Anda di halaman 1dari 40

ASFIKSIA

NEONATORUM
Oleh : dr. Meutia Ayudila
Pembimbing : dr. Faisal Husein, Sp.A, MSc

RSUD CUT NYAK DHIEN


MEULABOH
2017
IDENTITAS
Nama : Bayi Ny. Marlina
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 0 hari
Tempat/ Tgl. Lahir : Nagan Raya, 16/01/2017 pkl 21.05
Tanggal MRS : 16 Januari 2017
Tanggal Pemeriksaan : 17 Januari 2017
ANAMNESA
Keluhan Utama:
Bayi tidak langsung menangis saat dilahirkan.

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien dilahirkan di RSUD Nagan Raya dengan keluhan
tidak langsung menangis sesaat setelah dilahirkan,
beberapa saat kemudian pasien menangis, sesak napas,
merintih, ekstremitas biru, tonus otot kurang, bayi telah
dipasang CPAP namun saturasi O2 tidak naik,
ekstremitas tetap membiru dan tetap sesak, pasien
segera dirujuk ke RSUD CND Meulaboh.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
G2P2A0
Umur kehamilan 32 minggu
Rutin kontrol ANC ke puskesmas selama masa kehamilan >4x
Mengkonsumsi penambah darah yang diberikan petugas
puskesmas
Trauma selama hamil (-)
Riwayat perdarahan melalui jalan lahir (-)
Riwayat mengkonsumsi obat-obatan dan jamu selama
kehamilan (-)
Pada tanggal 16 Januari 2017 di RSUD Nagan Raya ibu
pasien diperiksa dan dikatakan bayi mengalami gawat janin
Dilakukan SC dan kemudian bayi lahir di RSUD Nagan Raya
pada pukul 21.05 WIB, berat badan lahir = 2600 gram, pasien
tidak langsung menangis sesaat setelah dilahirkan (AS = 4-5),
ketuban mekoneal (+).
Riwayat Keluarga: Riwayat penyakit jantung bawaan
dalam keluarga (-), penyakit asma (-), penyakit DM (-),
hipertensi (-).
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum: Lemah.
Berat badan: 2600 gram.
Panjang badan: 42 cm.
Lingkar kepala: 31 cm.

Vital sign
Nadi: 125 kali/ menit, regular, isi cukup.
RR : 56 kali/ menit.
Suhu: 36,4C
Kepala
Normocephali
Rambut : warna hitam, lebat, UUB lunak, terbuka, datar,
ukuran 2 x 1 cm.
Mata : Anemis (-)/(-), Ikterus (-)/(-), oedem palpebra (-)/(-)
Hidung : Napas cuping hidung (-), rhinorea (-), sekret (-).
Telinga : Daun telinga elastis, fistel (-), otore (-), tidak ada
kelainan
Mulut : Mukosa bibir pucat (+), sianosis (+)

Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thorax
Paru
Inspeksi : Dada simetris, , deformitas (-), retraksi suprasternal
(+), retraksi subkostal (-), retraksi intercostals (-)
Palpasi : Gerakan napas simetris, pulsasi iktus cordis teraba
di ICS V linea midclavikula sinistra.
Perkusi : (-)
Auskultasi : Suara Napas Bronkovesikuler, Ronki (-)/(-),
Wheezing (-)/(-)
Jantung
Inspeksi : Iktus Cordis tidak terlihat
Palpasi : (-)
Perkusi : (-)
Auskultasi: S1 S2 Tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-); tali pusat berwarna keputihan, licin,
terawat
Palpasi : H/ L/ R tak teraba; massa (-)
Perkusi : (-)
Auskultasi : Bising Usus Normal

Ekstremitas
Atas : Akral Hangat (+)/(+), Oedem (-)/(-), gerakan
sedikit/ lemah, kelainan bentuk (-)
Bawah : Akral Hangat (+)/(+), Oedem (-)/(-), gerakan sedikit/
lemah, kelainan bentuk (-)
Kulit: Tampak pucat, ikterus (-), sianosis (+).
DIAGNOSIS
NCB-SMK
Asfiksia Neonatorum ec dd/ 1. ARDS
2. Cianotik CHD

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
Saturasi oksigen.
Darah lengkap.
Analisa gas darah dan elektrolit.
Gula darah sewaktu.
PENATALAKSANAAN
Terapi
Pasang CPAP, PEEP: 7, 02 : 4L.
Pasang OGT terbuka.
Puasa sementara.
Infus D10% 10 tetes mikro/ menit (200 ml/ 24 jam).
Injeksi Ampicillin 130 mg/ 12 jam (dosis: 50-100 mg/ Kg BB/
hari).
Injeksi Gentamicin13 mg/ 8jam
Observasi kondisi umum & tanda vital; jaga kehangatan
(suhu: 36,5-37,5 C)
Follow-up
Tanggal S O A P
16/01/2017 Sesak napas (+), KU: lemah NCB SMK - Pasang CPAP, PEEP: 7, 02 :
Merintih (+), RR: 56x/menit Asfiksia 4L.
Retraksi dinding HR: 125x/menit berat - Pasang OGT terbuka.
dada (+), T: 36.4 C Gawat nafas - Puasa sementara.
Sianosis (+), SpO2: 98% - Infus D10% 10 tetes
Menangis (-), APGAR skor 3 mikro/ menit (200 ml/ 24
Gerakan (-). Down skor 7 jam).
Hasil Lab - Injeksi Ampicillin 130 mg/
KGDs : 113 12 jam (dosis: 50-100 mg/ Kg
mg/dl BB/ hari).
Hb: 14,4 - Injeksi Gentamicin 13 mg/ 8
Erit: 4,52 jam
Leu: 35,4 - Observasi kondisi umum &
Plt: 211 tanda vital; jaga kehangatan
HT: 43,3 (suhu: 36,5-37,5 C)
17/01/2017 Sesak napas (+), KU: lemah NCB Tx. Lanjut
merintih (+), RR: 85x/menit SMK Observasi kondisi umum
retraksi dinding HR: 143x/menit Asfiksia & tanda vital; jaga
dada (+), sianosis T: 36.8 C sedang kehangatan (suhu: 36,5-
(+), menangis SpO2: 97% Ancaman 37,5 C)
(lemah), gerakan APGAR skor 6 gagal
(+). Down skor 8 nafas

18/01/2017 Sesak napas (+), KU: lemah NCB Tx. Lanjut


merintih (+), RR: 75x/menit SMK Observasi kondisi umum
retraksi dinding HR: 159x/menit Asfiksia & tanda vital; jaga
dada (+), sianosis T: 36.9 C sedang kehangatan (suhu: 36,5-
(berkurang), SpO2: 99% Gawat 37,5 C)
menangis (lemah), APGAR skor 6 nafas
gerakan (+). Down skor 6
19/01/2017 Sesak napas (+), KU: lemah NCB Tx. Lanjut
merintih (+), RR: 62x/menit SMK Observasi kondisi umum
retraksi dinding HR: 160x/menit Asfiksia & tanda vital; jaga
dada (+), sianosis T: 37,1 C sedang kehangatan (suhu: 36,5-
(berkurang), SpO2: 96% Gawat 37,5 C)
menangis (lemah), APGAR skor 6 nafas
gerakan (+). Down skor 6

20/01/2017 Sesak napas (+), KU: lemah NCB Tx. Lanjut


merintih (+), RR: 87x/menit SMK Rujuk ke Banda Aceh
retraksi dinding HR: 140x/menit Asfiksia apabila SpO2, HR, RR
dada (+), sianosis T: 36.4 C sedang pasien stabil
(+), menangis SpO2: 95% Gawat
(lemah), gerakan APGAR skor 6 nafas
(+). Down skor 8
21/01/2017 Sesak napas (+), KU: lemah NCB Tx. Lanjut
merintih (+), RR: 58x/menit SMK Rujuk ke Banda Aceh
retraksi dinding HR: 153x/menit Asfiksia apabila SpO2, HR, RR
dada (+), sianosis T: 36.9 C sedang pasien stabil
(+), menangis SpO2: 99% Gawat
(lemah), gerakan APGAR skor 6 nafas
(+). Down skor 5

22/01/2017 Sesak napas (+), KU: lemah NCB Tx. Lanjut


merintih (+), RR: 62x/menit SMK Rujuk ke Banda Aceh
retraksi dinding HR: 138x/menit Asfiksia apabila SpO2, HR, RR
dada (+), sianosis T: 36.8 C sedang pasien stabil
(+), menangis SpO2: 97% Gawat
(lemah), gerakan APGAR skor 6 nafas
(+). Down skor 6
23/02/2017 Sesak napas (+), KU: lemah NCB Tx. Lanjut
merintih (+), RR: 52x/menit SMK Rujuk ke Banda Aceh
retraksi dinding HR: 130x/menit Asfiksia apabila SpO2, HR, RR
dada (+), sianosis T: 36.4 C sedang pasien stabil
(+), menangis SpO2: 99% Gawat
(lemah), gerakan APGAR skor 6 nafas
(+). Down skor 5
ASFIKSIA NEONATORUM

DEFINISI

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara


spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat
setelah lahir
FAKTOR RISIKO
Faktor Ibu Faktor Plasenta Faktor Bayi Faktor Neonatus

Hipertensi dlm Lilitan tali Bayi prematur Depresi pusat


kehamilan pusat BBLR napas pd
Perdarahan Tali pusat Air ketuban neonatus ec:
antepartum pendek bercampur Anelgesia
abnormal Prolapsus tali mekonium Trauma
Partus lama pusat Kelainan persalinan
atau partus kongenital
macet yang memberi
Infeksi berat ( dampak pada
Malaria, Sifilis, pernapasan
TBC, HIV) bayi
Kehamilan
lebih bulan (
lebih 42
minggu
kehamilan
Fisiologi pernapasan bayi baru lahir
- Reaksi bayi pada masa transisi
udara
Cairan
paru-
paru
janin

Napas pertama Napas kedua Napas


selanjutnya
Patofisiologi Asfiksia Neonatorum
Uterus:
Aktivitas kontraksi memanjang/ hiperaktivitas
menyebabkan aliran darah menuju plasenta makin menurun,
sehingga O2 dan nutrisi menuju janin makin berkurang.
Maternal:
Hipotensi, syok dengan sebab apapun
aliran darah menuju plasenta akan berkurang sehingga O2 dan
nutrisi makin tidak seimbang untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
Tali pusat
Kompresi tali pusat
aliran darah menuju janin berkurang.
Plasenta
Degenerasi vaskular
Fungsi plasenta akan berkurang sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan O2 dan nutrisi metabolisme janin.
Janin
Malformasi
bisa disebabkan kelainan jantung kongenital, kehamilan ganda
atau salah satunya mengalami gangguan nutrisi.
Perdarahan
Dapat terjadi plasenta previa, solusio plasenta pecahnya sinus
marginalis.

Gangguan pertukaran O2 dan CO2


. Terjadi Hypoxia dan Hypercapnea
. Mengakibatkan : - Asidosis
- Hypoglicemi
- Kematian
Tahapan perubahan yang terjadi
pada asfiksia
Pd periode awal bayi akan mengalami napas cepat ( rapid
breathing ) dsbt gasping primer

Lalu apnu primer dmn frekuensi jantung mulai


menurun,tekanan darah tetap bertahan

Bila tdk ditolong segera,maka bayi akan bnapas megap2


dsbt gasping sekunder berlanjut ke periode apnu sekunder
frek. Jantung & TD menurun dpt menyebabkan kematian.
-RAPID BREATHING -GASPING SECONDAIRE
-APNEU PRIMER -APNEU SECONDAIRE
-HEART RATE -HEART RATE
-BLOOD PRESSURE -BLOOD PRESSURE
KLASIFIKASI

Asfiksia Vigorous baby


Asfiksia berat
ringan-sedang (normal)
Skor APGAR Skor APGAR Skor APGAR
0-3 4-6 7-10
GAMBARAN KLINIS
Denyut jantung >100x/mnt atau <100x/menit dan tidak
teratur
Mekonium dalam air ketuban ibu
Apnoe
Pucat
Sianosis
Penurunan kesadaran terhadap stimulus
Kejang
DIAGNOSIS
Anamnesis
Gangguan atau kesulitan waktu lahir (lilitan tali pusat, sungsang,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, dll).
Lahir tidak bernafas/menangis.
Air ketuban bercampur mekonium.
PF
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap.
Denyut jantung < 100X/menit
Kulit sianosis, pucat.
Tonus otot menurun.
Untuk diagnosis asfiksia tidak perlu menunggu nilai Skor Apgar
Px. Penunjang:
Laboratorium hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil
asidosis pada darah tali pusat jika:
PaO2 < 50 mm H2O
PaCO2>55mmH2
pH < 7,30
PENATALAKSANAAN

Tujuan utama mengatasi asfiksia untuk mempertahankan


kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa (sekuele)
yang mungkin timbul di kemudian hari.
(+) resusitasi neonatus dengan memberikan ventilasi yang
adekuat dan pemberian oksigen yang cukup

1. Resusitasi
a. Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar (lihat bagan)
b. Terapi medikamentosa
A. TAHAPAN RESUSITASI
Positive Pressure Ventilation - Correct Position &
Size of Face Mask
B. TERAPI MEDIKAMENTOSA
EPINEFRIN :
Indikasi :
Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30
detik dilakukan ventilasi adekuat dan pemijatan dada.
Asistolik.

Dosis :
0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-
0,03 mg/kg BB) Cara : i.v atau endotrakeal. Dapat
diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
Volume ekspander :
Indikasi :
Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami
hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi.
Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau
syok. Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi
kecil/lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan respon
yang adekuat.
Jenis cairan :
Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)
Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan
darah banyak.
Dosis :
Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat
diulang sampai menunjukkan respon klinis.
Bikarbonat :
Indikasi :
Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan
resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik
dan hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa
gas darah dan kimiawi.
Dosis :
1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb (8,4%
Cara :
Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama
banyak diberikan secara intravena dengan kecepatan
minimal 2 menit.
Efek samping :
Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari
bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak.
Nalokson :
Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak
menyebabkan depresi pernafasan. Sebelum diberikan
nalakson ventilasi harus adekuat dan stabil.
Indikasi :
Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya
menggunakan narkotik 4 jam sebelum persalinan.
Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru
dicurigai sebagai pemakai obat narkotika sebab akan
menyebabkan tanda with drawltiba-tiba pada sebagian bayi.

Dosis :
0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)
Cara :
Intravena, endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m
atau s.c
PENATALAKSANAAN
2. Suportif
Jaga kehangatan.
Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka.
Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah
dan elektrolit)
Bersihkan
Posisi kepala jalan napas
Kapan harus merujuk :
.
Bila Puskesmas tidak mempunyai fasilitas lengkap
Rujuk bila bayi tidak memberi respons terhadap tindakan
resusitasi selama 2- 3 menit
Bila Puskesmas mempunyai fasilitas lengkap :
Rujuk bila telah dilakukan resusitasi secara lengkap, bayi
tidak memberi respons
Bila oleh karena satu dan lain hal bayi tidak dapat dirujuk,
lakukan tindakan paling optimal dan berikan dukungan
emosional kepada ibu dan keluarga
Bila sampai dengan 10 menit bayi tidak dapat dirujuk :
jelaskan kepada orang tua tentang prognosis bayi yang
kurang baik dan pertimbangan manfaat rujukan untuk bayi ini
kurang bila terlalu lama tidak segera dirujuk
Kapan menghentikan resusitasi
Resusitasi dinilai tidak berhasil jika:
Bayi tidak bernapas spontan
Tidak terdengar denyut jantung
Setelah dilakukan resusitasi secara efektif selama 15
menit.
KOMPLIKASI
Edema otak
Ensefalopati hipoksik iskemik
Gagal napas
Syok kardiogenik
Hipertensi pulmonal persisten
Gagal jantung kongestif

PROGNOSIS
Bergantung pada komplikasi metabolik dan kardiopulmonalnya dapat
diobati atau tidak
Asfiksia Ringan Tergantung pada kecepatan penatalaksanaan
Asfiksia Berat dapat terjadi kematian atau kelainan saraf pada
hari-hari pertama. Asfiksia dengan Ph 6,9 dapat menyebabkan
kejang hingga koma dan kelainan neurologis permanen seperti
serebral palsi atau retardasi mental.
...Terima Kasih ..

Anda mungkin juga menyukai