Anda di halaman 1dari 40

Laporan kasus

Prematur Kontraksi

Pembimbing: dr. Fadhilah Akhdasari, Sp.OG


Oleh: dr.Marlinda

RSUD KEMBANGAN
2019
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. D
• Usia : 19 tahun • Nama Suami : Tn. T
• Agama : Islam • Usia : 30 tahun
• Alamat : • Pendidikan : S1
• Pendidikan : SMA • Pekerjaan : Wiraswasta
• Pekerjaan : IRT • Agama : Islam
• Gol. Darah :A+ • Gol. Darah :B
• Tgl. Masuk : 13 april 2019 (14.15 WIB) • Alamat :
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Perut tegang dan terasa mules.

Riwayat Penyakit Sekarang


> 1 bulan SMRS
RSUD
1-2 minggu SMRS Kembangan
Keputihan + (putih, bau amis
+, gatal +) 1 hari SMRS 13 April 2019
Mules mulai dirasakan
BAK nyeri – namun jarang 14.15 WIB
Mules bertambah ++
Menggunakan sabun cuci Os melakukan hubungan disertai perut tegang
vagina – dg suami tanpa alat Nyeri pinggang
Menggunakan ventiliner – kontrasepsi
Nyeri perut bagian bawah
Gerak janin masih dirasakan
Keputihan +, Keluar air -,
blood show dan slym -
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Keluarga

• Rutin periksa • Keluhan yang sama (-)


kehamilan di • Hipertensi (-)
puskesmas joglo • Penyakit jantung (-)
• Riwayat trauma (-) • DM (-)
• Riwayat alergi (-) • Asma (-)
• Riwayat penyakit
jantung(-), hipertensi (-
), DM (-), asma (-)
• Merokok (-), obat-
obatan terlarang (-)
RIWAYAT MENSTRUASI
Menarche: 11 thn

Taksiran Siklus: teratur


Persalinan: 17 mei
2019 Lama: 6-7 hari

HPHT: 10 agustus Dismenorea: ada


2018 pada hari 1 dan 2
RIWAYAT PERNIKAHAN dan Kehamilan
1. Pertama
Usia 15 tahun
Lahir anak 1, SC a.i CPD di
RSUD cengkareng thn
2016
BB: 3800 kg PB: 53 cm
Meninggal saat usia 2 hari.

2. Kedua
Usia 19 tahun
Hamil saat aini
RIWAYAT PEMAKAIAN KONTRASEPSI

Riwayat
• Pasien pernah ginekologi • Pola makan dan minum
menggunakan teratur, makan 3x sehari
kontrasepsi hormonal 3 • Pasien menyangkal ( kurang serat banyak
bulan pernah menderita karbohidrat ).
penyakit Ca, kista • Minum kurang lebih 7
ovarium, mioma uteri. gelas sehari.

Riwayat
Nutrisi
kontrasepsi
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan TTV Stastus Generalis Status Obstetri
• KU: Tampak sakit sedang • Kepala • PEMERIKSAAN LUAR
• Kes. : Composmentis • Mata : CA (-), SI (-), • a. Inspeksi : cembung, supel, striae
• BB : 62 kg, TB : 155 cm edemapalperbra (-) gravidarum (+), skar (+)
• Tanda vital : • Leher : Tidak teraba pembesaran • b. Palpasi
• TD = 125/78 mmHg KGB, Tidak terdapat peningkatan • - TFU = 24 cm His = (+) , 2
JVP kali/10menit, 15 detik
• Respirasi =20x/menit
• Thoraks : pergerakan dada simetris, • leopold I = teraba lunak, kurang
• Nadi = 80x/menit reguler
retraksi (-) bundar  bokong
• Suhu = 36,6 oC
• Cor : BJ I,II reguler, murmur (-), • leopold II = teraba punggung disisi
gallop (-) kiri
• Pulmo : VBS +/+ simetris, ronkhi - • leopold III = teraba bagian keras,
/-, wheezing -/- bundar  kepala
• Abdomen :lihat status obstetrik • leopold IV = teraba kepala floating,
• Ekstremitas :akral hangat, CRT < 5/5
2 detik, edema • c. Auskultasi : DJJ 138 x/menit
• Kulit: pucat (-), sianosis (-) • PEMERIKSAAN DALAM
• v/v : Tidak ada kelainan
• Porsio : menutup, fluor
albus minimal
• Pembukaan : tidak ada
USULAN PEMERIKSAAN

• Hematologi Lengkap dan Urine lengkap


• Serologi
• CTG
• USG (tidak dilakukan)
HASIL PEMERIKSAAN
Tanggal periksa: 13 april 2019, jam: 15.40 WIB Tanggal Periksa: 13 april 2019 jam: 15.40 WIB
Hematologi Warna Kuning
Hemoglobin 10.2 12-15 g/dl Kekeruhan Agak keruh
Hematokrit 27 36-51% Berat jenis 1.020
PH 7.0
Leukosit 9.900 4000-10.000 /mm3
Protein Positif 1
Trombosit 283.000 150000-450.000 mm3
Glukosa +-
Eritrosit 3.2 3.8-4.8 jut/ul
Keton Negatif
MCV 86 80-95 fl Bilirubin Negatif
MCH 32 27-31 pg Blood Negatif
MCHC 37 32-36 g/l Leukosit Positif 2
RDW 13 12-16% Nitrit Negatif
Hitung Jenis Leukosit Urobilinogen Positif 1
Mikroskopis

Basofil 0 0-1% Eritrosit 0–2


Lekosit 20 – 50
Eosinofil 3 2-4%
Epitel renal 0
Neutrofil 70 50-70%
Epitel squamosa 0
Limfosit 20 25-40%
Silinder hialin 0
Monosit 7 2-8% Silinder epitel 0
Serologi Silinder eritrosit 0
Anti HIV Skrining Non-Reaktif Kristal 0
Parasit 0
HbsAg skrining Non-Reaktif
Bakteri 25 – 50
Syphillis rapid Non-Reaktif Jamur 0
RESUME
Wanita 19 tahun G2P1A0 mengaku hamil 8 bulan datang dengan
keluhan mules sejak 1 hari SMRS. Mules dirasakan semakin sering dan
bertambah nyeri. Keluhan disertai dengan nyeri pada perut bawah dan
nyeri pinggang. Pasien mempunyai riwayat SC 1 kali.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik,
tanda-tanda vital normal. Hasil pemeriksaan obstetri diperoleh TFU 24
cm, punggung kiri, persentasi kepala dan belum masuk PAP, BJA =
138x/menit. Pada pemeriksaan dalam, vulva vagina ada fluor albus
minimal dan belum ada pembukaan.
DIAGNOSA KERJA

G2P1A0 gravida 35-36 minggu dengan prematur


kontraksi dan bekas SC 1 kali
TATALAKSANA
• Rawat inap
• Nifedipin 4x10 mg
• Utrogestan 2x100 mg
• Ceftriaxone 2x1 gr
• Dexamethasone 2x6 mg
• Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, HIS, BJA
PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam


Follow Up
Tanggal Catatan Instruksi 15/04/19 S : keputihan +, His + jarang, tegang Cefadroxyl 2x500
14//04/16 S : mulas namun sudah berkurang, P/ Infus RL + + mg
kencang +, keputihan + duvadilan 1 amp drip O : KU : CM Utrogestan 2x100
O : KU : CM 500 cc 20 gt TD : 120/80 mmHg mg
TD : 110/70 mmHg Inj.Ceftriaxone 2x1 N : 83 x/m Flagistatin 1x1
N : 82 x/m gr R : 20 x/m pervaginam
R : 20 x/m Inj.Dexamethason S : 36,6 0C CTG ulang
S : 36,8 0C 2x6 mg Mata : CA -/-, SI -/-
Mata : CA -/-, SI -/- Nifedipin 4x10 mg Abd : cembung, lembut, NT (-), DM
Abd : cembung, lembut, NT (-), DM (-) Utrogestan 2x100 mg (-)
TFU : 24 cm TFU : 24 cm
BJA : 158 x/m BJA : 158 x/m
HIS : - HIS : -
Perdarahan : - VT: v/v tidak ada kelainan, portio
BAB/BAK : +/+ tertutup tebal intak, fluor + putih
A : G2P1A0 Gravida 35 minggu d/ banyak
Prematur Kontraksi dan Bekas SC 1x + A : G2P1A0 Gravida 35 minggu d/
ISK Prematur Kontraksi dan Bekas SC 1x
+ ISK
CTG (15 April)
16/04/19 S : HIS - Cefadroxyl
O : KU : CM
TD : 120/80 mmHg
2x500 mg
Utrogestan
CTG (16 April)
N : 78 x/m 2x100 mg
R : 20 x/m Flasistatin 1x1
S : 36,6 0C pervaginam
Mata : CA -/-, SI -/- Boleh pulang
Abd : cembung, lembut, NT (-),
DM (-)
TFU : 24 cm
BJA : 142 x/m
HIS : -
A : G2P1A0 Gravida 35 minggu d/
Prematur Kontraksi dan Bekas SC
1x + ISK
TINJAUAN PUSTAKA
Prematur Kontraksi
Prematur kontraksi adalah kontraksi yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 37
minggu.
Etiologi
• Fetal
• Maternal (Stress psikologis yang dialami oleh ibu)
• Infeksi ( bakterial vaginosis, PMS, ISK, korioamnionitis )
• Iskemia
• Distensi uterus
Patogenesis
Diagnosis
Gejala awal Gejala definitif

• Rasa nyeri/tegang pada • Kontraksi uterus yang


perut bawah teratur ( 1 kali atau lebih
• Nyeri pinggang dalam 10 menit) →
• Rasa penekanan pada kasus : 1-2 kali dalam 10
jalan lahir menit
• Bertambahnya cairan • Perubahan serviks
vagina seperti :
• Perdarahan/perdarahan • Pembukaan serviks ≥
bercak/lendir 2 cm
bercampur darah • Pendataran
KONTRAKSI PREMATUR

Kontraksi umur kehamilan USG


Kontraksi uterus KTG
Perubahan serviks

Tirah baring
Pemberian obat tokolitik
Pemberian obat pematangan
paru

Terapi berhasil Terapi gagal

Pemberian obat
tokolitik Persalinan
Diteruskan sesuai
dengan pedoman
• Konfirmasi umur kehamilan dengan berbagai cara
• Penilaian kontraksi uterus (lamanya, intensitasnya, frekuensinya dan pengaruhnya
terhadap pembukaan serviks)
• Pemantauan tanda-tanda vital ibu
• Pemantauan DJJ
• USG
• Tirah baring (lateral kiri atau semi fowler)
• Pemberian obat-obat tokolitik
Tokolitik
Obat tokolitik adalah obat yang mempunyai pengaruh mengurangi, melemahkan atau
menghilangkan kontraksi rahim.
Kontraksi otot rahim bisa dihambat melalui perangsangan reseptor β adreenergik,
misalnya Ritodrin, Terbutalin, Isoksuprine.
• Indikasi : mencegah persalinan kurang bulan
• Kontra indikasi : solusio plasenta, infeksi intrauterin, febris yang tidak diketahui
sebabnya, penyakit jantung, pertumbuhan janin terhambat, hipertensi dalam kehalan,
penyakit paru-paru, hipertiroid, diabetes mellitus.
Kriteria pemberian obat tokolitik
• Umur kehamilan 24-34 minggu, pemberian tokolitik diluar usia kehamilan
tersebut harus atas izin dokter
• Minimal terdapat 2 kontraksi dalam 15 menit dengan pemeriksaan CTG
• Adanya pengaruh kontraksi rahim yang jelas terhadap serviks (pendataran)
• Pembukaan serviks kurang dari 3 cm
• Pemeriksaan khusus : urin, GDS, EKG, hematokrit, leukosit, foto toraks, USG

Timbulnya tanda-tanda kontraindikasi pemberian, antara lain dekompensasi kordis


atau edema paru
NIFEDIPIN
Golongan calcium channel blockers: golongan dihipropiridine (DHP)
• Menghambatnya masuknya calcium ke dalam membran sel, mencegah lepasnya
kalsium dari retikulum sarkoplasma dan mengurangi efek enzim kalsium intrasel
terhadap aksi aktin miosin.
Nifedipin : Diberikan dengan dosis 10 mg diawal kemudian dapat diulang
setelah 30 menit dg dosis maks: 40 mg di 1 jam pertama. Jika kontraksi berkurang
dosis pemeliharaan 20 mg oral setiap 3-6 jam. Dosis maksimal 160 mg dalam 24 jam.
Efek samping: hipotensi, sakit kepala, pusing, flushing, mual dan edema perifer.
Beta agonis
• Cara Kerja: mengikat diri pada reseptor di membran dan mengaktivasi adenilat siklase
 peningkatan cyclic AMP (cAMP) yang menurunkan kalsium intraseluler dan
menghambat MLCK secara langsung.
• Salbutamol : diberikan dosis 10 mg dalam larutan NaCl atau RL. Dimulai dengan
infus 10 tetes/menit, bila kontraksi masih ada tingatkan tetesan infus 10 tetes/menit
setiap 30 menit sampai kontraksi berhenti atau nadi ibu melebihi 120x/menit. Bila
kontraksi berhenti, tetesan tersebut dipertahankan sampai jam setelah kontraksi
berakhir. Sebagai dosis jaga diberikan salbutamol per oral 3x4 mg per hari selama 7
hari.
• Isokprusin : diberikan per infus dengan kecepatan 0,25-0,5 mg/menit
(1,5-3 cc/menit) bisa dinaikkan 1 mg/menit. Dua jam setelah kontraksi
menghilang, dilanjutkan dengan pemberian 10 mg/3-6 jam secara IM selama
12-24 jam kemudian dianjurkan dengan pemberian 10-20 mg tablet setiap 6
jam selama 3 hari.
Terbutalin : 250 μg secara IV dilanjutkan dengan pemberian per infus 10
μg/menit. Pengobatan dipertahankan sampai 8 jam, kemudian dilanjutkan dean
pemberian subkutan 250 μg setiap jam selama 24 jam. Pengobatan dilanjutkan
secara oral dengan dosis 2,5 μg/4-6 jam.

• Efek samping B2 agonis: hipotensi, takikardia, dan aritmia jantung.


Kefektifan Nifedipin sebagai tokolitik

Rhaseed, N. et al. Role of Nifedipine in Comparison to Salbutamol in the Management of Preterm Labour. 2019: 4-5.
Nisha,S. et al. Comparative Study of Nifedipine and
Isoxpurine as Tocolytics for Preterm Labor. The Journal of
Obstetrics and Gynecology of India (September–October
2011) 61(5):512–515

Padovani, T R. Nifedipine versus Terbutaline, Tocolytic


Effectiveness and Maternal and Neonatal Adverse Effects:
A Randomized, Controlled Pilot Trial. Basic & Clinical
Pharmacology & Toxicology, 2015, 116, 244–250
Magnesium Sulfat MgSO4
Selain digunakan sebagai obat anti kejang, dan obat tokolitik pada kontraksi prematur,
MgSO4 memberikan pengaruh terhadap proteksi neurogenik dalam proses kehamilan
yang berperan pada proses intraseluler, diantaranya:
1. Sebagai tokolitik menurunkan frekuensi depolarisasi sel otot polos, berkompetitif mengikat
2. kalsium
Sebagai dalam
agen vasodilator
reticulum endoplasma
pembuluh darah
sel. otak,
3.4.Menurunkan
Mencegah masuknya
reaksi inflamasi,
ion kalsium
seperti
kedalam
sitokinsel
dansehingga
zat radikal
mencegah
bebas, terjadinya kerusakan otak
khususnya pada periventrikular white matter Injury (PWMI) untuk mencegah kejadian cerebral palsy

Untuk proteksi otak janin, loading dose 4 gram MgSO4 (10 cc MgSO4 40%) dilarutkan dalam 100 cc
ringer laktat diberikan selama 15-20 menit. Setelah habis loading dose dilanjutkan dengan dosis rumatan
8 gram dilarutkan dalam 500 cc RL. Tetesan 20 gtt/ menit selama 4 jam
Pematangan Paru
Periode Embrionik Paru muncul pertama kali sebagai ventral bud
(3-5 minggu) dari esophagus dan sulkus laringotrakeal

Periode psudoglandula Pembentukan saluran udara 15-20 oleh selapis


(5-16 minggu) selkuboid, disertai perkembangan arteri.

Canalicular Pembentukan paru berpotensi pertukaran gas,


Fase pematangan 16-26 minggu dan mulainya sintesis surfaktan olh sel tipe II
paru intrauterine:
Saccular Paru yang viable, terbentuknya bronkiolus respiratorus,
26-36 minggu ductus alveolaris dan pembentukan alveoli.
Alveolarisasi dimulai usia 32-36 minggu
Alveolar
Terbentuknya septa alveolar sekunder
36 minggu-1 tahun
Surfaktan
Surfaktan adalah: senyawa fosfolipid yg dapat menurunkan tegangan
permukaan antara dua zat cair atau dg zat padat.
• Diproduksi oleh sel tipe II: usia 22-24 minggu
• Mengeluarkan keaktifan: usia 24-26 minggu
• Berfungsi: usia 32-36 minggu
Produksi dikontrol oleh kortisol pada reseptor sel alveolus type II, yang dapat
dipercepat oleh stress, dan kosrtikosteroid. Diberikan pada usia 24-34 minggu
Peran Kortikosteroid Pada Prematur Kontraksi
Pemberian obat untuk pematangan paru janin, diberikan pada semua wanita hamil 24-34 minggu
yaitu
1. Deksamethason 6 mg tiap 12 jam (IM) sampai 4 dosis
2. Betametason 12 mg (IM) sampai 2 dosis dengan interval 24 jam
Berkerja dengan cara:
1. Memicu pematangan paru dengan mempercepat perkembangan sel pneumosit tipe I dan II
2. Menginduksi enzim lipogenik yang berperan dalam pematangan paru dg menstimulasi
fosfolipid
Fungsi: Untuk mencegah terjadinya Respitary Distress Syndrome (RDS) atau Hyaline Membrane
Disease (HMD)
Progesteron pada premature kontraksi
1. Sebagai antagonis estrogen dan menghambat reseptor estrogen dalam sel
myometrium uterus
2. Memblok dan menguraikan reseptor oksitosin
3. Menghambat sintesis prostaglandin dan inflamasi
Progesterone supplement therapy for prevention of preterm birth
KESIMPULAN
• Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien memenuhi kriteria
kontraksi prematur yaitu dengan adanya kontraksi yang ritmis dan nyeri
sehingga diagnosis awal berdasarkan HPHT pada pasien ini sudah tepat.
• Faktor resiko pada pasien ini adalah adanya infeksi saluran kemih dan adanya
keputihan (dluor albus).
• Tatalaksana dalam penanganan kontraksi prematur sudah tepat, yaitu
dengan pemberian tokolitik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai