TRIKIASIS
Disusun Oleh :
Pembimbing
dr.Fera Yunita Rodhiyati, Sp.M
Laporan Kasus
Judul:
Trikiasis
Disusun Oleh:
Nama :Muhammad Alkautsar, S.Ked
NIM :712019045
Telah dilaksanakan pada bulan Mei 2021 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, Zat Yang Maha Indah dengan segala
keindahan-Nya, Zat Yang Maha Pengasih dengan segala Kasih Sayang-Nya,
yang terlepas dari segala sifat lemah semua makhluk.
Alhamdulillah berkat kekuatan dan pertolongan-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Katarak Senilis Imatur OD +
Pseudofakia OS” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang di Bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr.Fera Yunita Rodhiyati, Sp.M selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang Bari yang telah memberikan masukan, arahan, serta bimbingan
selama penyusunan referat ini.
2. Orang tua dan saudara tercinta yang telah banyak membantu dengan doa
yang tulus dan memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan-rekan co-assistensi atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih
banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Lensa...........................................................................................7
2.2. Fisiologi Lensa...........................................................................................8
2.3. Katarak.......................................................................................................8
2.3.1 Definisi Katarak............................................................................... 9
2.3.2 Epidemiologi Katarak...................................................................... 9
2.3.3 Klasifikasi Katarak........................................................................... 9
2.3.4 Faktor Resiko Katarak...................................................................... 14
2.3.5 Patofisiologi Katarak Senilis............................................................ 15
2.3.6 Manifestasi Klinis Katarak............................................................... 16
2.3.7 Penatalaksanaan Katarak.................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Kelopak mata terdiri atas tujuh lapisan. Dari superficial ke dalam terdapat
lapisan kulit dan jaringan subkutan, lapisan otot orbikularis okuli, septum orbita,
lemak orbita, lapisan otot retraktor, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapisan
membrane mukosa (konjungtiva palpebrae).1
Gambar 2. Anatomi palpebra
- Septum orbita
Merupakan lapisan tipis, terdiri dari jaringan fibrosa, muncul dari
periosteum di atas orbital rim bagian superior dan inferior pada arcus marginalis.
Pada palpebra superior, septum orbita bergabung dengan levator aponeurosis 2-5
mm di atas tarsal superior. Pada palpebra inferior, septum orbita bergabung
dengan fascia kapsulopalpebra di bawah tarsal inferior.1,4
- Lemak orbita
Lemak orbita terletak pada posterior dari septum orbita dan anterior dari
levator aponeurosis (palpebra superior) atau fascia kapsulopalpebra (palpebra
inferior). Pada palpebra superior, terdapat 2 kantong lemak; nasal dan sentral.
Pada palpebra inferior, terdapat 3 kantong lemak; nasal, sentral, dan temporal.
Kantong-kantong lemak ini dikelilingi oleh lapisan tipis fibrosa yang merupakan
kelanjutan dari anterior septum orbita.1,4
- Otot-otot retraktor
Otot retraktor palpebra superior adalah otot levator dengan aponeurosis
dan otot tarsal superior (M. Muller). Pada palpebra inferior adalah fascia
kapsulopalpebra dan otot tarsal inferior.1,4
- Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapisan jaringan fibrosa
padat yang bersama sedikit jaringan elastic disebut tarsus superior dan inferior.
Sudut lateral dan medial dan juluran tarsus tertambat pada tepian orbita oleh
ligament palpebra lateralis dan medialis. Tarsus superior dan inferior juga
tertambat oleh fascia tipis dan padat pada tepi atas dan bawah orbita.1,4
- Konjunctiva
Konjunctiva tersusun oleh epitel squamous non keratin, membentuk
lapisan di posterior dari palpebra dan terdiri dari sel-sel goblet, kelenjar lakrimal
Wolfring dan Krause. Kelenjar lakrimal terletak di jaringan subkonjunctiva
palpebra superior dan inferior. Kelenjar Wolfring terletak di sepanjang tarsal,
sedangkan kelenjar Krause terletak pada forniks.1,4
2.3. Definisi
Trikiasis adalah suatu kelainan dimana bulu mata mengarah ke dalam bola
mata yang dapat menggosok kornea atau konjunctiva yang dapat menyebabkan
iritasi. Trichiasis harus dibedakan daripada entropion, dimana pada entropion
terjadi pelipatan palpebra ke arah dalam. Kemungkinan dimana terjadinya
entropion dan trikiasis bersamaan dapat terjadi, dan dibutuhkan terapi untuk
keduanya.7,8
2.4. Epidemiologi
Trikiasis dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering ditemukan
pada orang dewasa. Belum ditemukan bukti adanya predileksi pada ras-ras
tertentu ataupun jenis kelamin.1
2. 8. Penatalaksanaan14,13
Jika hanya sedikit bulu mata yang terlibat, trikiasis dapat diterapi dengan
mechanical epilation, yaitu membuang bulu mata yang tumbuh ke dalam dengan
forcep pada slit lamp. Karena pertumbuhan kembali dapat terjadi, epilasi berulang
diperlukan setelah 3-8 minggu.
Electrolysis dapat digunakan untuk menatalaksana trikiasis. Akan tetapi
tingkat rekurensinya tinggi, selain itu bulu mata normal yang berdekatan dapat
menjadi rusak dan jaringan parut pada jaringan margin palpebra dapat
menyebabkan trikiasis lebih lanjut.
2.9. Komplikasi
Apabila tidak ditangani dengan segera trikiasis dapat menyebabkan
komplikasi seperti iritasi pada permukaan bola mata yang kronik, abrasi kornea,
terjadi ulkus kornea, perforasi, sampai terjadinya infeksi bola mata. Komplikasi
lebih lanjut dapat menyebabkan kebutaan.
2.10. Prognosis
Prognosis umumnya baik. Tindak lanjut perawatan berkala dan perhatian
terhadap komplikasi, kekambuhan, atau komplikasi kornea dapat
meningkatkankan prognosis jangka panjang.1
BAB III
LAPORAN KASUS
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 140/80 mmHg
- Nadi : 70 x/menit
- Laju Napas : 20 x/menit
- Suhu : 36,5 C
Status Oftalmologis
OD OS
No. Pemeriksaan OD OS
1. Visus 6/36 3/60
2. Tekanan Intra Okuler 10,9 18,5
3. Kedudukan Bola Mata
Posisi Ortoforia Ortoforia
Eksoftalmus (-) (-)
Enoftalmus (-) (-)
4. Pergerakan Bola Mata
Atas Baik Baik
Bawah Baik Baik
Temporal Baik Baik
Temporal atas Baik Baik
Temporal bawah Baik Baik
Nasal Baik Baik
Nasal atas Baik Baik
Nasal bawah Baik Baik
Nistagmus (-) (-)
5. Palpebrae
Hematom (-) (-)
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Fistel (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Sekret (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
Madarosis (-) (-)
6. Punctum Lakrimalis
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Fistel (-) (-)
7. Konjungtiva Tarsal Superior
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Sekret (-) (-)
Epikantus (-) (-)
8. Konjungtiva Tarsalis Inferior
Kemosis (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Anemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Lithiasis (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
9. Konjungtiva Bulbi
Kemosis (-) (-)
Pterigium (-) (-)
Pinguekula (-) (-)
Flikten (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Injeksi konjungtiva (-) (-)
Injeksi siliar (-) (-)
Injeksi episklera (-) (-)
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)
10. Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Edema (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Erosi (-) (-)
Infiltrat (-) (-)
Flikten (-) (-)
Keratik presipitat (-) (-)
Macula (-) (-)
Nebula (-) (-)
Leukoma (-) (-)
Leukoma adherens (-) (-)
Stafiloma (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Imbibisi (-) (-)
Pigmen iris (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
Tes sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
11. Limbus kornea
Arkus senilis (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
12. Sklera
Sklera biru (-) (-)
Episkleritis (-) (-)
Skleritis (-) (-)
13. Kamera Okuli Anterior
Kedalaman Normal Normal
Kejernihan Jernih Jernih
Flare (-) (-)
Sel (-) (-)
Hipopion (-) (-)
Hifema (-) (-)
14. Iris
Warna Kecoklatan Kecoklatan
Gambaran radier Jelas Jelas
Eksudat (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Sinekia posterior (-) (-)
Sinekia anterior (-) (-)
Iris bombe (-) (-)
Iris tremulans (-) (-)
15. Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Besar ± 3 mm ± 3 mm
Regularitas Reguler Reguler
Isokoria Isokor Isokor
Letak Sentral Sentral
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Seklusio pupil (-) (-)
Oklusi pupil (-) (-)
Leukokoria (-) (-)
16. Lensa
Kejernihan Keruh Keruh
Shadow test (+) (+)
Refleks kaca (-) (-)
Luksasi (-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Pseudofakia (-) (-)
Afakia (-) (-)
17. Funduskopi
Refleks fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- warna papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- bentuk Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- batas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Makula lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
PemeriksaanPenunjang:
-
Anamnesis
Pasien mengeluh penglihatannya kabur secara perlahan ± sejak 1 bulan yang lalu.
Penglihatan kabur tanpa disertai rasa sakit, mata berair, selain itu pasien mengaku
seperti melihat asap. Keluhan melihat seperti diterowongan (-), pusing kepala (-),
mata merah (-), fotofobia (-).
Pemeriksaan Fisik.
Tanda Vital :
- Pterigium -
Daftar Masalah:
Diagnosis
BAB V
KESIMPULAN