Anda di halaman 1dari 18

CASE REPORT MATA

Konjugtivitis Bakteri Akut

Disusun oleh :
Marlinda 1102012153

Pembimbing :
dr. Diantinia, SpM.

KEPANITERAAN KLINIK MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD SOREANG
2017

BAB I
PENDAHULUAN

I IDENTITAS PASIEN

1
Nama : An.F
Umur : 11 tahun
Agama : Islam
Alamat : Babakan sadang RT 02 RW 17
Tanggal pemeriksaan : 14 Februari 2017

II ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis
Keluhan utama
Mata merah
Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih sejak 5 hari yang lalu pasien mengeluh kedua

matanya merah. Pasien juga mengeluh kedua matanya terasa gatal,

sehingga pasien sering menggosok-gosok kedua matanya dan keluar

air mata berwarna bening tapi tidak banyak. Pasien mengaku saat

bangun tidur terdapat kotoran mata yang cukup banyak. Pasien juga

mengaku dimana hari sebelum matanya merah pasien bermain

layangan di lapangan bola saat sore hari selama kurang lebih 3 jam.

Tidak ada keluhan nyeri, pandangan mata kabur pada kedua matanya

dan keluhan lain yang mengganggu aktivitasnya. Sebelum berobat ke

poliklinik mata, pasien ada memberikan tetes mata tapi keluhan tidak

berkurang sehingga pasien berobat ke poliklinik Mata RSUD Soreang.

Riwayat adanya trauma disangkal oleh pasien

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat mata merah sebelumnya disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga

2
Riwayat alergi dan keluhan yang sama pada keluarga dan teman
bermainnya disangkal oleh pasien.

III PEMERIKSAAN FISIK

STATUS OPHTALMOLOGIS

KETERANGAN OD OS
1 VISUS

- Visus 6/6 6/6


- Kacamata lama Tidak ada Tidak ada

2 KEDUDUKAN BOLA MATA

- Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada


- Enoftalmus Tidak ada Tidak ada
- Deviasi Tidak ada Tidak ada
- Gerakan Bola mata Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

3 SUPERSILIA

- Warna Hitam, distribusi normal, Hitam, distribusi normal,


- Simetris Simetris Simetris

4 PALPEBRA

- Edema Ada Tidak ada


- Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
- Ekteropion Tidak ada Tidak ada
- Entropion Tidak ada Tidak ada
- Blefarospasme Tidak ada Tidak ada
- Trikiasis Tidak ada Tidak ada
- Punktum Lakrimal Normal, tidak Normal, tidak
membengkak,hiperemis (-) membengkak,hiperemis (-)
- Fissura Palpebra Normal Normal
- Milia Palpebra Tidak ada Tidak ada

5 KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR

- Hiperemis ada Tidak ada


- Folikel Tidak ada Tidak ada

3
- Papil Tidak ada Tidak ada
- Sikatrik Tidak ada Tidak ada
- Hordeolum Tidak ada Tidak ada
- Kalazion Tidak ada Tidak ada

6 KONJUNGTIVA BULBI

- Sekret ada Tidak ada


- Injeksi konjungtiva ada Tidak ada
- Injeksi perikorneal
- Injeksi Siliar Tidak ada Tidak ada
- Perdarahan Subkonjungtiva Tidak ada Tidak ada
- Pterigium Tidak ada Tidak ada
- Pinguekula Tidak ada Tidak ada
- Kista Dermoid Tidak ada Tidak ada
- Lithiasis Tidak ada Tidak ada

7 SKLERA
- Warna Putih Putih
- Ikterik Tidak ada Tidak ada
- Injeksi episklera Tidak ada Tidak ada
- Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

8 KORNEA
- Kejernihan Jernih Jernih
- Permukaan Jernih Jernih
- Sensibilitas Normal Normal
- Infiltrat Tidak ada Tidak ada
- Keratik presipitat Tidak ada Tidak ada
- Sikatrik Tidak ada Tidak ada
- Ulkus Tidak ada Tidak ada
- Perforasi Tidak ada Tidak ada
- Edema Tidak ada Tidak ada

9 BILIK MATA DEPAN

- Kedalaman Sedang Sedang


- Kejernihan Jernih Jernih
- Hyfema Tidak ada Tidak ada
- Hipopion Tidak ada Tidak ada

10 IRIS

- Warna Hitam kecoklatan Hitam kecoklatan


- Sinekia Tidak ada Tidak ada

4
11 PUPIL

- Letak Sentral Sentral


- Bentuk Bulat Bulat
- Ukuran 3mm 3mm
- Refleks cahaya + +
langsung
- Refleks cahaya tidak + +
langsung

12 LENSA

- Kejernihan Jernih Jernih


- Letak Sentral Sentral
- Tes shadow Negatif Negatif

IV RESUME
Kurang lebih sejak 5 hari yang lalu pasien mengeluh kedua matanya

merah. Pasien juga mengeluh kedua matanya terasa gatal, sehingga pasien

sering menggosok-gosok kedua matanya dan keluar air mata berwarna

bening tapi tidak banyak. Pasien mengaku saat bangun tidur terdapat

kotoran mata yang cukup banyak dan sebelumnya pasien pernah bermain

layangan dilapangan bola bersama temannya. Tidak ada keluhan nyeri,

pandangan mata kabur pada kedua matanya dan keluhan lain yang

mengganggu aktivitasnya. Sebelum berobat ke poliklinik Mata, pasien ada

memberikan tetes mata tapi keluhan tidak berkurang sehingga pasien

berobat ke poliklinik Mata RSUD Soreang. Tidak ada riwayat trauma pada

kedua matanya.

Pada pemeriksaan visus didapatkan visus 6/6 ODS. Pada pemeriksaan


fisik mata ditemukan edema palpebra OD dan hiperemis pada konjungtiva
tarsalis superior dan inferior OD. Terdapat sekret dan injeksi konjungtiva
pada konjungtiva bulbi OD. Lain lain dalam batas normal.

5
V DIAGNOSIS BANDING

Konjungtivitis Bakterial akut OD

Konjungtivitis Viral OD

Konjungtivitis Alergika OD

VI DIAGNOSIS KERJA

Konjungtivitis Bakterial akut OD

VII USULAN PEMERIKSAAN


Pewarnaan giemsa pada eksudat konjungtiva

VIII PENATALAKSAAN

Medikamentosa:

Antibiotik eye drop: Gentamicin 0,3% (5 ml)

3 dd gtt 1

Non medikamentosa :
1. Kompres air dingin

2. Hindari menggosok mata

3. Menggunakan alat pelindung mata

4. Mencuci tangan dengan bersih

IX PROGNOSIS
OD OS
Ad Vitam : bonam bonam
Ad Fungsionam : bonam bonam

6
Ad Sanationam : Dubia ad bonam bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Mata

7
Bola mata adalah organ yang berfungsi dan bertanggung jawab terhadap
proses penglihatan. Bola mata bersama nervus optikus, muskuli bulbi, fasia,
saraf, lemak, dan glandula lakrimalis dilindungi oleh tulang-tulang orbital. 8Mata
memiliki beberapa bagian yaitu konjungtiva, kornea, sklera, uvea, lensa, humor
aquos, humor vireous, dan retina. 5
Bola mata orang dewasa memiliki diameter anteroposterior berkisar antara
23.5 mm dengan diameter horizontal berkisar 23 mm. Hal ini ini terjadi karena
pada bagian anterior dari bola mata terdapat kornea yang bentuknya lebih
melengkung.5

Gambar 3.1 Anatomi Bola Mata.

Konjungtiva adalah membran mukosa yang tipis dan transparan, yang


embungkus permukaan anterior dari bola mata dan permukaan posterior dari
palpebra. Lapisan permukaan konjungtiva, yaitu lapisan epitel
berhubungan dengan epidermis dari palpebra dan dengan lapisan permukaan dari
kornea, yaitu epitel kornea.5,6,7,8

Konjungtiva bertanggung jawab terhadap produksi mukus, yang penting


dalam menjaga stabilitas tear film dan transparansi kornea. Selain itu, konjungtiva

juga mampu melindungi permukaan okular dari patogen, baik sebagai barier fisik,

maupun sebagai sumber sel-sel infalamsi. 5

Konjungtiva

Konjungtiva dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Konjungtiva Palpebra

8
Pada sambungan mukokutaneus, lapisan epidermis dari kulit palpebra
berubah menjadi konjungtiva palpebra atau konjungtiva tarsal dan melanjut- kan
diri ke belakang melapisi permukaan posterior palpebra. Lapisan ini
melekat secara erat dengan lempeng tarsus. Pada batas superior dan inferior dari
tarsus, konjungtiva melanjutkan diri ke posterior dan melapisi jaringan episklera
sebagai konjungtiva bulbi. 5,6,7,8

2. Konjungtiva Forniks

Dari permukaan dalam palpebra, konjungtiva palpebra melanjutkan diri


ke arah bola mata membentuk dua resesus, yaitu forniks superior dan inferior.
Forniks superior terletak kira-kira 8-10 mm dari limbus, dan forniks inferior
terletak kira-kira 8 mm dari limbus. Pada bagian medial, struktur ini menjadi
karunkula dan plika semilunaris. Di sisi lateral, forniks terletak kira- kira 14 mm
dari limbus. Saluran keluar dari glandula lakrimal bermuara pada bagian lateral
forniks superior. 5,6,7

Konjungtiva forniks superior dan inferior melekat longgar dengan


pembungkus otot rekti dan levator yang terletak di bawahnya. Kontraksi otot- otot
ini akan menarik konjungtiva sehingga ia akan ikut bergerak saat palpebra
maupun bola mata bergerak. Perlekatan yang longgar tersebut juga akan
memudahkan terjadinya akumulasi cairan. 5,6,7

3. Konjungtiva Bulbi

Konjungtiva bulbi meluas dari daerah limbus ke daerah forniks.


Lapisan ini sangat tipis dan transparan sehingga sklera yang terletak
di bawahnya dapat terlihat. Konjungtiva bulbi melekat secara longgar dengan
sklera sehingga memungkinkan bola mata bergerak bebas ke segala arah. Selain
itu, konjungtiva bulbi juga melekat secara longgar dengan septum orbita pada
forniks dan melipat hingga beberapa kali. Selain memberikan kebebasan bola
mata untuk bergerak, hal ini juga akan memperluas permukaan sekresi
konjungtiva. Kurang lebih 3 mm dari limbus, perlekatan antara konjungtiva bulbi,
kapsula tenon, dan sklera menjadi erat, sehingga konjungtiva tidak dapat
diangkat dengan mudah. Garis yang terbentuk pada pertemuan antara
konjungtiva dan kornea disebut limbus konjungtiva. Ia terletak kira-kira 1 mm
anterior ke tepi kornea (limbus kornea), yang merupakan pertemuan antara kornea
dan sklera.5,6,7

4. Plika Semilunaris dan Karunkula

Plika Semilunaris merupakan bagian dari konjungtiva bulbi pada daerah


kantus medial yang merupakan lipatan tebal berbentuk bulan sabit yang lunak dan
mudah bergerak. Batas lateral berbentuk konkaf dan merupakan daerah yang
bebas. Di bawah lipatan tersebut terdapat ruangan kecil sedalam kira-kira 2 mm

9
saat mata melirik ke medial. Saat mata melirik ke lateral, ruangan tersebut akan
menghilang. Karunkula merupakan struktur epidermoid kecil semacam daging
yang menempel superfisial di sebelah medial dari plika semilunaris. Karena
merupakan jaringan peralihan antara konjungtiva dan kulit, ia
5,9
mengandung elemen pigmen dan membran mukosa.

Konjungtiva seperti halnya membran mukosa lainnya, terdiri atas dua lapisan,
yaitu :

1. Lapisan epitel bertingkat

Ketebalan lapisan epitel konjungtiva bervariasi mulai dari 2-4 lapisan pada
daerah tarsal, 6-8 lapisan pada daerah pertemuan korneoskleral, hingga 8-10
lapisan pada daerah tepi konjungtiva. Di daerah forniks, epitel
konjungtiva berbentuk kolumnar dan berubah menjadi epitel kuboid di daerah
bulbar dan tarsal. Di limbus, epitel berubah menjadi epitel skuamous
bertingkat tak bertanduk yang akan melanjutkan diri menjadi epitel kornea 5,7

2. Lapisan Stroma (Substansia Propria)

Stroma konjungtiva dipisahkan dengan lapisan epitel konjungtiva oleh


membrana basalis. Lapisan ini dibagi atas lapisan adenoid yang terletak di

3. Stem Cells Konjungtiva

Epitel konjungtiva memiliki kemampuan untuk memperbarui diri secara


konstan. Hal ini dimungkinkan oleh adanya stem cells yang merupakan sumber
dari aktivitas miosis. Stem cells pada konjungtva bulbi dimulai dari limbus,
sedangkan stem cels pada konjungtiva palpebra dimulai dari
mucocutaneus junction dan berjalan ke arah forniks. Masing-masing memiliki dua
bagian, yaitu progenitor dimana sel-sel berproliferasi dan bagian di mana
sel-sel tidak berproliferasi. Siklus sel yang lambat membentuk sel antara yang
kemudian akan berkembang menjadi sel epitel konjungtiva yang matur. 6

4.Sel Goblet Konjungtiva

Sel goblet adalah sel yang relatif besar dengan ukuran kurang lebih 25 m.
Sel ini dibentuk oleh membran yang berisi musin. Daerah basal sel
goblet mengandung nukleus, retikulum endoplasma, dan apparatus golgi. Daerah
apeks mengandung sejumlah besar granula sekretoris yang memberi bentuk yang
unik pada sel tersebut. Organel dan nukleus pada sel goblet yang telah
berkembang akan terdorong ke tepi oleh kandungan mukus di dalamnya. Lisosom,
mikrosom, dan mitokondria juga ditemukan dalam sitoplasma. Sel goblet
diketahui berperan dalam sekresi musin sejak 140 tahun yang lalu. Sekarang kita

10
tahu bahwa sel goblet memproduksi hingga 2,2 L mukus dalam sehari. Mukus
ini penting dalam menjaga integritas permukaan okular, karena ia dapat
melicinkan dan melindungi sel epitel.

Sel goblet ditemukan pada lapisan tengah dan superfisial epitel


dan merupakan 15 % dari sel epitel permukaan manusia. Sel ini dapat ditemukan
di forniks inferior bagian nasal, tengah dan sedikit di daerah palpebral.
Jarang ditemukan di konjungtiva bulbi dan tidak ada di kornea. Total populasi sel
goblet berkisar antara 1000 hingga 56.000 per mm 2 permukaan konjungtiva,
tergantung pada ada atau tidaknya proses inflamasi pada daerah tersebut. Sebagian
besar sel goblet melekat pada membrana basalis oleh suatu tangkai sitoplasmik
yang tipis. Sel goblet melekat dengan sel epitel tetangganya oleh desmosom.

Epitel konjungtiva mengandung sejumlah kelenjar yang penting untuk


mempertahankan kelembaban dan menghasilkan lapisan air mata.
Kelenjar lakrimal asesorius ditemukan pada konjungtiva forniks dan
sepanjang tepi superior lempeng tarsus. Kelenjar Krause ditemukan pada
forniks superior sebanyak kira-kira 20-40 buah, sedangkan pada forniks
inferior hanya 6-8 kelenjar. Kelenjar-kelejar ini ditemukan pada jaringan
ikat subkonjungtiva. Kelenjar Krause memiliki struktur yang sama dengan
kelenjar lakrimal utama yang terletak pada rongga orbita. Kelenjar lakrimal
asesorius lainnya adalah kelenjar wolfring. Kelenjar ini ditemukan pada
sepanjang tepi superior lempeng tarsus sebanyak 2 hingga 5 buah.6,9

Vaskularisasi

Pembuluh darah okular berasal dari arteri oftalmika, yang merupakan


cabang dari arteri karotis interna. Arteri oftalmika bercabang menjadi arteri retina
sentralis, arteri siliaris posterior, dan beberapa arteri silaris anterior.11

Vaskularisasi konjungtiva berasal dari 2 sumber, yaitu :

1. Arteri Palpebralis

Pleksus post tarsal dari palpebra, yang diperdarahi oleh arkade marginal dan
perifer dari palpebra superior akan memperdarahi konjungtiva palpebralis. Arteri
yang berasal dari arkade marginal palpebra akan melewati tarsus,
mencapai ruang subkonjungtiva pada daerah sulkus subtarsal membentuk
pembuluh darah marginal dan tarsal. Pembuluh darah dari arkade perifer
palpebra akan menembus otot Muller dan memperdarahi sebagian besar

konjungtiva forniks. Arkade ini akan memberikan cabang desenden untuk


menyuplai konjungtiva tarsal dan juga akan mengadakan anastomose dengan
pembuluh darah dari arkade marginal serta cabang asenden yang melalui forniks

11
superior dan inferior untuk kemudian melanjutkan diri ke konjungtiva bulbi
sebagai arteri konjungtiva posterior. 7,11

2. Arteri Siliaris Anterior

Arteri siliaris anterior berjalan sepanjang tendon otot rektus dan memperca-
bangkan diri sebagai arteri konjungtiva anterior tepat sebelum menembus bola
mata. Arteri ini mengirim cabangnya ke pleksus perikorneal dan ke daerah
konjungtiva bulbi sekitar limbus. Pada daerah ini, terjadi anastomose antara
pembuluh darah konjungtiva anterior dengan cabang terminal dari pembuluh
darah konjungtiva posterior, menghasilkan daerah yang disebut Palisades of
Busacca.7,11

2.2 Definisi Konjungtivitis

Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah

penyakit mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva

terpajan oleh banyak mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang

mengganggu.1 Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata

berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental.12

Jumlah agen-agen yang patogen dan dapat menyebabkan infeksi pada mata
semakin banyak, disebabkan oleh meningkatnya penggunaan oat-obatan topical
dan agen imunosupresif sistemik, serta meningkatnya jumlah pasien dengan
infeksi HIV dan pasien yang menjalani transplantasi organ dan menjalani terapi
imunosupresif.12

2.3 Etiologi

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti:

a. Konjungtivitis bakteri.

b. Konjungtivitis klamidia.

c. Konjungtivitis viral.

d. Konjungtivitis ricketsia.

e. Konjungtivitis jamur.

12
f. Konjungtivitis parasit.

g. Konjungtivitis alergi.

h. Konjungtivitis kimia atau iritatif.1

Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut,

akut, subakut dan kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan

oleh N gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis. Bentuk yang akut

biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptyus.

Penyebab yang paling sering pada bentuk konjungtivitis bakteri subakut adalah H

influenza dan Escherichia coli, sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi

pada konjungtivitis sekunder atau pada pasien dengan obstruksi duktus

nasolakrimalis.12

Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian mengenai


mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit ini
biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering kontak dengan penderita, sinusitis
dan keadaan imunodefisiensi.12

2.4 Patofisiologi

Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti

streptococci, staphylococci dan jenis Corynebacterium. Perubahan pada

mekanisme pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut

dapat menyebabkan infeksi klinis. Perubahan pada flora normal dapat terjadi

karena adanya kontaminasi eksternal, penyebaran dari organ sekitar ataupun

melalui aliran darah.12

Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu


penyebab perubahan flora normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap
antibiotik. Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel
yang meliputi konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah
sistem imun yang berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin

13
yang terdapat pada lapisan air mata, mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan
berkedip. Adanya gangguan atau kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat
menyebabkan infeksi pada konjungtiva.12

2.5 Tanda dan Gejala

Gejala-gejala pada pasien konjungtivitis secara umum adalah sensasi benda

asing yaitu sensasi tergores atau terbakar, sensasi penuh di sekeliling mata, gatal,

dan fotofobia.1 Sedangkan tanda-tanda dari konjungtivitis, yaitu:

a. Kemerahan di forniks dan makin berkurang ke arah limbus karena dilatasi

pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior (Hiperemia).

b. Produksi air mata berlebihan (epifora).

c. Eksudat yang berlapis-lapis dan amorf pada konjungtivitis bakteri dan

berserabut pada konkungtivitis alergika (eksudasi).

d. Terkulainya palpebra superior karena infiltrasi di otot Muller (pseudoptosis)

e. Penumpukan Limfosit di pembuluh darah (fliktenula).

f. Pengentalan (koagulum) di atas permukaan epitel (pseudomembran).

g. Edema dari konjungtiva mata (Chemosis).13

Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai

injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada

kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain,

dan pada kasus yang ringan sering dijumpai edema pada kelopak mata.3

Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada


konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan
debris pada lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang
paling khas adalah kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari sewaktu
bangun tidur.12

2.6 Diagnosis

14
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkin
saja penyakit berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang
lebih tua. Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit
menular seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga
ditanyakan durasi lamanya penyakit, riwayat penyakit yang sama sebelumnya,
riwayat penyakit sistemik, obat-obatan, penggunaan obat-obat kemoterapi,
riwayat pekerjaan yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit, riwayat
alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan riwayat penggunaan lensa-kontak.12

Dapat dilakukan pemeriksaan kultur konjungtiva. Pemeriksaan dengan


pewarnaan gram pada sekret untuk mengidentifikasi organisme penyebab maupun
adanya infeksi sekunder.1

2.7 Komplikasi

Konjungtivitis yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan

kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi.

Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:

a. Ulserasi kornea.

b. Membaliknya bulu mata ke dalam (trikiasis).

c. Membaliknya seluruh tepian palpebra (enteropion).

d. Obstruksi ductus nasolacrimalis.

e. Turunnya kelopak mata atas karena kelumpuhan (ptosis).1

Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis bateri, kecuali


pada pasien yang sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut di konjungtiva
paling sering terjadi dan dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan
menghilangkan duktulus kelenjar lakrimal. Hal ini dapat mengurangi komponen
akueosa dalam film air mata prakornea secara drastis dan juga komponen mukosa
karena kehilangan sebagian sel goblet. Luka parut juga dapat mengubah bentuk
palpebra superior dan menyebabkan trikiasis dan entropion sehingga bulu mata
dapat menggesek kornea dan menyebabkan ulserasi, infeksi dan parut pada
kornea.1

2.8 Penatalaksanaan

15
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen

mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat memulai

terapi antimikroba spectrum luas (mis., polymyxin-trimethoprim). Pada setiap

konjungtivitis purulen yang pulasan gramnya menunjukkan diplokokus gram

negative, dugaan neisseria, harus segera dimulai terapi topical dan sistemik. Jika

kornea tidak terlibat, ceftriaxone 1g diberikan dosis tunggal per intramuscular

biasanya merupakan terapi sistemik yang adekuat. Jika kornea terkena,

dibutuhkan ceftriaxone parental, 1-2g perhari selama 5 hari.14

Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, saccus conjunctivalis harus


dibilas dengan larutan saline agar dapat dihilangkan sekret konjungtiva. Untuk
mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan
hygiene perorangan secara khusus.14

BAB III
KESIMPULAN

Pasien Pustaka

Ananmesis/ Gejala Pada anamnesis didapatkan Gejala Konjungtivitis:

16
1. Sekret serous, mukos, purulen
Klinis gejala: 2. Injeksi konjungtiva
3. Kelopak lengket terutama pagi
1. Mata merah hari
2. Pada mata sebelah kanan 4. Mata merah
5. Gatal pada mata
terlihat sekret mukopurulen
6. Tajam penglihatan normal
3. Sulit membuka mata pagi hari

Pemeriksaan Pemeriksaan visus Pemeriksaan:

pada mata kanan dan pada mata a. Tidak terdapat penurunan visus
kiri 6/6. b. Terdapat udem palpebra
c. Terdapat sekret serous, mukos,
Pemeriksaan didapatkan:
atau purulen
d. Terdapat hiperemis pada
a. Terlihat adanya udem pada
konjungtiva
palpebra mata sebelah kanan
b. Terdapat hiperemis pada e. Adanya injeksi konjungtiva
konjungtiva tarsalis superior
mata sebelah kanan
c. Terdapat sekret pada
konjungtiva bulbi mata
sebelah kanan
d. Terdapat injeksi konjungtiva
pada mata sebelah kanan

Diagnosis Konjungtivitis Bakterial Akut Konjungtivitis Bakterial Akut

Penatalaksanaan Medikamentosa: Pengobatam diberikan sebelum


pemeriksaan mikrobiologik dengan
Antibiotik eye drop:
antibiotic tunggal seperti gentamisin,
Gentamicin 0,3% (5 ml) kloramfenikol, eritromisin. Bila
pengobatan tidak memberikan hasil
3 dd gtt 1
setelah 3-5 hari maka pengobatan
Non medikamentosa : dihentikan dan tunggu hasil
1. Kompres air dingin

17
2. Hindari menggosok mata
pemeriksaan.
3. Menggunakan alat

pelindung mata

4. Mencuci tangan dengan

bersih

Prognosis Qua ad vitam : Bonam Konjungtivitis bakteri akut hampir


selalu sembuh sendiri tanpa
Qua ad fungtionam : Bonam diobati, infeksi dapat berlangsung
selama 10-14 hari, jika diobati
Qua ad sanationam : dubia ad dengan memadai.
Bonam

18

Anda mungkin juga menyukai