Anda di halaman 1dari 32

JOURNAL READING

Childhood Epilepsy, Febrile Seizures and Subsequent Risk


of ADHD (Attention-Deficit and Hyperactivity Disorder)

Oleh:
Rifah Hazmar
1102012245

Pembimbing:
dr. Tuti Rahayu, Sp.A (K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR REBO
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2017
ABSTRAK

Untuk meneliti hubungan dalam

Tujuan kelompok penelitian epilepsi


dan kejang demam dikaitkan
dengan kelanjutan ADHD.

Berdasarkan kelompok populasi

Metode semua anak yang lahir di


Denmark dari 1990 - 2007 di
follow up sampai tahun 2012.
ABSTRAK (2)

Pada individu dengan epilepsi


dan kejang demam, rasio rate
Hasil kejadian ADHD mencapai 3,22
(95% CI, 2,72-3,83).

Terdapat hubungan yang kuat


antara epilepsi pada anak, kejang
Kesimpulan demam dan perkembangan
lanjutan ADHD.
DEFINISI
Epilepsi Kejang Demam ADHD

Gangguan kronik Bangkitan kejang yg Suatu kondisi yang


otak yang terjadi pd anak dikenal sebagai
menunjukkan gejala berumur 6 bulan-5 Attention Deficit
berupa serangan tahun, yg mengalami Disorder (Sulit
berulang yang terjadi kenaikan suhu tubuh memusatkan
akibat ketidaknormal- (di atas 38o C) yang perhatian), Minimal
an kerja sementara tidak disebabkan oleh Brain Disorder
sebagian atau seluruh proses intrakranial. (kelainan kecil di
jar. otak sinyal pada (IDAI, 2016) otak), Minimal Brain
neuron berlebihan, Damage (Kerusakan
sehingga kecil pada otak),
menimbulkan Hyperkinesis (Terlalu
kelainan mototik, banyak bergerak /
sensorik, otonom, aktif), dan Hiperaktif.
psikis yang muncul
tiba-tiba dan sesaat.
PENDAHULUAN

Prevalensi populasi epilepsi telah diperkirakan 0,5%


hingga 0,9% di seluruh dunia, dengan tingkat
kejadian tertinggi ditemukan pada awal masa kanak-
kanak.
Kejang demam merupakan gangguan masa kanak,
yang mempengaruhi 2% - 5% pada anak-anak
sebelum usia 5 tahun.
ADHD berhubungan dengan peningkatan
morbiditas dan gangguan pada masa remaja dan
dewasa muda.
Data mendukung pandangan bahwa epilepsi dan
beberapa kondisi neuropsikiatri membagi
pathogenitas jalur perkembangan saraf, serta epilepsi
yang dapat dimasukkan dalam spektrum gangguan
perkembangan saraf.
Usia
kehamila
n yang
rendah
Faktor BBL
Genetik R
Faktor
Resiko
Riwayat APGA
Keluarga R score
Usia
orang
tua
METODE

Data diagnosis epilepsi dan kejang demam


diperoleh dari Danish National Hospital Register
(DNHR)
Data diagnosa ADHD diperoleh dari DNHR dan
Denmark Psychiatric Central Register (DPCR).
Diagnosis didasarkan pada Klasifikasi Internasional
Penyakit, Edisi Kedelapan (ICD-8) dan Klasifikasi
Penyakit Internasional, Edisi 10 (ICD-10)
Studi Populasi

Sebuah kelompok yang terdiri dari


semua anak lahir di Denmark antara 1
Januari 1990, dan 31 Desember 2007.

Kelompok tersebut diikuti sampai


timbulnya ADHD, emigrasi, kematian, atau
31 Desember 2012 di identifikasi oleh
sistem registrasi Sipil Denmark.
Analisis Statistik

Rasio Tingkat Kejadian (IRR) dan 95% CI ADHD


diperkirakan dengan menggunakan regresi Cox
proportional hazard untuk masing-masing 3 paparan
utama :

Kejang demam
Epilepsi
Kejang demam dan epilepsi.
Analisis Sensitivitas

Informasi diperoleh dari DNHR pada peristiwa


cerebral pertama (cedera kepala, cerebral palsy atau
neoplasma pada sistem saraf pusat) atau kelainan
bawaan pada semua subyek dalam populasi penelitian.

Kriteria Exclude : Anak dengan BBLR(<2500 g),


prematur, dan anak dengan Apgar score <10.
HASIL

Sebuah kelompok dari 906.379 anak (48,7% subyek


perempuan) di follow up

13.573 (1,5%) anak didiagnosis dengan epilepsi,


33.947 (3,8%) anak didiagnosis dengan kejang
demam.
HASIL
Pada anak yang didiagnosis dengan epilepsi,
tingkat kejadian ADHD adalah 752 per
100.000 orang pertahun.

Pada anak dengan kejang demam, kejadian


tingkat ADHD adalah 303 per 100.000 orang
pertahun.
DISKUSI

Anak dengan epilepsi memiliki 150%-200%


peningkatan risiko ADHD dibandingkan
dengan anak-anak tanpa epilepsi.

Anak dengan kejang demam memiliki 20% -


35% peningkatan risiko ADHD dibandingkan
dengan anak tanpa kejang demam.
DISKUSI

Epilepsi (etiologi genetik/tidak diketahui), dan bahwa


gangguan ini secara signifikan berhubungan dengan
skor auditorik selektif, gangguan, dan memori kerja
spasial yang buruk.
Pasien dengan ADHD menunjukkan kesulitan dalam
memori kerja, dimana berkaitan erat dengan
gangguan memori kerja
DISKUSI

Faktor risiko lingkungan & genetik predisposisi


kerentanan perkembangan saraf pada anak terkait
dengan ADHD.
Penelitian mengenai faktor risiko genetik telah
diusulkan pathogenesis heterogen yang kompleks
melibatkan pengembangan otak awal dan transmisi
neurohormonal, serta hubungan genetik yang
spesifik.
DISKUSI

Umumnya, perhatian berhubungan dengan kecepatan


proses kognitif, yang pada gilirannya berhubungan
dengan aktivitas di korteks singulata anterior, korteks
prefrontal, dan jalur striatotalamik.
Interferensi (gangguan) di korteks prefrontal
ventrolateral dan korteks prefrontal anterior kiri, dan
fungsi memori kerja di sebagian besar daerah korteks
termasuk korteks prefrontal.
DISKUSI

Jalur yang mengatur perhatian, interferensi, dan memori


kerja juga secara hipotesis berhubungan dengan
ADHD, dan bangkitnya gelombang paku dan
gelombang umum pada epilepsi dilaporkan terlibat
dalam "jaringan fronto-insular-talamikus".
DISKUSI

Dengan demikian, adanya komorbiditas epilepsi, kejang


umum, dan ADHD dapat mengganggu daerah kognitif
yang lebih luas
Mengakibatkan pengurangan selektif dalam perhatian
an berkelanjutan, interferensi, atau memori kerja spasial
dibandingkan dengan pasien tanpa ADHD.
KESIMPULAN

Anak dengan epilepsi IRR 3x lipat peningkatan


ADHD dibandingkan dengan mereka yang tidak epilepsi.
Anak dengan kejang demam Meningkatkan resiko
ADHD sebesar 30%.
Hal ini penting bagi dokter untuk mengidentifikasi gejala
awal ADHD pada pasien dengan epilepsi dan kejang
demam, untuk memulai penilaian dan pengobatan
sehingga mengurangi kemungkinan negatif jangka
panjang konsekuensi dari ADHD.
Komponen PICO
Population : kelompok yang terdiri dari semua anak lahir di
Denmark antara 1 Januari 1990, dan 31 Desember
2007
Intervention : anak yang didiagnosis dengan epilepsi
Comparison : anak yang didiagnosis dengan kejang demam
Outcomes : tingkat kejadian ADHD
KATA KUNCI : Childhood, Epilepsy, Febrile Seizure and ADHD
PEMILIHAN SITUS : https://www. aap.org
LIMITASI : 2 tahun terakhir
HASIL PENCARIAN : 3
ARTIKEL YANG DIPILIH :
Childhood Epilepsy, Febrile Seizures and Subsequent Risk
of ADHD (Attention-Deficit and Hyperactivity Disorder)
CRITICAL APPRAISAL
VALIDITY
1. Menentukan ada atau tidaknya randomisasi dalam
kelompok dan teknik randomisasi yang digunakan?
Ada, pada penelitian ini sampel populasi diambil pada semua
anak yang lahir bulan januari tahun 1990-2007 .

Halaman 2, Study Population Paragraf 1


2. Menentukan ada tidaknya persamaan pada kedua
kelompok di awal penelitian? Ya, terdapat kesamaan
karakteristik pada kedua kelompok penelitian ini.

Halaman 4, Tabel 1
3. Menentukan ada tidaknya blinding pada
pasien, klinisi, dan peneliti? Ya, klinisi dan pasien
diblinding sampai analisis data selesai.

Halaman 2, Metode Paragraf 2


4. Menentukan ada tidaknya persamaan
perlakuan pada kedua kelompok selain
perlakuan eksperimen? Terdapat persamaan
perlakuan pada kedua kelompok

Halaman 2, Paragraf 1 Halaman 3, Paragraf 1


5. Menentukan lama dan lengkapnya follow-up?
Ya penelitian ini lama, lama karena follow-up
dilakukan dalam jangka panjang (22 tahun)

Halaman 1

Halaman 1
6. Menentukan ada tidaknya analisis pasien pada
kelompok randomisasi semula ? Ya, penelitian ini
menggunakan analisis statistik.

Halaman 3, Paragraf 1
APPLICABILITY
7. Menentukan potensi keuntungan dan kerugian bagi
pasien? Ya, terdapat keuntugan bagi pasien pada
penelitian ini.

Halaman 7, Paragraf 2
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai