi Putro Widodo, Sofyan
Ismael. 2009. Unit kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter
Anak Indonesia.
17.
M. Sholeha Kosim, dkk. 2010. Buku ajar neonatalogi.
Cetakan kedua. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Badan
penerbit IDAI.
18.
Knudsen FU. Intermitten diazepam prophylaxis in
febrile convulsions: Pros and Cos. Acta Neurol Scand 1991;
83(suppl.135): 1-24.
18