Turun
Mata Tenang Visus Turun Uveitis posterior
Oklusi Arteri
Centralis
Penglihatan
Buram Glukoma sudut
terbuka
Retinopati DM
Perlahan
Retinopati HT
Katarak
UVEITIS
POSTERIOR
UVEITIS POSTERIOR
Pasien biasanya
mengeluh penglihatan
kabur atau floaters
(dikutip dari : www.uveitis.org/medical/article/case/wds/html )
ETIOLOGI
Penyakit jamur
Histoplasmosis
Penyakit protozoa
Toksoplasmosis
Terdapat 3 bentuk:
Uveitis yang
berhubungan Radang iris dan Pada
dengan badan siliar pemeriksaan
mekanisme alergi menyebabkan biomikroskop (slit
merupakan reaksi rusaknya Blood lamp) hal ini
hipersensitivitas Aqueous Barrier tampak sebagai
terhadap antigen sehingga terjadi flare, yaitu
dari luar (antigen peningkatan protein, partikel- partikel
eksogen) atau fibrin, dan sel-sel kecil dengan
antigen dari dalam radang dalam humor gerak Brown
(antigen endogen) akuos (efek tyndall).
Pada proses peradangan yang lebih akut, dapat dijumpai
penumpukan sel- sel radang berupa pus di dalam COA yang
disebut hipopion, ataupun migrasi eritrosit ke dalam COA,
dikenal dengan hifema.
Fotofobia.
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan darah
Terdiri dari pemeriksaan darah rutin dan indikator leukosit yang akan
diamati.
Pemeriksaan etiologi
Seperti apabila dicurigai penyebabnya kuman TBC dilakukan Mantoux
test (test untuk Tuberkulosis) dan rontgen (Thorax ).
PENATALAKSANAAN
Faktor predisposisi :
1. usia (srg 40-60 th) 2. jenis kelamin
3. miopia tinggi
3. pasca retinitis
PATOGENESIS
MANIFESTASI KLINIS
Anamnesis
TIO menurun/normal
Retinopeksi pneumatik
Melekukkan sclera
menggunakan eksplan,
dijahitkan pada robekan
(external tamponade)
Mengatasi traksi
vitreoretina dan
menyingkirkan cairan
subretina
Jika diperlukan,
penyuntikan cairan
perfluorocarbon/cairan
berat dan gas
Ablasio Retina Traksi (Tarikan)
Lepasnya jaringan retina akibat traksi/tarikan
jaringan parut pada badan kaca yang menyebabkan
ablasi retina dengan penurunan visus tanpa rasa
sakit
Akibat
adanya massa (melanoma maligna,
retinoblastoma) atau eksudat di bawah retina dan
mengangkat retina
3. Riwayat
1. TIO 2. Umur.
keluarga POAG.
4. Diabetes 6. Penyakit
5. Miopia
mellitus. pembuluh darah.
ANAMNESIS
Riwayat Keluarga
MEDIKAMENTOSA
TATALAKSANA
TRABEKULOPLASTI
GLUKOMA
OPERASI
TRABEKULEKTOMI
Pengobatan ditujukan untuk mencegah gangguan fungsional visus
dalam seumur hidup pasien dengan menghambat kerusakan sel
ganglion dengan cara menurunkan TIO.
Target penatalaksanaan
Memiliki target TIO yang harus dicapai. Walaupun tidak ada batas
aman tetapi <16mmHg digunakan sebagai acuan. Penurunan TIO
1mmHg dapat menurunkan 10% kerusakan saraf.
Berikut ini adalah indikasi utama trabekuloplasti:
Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan paling sering ditemukan pada usia
dewasa antara 20 sampai 74 tahun. Pasien diabetes memiliki resiko 25 kali lebih mudah
mengalami kebutaan dibanding nondiabetes. Resiko mengalami retinopati pada pasien
diabetes meningkat sejalan dengan lamanya diabetes.
Pada waktu diagnosis diabetes tipe I ditegakkan, retinopati diabetik hanya ditemukan pada
<5% pasien. Setelah 10 tahun, prevalensi meningkat menjadi 40-50% dan sesudah 20
tahun lebih dari 90% pasien sudah menderita retinopati diabetik. Pada diabetes tipe 2
ketika diagnosis ditegakkan, sekitar 25% sudah menderita retinopati diabetik non
proliferatif. Setelah 20 tahun, prevalensi retinopati diabetik meningkat menjadi lebih dari
60% dalam berbagai derajat.
ETIOLOGI
Diyakini bahwa lamanya terkena hiperglikemi (kronis)
menyebabkan perubahan fisiologi dan biokimia yang
akhirnya menyebabkan kerusakan endotel pembuluh
darah.
Retinopati
Diabetik Non
Proliferatif
Atau
Retinopati Diabetik
Retinopati diabetik Proliferatif
dasar
Retinopati Diabetik Non
Proliferatif
Pada retina biasanya terletak dipermukaan jaringan. Tampak sebagai pembuluh yang
berkelok-kelok, dalam, berkelompok dan ireguler. Mulamula terletak dalam jaringan
retina, kemudian berkembang ke daerah preretinal kemudian ke badan kaca. Pecahnya
neovaskularisasi pada daerah-daerah ini dapat menimbulkan perdarahan retina, perdarahan
subhialoid (preretinal) maupun perdarahan badan kaca.
PATOFISIOLOGI
Retinopati diabetik didiagnosis berdasarkan :
Anamnesa
Adanya riwayat diabetes melitus, penurunan
ketajaman penglihatan yang terjadi secara
perlahan-lahan tergantung dari lokasi, luas dan
beratnya kelainan.
Pemeriksaan Fisik
Tes ketajaman penglihatan
Dilatasi pupil
Pemeriksaan Penunjang
Flourescein angiography: Pemeriksaan ini adalah
pemeriksaan sirkulasi darah retina. Pemeriksaan ini
akan menunjukkan aliran darah yang khas dalam
pembuluh darah saat cairan fluoresein yang
disuntikkan intra vena mencapai sirkulasi darah di
retina dan khoroid.
Oftalmoskopi
funduskopi
Slit lamp biomicroscopy
Ocular Coherence Tomography (OCT): suatu
pemeriksaan yang menyerupai ultrasound yang
digunakan untuk mengukur tekanan intraocular.
Diagnosis Banding
Mikroaneurisma dan perdarahan akibat retinopati
hipertensi, oklusi vena retina.
Perdarahan vitreous dan neovaskularisasi akibat
kelainan vitreo retina yang lain.
TATALAKSANA
Pemeriksaan rutin pada ahli mata
Jadwal Pemeriksaan Berdasarkan Temuan Pada Retina
Abnormalitas retina Follow-up yang
disarankan
Normal atau mikroaneurisma yang Setiap tahun
sedikit
Retinopati Diabetik non proliferatif Setiap 9 bulan
ringan
Retinopati Diabetik non proliferatif Setiap 6 bulan
Retinopati Diabetik non proliferatif Setiap 4 bulan
Edema makula Setiap 2-4 bulan
Retinopati Diabetik proliferatif Setiap 2-3 bulan
Kontrol Glukosa Darah dan Hipertensi
Fotokoagulasi
Indikasi terapi fotokoagulasi adalah retinopati diabetik proliferatif,
edema macula dan neovaskularisasi yang terletak pada sudut bilik
anterior. Ada 3 metode terapi fotokoagulasi yaitu :
1) scatter (panretinal) photocoagulation = PRP
dilakukan pada kasus dengan kemunduran visus yang cepat atau
retinopati diabetik resiko tinggi, dan untuk menghilangkan neovaskular,
mencegah neovaskularisasi progresif nantinya pada saraf optikus dan
pada permukaan retina atau pada sudut bilik anterior dengan cara
menyinari 1.000-2.000 sinar laser ke daerah retina yang jauh dari macula
untuk menyusutkan neovaskular.
2) focal photocoagulation
ditujukan pada mikroaneurisma atau lesi mikrovaskular di tengah cincin
hard exudates yang terletak 500-3000 m dari tengah fovea. Teknik ini
bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan edema macula.
3) grid photocoagulation
suatu teknik penggunaan sinar laser dimana pembakaran dengan bentuk
Injeksi Anti VEGF
Bevacizumab (Avastin) adalah rekombinan anti-VEGF manusia. Avastin
merupakan anti angiogenik yang tidak hanya menahan dan mencegah
pertumbuhan prolirerasi sel endotel vaskular tapi juga menyebabkan regresi
vaskular karena peningkatan kematian sel endotel. Untuk pengunaan okuler,
avastin diberikan via intra vitreal injeksi ke dalam vitreus melewati pars
plana dengan dosis 0,1 mL.
Vitrektomi
Vitrektomi dini perlu dilakukan pada pasien yang mengalami kekeruhan
(opacity) vitreus dan yang mengalami neovaskularisasi aktif. Vitrektomi dapat
juga membantu pasien dengan neovaskularisasi yang ekstensif atau yang
mengalami proliferasi fibrovaskuler. Selain itu, vitrektomi juga diindikasikan
bagi pasien yang mengalami ablasio retina, perdarahan vitreus setelah
fotokoagulasi, RDP berat, dan perdarahan vitreus yang tidak mengalami
perbaikan.
KOMPLIKASI
Rubeosis iridis progresif
Neovaskularisasi pada iris (rubeosis iridis) merupakan suatu
respon terhadap adanya hipoksia dan iskemia retina akibat
berbagai penyakit, baik pada mata maupun di luar mata yang
paling sering adalah retinopati diabetik.
Glaukoma neovaskular
Glaukoma neovaskuler adalah glaukoma sudut tertutup sekunder
yang terjadi akibat pertumbuhan jaringan fibrovaskuler pada
permukaan iris dan jaringan anyaman trabekula yang
menimbulkan gangguan aliran aquous dan dapat meningkatkan
tekanan intra okuler.
Perdarahan vitreus rekuren
Perdarahan vitreus sering terjadi pada retinopati diabetik
proliferatif. Perdarahan vitreus terjadi karena terbentuknya
neovaskularisasi pada retina hingga ke rongga vitreus.
Pembuluh darah baru yang tidak mempunyai struktur yang
kuat dan mudah rapuh sehingga mudah mengakibatkan
perdarahan.
Ablasio retina
Merupakan keadaan dimana terlepasnya lapisan neurosensori
retina dari lapisan pigmen epitelium.
PROGNOSIS
3. Stadium III dengan salah satu karateristik retinopati (cotton-wol spot, arterosclerosis,
hemoragik)
4. Stadium IV salah satu karateristiknya adalah edema neuroretinal termasuk papiledema, garis
slegrest, elshig spot
Stadium karakteristik
Stadium 1 Tidak ada perubahan
Stadium 2 Penyempitan arteriolar yang hampir tidak
terdeteksi
Stadium 3 Penyempitan yang jelas dengan kelainan fokal
Stadium 4 Stadium II disertai perdarahan retina dan/atau
eksudat
Stadium 5 Stadium III disertai papil edema
retinopati deskripsi Asosiasi sistemik
Mild Satu atau lebih dari tanda Asosiasi ringan dengan penyakit
berikut : penyempitan arteriolar stroke, penyakit jantung koroner
menyeluruh atau fokal , AV dam mortalitas kardiovaskuler
nicking, dinding arterioler lebih
padat (silver-wire)
moderate Retinopati mild dengan satu Asosiasi berat dengan penyakit
atau lebih tanda berikut: stroke, gagal jantung, disfungsi
perdarahan retina (blot, dot atau renal dan mortalitas
flame-shape), microaneurysme, kardiovaskuler
cotton-wool, hard eksudat
accelarated Tanda-tanda retinopati moderate Asosiasi berat dengan mortalitas
dengan edema papil : dapat dan gagal ginjal
disertai dengan kebutaan
Diagnosis retinopati hipertensi ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
selain itu pemeriksaan penunjang seperti funduskopi, pemeriksaan visus, pemeriksaan
tonometri terutama pada pasien lanjut usia dan pemeriksaan USG B-Scan untuk melihat
kondisi di belakang lensa diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis pasti.
Pemeriksaan laboratorium juga penting untuk menyingkirkan penyebab lain retinopati
selain dari hipertensi.
Komplikasi
Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi seperti branch retinal artery
occlusion(BRAO),Branch retinal vein occlusion(BRVO),Central retinal vein
occlusion(CRVO),perdarah viterous, tractional retinal detachment.
Tatalaksana
Beberapa penelitian eksperimental menunjukkan regresi dari retinopati hipertensi
yang tekanan darahnya terkontrol.Belum diketahui apakah antihipertensi memiliki efek
langsung terhadap mikrovaskuler sehingga mengurangi kerusakan retinopati hipertensi
melampaui efek mengurangi kerusakan retinopati dengan menurunkan tekanan darah.
KATARAK
DEFINISI
Trauma
Cedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan
benda, terpotong, panas yang tinggi, dan bahan kimia dapat merusak lensa
mata.
terlihat
Menurut Katarak
sesudah usia
usia : juvenil
1 tahun
Menurut
lokasi
Kortikal
kekeruhan
lensa :
Subkapsular
(posterior/ant
erior)
jarang
Insipien
Menurut Imatur
derajat
kekeruhan
lensa : Matur
Hipermatu
r
Katarak
Menurut primer
etiologi : Katarak
sekunder
Katarak Kongenital
Katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah
lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Kekeruhan
sebagian pada lensa yang sudah didapatkan pada waktu
lahir umumnya tidak meluas dan jarang sekali
mengakibatkan keruhnya seluruh lensa.
Katarak Juvenil
Katarak yang lunak dan terdapat pada orang muda, yang
mulai terbentuknya pada usia lebih dari 1 tahun dan
kurang dari 50 tahun. Merupakan katarak yang terjadi
pada anak-anak sesudah lahir yaitu kekeruhan lensa yang
terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat
lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti
bubur dan disebut sebagai soft cataract. Biasanya katarak
juvenil merupakan bagian dari suatu gejala penyakit
Katarak Senile
Katarak senile adalah semua kekeruhan lensa
yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas
50 tahun kadang-kadang pada usia 40 tahun.
Perubahan yang tampak ialah bertambah
tebalnya nukleus dengan berkembangnya lapisan
korteks lensa. Secara klinis, proses ketuaan lensa
sudah tampak sejak terjadi pengurangan
kekuatan akomodasi lensa akibat mulai
terjadinya sklerosis lensa yang timbul pada usia
dekade 4 dalam bentuk keluhan presbiopia.
Katarak Nuklear
Inti lensa dewasa selama hidup
bertambah besar dan menjadi
sklerotik. Lama kelamaan inti lensa
yang mulanya putih kekuningan
menjadi cokelat dan kemudian
menjadi kehitaman. Keadaan ini
disebut katarak brunesen atau nigra.
Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi
penyerapan air sehingga lensa
menjadi cembung dan terjadi
miopisasi akibat perubahan indeks
refraksi lensa. Pada keadaan ini
penderita seakan-akan mendapatkan
Katarak Subkapsular Posterior
Katarak subkapsular posterior ini sering terjadi pada
usia yang lebih muda dibandingkan tipe nuklear dan
kortikal. Katarak ini terletak di lapisan posterior
kortikal dan biasanya axial. Indikasi awal adalah
terlihatnya gambaran halus seperti pelangi dibawah slit
lamp pada lapisan posterior kortikal. Pada stadium
lanjut terlihat granul dan plak pada korteks subkapsul
posterior ini. Gejala yang dikeluhkan penderita adalah
penglihatan yang silau dan penurunan penglihatan di
bawah sinar terang.
Katarak Insipien
Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak di
perifer dan daerah jernih di antaranya. Kekeruhan
biasanya teletak di korteks anterior atau posterior.
Kekeruhan ini pada umumnya hanya tampak bila pupil
dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia
karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua
bagian lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan positif.
Katarak Imatur
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang
lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa
sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada
lensa.
Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang
mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung.
Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan
indeks refraksi dimana mata akan menjadi miopik.
Katarak Matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi
pengeluaran air bersama hasil disintegrasi melalui kapsul. Di
dalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak
terdorong ke depan. Kadang pada stadium ini terlihat lensa
berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh
karena deposit kalsium. Bila dilakukan uji bayangan iris akan
terlihat negatif.
Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks
mengkerut dan berwarna kuning. Akibat pengeriputan lensa
dan mencairnya korteks, nukleus lensa tenggelam ke arah
bawah. Lensa yang mengecil akan mengakibatkan bilik
mata menjadi dalam. Uji bayangan iris memberikan
gambaran pseudopositif.
Perbedaan derajat kekeruhan
katarak
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Visus 6/6 (6/6 1/60) (1/300- (1/300-1/~)
1/~)
Katarak Sekunder
1) Katarak Metabolik
Katarak metabolik atau disebut juga katarak akibat penyakit sistemik, terjadi
bilateral karena berbagai gangguan sistemik berikut ini : diabetes melitus,
hipokalsemia, defisiensi gizi, distrofi miotonik, dermatitis atopik,
galaktosemia, dan sindrom Lowe, Werner, serta Down.
2) Katarak Traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada
lensa atau trauma tumpul pada bola mata.
3) Katarak Komplikata
Penyakit intraokular atau penyakit di bagian tubuh yang lain dapat
menimbulkan katarak komplikata. Penyakit intraokular yang sering
menyebabkan kekeruhan pada lensa ialah iridosiklitis, glukoma, ablasi retina.
4) Katarak Toksik
Katarak toksik atau disebut juga katarak terinduksi obat, seperti obat
kortikosteroid sistemik ataupun topikal yang diberikan dalam waktu lama,
ergot, naftalein, dinitrofenol, triparanol, antikolinesterase, klorpromazin, miotik,
busulfan.
Phacoemulsification
Merupakan salah satu teknik ekstraksi katarak ekstrakapsuler
yang berbeda dengan ekstraksi katarak katarak ekstrakapsular
standar (dengan ekspresi dan pengangkatan nukleus yang
lebar). Sedangkan fakoemulsifikasi menggunakan insisi kecil,
fragmentasi nukleus secara ultrasonik dan aspirasi kortek
lensa dengan menggunakan alat fakoemulsifikasi.
Metode Indikasi Keuntungan Kerugian
ICCE Zonula lemah Tidak ada resiko Resiko tinggi kebocoran
katarak sekunder. vitreous (20%).
Peralatan yang Astigmatisme.
dibutuhkan sedikit. Rehabilitasi visual
terhambat.
IOL di COA atau dijahit di
posterior.
ECCE Lensa sangat Peralatan yang Astigmatisme.
keras. dibutuhkan paling Rehabilitasi visual
Endotel kornea sedikit. terhambat.
kurang bagus. Baik untuk endotel
kornea.
IOL di COP.
Phaco Sebagian besar Rehabilitasi visual cepat. Peralatan / instrumen
katarak kecuali mahal.
katarak Morgagni Pelatihan lama.
dan trauma.
Ultrasound dapat
mempengaruhi endotel
kornea.
Komplikasi Operasi
Ruptur kapsul posterior
Kehilangan fragmen lensa ke posterior
Perdarahan suprakoroidal