Anda di halaman 1dari 32

Sistem imun

Kelompok 3
iview Fisiologi Sistem Imunologi

Sistem imun dapat bereson terhadap hampir


semua mikroorganisme yang ditemukan dalam
kehidupan individu. Apabila respon awal telah
dibuat, maka ingatan mengenai
mikroorganisme tersebut akan tetap tersimpan
dalam sistem imun. Apabila terjadi pertemuan
kedua dengan mikroorganisme yang sama, maka
respoon imun akan bereaksi lebih cepat dan
lebih berhasil dibandingkan respon sebelumnya.
Sel Darah Putih Pembentukan sel darah putih

Sel-sel darah putih


berfungsi melindungi tubuh Semua sel darah putih
dari infeksi dan kanker serta dan trombosit berasal dari sel
membantu proses induk ( stem cell), yang disebut
penyembuhan. Sel-sel darah sel bakal pluripotensial. Dari sel
putih mencakup sel-sel radang : ini, terbentuk generasi-generasi
neutrofil, eosinofil, basofil, baru yang berdiferensiasi dan
monosit, dan makrofag dan sel- menghasilkan satu jenis sel.
sel respon imun : limfosit.
Neutrofil, eosinofil, dan basofil
Respon imun Respon sel T terhadap antigen
Respon imun berawal
sewaktu sel Batau T berkaitan, Sewaktu berkaitan
seperti kunci dengan dengan antigen imunogenik, sel
gemboknya,dengan satu T terangsang untuk
protein yang diidentifikasi oleh bereproduksi. Hal ini
sel T atau B sebagai benda menghasilkan paling sedikit
asing . selama perkembangan lima subtipe sel T yang mampu
masa janin dihasilkan ratusan bekerja pada satu antigen.
ribu sel B dan T yang memiliki 1. SEL T SITOTOKSIN
potensi berkaitan dengan 2. SEL HIPERSENSITIVITAS
protein spesifik. TIPE LAMBAT
3. SEL T HELPER
4. SEL T PENEKAN
5. SEL PENGINGAT
RESPON SEL B TERHADAP ANTIGEN Sel Plasma
 Apabila sel B berkaitan
dengan anatigen spesifiknya Sel plasma ditemukan di
untuk pertama kali, maka sel dalam peredaran darah, limpa,
tersebut mengalami langkah dan ditemukan di tempat-
pematangan akhir dan tempat infeksi atau peradangan.
menjadi sel plasma atau sel Sel plasma berespon terhadap
pengingat (memory cell). suatu antigen dengan
menghasilkan antibodi yang
berkaitan dengan antigen
bersangkutan. Apabila sel
plasma menjadi aktif , maka sel
tersebut dapat membelah secara
ekstensif dan menghasilkan
lebih dari 10 juta salinan
antibodi dalam satu jam.
Antibodi disebut Struktur Antibodi
imunoglobulin . terdapat
paling sedikit lima Semua antibodi memiliki
imunoglobulin spesifik yang gambaran serupa. Antibodi
dibentuk sebagai respon terdiri dari dua rantai berat
terhadap suatu antigen. Kelima yang disebut dengan bagian
jenis imunoglobulin Fc. Dan dua ujung yang disebut
bagian Fab.
1. IgG
2. IgM
3. IgA
4. IgE
 SEL PENGINGAT  OPSONISASI
 Pengikatan suatu antibodi ke antigen
 Sel-sel B yang menjadi sel
pada suatu bakteri menyebabkan
pengingat akan bersirkulasi oposinasi bakteri tersebut. Oposinasi
terus menerus di dalam darah. berarti perubahan dinding sel bakteri
Sel-sel pengingat menjadi aktif yang menyebabkan bakteri yang semula
segera setelah terjadi pajanan tidak dapat ditembus, menjadi rentan
terhadap fagositosis. Komplemen juga
baru ke antigen dan berfungsi sebagai opsonin(suatu bahan
mengaktifkan respon imun yang menyebabkan opsonisasi).
secara cepat.  SELF ANTIGEN
 Setiap orang memiliki antigen-antigen
permukaan sel yang bersifat khas untuk
DESTRUKSI orang tersebut. Antigen-antigen
MIKROORGANISMEOLEH tersebut disebut antigen
IMUNOGLOBULIN histokompatibilitas (HLA) dan
 Imunoglobulin dapat berfungsi mirip seperti sidik jari.
Terdapat sekitar 150antigen HLA yang
penghancurkan antigen yang berlainan yang terdapat di seluruh sel
mereka ikat melalui berbagai tubuh kecuali sel darah merah. Sel darah
mekanisme langsung dan tidak merah memiliki antigen ABO dan Rh.
langsung.
 ANTIGEN SEL DARAH
IMUNITAS
MERAH
Imunitas adalah keadaan
 Terdapat paling sedikit 80
dimana seseorang terlindungi
antigen yang berlainan yang
dari pembentukan penyakit.
terdapat di sel darah merah.
Imunitas dapat bersifat
Yang paling penting adalah
interen/bawaan (innate,
antigen ABO dan antigen Rh.
pasif, atau didapat setelah
Golongan darah dinyatakan
pajanan terhadap suatu
sebagai ABO dan Rh.
mikroorganisme.
RESPON PERADANGAN
Respon peradangan terjadi setelah infeksi atau
cedera jaringan. Peradangan dapat mendahului suatu
respons imun atau dicetuskan olehnya. Terdapat dua
stadium pada reaksi peradangan akut. Vaskular dan
selular.
KONSEP PATOFISIOLOGIS
KARAKTERISTIK LOKAL PERADANGAN

Rubor Kalor

Turgor Dolor
DEMAM
Demam adalah peningkatan titik patokan (set-point)
suhu di hipotalamus. Dengan meningkatkan titik
patokan tersebut, maka hipotalamus mengirim sinyal
untuk meningkatkan suhu tubuh. Tubuh berespon
dengan menggigil dan meningkatkan metabolisme
basal.
Demam timbul sebagai respon terhadap
pembentukan interleukin-1 yang di sebut dengan
pirogen endogen. interleukin-1 dibebaskan oleh
neutrofil aktif, mikrofag dan sel-sel mengalami cedera.
interleukin-1 tampaknya menyebabkan panas dengan
menghasilkan prostaglandin, yang merangsang
hipotalamus.
 LEUKOSITOSIS  PERADANGAN KRONIK
 Peradangan kronik adalah suatu
 Leukositosis adalah
reaksi peradangan yang berlangsung
peningkatan sel darah putih lebih dari 2 minggu. Peradangan
(leukosit) dalam sirkulasi. kronik dapat timbul setelah
Penigkatan neutrofil peradangan akut misalnya infeksi
merupakan penyebab utama yang tidak sembuh atau luka yang
kurang baik penyembuhannya,
Leukositosis yang menyertai peradangan kronik juga dapat terjadi
suatu infeksi atau tanpa di dahului oleh peradangan
peradangan. Pada infeksi akut, misalnya apabila tubuh
yang berkepanjangan, jumlah menjumpai mikro-organisme yang
tidak dapat di butuh di mana
sel-sel imatur (sel miloid)
kemudian mikro-organisme tersebut
meningkat, karena neutrofil di bungkus oleh suatu dinding agar
yang matang bergranulosit terisolasi. Contoh-contoh mikro-
lain habis terpakai. organisme yang dapat menyebabkan
peradangan kronik adalah golongan
mikrobakteri yang merupakan
penyebab tuberkulosis dan lepra.
 REAKSI HIPERSENSITIVITAS DEFISIENSI IMUN DAN
 Reaksi hipersensitivitas adalah PERDANGAN
respon perdangan dan imun Imunodefisiensi dapat terjadi
yang abnormal. Terdapat empat akibat gangguan fungsi
jenis reaksi hipersensitivitas. sebagian atau semua sel
1. REAKSI darah putih. Protein
HIPERSENSITIVITAS Tipe I komplemen dan koagulasi
2. REAKSI juga dapat mengalami
HIPERSENSITIVITAS Tipe defisiensi.
II
3. REAKSI
HIPERSENSITIVITAS Tipe
III
4. REAKSI
HIPERSENSITIVITAS Tipe
IV
Pengkajian Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan
  Infeksi dan Imunisasi
 Alergi
 Kelainan Autoimun
 Penyakit Neoplasma
 Sakit Kronik dan Pembedahan
  Obat-Obatan dan Tranfusi Darah
Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, kondisi kulit dan membran


mukosa pasien harus dinilai untuk menemukan :
 lesi,
 dermatitis,
 purpura (perdarahan subkutan),
 urtikaria,
 inflamasi atau pun pengeluaran sekret.
 Suhu tubuh
 Kelenjar limfe servikal anterior serta posterior
 aksilaris dan inguinalis
Lanjutan..
 kardiovaskuler dievaluasi dengan memeriksa kemungkinan hipotensi, takikardia,
aritmia, vaskulitis, dan anemia.

 gastrointestinal pasien dinilai dengan mengecek kemungkinan


hepatosplenomegali, kolitis dan vomitus serta diare.

 urogenital dinilai dengan mengamati tanda-tanda infeksi saluran kemih (sering


kencing atau rasa terbakar saat buang air kecil, hematuria, dan pengeluaran sekret
dari uretra). neurosensorik (yaitu gangguan fungsi kognitif, gangguan
pendengaran, perubahan visual, sakit kepala serta migrain, ataksia dan tetani).

 nutrisi pasien, tingkat stres dan kemampuan untuk mengatasi masalah juga harus
dinilai bersama dengan usianya dan setiap keterbatasan fungsional (keadaan
mudah lelah serta ketahanan tubuh).   
Evaluasi Laboratorium dan Diagnostik

 Enzim-Linked immune sorbent assay (Elisa)

merupakan teknik pengujian serologi yang didasarkan pada prinsip


interaksi antara antibody dan antigen. Pada awalnya, teknik ELISA
hanya digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi
keberadaan antigen maupun antibody dalam suatu sampel seperti
dalam pendeteksian antibody IgM, IgG, dan IgA pada saat terjadi
infeksi (pada tubuh manusia khususnya, misalya pada saat
terkena virus HIV). Namun seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan,teknik ELISA juga diaplikasikan dalam bidang
patologi tumbuhan, kedokteran, dll.                                
 Test  alergi 

Tes alergi adalah suatu cara untuk menentukan


penyebab alergi.Beberapa jenis tes alergi seperti tes tusuk
kulit (Skin Prick Test), tes tempel (Patch Test), tes RAST
(Radio Allergo Sorbent Test), tes kulit intrakutan, tes
provokasi dan eliminasi makanan dan tes provokasi obat.
 Test  bone marraw   
tulang adalah jaringan lunak dan berlemak yang
terdapat dalam rongga hampir semua tulang. Jaringan ini
memainkan peran utama dalam pembentukan sel darah.
Dalam biopsi sumsum tulang, jaringan lunak dari bagian
dalam tulang diekstrak untuk tujuan diagnostik. Biopsi
sumsum tulang lazim digunakan untuk mengidentifikasi
kelainan darah seperti anemia, infeksi darah, leukemia,
dan kanker sumsum tulang
 Limfanglografi           

pemeriksaan X-ray dengan menggunakan kontras


untuk melihat kelenjar limfe dan pembuluh limfe yang
merupakan bagian dari sistem limfatik dengan tujuan
untuk menegakkan diagnostik, mengevaluasi penyebaran
kanker dan efektifitas terapi kanker. Indikasi dilakukan
Limfanglografi yaitu untuk mengetahui keefektifan dari
terapi kanker, mengevaluasi penyebab pembegkakan pada
lengan atau kaki, mencari penyakit yang disebabkan oleh
parasit dan membedakan antara limfoma Hodgkin atau
non Hodgkin.
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK (LES)

Lupus eritematosus sistemik (LES) adalah suatu


penyakit peradangan kronik di mana terbentuk antibodi-
antibodi terhadap beberapa antigen diri yang berlainan.
Antibodi-antibodi tersebut biasannya adalah igG atau
IgM dan dapat bekerja terhadap asam nukleat pada DNA
atau RNA, protein jengjang koagulasi, kulit, sel darah, sel
darah putih dan trombosit
PENYEBAB LES
Penyebab LES tidak diketahui, walaupun penyakit ini
sering terjadi pada orang-orang dengan kecenderunga
pengidap penyakit otoimun. Penuruna fungsi sel T
penekan atau gangguan penyajian antigen HLA mungkin
berperan. LES dapat dicetuskan oleh stress sering
berkaitan dengan kehamilan atau menyusui. Pada
beberapa orang, pajana radiasi ultarviolet yan berlebihan
dapat mencetuskan penyakit. Penyakit ini biasanya
mengenai wanita muda selama masa subur. Penyakit ini
dapat bersifat ringan selama bertahun-tahun, atau dapat
berkembang dan menyebabkan kematian
Gambaran Klinis
 Poliartralgia (nyeri sendi) dan atritis (peradangan sendi)
 Demam akibat peradangan kronik
 Ruam wajah dalam pola malar (seperti kupu-kupu) di pipi da hidung
 Kata lupus berati serigala dan mengacu kepada penampakan topeng sperti
serigala
 Lesi yang kebiruan di ujung jari akibat buruknya aliran darah dan hipoksia
kronik
 Sklerosis (pengencangan atau pengerasan) kulit jari-jari tangan
 Luka-luka di selaput lendir mulut atau faring (sariawan)
 Lesi berskuama di kepala, leher dan punggung
 Edema mata dan kaki mungkin mencerminkan keterlibatan ginjal dan
hipertensi
 Anemia, kelelahan kronik, infeksi berulang dan pendarahan sering terjadi
karena serangan-serangan terhadap sel darah merah dan putih serta
trombosit
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan
pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala sekarang
dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan mudah
lelah, lemah, nyeri, kaku, demam/panas, anoreksia
dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta
citra diri pasien.
Kulit
Kardiovaskuler
Sistem Muskuloskeletal
Sistem integument
Sistem pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
Sistem vaskuler
Sistem Renal
 Sistem saraf
Masalah Keperawatan

 Nyeri
 Keletihan
 Gangguan integritas kulit
 Kerusakan mobilitas fisik
 Gangguan citra tubuh
 Jelaskan patofisiologik nyeri
dan membantu pasien untuk
Intervensi menyadari bahwa rasa nyeri
 Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan
sering membawanya kepada
kerusakan jaringan. metode terapi yang belum
 Tujuan : perbaikan dalam tingkat terbukti manfaatnya.
kennyamanan
Bantu dalam mengenali nyeri
 Intervensi :
 Laksanakan sejumlah tindakan yang kehidupan seseorang yang
memberikan kenyamanan (kompres membawa pasien untuk
panas /dingin; masase, perubahan posisi,
memakai metode terapi yang
istirahat; kasur busa, bantal penyangga,
bidai; teknik relaksasi, aktivitas yang belum terbukti manfaatnya.
mengalihkan perhatian)  Lakukan penilaian terhadap
  Berikan preparat antiinflamasi, analgesik
seperti yang dianjurkan. perubahan subjektif pada
 Sesuaikan jadwal pengobatan untuk rasa nyeri.
memenuhi kebutuhan pasien terhadap
penatalaksanaan nyeri.
  Dorong pasien untuk mengutarakan
perasaannya tentang rasa nyeri serta sifat
kronik penyakitnya.
Keletihan berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa
nyeri, depresi.
Tujuan : mengikutsertakan tindakan sebagai bagian dari aktivitas hidup sehari-
hari yang diperlukan untuk mengubah.
Intervensi :
Beri penjelasan tentang keletihan :
hubungan antara aktivitas penyakit dan keletihan
 menjelaskan tindakan untuk memberikan kenyamanan sementara
melaksanakannya
mengembangkan dan mempertahankan tindakan rutin unutk tidur (mandi air
hangat dan teknik relaksasi yang memudahkan tidur)
menjelaskan pentingnya istirahat untuk mengurangi stres sistemik, artikuler
dan emosional
menjelaskan cara mengggunakan teknik-teknik untuk menghemat tenaga
kenali faktor-faktor fisik dan emosional yang menyebabkan kelelahan.
Fasilitasi pengembangan jadwal aktivitas/istirahat yang tepat.
 Dorong kepatuhan pasien terhadap program terapinya.
Rujuk dan dorong program kondisioning.
 Dorong nutrisi adekuat termasuk sumber zat besi dari makanan dan suplemen.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot, rasa nyeri pada saat bergerak, keterbatasan daya tahan
fisik.
Tujuan : mendapatkan dan mempertahankan mobilitas fungsional yang
optimal.
Intervensi :
Dorong verbalisasi yang berkenaan dengan keterbatasan dalam mobilitas.
Kaji kebutuhan akan konsultasi terapi okupasi/fisioterapi :
Menekankan kisaran gherak pada sendi yang sakit
Meningkatkan pemakaian alat Bantu
Menjelaskan pemakaian alas kaki yang aman.
Menggunakan postur/pengaturan posisi tubuh yang tepat.
Bantu pasien mengenali rintangan dalam lingkungannya.
Dorong kemandirian dalam mobilitas dan membantu jika diperlukan.
Memberikan waktu yang cukup untuk melakukan aktivitas
  Memberikan kesempatan istirahat sesudah melakukan aktivitas.
 Menguatkan kembali prinsip perlindungan sendi
 Gangguan citra tubuh berhubungqan dengan perubahan dan ketergantungan fisaik serta
psikologis yang diakibatkan penyakit kronik.
Tujuan : mencapai rekonsiliasi antara konsep diri dan erubahan fisik serta psikologik yang
ditimbulkan penyakit.
Intervensi :
Bantu pasien untuk mengenali unsur-unsur pengendalian gejala penyakit dan
penanganannya.
Dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan rasa takut
Membantu menilai situasi sekarang dan menganli masahnya.
Membantu menganli mekanisme koping pada masa lalu.
Membantu mengenali mekanisme koping yang efektif.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit, penumpukan
kompleks imun.
Tujuan : pemeliharaan integritas kulit.
Intervensi :
Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi
  Hilangkan kelembaban dari kulit
 Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya sedera termal akibat penggunaan kompres
hangat yang terlalu panas.
 Nasehati pasien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.
Kolaborasi pemberian NSAID dan kortikosteroid.
 
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai