Anda di halaman 1dari 27

Laporan Kasus

TRIKIASIS

Disusun Oleh :

Muhammad alkautsar, S.Ked (712019045)

Pembimbing
dr.Fera Yunita Rodhiyati, Sp.M

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Judul:
Trikiasis

Disusun Oleh:
Nama :Muhammad Alkautsar, S.Ked
NIM :712019045

Telah dilaksanakan pada bulan Mei 2021 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.

Palembang, Juni 2021


Pembimbing

dr.Fera Yunita Rodhiyati, Sp.M


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Zat Yang Maha Indah dengan segala
keindahan-Nya, Zat Yang Maha Pengasih dengan segala Kasih Sayang-Nya,
yang terlepas dari segala sifat lemah semua makhluk.
Alhamdulillah berkat kekuatan dan pertolongan-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Katarak Senilis Imatur OD +
Pseudofakia OS” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang di Bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr.Fera Yunita Rodhiyati, Sp.M selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang Bari yang telah memberikan masukan, arahan, serta bimbingan
selama penyusunan referat ini.
2. Orang tua dan saudara tercinta yang telah banyak membantu dengan doa
yang tulus dan memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan-rekan co-assistensi atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih
banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Amin.

Palembang, Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Lensa...........................................................................................7
2.2. Fisiologi Lensa...........................................................................................8
2.3. Katarak.......................................................................................................8
2.3.1 Definisi Katarak............................................................................... 9
2.3.2 Epidemiologi Katarak...................................................................... 9
2.3.3 Klasifikasi Katarak........................................................................... 9
2.3.4 Faktor Resiko Katarak...................................................................... 14
2.3.5 Patofisiologi Katarak Senilis............................................................ 15
2.3.6 Manifestasi Klinis Katarak............................................................... 16
2.3.7 Penatalaksanaan Katarak.................................................................. 16

BAB III. LAPORAN KASUS...................................................................................19


BAB IV. ANALISA KASUS.................................................................................... 27
BAB V. KESIMPULAN........................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................30

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelopak mata mempunyai beberapa fungsi. Salah satunya adalah sebagai
proteksi mekanik terhadap bola mata. Kelopak mata juga menyediakan elemen
kimia penting pada lapisan air mata prekorneal, dan membantu mendistribusikan
lapisan ini ke seluruh permukaan bola mata. Selama fase mengedip, kelopak mata
mendorong air mata ke kantus medial dan masuk ke dalam system drainase
pungtum lakrimal. Bulu mata yang ada di sepanjang tepi kelopak mata
membersihkan partikel-partikel dari depan mata, dan pergerakan gerakan konstan
serta reflex kelopak mata mencegah kornea dari trauma ataupun cahaya yang
menyilaukan.1
Trikiasis adalah suatu kelainan dimana silia bulu mata melengkung ke arah
bola mata. Trikiasis biasanya akibat inflamasi atau parut pada palpebra setelah
operasi palpebra, trauma, kalazion, atau blefaris berat. Trikiasis sering dikaitkan
dengan penyakit sikatriks kronik seperti pemphigoid ocular, trakoma, dan sindrom
Steven Johnson.1
Trikiasis dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering ditemukan pada
orang dewasa. Orang dewasa sampai tua merupakan resiko terjadi trikiasis.
Kelompok anak-anak dan remaja jarang terjadi trikiasis. Belum ditemukan bukti
adanya predileksi pada ras-ras tertentu ataupun jenis kelamin.1
Symptom yang terjadi pada penderita trikiasis dapat berupa sensai benda
asing pada permukaan bola mata, gatal pada mata, nyeri pada mata, bengkak pada
mata, dan biasanya penderita menjadi lebih emosional daripada biasa. Pada
trikiasis biasanya terjadi penggesekan bulu mata yang melengkung ke dalam yang
dapat menyebabkan erosi pada kornea, abrasi kornea, terbentuk ulkus pada
kornea, perforasi, yang kemudian dapat terjadi infeksi pada bola mata. Apabila
tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kebutaan.1

1.1 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan kasus ini adalah sebagai berikut:
1) Diharapkan bagi semua dokter muda agar dapat memahami kasus Trikiasis
2) Diharapkan kemudian hari dokter muda mampu mengenali dan memberikan
tatalaksana secara benar tentang penyakit Trikiasis
1.2 Manfaat
1.1.1 Manfaat Teoritis
a. Bagi institusi, diharapkan laporan kasus ini dapat menambah
bahan referensi dan studi kepustakaan dalam bidang ilmu
penyakit dalam terutama tentang Trikiasis
b. Bagi penulis selanjutnya, diharapkan laporan ini dapat dijadikan
landasan untuk penulisan laporan kasus selanjutnya.

1.1.2 Manfaat Praktis


Diharapkan agar dokter muda dapat mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh dari laporan ini dalam kegiatan kepaniteraan klinik senior
(KKS) dan diterapkan di kemudian hari dalam praktik klinik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Palpebra


Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang
berfungsi melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebra superior dan
inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola
mata bagian inferior. Pada pelpebra terdapat rambut halus, yang hanya tampak
dengan pembesaran.1,2
Kelopak mata atas lebih lebar dan mobile dibandingkan dengan kelopak
mata bawah, dan mempunyai otot penggerak yaitu otot levator palpebra. Fisura
palpebra, terletak pada tepi bebas kelopak mata dan bergabung pada kantus lateral
dan medial. Kantus lateral relatif tidak mempunyai keistimewaan khusus. Kantus
medial sekitar 2 mm di bawah kantus lateral (jarak ini relatif lebih lebar pada
orang Asia). Kantus medial yang merupakan area kecil berbentuk segitiga yang
memisahkan kedua bola mata, dimana lacrimal caruncle terletak.3
Papila lakrimal, terletak pada margin palpebra jaraknya sekitar 1/6 dari
kantus medial mata. Punctum lakrimal, terletak di tengah papila yang membentuk
muara dari sistem drainase lakrimal. Dari margin lateral kelopak mata menuju ke
papila lakrimal terdapat beberapa bulu mata yang disebut bagian siliaris kelopak
mata. Dari margin medial menuju ke papila yang tidak memiliki bulu mata
membentuk bagian lakrimal bulu mata.3
Ketika melihat lurus ke depan, kelopak mata atas menutupi bagian atas
dari kornea sekitar 2 sampai 3 mm, dimana kelopak mata bawah hanya menutupi
sampai di limbus. Ketika mata ditutup, kelopak mata atas menutupi seluruh
bagian kornea. Malposisi pada kelopak mata bawah adalah umum, terutama pada
orang tua. Ektropion adalah bergulir keluarnya kelopak mata bawah sehingga
tidak lagi kontak dengan kornea. Sedangkan entropion menggambarkan inversi
kelopak mata yang dapat menyebabkan bulu mata mengarah ke dalam (trikiasis)
yang dapat menyebabkan iritasi kornea.3
Setiap margin kelopak mata tebalnya 2 sampai 3 mm. 2/3 anterior dari
kelopak mata merupakan kulit dan 1/3 posterior merupakan mukosa konjunctiva.
Sebuah garis abu- abu yang tajam terletak anterior dari mucocutaneous junction,
berhubungan dengan lokasi dari bagian siliaris dari orbicularis oculi dan
merupakan surgical landmark, karena insisi pada titik ini menyebabkan kelopak
mata terpisah menjadi lamela anterior dan posterior. Bulu mata terletak di depan
garis abu-abu dan muara sirkular kelenjar tarsal (kelenjar meibom) terletak di
belakangnya.3

Gambar 1. Kelopak mata dan anterior bola mata.

Kelopak mata terdiri atas tujuh lapisan. Dari superficial ke dalam terdapat
lapisan kulit dan jaringan subkutan, lapisan otot orbikularis okuli, septum orbita,
lemak orbita, lapisan otot retraktor, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapisan
membrane mukosa (konjungtiva palpebrae).1
Gambar 2. Anatomi palpebra

Berikut merupakan ketujuh lapisan dari palpebra :


- Lapisan kulit dan jaringan subkutan
Lapisan kulit palpebra merupakan lapisan paling tipis pada tubuh, longgar,
elastik dan tanpa jaringan lemak subkutan.1,4
- Lapisan otot orbikularis okuli
Fungsi m. orbicularis oculi adalah menutup palpebra. Serat-serat ototnya
mengelilingi fissure palpebrae secara konsentris dan meluas sedikit melewati
tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat
di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal,, bagian di atas septum orbital
adalah bagian praseptal. Segmen di luar palpebra disebut bagian orbita. M.
orbicularis oculi dipersarafi oleh nervus facialis (N. VII).1,4

Gambar 3. M. orbicularis oculi dan m. frontalis

- Septum orbita
Merupakan lapisan tipis, terdiri dari jaringan fibrosa, muncul dari
periosteum di atas orbital rim bagian superior dan inferior pada arcus marginalis.
Pada palpebra superior, septum orbita bergabung dengan levator aponeurosis 2-5
mm di atas tarsal superior. Pada palpebra inferior, septum orbita bergabung
dengan fascia kapsulopalpebra di bawah tarsal inferior.1,4
- Lemak orbita
Lemak orbita terletak pada posterior dari septum orbita dan anterior dari
levator aponeurosis (palpebra superior) atau fascia kapsulopalpebra (palpebra
inferior). Pada palpebra superior, terdapat 2 kantong lemak; nasal dan sentral.
Pada palpebra inferior, terdapat 3 kantong lemak; nasal, sentral, dan temporal.
Kantong-kantong lemak ini dikelilingi oleh lapisan tipis fibrosa yang merupakan
kelanjutan dari anterior septum orbita.1,4
- Otot-otot retraktor
Otot retraktor palpebra superior adalah otot levator dengan aponeurosis
dan otot tarsal superior (M. Muller). Pada palpebra inferior adalah fascia
kapsulopalpebra dan otot tarsal inferior.1,4
- Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapisan jaringan fibrosa
padat yang bersama sedikit jaringan elastic disebut tarsus superior dan inferior.
Sudut lateral dan medial dan juluran tarsus tertambat pada tepian orbita oleh
ligament palpebra lateralis dan medialis. Tarsus superior dan inferior juga
tertambat oleh fascia tipis dan padat pada tepi atas dan bawah orbita.1,4
- Konjunctiva
Konjunctiva tersusun oleh epitel squamous non keratin, membentuk
lapisan di posterior dari palpebra dan terdiri dari sel-sel goblet, kelenjar lakrimal
Wolfring dan Krause. Kelenjar lakrimal terletak di jaringan subkonjunctiva
palpebra superior dan inferior. Kelenjar Wolfring terletak di sepanjang tarsal,
sedangkan kelenjar Krause terletak pada forniks.1,4

2.2. Anatomi Bulu Mata


Bulu mata (dalam bahasa Yunani : blepharo) adalah rambut-rambut
pendek, halus dan melengkung yang terdiri dari 2 sampai 3 lapisan yang tumbuh
pada tepi kelopak mata. Bulu mata berfungsi melindungi bola mata dari debris
dan benda asing.3,5
Bulu mata kelopak mata bagian atas lebih panjang, lebih banyak, dan
melengkung keatas dimana bulu mata kelopak mata bagian bawah lebih pendek,
lebih sedikit dan melengkung ke bawah sehingga tidak saling bertemu dan
mengganggu ketika kedua kelopak mata ditutup.5
Pada fase embryo, bulu mata tumbuh dari jaringan ektoderm pada umur
kehamilan 22 sampai 26 minggu. Bulu mata membutuhkan waktu 7 sampai 8
minggu untuk tumbuh kembali setelah dicabut tetapi penyabutan bulu mata secara
terus-menerus dan konstan dapat menyebabkan kerusakan permanen. Warna bulu
mata dapat berbeda dari rambut pada umumnya, walaupun mereka dapat berwarna
lebih gelap pada seseorang dengan rambut warna gelap dan berwarna lebih terang
pada orang dengan rambut warna terang.3,5
Beberapa penyakit dan kelainan pada bulu mata yaitu :3,5
- Blepharitis, adalah peradangan kronik pada kelopak mata dengan tingkat
keparahan yang bervariasi. Kelopak mata menjadi merah dan gatal, kulit
kelopak mata menjadi menebal dan dapat menyebabkan bulu mata rontok.
- Distichiasis, adalah pertumbuhan abnormal dari bulu mata pada beberapa
area dari kelopak mata.
- Trichiasis, adalah pertumbuhan bulu mata ke dalam yang dapat menggosok
kornea dan konjunctiva dapat menyebabkan iritasi.
- Hordeolum eksterna, adalah peradangan purulen folikel bulu mata, kelenjar
Zeis dan kelenjar Moll sekitar pada kelopak mata.
- Trikotilomania, adalah kelainan berupa keinginan untuk mencabut rambut
kepala, bulu mata, dll.
- Demodex folliculorum, adalah sejenis tungau yang hidup di bulu mata dan
folikel rambut, dan sekitar 98 % orang mempunyai tungau ini. Terkadang,
tungau ini dapat menyebabkan blepharitis.

2.3. Definisi
Trikiasis adalah suatu kelainan dimana bulu mata mengarah ke dalam bola
mata yang dapat menggosok kornea atau konjunctiva yang dapat menyebabkan
iritasi. Trichiasis harus dibedakan daripada entropion, dimana pada entropion
terjadi pelipatan palpebra ke arah dalam. Kemungkinan dimana terjadinya
entropion dan trikiasis bersamaan dapat terjadi, dan dibutuhkan terapi untuk
keduanya.7,8

2.4. Epidemiologi
Trikiasis dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering ditemukan
pada orang dewasa. Belum ditemukan bukti adanya predileksi pada ras-ras
tertentu ataupun jenis kelamin.1

2.5. Etiologi dan Patofisiologi


Setiap orang dapat terjadi trikiasis, namun umumnya lebih sering terjadi
pada orang dewasa. Trikiasis dapat disebabkan oleh infeksi pada mata,
peradangan pada palpebra, kondisi autoimun, dan trauma. Proses penuaan juga
merupakan penyebab umum terjadinya trikiasis, karena kulit yang kehilangan
elastisitas.9

Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan resiko terjadinya trikiasis


sebagai berikut :2,9
• Blefaritis kronik : Margo palpebra meradang, menebal, berkrusta, erythem
dengan secret ringan dan telangiektasis pembuluh darah
• Sikatriks : Dapat diakibatkan oleh luka palpebra oleh trauma.
• Epiblepharon, penyakit kongenital yang terjadi dimana jaringan longgar di
sekitar mata membentuk lipatan yang abnormal kulit dan otot pretarsal,
menyebabkan bulu mata mengarah ke dalam.
• Trachoma, suatu konjunctivitis folikular kronik yang berkembang hingga
terbentuknya jaringan parut. Pada kasus yang berat, trikiasis dapat terjadi
akibat jaringan parut yang berat.
• Penyakit-penyakit lainnya yang dapat mengenai kulit dan membran mukosa
seperti Steven Johnson Syndrome dan cicatrical pemphigoid.

Selain dari penyakit-penyakit diatas, pentingnya membedakan tipe-tipe


kelainan dari bulu mata yang dapat menyebabkan trikiasis, dimana
penatalaksanaannya dapat berbeda tergantung dari penyebabnya. Pembagian
trikiasis berdasarkan kelainan bulu mata yaitu sebagai berikut :10,11
- Acquired metaplastic eyelashes. Biasanya disebabkan peradangan kelopak
mata seperti meibomitis atau trauma akibat pembedahan, dimana epitel
kelenjar meibom mengalami perubahan metaplastik menjadi folikel rambut.
Hal ini menyebabkan pertumbuhan bulu mata lebih posterior daripada
normal dimana dapat mengarah ke belakang.
- Congenital metaplastic eyelashes. Kelainan kongenital dimana kelenjar
meibom menjadi multipoten berkembang menjadi folikel-folikel rambut.
Barisan kedua dari bulu mata tumbuh dari permukaan kelenjar meibom.
Bulu mata yang tumbuh tersebut mengarah secara vertikel, dan pada anak-
anak dapat ditoleransi dikarenakan oleh adanya tear film yang bagus dan
sedikit mengurangi sensasi kornea.
- Misdirected eyelashes. Pertumbuhan bulu mata yang normal, namun akibat
dari sedikit jaringan parut pada margin kelopak mata menyebabkan
perubahan arah dari bulu mata ke dalam.
- Marginal entropion. Pembalikan dari margin kelopak mata akibat dari
proses parut dari lamela posterior kelopak mata.

2.6. Gambaran Klinik


Pasien dapat mengeluhkan sensasi benda asing, iritasi pada permukaan
bola mata yang kronik, lesi pada kelopak mata, gatal, nyeri pada mata, dan mata
bengkak. Abrasi kornea sampai dapat terjadi ulkus kornea, injeksi konjungtiva,
keluarnya cairan mucus, dan pandangan menjadi kabur dapat menyertai penyakit
ini.1,7

2.7. Diagnosis Banding


Trikiasis dapat didiagnosis banding dengan entropion. Entropion adalah
pelipatan kelopak mata ke arah dalam yang dapat disebabkan oleh involusi,
sikatrik, atau congenital. Gangguan ini selalu mengenai kelopak mata bawah dan
merupakan akibat gabungan kelumpuhan otot-otot retractor kelopak mata ,
mikrasi ke atas muskulus orbikularis preseptal, dan melipatnya tarsus ke atas.1

2. 8. Penatalaksanaan14,13
Jika hanya sedikit bulu mata yang terlibat, trikiasis dapat diterapi dengan
mechanical epilation, yaitu membuang bulu mata yang tumbuh ke dalam dengan
forcep pada slit lamp. Karena pertumbuhan kembali dapat terjadi, epilasi berulang
diperlukan setelah 3-8 minggu.
Electrolysis dapat digunakan untuk menatalaksana trikiasis. Akan tetapi
tingkat rekurensinya tinggi, selain itu bulu mata normal yang berdekatan dapat
menjadi rusak dan jaringan parut pada jaringan margin palpebra dapat
menyebabkan trikiasis lebih lanjut.

Radiosurgery dapat memperbaiki bulu mata yang abnormal dengan


menggunakan ujung jarum yang dimasukkan dari ujung silia ke basis silia. Sinyal
radiosurgery dikirimkan kurang lebih selama 1 detik dengan tenaga yang lemah
untuk menghancurkan folikel rambut. Ketika ujung jarum dipindahkan, maka bulu
mata dapat diangkat dengan mudah.
Trikiasis segmental dapat diperbaiki dengan cryotherapy. Cryotherapy
hanya membutuhkan anestesia lokal infiltratif. Folikel dari bulu mata sangat
sensitif terhadap dingin dan dapat dihancurkan pada suhu -20o C. Area yang
terlibat dibekukan kurang lebih selama 25 detik dan kemudian dibiarkan mencair.
Kemudian dibekukan kembali selama 20 detik (double freeze-thaw technique).
Beberapa sumber menyebutkan, membutuhkan 45 detik membekukan dengan 4
menit mencairkan secara lambat untuk double freeze-thaw technique14. Bulu
mata yang abnormal dapat diangkat dengan forcep. Kekurangan dari cryotherapy
adalah edema yang dapat bertahan selama beberapa hari, kehilangan pigmen kulit
melanosit yang dapat hancur pada suhu -10o C sehingga dapat hancur terlebih
dahulu sebelum folikel rambut dihancurkan, penebalan margin palpebra, dan
kemungkinan gangguan fungsi sel goblet. Metode ini dapat dikombinasi dengan
berbagai tehnik pembedahan dan dapat diulangi jika persisten atau berulang.
Penggunaan Argon Laser pada trikiasis tidak se-efektif seperti
menggunakan cryotherapy, tetapi dapat sangat berguna ketika hanya sedikit dari
bulu mata yang tersebar membutuhkan ablasi atau ketika stimulasi dari area
peradangan yang lebih besar tidak dibutuhkan. Beberapa pigmen dibutuhkan pada
dasar bulu mata untuk menyerap energi laser dan mengablasi bulu mata,
menyebabkan tehnik ini sensitif terhadap warna rambut. Ablasi menggunakan
argon laser membutuhkan sinar dengan lebar 200_m untuk kelopak mata bawah,
dan 250 _m untuk kelopak mata atas, untuk kedalaman yang sama dengan
electrolysis.15
Dari semua tehnik yang telah disebutkan, tingkat keberhasilan dapat
bervariasi, dan penatalaksanaan tambahan biasanya diperlukan. Full thickness
pentagonal resection dengan penutupan primer dapat dipertimbangkan ketika
trikiasis terbatas pada segmen palpebra.
Tingkat keberhasilan ablasi bulu mata dapat ditingkatkan dengan
transconjunctival eyelash bulb extirpation di bawah mikroskop16. Hal ini dapat
digunakan sebagai prosedur primer atau ketika upaya elektrolisis atau modalitas
ablasi lainnya telah gagal dan pengobatan lebih lanjut berisiko terbentuknya
jaringan parut.

2.9. Komplikasi
Apabila tidak ditangani dengan segera trikiasis dapat menyebabkan
komplikasi seperti iritasi pada permukaan bola mata yang kronik, abrasi kornea,
terjadi ulkus kornea, perforasi, sampai terjadinya infeksi bola mata. Komplikasi
lebih lanjut dapat menyebabkan kebutaan.

2.10. Prognosis
Prognosis umumnya baik. Tindak lanjut perawatan berkala dan perhatian
terhadap komplikasi, kekambuhan, atau komplikasi kornea dapat
meningkatkankan prognosis jangka panjang.1
BAB III
LAPORAN KASUS

ANAMNESIS Nama :Ny.Mursidah Ruang : -


Umur : 65 tahun Kelas : -

Nama Lengkap : Ny. Mursidah


Umur : 65 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pangeran Ratu
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA

Dokter yang Merawat : dr. Septiani Nadra Indawati, Sp. M


Dokter Muda : Muhammad alkautsar,Dhea nadhila

Tanggal Pemeriksaan : 31 Mei 2021

Keluhan Utama : Penglihatan kabur sejak 1 bulan yang lalu

Keluhan Tambahan : Pasien mengeluh penglihatan kabur, mata berair, dan


pandangan seperti terdapat asap.
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh penglihatannya kabur secara perlahan ± sejak 1 bulan yang lalu.
Penglihatan kabur tanpa disertai rasa sakit, mata terkadang berair, selain itu pasien
mengaku seperti melihat asap. Keluhan melihat seperti diterowongan (-), pusing
kepala (-), mata merah (-), fotofobia(-).

2. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat diabetes melitus (-), hipertensi terkontrol (+), asma bronkiale (-), penyakit
mata lainnya (-), riwayat pemakaian obat-obatan terutama obat asma (-), dan
trauma pada mata (-).
3. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat darah tinggi disangkal
- Riwayat kencing manis disangkal
- Riwayat penggunaan kacamata disangkal
- Riwayat keluhan yang sama pada keluarga disangkal

Nama : Ny.Mursidah Ruang : -


PEMERIKSAAN FISIK
Umur : 65 tahun Kelas : -

Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 140/80 mmHg
- Nadi : 70 x/menit
- Laju Napas : 20 x/menit
- Suhu : 36,5 C

Status Oftalmologis
OD OS

No. Pemeriksaan OD OS
1. Visus 6/36 3/60
2. Tekanan Intra Okuler 10,9 18,5
3. Kedudukan Bola Mata
Posisi Ortoforia Ortoforia
Eksoftalmus (-) (-)
Enoftalmus (-) (-)
4. Pergerakan Bola Mata
Atas Baik Baik
Bawah Baik Baik
Temporal Baik Baik
Temporal atas Baik Baik
Temporal bawah Baik Baik
Nasal Baik Baik
Nasal atas Baik Baik
Nasal bawah Baik Baik
Nistagmus (-) (-)
5. Palpebrae
Hematom (-) (-)
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Fistel (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Sekret (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
Madarosis (-) (-)
6. Punctum Lakrimalis
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Fistel (-) (-)
7. Konjungtiva Tarsal Superior
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Sekret (-) (-)
Epikantus (-) (-)
8. Konjungtiva Tarsalis Inferior
Kemosis (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Anemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Lithiasis (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
9. Konjungtiva Bulbi
Kemosis (-) (-)
Pterigium (-) (-)
Pinguekula (-) (-)
Flikten (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Injeksi konjungtiva (-) (-)
Injeksi siliar (-) (-)
Injeksi episklera (-) (-)
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)
10. Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Edema (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Erosi (-) (-)
Infiltrat (-) (-)
Flikten (-) (-)
Keratik presipitat (-) (-)
Macula (-) (-)
Nebula (-) (-)
Leukoma (-) (-)
Leukoma adherens (-) (-)
Stafiloma (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Imbibisi (-) (-)
Pigmen iris (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
Tes sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
11. Limbus kornea
Arkus senilis (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
12. Sklera
Sklera biru (-) (-)
Episkleritis (-) (-)
Skleritis (-) (-)
13. Kamera Okuli Anterior
Kedalaman Normal Normal
Kejernihan Jernih Jernih
Flare (-) (-)
Sel (-) (-)
Hipopion (-) (-)
Hifema (-) (-)
14. Iris
Warna Kecoklatan Kecoklatan
Gambaran radier Jelas Jelas
Eksudat (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Sinekia posterior (-) (-)
Sinekia anterior (-) (-)
Iris bombe (-) (-)
Iris tremulans (-) (-)
15. Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Besar ± 3 mm ± 3 mm
Regularitas Reguler Reguler
Isokoria Isokor Isokor
Letak Sentral Sentral
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Seklusio pupil (-) (-)
Oklusi pupil (-) (-)
Leukokoria (-) (-)
16. Lensa
Kejernihan Keruh Keruh
Shadow test (+) (+)
Refleks kaca (-) (-)
Luksasi (-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Pseudofakia (-) (-)
Afakia (-) (-)
17. Funduskopi
Refleks fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- warna papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- bentuk Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- batas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Makula lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukan

PemeriksaanPenunjang:
-

RINGKASAN ANAMNESIS DAN Nama :Ny.Mursidah Ruang : -


PEMERIKSAAN JASMANI Umur :65 tahun Kelas : -

Anamnesis

Pasien mengeluh penglihatannya kabur secara perlahan ± sejak 1 bulan yang lalu.
Penglihatan kabur tanpa disertai rasa sakit, mata berair, selain itu pasien mengaku
seperti melihat asap. Keluhan melihat seperti diterowongan (-), pusing kepala (-),
mata merah (-), fotofobia (-).

Pemeriksaan Fisik.

Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan

Kesadaran : Kompos Mentis

Tanda Vital :

- Tekanan Darah : 140/80 mmhg


- Nadi : 70x/min
- Laju Napas : 20x/min
- Suhu : 36,5o C

Pemeriksaan Oftalmologikus sebelum dilakukan operasi


OD OS

6/36 Visus 3/60

10,9 TIO 18,5

- Pterigium -

Jernih Kornea Jernih

Dalam COA Dalam

Bulat, refleks cahaya (+) Pupil Bulat, refleks cahaya (+)

Normal Iris Normal

Keruh Lensa Keruh

Tidak dilakukan Funduskopi Tidak dilakukan

Daftar Masalah:

1. Penglihatan kabur secara perlahan ± sejak 1 bulan yang lalu


2. Penglihatan kabur dan berair
3. Pandangan seperti melihat asap
4. VOD : 6/36 , VOS : 3/60

Diagnosis

Katarak Senilis imatur ODS


BAB IV
ANALISA KASUS

Seorang pasien perempuan berusia 65 tahun datang ke Poli Mata RSUD


Palembang Bari dengan keluhan mata kanan dan kiri kabur seperti melihat asap
sejak 1 bulan yang lalu, keluhan mata kabur terjadi secara perlahan-lahan.. Pasien
menyangkal adanya mata merah, nyeri, sekret, rasa mengganjal, mual, muntah,
sakit kepala dan melihat pelangi disekitar lampu. Pasien mengaku belum pernah
berobat sebelumnya dan tidak mengkonsumsi obat-obatan dalam jangka waktu
yang lama. Pasien mengatakan memiliki riwayat darah tinggi, kencing manis (-),
operasi tidak ada, penggunaan kacamata disangkal. Riwayat penyakit keluarga
pasien memiliki darah tinggi disangkal, kencing manis disangakal, penggunaan
kacamata disangkal dan keluhan yang sama pada keluarga disangkal.
Dari anamnesis pasien mengatakan bahwa mata kanan dan kiri kabur
seperti melihat asap sejak 1 bulan yang lalu, keluhan mata kabur terjadi secara
perlahan-lahan. Pasien menyangkal adanya mata merah, nyeri, sekret, rasa
mengganjal, mual, muntah, sakit kepala dan melihat pelangi disekitar
lampu..Keluhan tersebut sesuai dengan teori bahwa keluhan tersebut terjadi pada
penyakit katarak. Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa mata
yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein
lensa mata atau akibat kedua-duanya. Gejala katarak adalah merasa silau,
berkabut, berasap, sukar melihat dimalam hari atau penerangan redup, melihat
ganda, melihat halo sign di sekitar sinar, dan tajam penglihatan menurun. Katarak
yang dialami pada pasien merupakan katarak senilis yang dikarenakan seiring
berjalannya usia, lensa mengalami kekeruhan, penebalan, serta penurunan daya
akomodasi

Pada pemeriksaan oftalmologis tanggal 31 Mei 2021 didapatkan Visus


Oculus Dextra (VOD) 6/36 dan Visus Oculus Sinistra (VOS) 3/60.. Dan pada
pemeriksaan lensa didapatkan lensa Oculus Dextra et Sinistra keruh dan shadow
test (+), Hal ini sesuai dengan teori bahwa katarak terjadi penurunan tajam
penglihatantanpa disertai tanda radang pada mata.Keparahan penurunan tajam
penglihatan tergantung dari letak dan stadium kekeruhan lensa.Stadium katarak
dibagi menjadi empat yaitu, Insipiens, Pada stadium ini, lensa bengkak karena
termasuki air, kekeruhan lensa masih ringan, visus biasanya > 6/60. Pada
pemeriksaan dapat ditemukan iris normal, bilik mata depan normal, sudut bilik
mata normal, serta shadow test negatif. Kedua, stadium Imatur, pada tahap
berikutnya, opasitas lensa bertambah dan visus mulai menurun menjadi 5/60
sampai 1/60. Cairan lensa bertambah akibatnya iris terdorong dan bilik mata
depan menjadi dangkal, sudut bilik mata sempit, dan sering terjadi glaukoma.
Pada pemeriksaan didapatkan shadow test positif. Ketiga, stadium matur, jika
katarak dibiarkan, lensa akan menjadi keruh seluruhnya dan visus menurun drastis
menjadi 1/300 atau hanya dapat melihat lambaian tangan dalam jarak 1 meter.
Pada pemeriksaan didapatkan shadow test negatif. Keempat, stadium hipermatur,
pada tahap akhir, korteks mencair sehingga nukleus jatuh dan lensa jadi turun dari
kapsulnya (Morgagni). Lensa terlihat keruh seluruhnya, visus sudah sangat
menurun hingga bisa mencapai 0, dan dapat terjadi komplikasi berupa uveitis dan
glaukoma. Pada pemeriksaan didapatkan iris tremulans, bilik mata depan dalam,
sudut bilik mata terbuka, serta shadow test positif palsu. Pada kasus ini
berdasarkan stadiumnya, didapatkan stadium katarak yaitu stadium imatur

Tatalaksana pada katarak terbagi menjadi tindakan non-bedah dan


tindakan bedah. Indikasi pembedahan terbagi menjadi dua yaitu indikasi visus
bila gangguan yang ditimbulkan katarak terhadap aktivitas sehari-harinya dan
indikasi medis yaitu stadium katarak adalah matur serta bila terdapat penyulit
yang diakibatkan katarak seperti glaukoma. Untuk non medikamentosa yaitu
memberikan edukasi terhadap pasien mengenai penyakitnya yang akan terus
mengalami kekeruhan dan penglihatanya akan semakin menurun. Rencana
tindakan pembedahan ECCE + IOL (Intra Okular Lens)

BAB V
KESIMPULAN

1. Diagnosis pada Ny.Mursidah adalah Katarak Sinilis Imatur Oculus Dextra


et Sinistra
2. Penegakkan diagnosis pada pasien Ny. Usyaima ini berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan oftalmologi dan pemeriksaan penunjang
3. Tatalaksana yang dapat diberikan pada pasein yaitu menjelaskan
kepada pasien mengenai memberikan edukasi terhadap pasien mengenai
penyakitnya, bahwa katarak yang dialami pasien yang akan terus
mengalami kekeruhan dan penglihatanya akan semakin menurun dan
kemungkinan penyulit yang ditimbulkan. Rencana tindakan pembedahan
ECCE + IOL (Intra Okular Lens)
DAFTAR PUSTAKA

1. Nurcamelia. 2009. Referat Distrikiasis. [diakses dari :


http://www.scribd.com/doc/133626577/DISTRIKIASIS tanggal 13 Mei
2014]
2. Vaughan dan Asbury., Riordan, Paul-Eva., Whitcher, JP. 2009. Oftalmologi
Umum Edisi 17. Jakarta : EGC.
3. Standring, Susan dan Neil R. Borley. 2008. Gray's Anatomy: the
Anatomical Basis of Clinical Practice (40th ed.). Edinburgh: Churchill
Livingstone/Elsevier. p. 703.
4. AAO. 2007. Orbit, Eyelid, and Lacrimal System.American Academy of
Ophtalmology.
5. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al. Fetal growth and
development. In: Cunnigham FG, Leveno KL, Bloom SL, et al, eds.
Williams Obstetrics. 23rd ed. New York, NY: McGraw-Hill; 2010:chap 4
6. Frank J. Weinstock. Eyelid Inflammation. [diakses dari : http://
http://www.emedicinehealth.com/eyelid_inflammation_blepharitis/ tanggal
19 Mei 2014]
7. Manners, Ruth. 2011. Information factsheet : ingrowing eyelashes (trichiasis
& distichiasis). [diakses dari : http://www.uhs.nhs.uk/ tanggal 13 Mei 2014]
8. Ilyas, Sidharta. 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
9. The Eye M. D. association. 2014. Trichiasis. American Academy of
Ophtalmology. [diakses dari :
http://www.geteyesmart.org/eyesmart/diseases/trichiasis- symptoms.cfm
tanggal 13. Mei 2014]
10. Unknown. 2012. Clinical Management Guidelines Trichiasis. The College
of Optometrists. [diakses dari : http://www.college-optometrists.org/ tanggal
13 Mei 2014]
11. Khooshabeh, Ramona. 2002. Focus On : The Unwanted Eyelash. The Royal
College of Ophthalmologist issue 24.
12. Barber K, Dabbs T. Morphological observation on patients with presumed
trichiasis. Br J Ophthalmol 1988; 72(1): 17-22.
13. Collin, R dan Rose, G. 2001. Fundamentals of Clinical Ophthamology
Plastic and Orbital Surgery. Malaysia : BMJ group.
14. Delaney MR, Rogers PA. A simplified cryotherapy technique for trichiasis
and distichiasis. Aust J Ophthalmology 1984; 12(2): 163-6.
15. Elder MJ. Anatomy and physiology of eyelash follicles: relevance to lash
ablation procedures. Ophthalmology Plastic Reconstruction Surgery. 1997;
13(1): 21-5.

Anda mungkin juga menyukai