Disusun oleh :
Marlinda 1102012153
Pembimbing :
dr. Diantinia, SpM.
BAB I
PENDAHULUAN
I IDENTITAS PASIEN
1
Nama : An.F
Umur : 11 tahun
Agama : Islam
Alamat : Babakan sadang RT 02 RW 17
Tanggal pemeriksaan : 14 Februari 2017
II ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis
Keluhan utama
Mata merah
Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih sejak 5 hari yang lalu pasien mengeluh kedua
air mata berwarna bening tapi tidak banyak. Pasien mengaku saat
bangun tidur terdapat kotoran mata yang cukup banyak. Pasien juga
layangan di lapangan bola saat sore hari selama kurang lebih 3 jam.
Tidak ada keluhan nyeri, pandangan mata kabur pada kedua matanya
poliklinik mata, pasien ada memberikan tetes mata tapi keluhan tidak
2
Riwayat alergi dan keluhan yang sama pada keluarga dan teman
bermainnya disangkal oleh pasien.
STATUS OPHTALMOLOGIS
KETERANGAN OD OS
1 VISUS
3 SUPERSILIA
4 PALPEBRA
3
- Papil Tidak ada Tidak ada
- Sikatrik Tidak ada Tidak ada
- Hordeolum Tidak ada Tidak ada
- Kalazion Tidak ada Tidak ada
6 KONJUNGTIVA BULBI
7 SKLERA
- Warna Putih Putih
- Ikterik Tidak ada Tidak ada
- Injeksi episklera Tidak ada Tidak ada
- Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
8 KORNEA
- Kejernihan Jernih Jernih
- Permukaan Jernih Jernih
- Sensibilitas Normal Normal
- Infiltrat Tidak ada Tidak ada
- Keratik presipitat Tidak ada Tidak ada
- Sikatrik Tidak ada Tidak ada
- Ulkus Tidak ada Tidak ada
- Perforasi Tidak ada Tidak ada
- Edema Tidak ada Tidak ada
10 IRIS
4
11 PUPIL
12 LENSA
IV RESUME
Kurang lebih sejak 5 hari yang lalu pasien mengeluh kedua matanya
merah. Pasien juga mengeluh kedua matanya terasa gatal, sehingga pasien
bening tapi tidak banyak. Pasien mengaku saat bangun tidur terdapat
kotoran mata yang cukup banyak dan sebelumnya pasien pernah bermain
pandangan mata kabur pada kedua matanya dan keluhan lain yang
berobat ke poliklinik Mata RSUD Soreang. Tidak ada riwayat trauma pada
kedua matanya.
5
V DIAGNOSIS BANDING
Konjungtivitis Viral OD
Konjungtivitis Alergika OD
VI DIAGNOSIS KERJA
VIII PENATALAKSAAN
Medikamentosa:
3 dd gtt 1
Non medikamentosa :
1. Kompres air dingin
IX PROGNOSIS
OD OS
Ad Vitam : bonam bonam
Ad Fungsionam : bonam bonam
6
Ad Sanationam : Dubia ad bonam bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
Bola mata adalah organ yang berfungsi dan bertanggung jawab terhadap
proses penglihatan. Bola mata bersama nervus optikus, muskuli bulbi, fasia,
saraf, lemak, dan glandula lakrimalis dilindungi oleh tulang-tulang orbital. 8Mata
memiliki beberapa bagian yaitu konjungtiva, kornea, sklera, uvea, lensa, humor
aquos, humor vireous, dan retina. 5
Bola mata orang dewasa memiliki diameter anteroposterior berkisar antara
23.5 mm dengan diameter horizontal berkisar 23 mm. Hal ini ini terjadi karena
pada bagian anterior dari bola mata terdapat kornea yang bentuknya lebih
melengkung.5
juga mampu melindungi permukaan okular dari patogen, baik sebagai barier fisik,
Konjungtiva
1. Konjungtiva Palpebra
8
Pada sambungan mukokutaneus, lapisan epidermis dari kulit palpebra
berubah menjadi konjungtiva palpebra atau konjungtiva tarsal dan melanjut- kan
diri ke belakang melapisi permukaan posterior palpebra. Lapisan ini
melekat secara erat dengan lempeng tarsus. Pada batas superior dan inferior dari
tarsus, konjungtiva melanjutkan diri ke posterior dan melapisi jaringan episklera
sebagai konjungtiva bulbi. 5,6,7,8
2. Konjungtiva Forniks
3. Konjungtiva Bulbi
9
saat mata melirik ke medial. Saat mata melirik ke lateral, ruangan tersebut akan
menghilang. Karunkula merupakan struktur epidermoid kecil semacam daging
yang menempel superfisial di sebelah medial dari plika semilunaris. Karena
merupakan jaringan peralihan antara konjungtiva dan kulit, ia
5,9
mengandung elemen pigmen dan membran mukosa.
Konjungtiva seperti halnya membran mukosa lainnya, terdiri atas dua lapisan,
yaitu :
Ketebalan lapisan epitel konjungtiva bervariasi mulai dari 2-4 lapisan pada
daerah tarsal, 6-8 lapisan pada daerah pertemuan korneoskleral, hingga 8-10
lapisan pada daerah tepi konjungtiva. Di daerah forniks, epitel
konjungtiva berbentuk kolumnar dan berubah menjadi epitel kuboid di daerah
bulbar dan tarsal. Di limbus, epitel berubah menjadi epitel skuamous
bertingkat tak bertanduk yang akan melanjutkan diri menjadi epitel kornea 5,7
Sel goblet adalah sel yang relatif besar dengan ukuran kurang lebih 25 m.
Sel ini dibentuk oleh membran yang berisi musin. Daerah basal sel
goblet mengandung nukleus, retikulum endoplasma, dan apparatus golgi. Daerah
apeks mengandung sejumlah besar granula sekretoris yang memberi bentuk yang
unik pada sel tersebut. Organel dan nukleus pada sel goblet yang telah
berkembang akan terdorong ke tepi oleh kandungan mukus di dalamnya. Lisosom,
mikrosom, dan mitokondria juga ditemukan dalam sitoplasma. Sel goblet
diketahui berperan dalam sekresi musin sejak 140 tahun yang lalu. Sekarang kita
10
tahu bahwa sel goblet memproduksi hingga 2,2 L mukus dalam sehari. Mukus
ini penting dalam menjaga integritas permukaan okular, karena ia dapat
melicinkan dan melindungi sel epitel.
Vaskularisasi
1. Arteri Palpebralis
Pleksus post tarsal dari palpebra, yang diperdarahi oleh arkade marginal dan
perifer dari palpebra superior akan memperdarahi konjungtiva palpebralis. Arteri
yang berasal dari arkade marginal palpebra akan melewati tarsus,
mencapai ruang subkonjungtiva pada daerah sulkus subtarsal membentuk
pembuluh darah marginal dan tarsal. Pembuluh darah dari arkade perifer
palpebra akan menembus otot Muller dan memperdarahi sebagian besar
11
superior dan inferior untuk kemudian melanjutkan diri ke konjungtiva bulbi
sebagai arteri konjungtiva posterior. 7,11
Arteri siliaris anterior berjalan sepanjang tendon otot rektus dan memperca-
bangkan diri sebagai arteri konjungtiva anterior tepat sebelum menembus bola
mata. Arteri ini mengirim cabangnya ke pleksus perikorneal dan ke daerah
konjungtiva bulbi sekitar limbus. Pada daerah ini, terjadi anastomose antara
pembuluh darah konjungtiva anterior dengan cabang terminal dari pembuluh
darah konjungtiva posterior, menghasilkan daerah yang disebut Palisades of
Busacca.7,11
mengganggu.1 Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata
Jumlah agen-agen yang patogen dan dapat menyebabkan infeksi pada mata
semakin banyak, disebabkan oleh meningkatnya penggunaan oat-obatan topical
dan agen imunosupresif sistemik, serta meningkatnya jumlah pasien dengan
infeksi HIV dan pasien yang menjalani transplantasi organ dan menjalani terapi
imunosupresif.12
2.3 Etiologi
a. Konjungtivitis bakteri.
b. Konjungtivitis klamidia.
c. Konjungtivitis viral.
d. Konjungtivitis ricketsia.
e. Konjungtivitis jamur.
12
f. Konjungtivitis parasit.
g. Konjungtivitis alergi.
Penyebab yang paling sering pada bentuk konjungtivitis bakteri subakut adalah H
influenza dan Escherichia coli, sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi
nasolakrimalis.12
2.4 Patofisiologi
mekanisme pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut
dapat menyebabkan infeksi klinis. Perubahan pada flora normal dapat terjadi
13
yang terdapat pada lapisan air mata, mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan
berkedip. Adanya gangguan atau kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat
menyebabkan infeksi pada konjungtiva.12
asing yaitu sensasi tergores atau terbakar, sensasi penuh di sekeliling mata, gatal,
injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada
dan pada kasus yang ringan sering dijumpai edema pada kelopak mata.3
2.6 Diagnosis
14
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkin
saja penyakit berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang
lebih tua. Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit
menular seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga
ditanyakan durasi lamanya penyakit, riwayat penyakit yang sama sebelumnya,
riwayat penyakit sistemik, obat-obatan, penggunaan obat-obat kemoterapi,
riwayat pekerjaan yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit, riwayat
alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan riwayat penggunaan lensa-kontak.12
2.7 Komplikasi
a. Ulserasi kornea.
2.8 Penatalaksanaan
15
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen
negative, dugaan neisseria, harus segera dimulai terapi topical dan sistemik. Jika
BAB III
KESIMPULAN
Pasien Pustaka
16
1. Sekret serous, mukos, purulen
Klinis gejala: 2. Injeksi konjungtiva
3. Kelopak lengket terutama pagi
1. Mata merah hari
2. Pada mata sebelah kanan 4. Mata merah
5. Gatal pada mata
terlihat sekret mukopurulen
6. Tajam penglihatan normal
3. Sulit membuka mata pagi hari
pada mata kanan dan pada mata a. Tidak terdapat penurunan visus
kiri 6/6. b. Terdapat udem palpebra
c. Terdapat sekret serous, mukos,
Pemeriksaan didapatkan:
atau purulen
d. Terdapat hiperemis pada
a. Terlihat adanya udem pada
konjungtiva
palpebra mata sebelah kanan
b. Terdapat hiperemis pada e. Adanya injeksi konjungtiva
konjungtiva tarsalis superior
mata sebelah kanan
c. Terdapat sekret pada
konjungtiva bulbi mata
sebelah kanan
d. Terdapat injeksi konjungtiva
pada mata sebelah kanan
17
2. Hindari menggosok mata
pemeriksaan.
3. Menggunakan alat
pelindung mata
bersih
18