Anda di halaman 1dari 48

CASE REPORT

ULKUS KORNEA ec BAKTERI OD


PEMBIMBING : DR. NASRUDIN SP.M
OLEH : RIFAH HAZMAR (1102012245)
CASE REPORT
I. IDENTITIAS PASIEN
NO. REKAM MEDIS: 2017-700065

NAMA : Tn. D
UMUR : 30 Tahun
JENIS KELAMIN : Laki-laki
AGAMA : Islam
SUKU/BANGSA : Jawa
PEKERJAAN : Tukang Las
ALAMAT : Cibinong
TANGGAL PEMERIKSAAN : 10 mei 2017
CASE REPORT
II. ANAMNESA

ALLOANAMNESA : Dengan Ibu pasien 10 Mei 2017


AUTOANAMNESA : 10 Mei 2017

KELUHAN UTAMA : Mata kanan merah sejak +/-


1 bulan SMRS dan penglihatan buram sejak 1 hari SMRS

KELUHAN TAMBAHAN : Berair dan pegal


CASE REPORT
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

1 bulan SMRS
Pada saat pasien bekerja sebagai tukang las,
2 minggu SMRS
pasien mengakui bahwa mata kanannya
terkena percikan las (gram), mata kanan Pasien mengatakan bahwa pasien
pasien langsung merah tetapi pasien tidak melakukan perjalanan cukup jauh dan
berobat ke klinik atau rumah sakit, pasien terpapar udara luar pada saat berkendara
hanya meneteskan matanya menggunakan menggunakan motor untuk mengunjungi
Insto selama 1 minggu dan merasa baikan, ibunnya di cibinong. Setelah itu pasien
tidak ada belekan/kotoran yang keluar dari mengeluh matanya sakit dan memerah
mata yang sakit, mual disangkal, pusing tetapi pasien mengira matanya hanya lelah
disangkal, dan demam disangkal. dan kurang tidur setelah perjalanan
tersebut.
CASE REPORT
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

1 hari SMRS

pasien mengeluh mata kanannya bertambah sakit dan pasien berobat ke


klinik tapi lupa nama kliniknya, pasien diberikan obat salep 1 macam (lupa
nama obatnya) dan dipakai setiap pagi dan sore, dan juga diberikan obat
minum ada 5 macam jenis obat dan tidak tahu nama obatnya apa saja.
Pasien mengeluh setelah diberikan obat salep mata kanannya makin sakit
dan merah, lalu pasien juga mengeluh penglihatannya buram setelah
memakai obat salep tersebut karena sebelum memakai obat salep pasien
mengatakan penglihatannya baik-baik saja. Dan pasien juga mengeluh silau
pada mata kanan jika terkena cahaya. Pasien juga mengataknan tidak
pernah membersihkan matanya yang sakit menggunakan air rebusan sirih.
CASE REPORT
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Poli Klinik Mata RSUD Pasar Rebo

Pasien datang dengan keluhan mata kanan merah dan berair,


penglihatan buram dan kadang-kadang terasa pegal yang
dirasakan +/- 1 bulan yang dirasakan tidak kunjung sembuh
setelah berobat ke klinik.
CASE REPORT
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Keluhan yang sama sebelumnya ada, 2 tahun yang lalu pasien


pernah mengalami hal yang serupa tetapi cepat dibawa ke Poli
Klinik Mata RSUD Pasar Rebo dan di ambil gramnya lalu
sembuh dan tidak diberikan obat apapun.
Riwayat DM disangkal
Riwayat HT disangkal
CASE REPORT
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Bapak pasien juga bekerja sebagai tukang las, dan sehabis kerja jika
bapak pasien merasa tidak enak badan, bapak pasien hanya
meminum obat Bodrex

Riwayat DM disangkal
Riwayat HT disangkal
CASE REPORT
III. PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS
KEADAAN UMUM : Baik
KESADARAN : Komposmentis
TANDA VITAL
TEKANAN DARAH : 120/80 mmHg
NADI : 88x/menit
SUHU : 36.5
FREKUENSI PERNAFASAN : 20x/menit
KEPALA : Normochepale
MATA : Conjungtiva anemis -/-, Sklera
ikterik -/-
CASE REPORT
IV. STATUS OFTALMOLOGI

GERAKAN BOLA MATA ODS

Baik kesegala arah


CASE REPORT
IV. STATUS OFTALMOLOGI
Pemeriksaan OD OS
VISUS 5/60 6/6
TIO Tonometri tidak dilakukan Tonometri tidak dilakukan
Segmen Anterior
Inspeksi:
1. Super cillia normal, tumbuh teratur,madarosis (-) normal, tumbuh teratur,madarosis (-)
2. Palpebra

edema (-), ptosis (-) hiperemis (-), edema (-), ptosis (-) hiperemis (-),
a. superior
hordeulum/chalazion (-) hordeulum/chalazion (-)

edema (-), hiperemis (-), edema (-), hiperemis (-),


b. inferior
hordeulum/chalazion (-) hordeulum/chalazion (-)
c. fisura normal normal
trikiasis (-), entropion (-) ,ektropion (-
d. margo trikiasis (-), entropion (-) ,ektropion (-)
)
3. Konjungtiva OD OS
CASE REPORT
a.Tarsal Sup. hiperemis (+), folikel (-), Papil (-) hiperemis (-), folikel (-), Papil (-)

b. Tarsal Inf. hiperemis (+), folikel (-), Papil (-) hiperemis (-), folikel (-), Papil (-)

hiperemis (+), injeksi Siliar (+), injeksi


hiperemis (-), injeksi (-), pterigyum (-
c. Bulbi konjungtiva (-), pterigyum (-),
), pingekuela (-)
pingekuela (-)

4. Kornea Tidak jernih, erosi (+), lesi satelit (+) Jernih

5. COA dalam, jernih, hypopion (-), hifema (-) dalam, hypopion (-), hifema (-)

6. Iris kripti (+), coklat kehitaman normal, kripti (+), coklat kehitaman

7. Pupil Sulit dievaluasi bulat ,sentral, reguler, RCL (+),

8. Lensa Sulit dievaluasi jernih , shadow test (-)


Palpasi: OD OS
CASE REPORT
1. TIO N/palpasi N/palpasi
2.Nyeri tekan (+) (-)
3. Massa (-) (-)
4.Edema Gland.pre
(-) (-)
aurikuler
Segmen Posterior
1. Refleks Fundus sulit dievaluasi tidak dilakukan
2. Papil Nervus II
a. warna
b. bentuk
c. batas papil

3.pembuluh darah retina


a. warna
b. arteri: vena
4. Retina
5. Makula
CASE REPORT
OD
CASE REPORT
V. RESUME
1 bulan SMRS, mata kanan pasien terkena paparan percikan las (gram) lalu merah dan
haya diberikan Insto selama 1 minggu, lalu karena adanya paparan udara karena
melalukan perjalanan cukup jauh pasien mengeluh matanya bertambah sakit dan
berobat ke klinik dan diberikan obat salep dan 5 macam obat minum tetapi tidak tahu
nama obatnya.

1 hari SMRS, Pasien mengeluh mata kananya semakin merah dan berair setelah
memakai obat salep dan penglihatannya menjadi buram, pasien juga mengeluh silau
jika mata kanannya terkena cahaya dan kadang-kadang mata kanannya terasa pegal.

Pasien datang ke Poli Klinik Mata RSUD Pasar Rebo dengan keluhan seperti diatas dan
pada pemeriksaan Oftalmologi didapatkan injeksi siliar pada konjungtiva bulbi OD,
kornea tidak jernih serta terdapat erosi pada kornea dan lesi satelit
CASE REPORT

VI. DIAGNOSA KERJA

Ulkus Kornea e.c Bakteri OD

VII. DIAGNOSA BANDING

Ulkus Kornea e.c Jamur OD


CASE REPORT

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Flourosence (Seidel test)


Kerokan Jaringan kornea (pewarnaan gram, pemeriksaan KOH)
CASE REPORT
IX. PENATALAKSANAAN

- Cendo Repithel ED 1 tetes setiap


Cravit 1 tetes setiap jam OD jam OD
Antibiotik 0.5% Levofloxacin Setiap ml mengandung Vitamin A
1000 IU, aneurin hydrochloride
Cendoulcori 1 tetes setiap jam OD 0.5mg, Calcium pantothenate 5.0mg
Antibiotik Ciprofloxacin
- Cendolyteers OD
Artificial tears Setiap ml
mengandung sodium chloride
4.4mg, kalium chloride 0.8mg
CASE REPORT
KONTROL SETELAH 2 HARI PENGOBATAN
CASE REPORT

SARAN

Hindari mata dari paparan air selama pengobatan


Menjaga kebersihan pada daerah mata
Rutin kontrol ke poliklinik mata
CASE REPORT
X. PROGNOSIS

AD VITAM : ad bonam

AD FUNCTIONAM : dubia ad malam

AD SANATIONAM : dubia ad bonam

AD COSMETICAN : ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
ULKUS KORNEA
ULKUS KORNEA
DEFINISI

Ulkus kornea merupakan diskontinuitas atau hilangnya sebagian permukaan


kornea akibat kematian jaringan kornea.

Terbentuknya ulkus kornea diakibatkan oleh adanya kolagenase yang dibentuk


oleh sel epitel baru dan sel radang.

Insiden 5,3 juta per 100.000 penduduk di Indonesia.

Sumber : Rajesh, S.K., Patel, D.N, Sinha, M. A Clinical Microbiological Study of Corneal Ulcer
Patients at Western Gujarat, India. Microbiological study of corneal ulcer. 2013;51(6):399.
ULKUS KORNEA
PATOFISIOLOGI
ULKUS KORNEA
ETIOLOGI
1. Infeksi

Infeksi Bakteri: P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella


merupakan penyebab paling sering.

Infeksi Jamur: disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium


dan spesies mikosis fungoides.

Infeksi virus : virus herpes simplex cukup sering dijumpai.

Acanthamoeba : Infeksi kornea oleh Acantha-moeba sering terjadi pada


pengguna lensa kontak lunak. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan
pemakai lensa kontak yang terpapar air yang tercemar.
ULKUS KORNEA
ETIOLOGI
2. Non Infeksi
a. Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung pH;
b. Radiasi atau suhu;
c. Sindrom Sjorgen;
d. Defisiensi vitamin A;
e. Obat-obatan (kortikosteroid, idoxiuridine, anestesi topikal, immunosupresif);
f. Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma;
g. Pajanan (exposur);
h. Neurotropik.

3. Sistem Imun (Reaksi Hipersensi-tivitas)


ULKUS KORNEA
KLASIFIKASI
A. Ulkus kornea bakterialis
a. Ulkus Streptokokus
Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea (serpinginous). Ulkus
bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung.
b. Ulkus Stafilokokus
Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuning-an disertai infiltrat berbatas
tegas tepat dibawah defek epitel.
ULKUS KORNEA
KLASIFIKASI
c. Ulkus Pseudomonas
Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea yang dapat menyebar ke samping
dan ke dalam kornea.
Gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan
berwarna kehijauan.
Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin.
Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak. Secara histopatologi, khas
pada ulkus ini ditemukan sel neutrofil yang dominan

Sumber : http://www.oculist.net/
ULKUS KORNEA
KLASIFIKASI
d. Ulkus Pneumokokus
Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat
menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik yang
disebut ulkus serpen.
Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan.
Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah
ini terdapat banyak kuman.

Sumber :
http://www.oculist.net/
ULKUS KORNEA
KLASIFIKASI

a. Ulkus kornea virus


Ulkus kornea Herpes Zoster

Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu timbul 1-3 hari sebelum
timbulnya gejala kulit.
Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjung-tiva hiperemis, kornea
keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma.
Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor.
ULKUS KORNEA
KLASIFIKASI
b. Ulkus kornea Herpes Simplex

Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya
suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau
bintang infiltrasi.
Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulseratif, jelas diwarnai dengan fluoresein.

Sumber : Hartley, C.
Aetiology of corneal
ulcers assume FHV-1
unless proven
otherwise. J Feline
/ Med Surg. 2010
Jan;12(1):24-35.
ULKUS KORNEA
KLASIFIKASI
UlkuskorneaAcanthamoeba

Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya, kemerahan dan
fotofobia.
Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat perineural.

Sumber :
http://www.eyeworld.or
/ g/increasing-awareness-
of-acanthamoeba
ULKUS KORNEA
Manifestasi Klinis
Gejala klinis pada ulkus kornea secara
umum dapat berupa:
1. Gejala subjektif 2. Gejala objektif
a. Eritema pada kelopak mata dan a. Injeksi silier;
konjungtiva; b. Hilangnya sebagian kornea dan
b. Sekret mukopurulen; adanya infiltrat;
c. Merasa ada benda asing di mata; c. Hipopion.
d. Pandangan kabur;
e. Mata berair;
f. Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi
ulkus;
g. Silau;
h. Nyeri
Sumber : Ilyas, S. 2010. Glaukoma (Tekanan Bola Mata Tinggi). Jakarta: Balai penerbit FK UI
ULKUS KORNEA
Diagnosis

Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan


adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea
yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang
sering kambuh.

Tanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang
merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri fungi, virus terutama keratitis
herpes simplek.
ULKUS KORNEA
Diagnosis

Pada pemeriksaan oftakmologis didapatkan :

Injeksi siliar
Kornea edema
Infiltrat
Hilangnya jaringan kornea disertai adanya jaringan nekrotik.
Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion

Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti ketajaman


penglihatan, pemeriksaan slit-lamp, respon reflek pupil, pewarnaan kornea dengan zat
fluoresensi, dan scrapping untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH).
ULKUS KORNEA
Diagnosis

Pemeriksaan Mikrobiologik

Karena gambaran klinis tidak dapat digunakan untuk membuat diagnosis etiologik secara spesifik, diperlukan
pemeriksaan mikrobiologik, sebelum diberikan pengobatan empirik dengan antibiotika.

Pengambilan spesimen harus dari tempat ulkusnya, dengan membersihkan jaringan nekrotik terlebih dahulu;
dilakukan secara aseptik menggunakan spatula Kimura, lidi kapas steril, kertas saring atau Kalsium alginate swab.

Pemakaian media penyubur BHI (Brain Heart Infusion Broth) akan memberikan hasil positif yang lebih baik daripada
penanaman langsung pada medium isolasi.

Medium yang digunakan adalah medium pelat agar darah, media coklat, medium Sabaraud untuk jamur dan
Thioglycolat. Selain itu dibuat preparat untuk pengecatan gram. Hasil pewarnaan gram dapat memberikan informasi
morfologik tentang kuman penyebab yaitu termasuk kuman gram (+) atau Gram (-) dan dapat digunakan sebagai
dasar pemilihan antibiotika awal sebagai pengobatan empirik.
ULKUS KORNEA
Komplikasi

Komplikasi yang paling sering timbul berupa:

1. Kebutaan parsial atau komplit karena endoftalmitis;

2. Prolaps iris;

3. Sikatrik kornea;

4. Katarak;

5. Glaukoma sekunder.
ULKUS KORNEA
Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan non-medikamentosa:

a. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskan-nya;

b. Jangan memegang atau meng-gosok-gosok mata yang mera-dang;

c. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin


dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih;

d. Menghindari asap rokok, karena dengan asap rokok dapat


memperpanjang proses penyembuhan luka.
ULKUS KORNEA
Penatalaksanaan Medikamentosa

Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum
luas diberikan dapat berupa salep, tetes atau injeksi subkonjungtiva.

Berikut ini contoh antibiotik: Sulfonamide 10-30%, Basitrasin 500 unit,


Tetrasiklin 10 mg, Gentamisin 3 mg, Neomisin 3,5-5 mg, Tobramisin 3 mg,
Eritromisin 0,5%, Kloramfenikol 10 mg, Ciprofloksasin 3 mg, Ofloksasin 3
mg, Polimisin B 10.000 unit.
ULKUS KORNEA
Penatalaksanaan Medikamentosa

Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum
luas diberikan dapat berupa salep, tetes atau injeksi subkonjungtiva.

Berikut ini contoh antibiotik: Sulfonamide 10-30%, Basitrasin 500 unit,


Tetrasiklin 10 mg, Gentamisin 3 mg, Neomisin 3,5-5 mg, Tobramisin 3 mg,
Eritromisin 0,5%, Kloramfenikol 10 mg, Ciprofloksasin 3 mg, Ofloksasin 3
mg, Polimisin B 10.000 unit.
ULKUS KORNEA
Penatalaksanaan Medikamentosa
A. Anti jamur

Berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi:

a. Jamur berfilamen: topikal amphotericin B, Thiomerosal, Natamicin,


Imidazol;

b. Ragi (yeast): Amphotericin B, Natamicin, Imidazol, Micafungin 0,1% tetes


mata;

c. Actinomyces yang bukan jamur sejati: golongan sulfa, berbagai jenis


antibiotik.
ULKUS KORNEA
Penatalaksanaan Medikamentosa

B. Anti jamur

Berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi:

a. Jamur berfilamen: topikal amphotericin B, Thiomerosal, Natamicin,


Imidazol;

b. Ragi (yeast): Amphotericin B, Natamicin, Imidazol, Micafungin 0,1% tetes


mata;

c. Actinomyces yang bukan jamur sejati: golongan sulfa, berbagai jenis


antibiotik.
ULKUS KORNEA
Penatalaksanaan Medikamentosa

C. Anti Viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid
lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik, antibiotik spektrum luas untuk
infeksi sekunder, analgetik bila terdapat indikasi serta antiviral topika
berupa salep asiklovir 3% tiap 4 jam.

D. Anti acanthamoeba
Dapat diberikan poliheksametilen biguanid + propamidin isetionat atau
salep klorheksidin glukonat 0,02%.
ULKUS KORNEA
Penatalaksanaan bedah
a. Flap Konjungtiva

Indikasinya adalah situasi dimana terapi medis atau bedah mungkin gagal,
kerusakan epitel berulang dan stroma ulserasi.

Dalam situasi tertentu, flap konjungtiva adalah pengobatan yang efektif dan
definitif untuk penyakit permukaan mata persisten.

Flap konjungtiva bertindak sebagai patch biologis, memberikan pasokan nutrisi


dan imunologi oleh jaringan ikat vaskularnya

Indikasi yang paling umum penggunaan flap konjungtiva adalah dalam


pengelolaan ulkus kornea persisten steril.
ULKUS KORNEA
Penatalaksanaan bedah
b. Keratoplasti
Merupakan jalan terakhir jika penatalaksanaan diatas tidak
berhasil. Indikasi keratoplasti:

1. Dengan pengobatan tidak sembuh;


2. Terjadinya jaringan parut yang menganggu penglihatan;
3. Kedalaman ulkus telah mengancam terjadinya perfo-rasi.

Keratoplasti
ULKUS KORNEA
Penatalaksanaan bedah

Ada dua jenis keratoplasti yaitu:

A. Keratoplasti penetrans

Berarti penggantian kornea seutuh-nya.


Karena sel endotel sangat cepat mati, mata hendaknya diambil segera
setelah donor meninggal dan segera dibekukan.
Mata donor harus dimanfaatkan <48 jam.
Tudung kornea sklera yang disimpan dalam media nutrien boleh dipakai
sampai 6 hari setelah donor meninggal dan pengawetan dalam media
biakan jaringan dapat tahan sampai 6 minggu
ULKUS KORNEA
Penatalaksanaan bedah

Keratoplasti lamelar, berarti penggantian sebagian dari


kornea. Untuk keratoplasti lamelar, kornea dapat
dibekukan, didehidrasi, atau disimpan dalam lemari es
selama beberapa minggu.

Selama dekade terakhir, tatalaksana bedah untuk


penyakit endotel telah berkembang dengan cepat ke
arah keratoplasti endotel, atau transplantasi jaringan
selektif. Keratoplasti endotel menawar-kan keuntungan
yang berbeda dalam hal hasil visual dan sayatan lebih
kecil

Anda mungkin juga menyukai