Anda di halaman 1dari 14

ULKUS KORNEA

DEFINISI
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai
defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari
epitel sampai stroma.

ETIOLOGI
a. Infeksi
 Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies
Moraxella merupakan penyebab paling sering
 Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,
Cephalosporium dan spesies mikosis fungoides.
 Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk
khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang
bila pecah akan menimbulkan ulkus.
 Acanthamoeba
Infeksi kornea oleh acanthamoeba sering terjadi pada pengguna lensa
kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri.
Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensakontak yang
terpapar air atau tanah yang tercemar.
b. Noninfeksi
 Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
 Radiasi atau suhu (Disebut juga mata pengelas)
 Sindrom Sjorgen
 Defisiensi vitamin A
 Obat-obatan (kortikosteroid, idoxiuridine, anestesi topical,
immunosupresif)
 Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.

1
 Pajanan (exposure)
 Neurotropik
c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
Terjadinya ulkus kornea biasanya didahului oleh faktor pencetus yaitu
rusaknya sistem barier epitel kornea oleh penyebab-penyebab seperti:
a. Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata,
sumbatan saluran lakrimal)
b. Oleh faktor-faktor eksternal yaitu : luka pada kornea (erosi kornea) karena
trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada muka
c. Kelainan lokal pada kornea, meliputi edema kornea kronik, keratitis exposure
(pada lagoftalmos, anestesi umum, koma), keratitis karena defisiensi vitamin
A, keratitis neuroparalitik, keratitis superficialis virus
d. Kelainan sistemik, meliputi malnutrisi, alkoholisme, sindrom Steven-
Johnson, sindrom defisiensi imun (AIDS, SLE)
e. Obat-obatan penurun sistem imun, seperti kortikosteroid, obat anestesi lokal

PATOFISIOLOGI
Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya
kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Penyebab awal bisa
karena mata kelilipan atau tertusuk benda asing. Ulkus kornea terkadang terjadi di
seluruh permukaan kornea sampai ke bagian dalam dan belakang kornea.
Stadium ulkus kornea dibagi menjadi:
1. Stadium infiltrasi progresif
2. Stadium ulserasi aktif
3. Stadium regresif
4. Stadium penyembuhan/sikatrisasi

Stadium Infiltrasi Progresif


Dalam waktu 2 jam setelah kerusakan kornea timbul reaksi radang yang
diawali pelepasan faktor kemotaktif yang merangsang migrasi
sel polimorphonuclear (PMN) ke stroma kornea yang berasal dari lapisan air mata

2
dan pembuluh darah limbus. Apabila tidak terjadi infeksi maka sel PMN akan
menghilang dalam waktu 48 jam dan epitel pulih dengan cepat. Ciri khas stadium
ini adalah terdapatnya infiltrat dari leukosit PMN dan limfosit ke dalam epitel dan
stroma. Ciri klinis pada epitel terdapat kekeruha yang berwarna putih atau
kekuning-kuningan, edema dan akhirnya terjadi nekrosis. Keadaan tersebut
tergantung pada virulensi kuman, mekanisme pertahanan tubuh dan pengobatan
antibiotika.

Stadium Ulserasi Aktif


Pada epitel dan stroma terjadi nekrosis, pengelupasan, dan timbul suatu
cekungan (defek). Jaringan sekitarnya terdapat infiltrasi sel radang, dan edema.
Pada pemeriksaan klinis terdapat kornea berwarna putih keabuan dengan dasar
ulkus yang nekrosis. Pada bilik mata depan timbul reaksi radang ringan atau
sampai terjai hipopion, dan blefarospasme pada kelopak mata. Penderita
mengeluh rasa nyeri, fotofobia, lakrimasi, dan penurunan tajam penglihatan.
Ulkus meluas ke lateral atau ke lapisan yang lebih dalam sehingga menimbulkan
descemetokel, atau bahkan sampai perforasi.

Stadium Regresi
Pada stadium ini terjadi regresi dari perjalanan penyakit di atas, karena
adanya mekanisme pertahanan tubuh atau pengobatan. Ciri regresi tersebut antara
lain, berkurangnya keluhan rasa nyeri, fotofobia, lakrimasi dan keluhan – keluhan
lainnya. Secara klinis tampak infiltrat mengecil, batas ulkus lebih tegas, daerah
nekrotik mendangkal, tanda – tanda radang berkurang.

Stadium Penyembuhan / Sikatrisasi
Ada penyembuhan timbul epitelisasi dari semua sisi ulkus, fibroblast
membentuk stroma baru dan dilanjutkan dengan pengeluaran debris. Stroma baru
terbentuk dibawah epitel dan menebal, sehingga epitel terdorong ke depan.
Stroma tersebut mengisi seluruh defek, sehingga permukaan kornea yang
terinfeksi menjadi rata atau meninggalkan sedikit cekungan. Pada stadium ini
keluhan semakin berkurang, tajam penglihatan mulai membaik. Jaringan nekrotik

3
mulai diganti dengan jaringan fibrosa, pembuluh darah mulai timbul dan menutup
ulkus dengan membawa fibrosa. Bila penyembuhan sudah selesai, pembuluh
darah mengalami regresi. Jaringan sikatrik yang terjadi tidak transparan, tetapi
lama kelamaan kepadatannya akan berkurang terutama pada dewasa muda dan
anak – anak. Derajat sikatrisasi setelah ulkus bermacam – macam mulai dari
nebula, makula, dan leukoma.

KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:
1. Ulkus kornea sentral.
a. Ulkus kornea bakterialis
 Ulkus Streptokokus
Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea
(serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram
dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam
dan menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan
oleh streptokokus pneumonia.
 Ulkus Stafilokokus
Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putih kekuningan disertai
infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak
diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema
stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus
sering kali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.
 Ulkus Pseudomonas
Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea.ulkus sentral
ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke
dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam.
Gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang
dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini

4
seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang
banyak.
 Ulkus Pneumokokus
Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi
ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga
memberikan gambaran karakteristik yang disebut ulkus serpen. Ulkus
terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna kekuning-
kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang
menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu
ditemukan hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya
ulkus yang terlihat. diagnosa lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.

b. Ulkus kornea fungi


Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai
beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur
ini. Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan
yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran
seperti bulu pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat
asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit
disekitarnya. Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan
bakteri. Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan
naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang. Terdapat
injeksi siliar disertai hipopion.

c. Ulkus kornea virus


 Ulkus kornea Herpes Zoster
Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu. Gejala
ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata
ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis,
kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat
dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit

5
herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor. Kornea
hipestesi tetapi dengan rasa sakit. Keadaan yang berat pada kornea
biasanya disertai dengan infeksi sekunder.
 Ulkus kornea Herpes Simplex
Infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes simplex dapat
terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda
injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di
permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang
infiltrasi. Terdapat hipertesi pada kornea secara lokal kemudian
menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar preaurikuler. Bentuk
dendrit herpes simplex kecil, ulseratif, jelas diwarnai dengan fluoresin
dengan benjolan diujungnya.

d. Ulkus kornea acanthamoeba


Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan
kliniknya, kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus
kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat perineural.

2. Ulkus kornea perifer


a. Ulkus marginal
Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk
ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus,
toksit atau alergi dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok
arteritis nodosa, dan lain-lain. Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya
lateral. Ditemukan pada penderita leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan
lain-lain.

b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)


Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral.
Ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang
belum diketahui. Banyak teori yang diajukan, diantaranya teori hipersensitivitas
tuberculosis, virus, alergi dan autoimun. Biasanya menyerang satu mata. Sering

6
menyerang seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang
sehat pada bagian yang sentral.

c. Ulkus cincin (ring ulcer)


Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang
berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam,
kadangkadang timbul perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat
menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak
ada hubungan dengan konjungtivitis kataral. Perjalanan penyakitnya menahun.

MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :
 Gejala Subjektif:
- Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
- Sekret Mukopurulen
- Sensasi benda asing pada mata
- Pandangan buram
- Terdapat bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
- Fotofobia
- Rasa Nyeri
 Gejala Objektif:
- Injeksi Siliar
- Hipopion
- Hilangnya sebagian Kornea, dan ditemukan infiltrat

DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium.
Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan
adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang
bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering

7
kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien
seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi,
virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat
penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi
imunosupresi khusus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar,
kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat
terjadi iritis yang disertai dengan hipopion. Disamping itu perlu juga dilakukan
pemeriksaan diagnostik seperti :
- Uji Tajam Penglihatan
- Uji Refraksi
- Pemeriksaan slit-lamp
- Keratometri
- Respon Reflek Pupil
Pada infeksi akibat jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan
spatula kimura dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan
pewarnaan KOH, gram atau Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi jaringan
kornea dan diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur
dengan agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.

Tes fluoresensi mata adalah tes yang menggunakan pewarna oranye


(fluorescein) dan cahaya biru untuk mendeteksi benda asing di mata. Tes ini juga
dapat mendeteksi kerusakan pada epitel kornea, permukaan luar mata. Zat warna
fluoresin akan berubah hijau pada media alkali. Zat warna fluoresin bila
menempel pada epitel kornea yang defek akan memberikan warna hijau karena
jaringan epitel yang rusak bersifat lebih basa.

8
Tes Fluoresensi Mata, Area hijau merupakan lokasi defek kornea

PENATALAKSANAAN
Pengobatan umumnya untuk ulkus kornea adalah dengan sikloplegik,
antibiotika yang sesuai topikal dan subkonjungtiva. Pengobatan bertujuan untuk
menghalangi hidupnya bakteri dengan antibiotika dan mengurangi reaksi radang
dengan steroid. Secara umum, ulkus diobati sebagai berikut :

1. Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu, sehingga akan berfungsi
sebagai inkubator,
2. Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali sehari,
3. Diperhatikan kemungkinan terjadinya glaukoma sekunder,
4. Debridement sangat membantu penyembuhan,
5. Diberi antibiotika yang sesuai dengan kausa. Biasanya diberi lokal kecuali
keadaan berat.
Penderita ulkus kornea perlu melakukan berbagai pemeriksaan seperti tes refraksi,
tes air mata, pengukuran kornea (keratometri), dan tes respons refleks pupil.

Prinsip umum pengobatan :

1. Keputusan untuk mengobati berdasarkan temuan klinis namun etiologi


penyebab tidak dapat diperkirakan hanya dengan melihat gambaran dari
ulkusnya. Pengobatan harus dilakukan bahkan sebelum hasil kultur tersedia.
2. Terapi topikal dapat mencapai konsentrasi pada jaringan lebih baik dan
sebaiknya diberikan antibiotika spektrum luas agar dapat mencakup
berbagai patogen yang umum.

9
3. Terapi kombinasi dengan dua obat untuk mengatasi kuman gram-positif dan
gram-negatif sekaligus. Namun kombinasi ini tidak tersedia secara umum di
pasaran, sehingga harus dipersiapkan secara khusus.

Terapi Farmakologi
1. Pengobatan konstitusi
Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum
yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan
makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian
roboransia yang mengandung vitamin A, vitamin B kompleks dan vitamin C.
Pada ulkus-ulkus yang disebabkan kuman yang virulen, yang tidak sembuh
dengan pengobatan biasa, dapat diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc susu
steril yang disuntikkan intravena dan hasilnya cukup baik. Dengan penyuntikan
ini suhu badan akan naik, tetapi jangan sampai melebihi 39,5°C. Akibat kenaikan
suhu tubuh ini diharapkan bertambahnya antibodi dalam badan dan menjadi lekas
sembuh.

2. Pengobatan Lokal
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi
kornea sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.
Konjungtuvitis, dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada
hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan. Infeksi
pada mata harus diberikan :
 Sulfas atropine sebagai salap atau larutan, Kebanyakan dipakai sulfas
atropine karena bekerja lama 1-2 minggu. Efek kerja sulfas atropine :
- Sedatif, menghilangkan rasa sakit.
- Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.
- Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.
Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi
sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor
pupil, terjadi midriasis sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat
dilepas dan mencegah pembentukan sinekia posterior yang baru.

10
 Skopolamine sebagai agen midiratik
 Analgetik: dapat diberikan pantokain atau tetrakain, tapi tidak boleh sering
 Antibiotik: sesuai dengan kuman penyebabnya atau berspektrum luas,
dapat diberikan sebagai salep, tetes, atau injeksi konjungtiva, walaupun
pada ulkus kornea sebaiknya tidak diberikan salep karena dapat
memperlambat penyembuhan dan dapat menyebabkan erosi kembali.
Berikut ini contoh antibiotik: Sulfonamide 10-30%, Basitrasin 500 unit,
Tetrasiklin 10 mg, Gentamisin 3 mg, Neomisin 3,5-5 mg, Tobramisin 3
mg, Eritromisin 0,5%, Kloramfenikol 10 mg, Ciprofloksasin 3 mg,
Ofloksasin 3 mg, Polimisin B 10.000 unit. Untuk Acanthamoeba, dapat
diberikan poliheksametilen biguanid + propamidin isetionat atau salep
klorheksidin glukonat 0,02%.
 Anti Jamur
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat
komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi
bisa dibagi :
1. Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal
amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10
mg/ml, golongan Imidazole
2. Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin,
Imidazol
3. Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol
4. Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai jenis
antibiotik

 Anti Virus
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal
untuk mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi
sekunder analgetik bila terdapat indikasi, sementara untuk herpes simplex
diberikan pengobatan IDU, ARA-A, PAA, interferon inducer.

Terapi Non-Farmakologi

11
1. Flap Konjungtiva
Tatalaksana kelainan kornea dengan flap konjungtiva sudah dilakukan
sejak tahun 1800-an. Indikasinya adalah situasi dimana terapi medis atau bedah
mungkin gagal, kerusakan epitel berulang dan stroma ulserasi. Dalam situasi
tertentu, flap konjungtiva adalah pengobatan yang efektif dan definitif untuk
penyakit permukaan mata persisten.
Tujuan dari flap konjungtiva adalah mengembalikan integritas permukaan
kornea yang terganggu dan memberikan metabolisme serta dukungan mekanik
untuk penyembuhan kornea. Flap konjungtiva bertindak sebagai patch biologis,
memberikan pasokan nutrisi dan imunologi oleh jaringan ikat vaskularnya.

Indikasi yang paling umum penggunaan flap konjungtiva adalah dalam


pengelolaan ulkus kornea persisten steril. Hal ini mungkin akibat dari denervasi
sensorik kornea (keratitis neurotropik yaitu, kelumpuhan saraf kranial 7 mengarah
ke keratitis paparan, anestesi kornea setelah herpes zoster oftalmikus, atau ulserasi
metaherpetik berikut HSK kronis) atau kekurangan sel induk limbal. Penipisan
kornea dekat limbus dapat dikelola dengan flap konjungtiva selama kornea tidak
terlalu menipis.

2. Keratoplasti
Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak
berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu
penglihatan, kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam
penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :
1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita
2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.
3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.
Terdapat dua jenis teknik keratoplasti, Penetrating Keratoplasty dimana
keseluruhan lapisan kornea diganti, dan Lamellar Keratoplasty dimana hanya
sebagian lapisan kornea diganti.

12
PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi
kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak
kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang
sangat buruk bagi mata.
- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup
sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah
- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat
lensa tersebut.

KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
- Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat
- Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis
- Prolaps iris
- Sikatrik kornea
- Katarak
- Glaukoma sekunder

PROGNOSIS
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada
tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu
penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin
tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya
komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama
mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak
ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat
menimbulkan resistensi.
Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan
dengan pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua

13
metode; migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan
pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat
sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar,
perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk jaringan
granulasi dan kemudian sikatrik.

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas S, Mailangkay H, Taim H, Saman R dan Simarmata M, 2003. Ilmu


Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan mahasiswa Kedokteran Edisi Ke-2.
Jakarta.

Ilyas Sidarta. Fluoresein. Dasar – Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit


Mata. Edisi III, cetakan ke-1. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia:
2009.

Ilyas, HS. 2006. Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Cetakan I. Balai Penerbit
FKUI, Jakarta

Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. 2002. Ulkus Kornea dalam:


Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi
ke 2. Jakarta: Sagung Seto

Vaughan A dan Riordan E 2000. Ofthalmologi Umum. Ed 17 .Cetakan 1.


Widya Medika, Jakarta.

Whitcher J P and Eva P R, Low Vision. In Whitcher J P and Eva P R,


Vaughan & Asbury’s General Ophtalmology. New York: Mc Graw Hill, 2007.

14

Anda mungkin juga menyukai