Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN

KEJANG DEMAM
De f in i s i K e ja n g
D e ma m
 Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat
dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.
(betz & Sowden :2002)
 Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh
suhu rektal di atas 38°C. (Riyadi dan Sujono:2009)
 Menurut Marvin A. Fishman (2007), kejang demam terjadi pada 2-4% anak usia di
bawah 6tahun. Kriteria diagnostik mencakup: kejang pertama yang dialami oleh anak
berkaitan dengan suhu yang lebih tinggi dari pada 38°C; anak berusia kurang dari
6tahun; tidak ada tanda infeksi atau peradangan susunan saraf pusat; anak tidak
menderita gangguan metabolik sistemik akut. Kejang demam bersifat dependen-usia,
biasanya terjadi pada anak berusia antara 9 dan 20 bulan; kejang jarang dimulai
sebelum usia 6 bulan.
Menurut Lumbantobing, 2001 dalam Prasetyo, E. Nanang (2015).
Faktor yang berperan dalam menyebabkan kejang demam:
Belum diketahui secara pasti
Faktor risiko yang penting demam
Demam yang sering disebabkan : ISPA, otitis media, pneumonia,
gastroenteritis, dan ISK
Faktor risiko lain :riwayat kejang demam pada keluarga, problem
pada masa neonatus, kadar natrium rendah.
Klasifikasi

1.Kejang demam
sederhana
 Kejang demam yang
berlangsung singkat
( kurang dari 15 menit)
 Bentuk kejang umum 2. Kejang demam komplek
(tonik dan atau klonik)
 Kejang lama > 15 menit
 Tidak berulang dalam
waktu 24 jam  Kejang fokal atau parsial satu
sisi,atau kejang umum
 Merupakan 80% diantara didahului kejang parsial
seluruh kejang demam
 Sebagian besar kejang
 Berulang atau > dari 1x dalam
demam sederhana 24 jam
berlangsung < 5 menit
dan berhenti sendiri
Patofisiologi

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan


metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada seorang anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh
tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada
kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari
membran sel neuron dalam waktu yang tingkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun ion natrium melalui membran tadi, dari akibat terjadinya lepas
muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan
bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadilah kejang. Pada anak dengan
ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38°C sedangkan
pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu
40ºC atau lebih (Aisyah, Ayu: 2105)
Manifestasi Klinis
Penatalaksanaan
 Memberantas kejang Secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan
kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi
suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15
menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang
sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila
belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara
intravena.
 Pengobatan penunjang
 Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya pengobatan
penunjang
 Semua pakaian ketat dibuka.
 Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.
 Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu
dilakukan intubasi atau trakeostomi.
 Penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa Keperawatan

 Besihan Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret.


 Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (terganggunya sistem termoregulasi)
 Resiko cedera berhubungan dengan adanya kejang
 Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
 Resiko terjadinya kejang ulang berhubungan dengan adanya peningkatan suhu tubuh
Pengkajian
 Identitas
Identitas pasien meliputi: nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan,
status perkawinan, agama, kebangsaan, suku, alamat, tanggal dan jam
MRS, no register, serta identitas yang bertanggung jawab.
 Keluhan utama
Pada umumnya pasien panas yang meninggi disertai kejang
 Riwayat penyakit sekarang
Menanyakan tentang keluhan yang dialami sekarang mulai dari panas, kejang,
kapan terjadi, berapa kali, dan keadaan sebelum, selama dan setelah
kejang.
 Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang diderita saat kecil seperti batuk, pilek, panas. pernah dirawat
dimana, tindakan apa yang dilakukan, penderita pernah mengalami kejang
sebelumnya, umur berapa saat kejang.
 Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan pada keluarga pasien tentang apakah didalam keluarga ada yang
menderita penyakit yang diderita oleh pasien seperti kejang atau epilepsi.
Lanjutan...
 Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : biasanya klien mengalami kelemahan
 Kesadaran : biasanya kesadaran klien somnolent, apatis atau sopor
 Tanda-tanda vital :
 Suhu, RR, nadi dan tekanan darah biasanya mengalami peningkatan
 Persistem
 Pernafasan
 Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan meningkat cepat dan peningkatan sekresi
mucus.
 Fase posektal : Apnea
 Sirkulasi
 Fase Iktal : Hipertensi, Takikardi, sinosis
 Fase Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan
 Neurosensori
 Fase Iktal :Ditanyakan Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing riwayat
trauma kepala, anoreksia, dan infeksi serebal
 Fase Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis
Lanjutan...
 Kulit
 Fase Iktal: Kulit licin berkeringat, warna kulit biasanya
kemerahan atau eritema baik sebagian atau seluruhnya,
 Fase Posiktal: turgorkulit >2 detik (Aisyah, Ayu: 2105)
Analisa Data
Perencanaan Keperawatan
Evaluasi

 Implementasi
 Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada
rencana tindakan yang telah ditetapkan meliputi tindakan
independent, depedent, interdependent. Pada pelaksanaan
terdiri dari beberapa kegiatan, validasi, rencan keperawatan,
mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan asuhan
keperawatan dan pengumpulan data (Susan Martin, (1998)dalam
Prasetyo, E. Nanang: 2015)
 Evaluasi
 Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan obyektif yang
akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah
evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya ( Santosa.NI, (1989)
dalam Prasetyo, E. Nanang: 2015). Adapun kriteria dari masing-masing diagnosa tersebut diantaranya:
 Besihan Jalan nafas efektif dengan kriteria prekuensi nafas klien dalam rentang 16-24x/Menit, tidak adanya
secret, tidak adanya sianosis
 Suhu tubuh klien kembali dalam rentang 36,5-37,50C.
 Tidak terjdinya cedera
 Tidak terjadinya kekurangan cairan dengan kriteria turgor kulit <2 detik tekstur kulit lembab
 Tidak terjadi kejang ulang selama suhu tubuh masih tinggi ataupun sudah kembali dalam rentang 36,5-
37,50C.
 Kecemasan keluarga berkurang, dengan kriteria keluarga tampak tenang tidak gelisah, tidak sering bertnya
dan mengetahui mengenai penyakit yang di alami klien baik itu prosen penangann kejangnya,
pengobatnnya dan penyembuhannya.

Anda mungkin juga menyukai