Oleh:
20360251
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga pembuatan karya tulis berupa paper di Departemen Ilmu
Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit Umum Haji Medan yang berjudul
waktunya. Terima kasih saya ucapkan kepada dr. H. Muslich Parangin angin, Sp.OG
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan yang telah disusun ini masih banyak
dalam teorinya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga karya
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
2.1. Definisi..............................................................................................................3
2.2. Epidemiolgi.......................................................................................................4
2.3. Etiologi..............................................................................................................4
2.4. Patofisiologi......................................................................................................4
2.5. Diagnosis...........................................................................................................5
2.6. Tatalaksana........................................................................................................6
2.7. Komplikasi......................................................................................................14
2.8. Prognosis.........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
normal dan perdarahan akibat penyebab lain seperti kehamilan, penyakit sistemik,
beberapa masalah yang paling sulit dalam ginekologi. Pasien mungkin tidak dapat
melokalisasi sumber perdarahan dari vagina, uretra, atau rektum. Pada wanita usia
ingat bahwa lebih dari 1 kesatuan dapat hadir, seperti mioma uteri dan kanker
serviks.
Pendarahan uterus abnormal dapat ditangani dengan cepat dan tepat, bila
diketahui etiologi/penyebab pasti yang dapat berupa kelainan struktur dan kelainan
non struktur. Kelainan struktur yang paling sering adalah mioma uterus terutama
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
abnormal, dan perdarahan akibat penyebab lain seperti kehamilan, penyakit sistemik, atau
kanker. Diagnosis dan manajemen dari perdarahan uterus abnormal saat ini menjadi sesuatu
yang sulit dalam bidang ginekologi. Pasien mungkin tidak bisa melokalisir sumber perdarahan
berasal dari vagina, uretra, atau rektum. Pada wanita menyusui, komplikasi kehamilan harus
selalu dipikirkan, dan perlu diingat adanya dua keadaan sangat mungkin terjadi secara
menandakan adanya perdarahan yang banyak. Perdarahan yang ‘gushing’ dan ‘open-
faucet’ selalu menandakan sesuatu yang tidak lazim. Mioma submukosa, komplikasi
terkadang hanya berupa bercak darah. Obstruksi seperti pada stenosis himen atau serviks
penyebab dan diagnosis ditegakkan dengan histerogram dan histeroskopi. Pasien yang
menjalani kontrasepsi oral terkadang mengeluh seperti ini, dan dapat dipastikan ini tidak
apa-apa.
3
ditandai dengan bercak darah, dan dapat dilacak dengan memantau suhu tubuh basal.
yang patologis. Pada beberapa tahun administrasi estrogen eksogen menjadi penyebab
4) Polimenorea berarti periode menstruasi yang terjadi terlalu sering. Hal ini biasanya
berhubungan dengan anovulasi dan pemendekan fase luteal pada siklus menstruasi.
5) Menometroragia adalah perdarahan yang terjadi pada interval yang iregular. Jumlah
dan durasi perdarahan juga bervariasi. Kondisi apapun yang menyebabkan perdarahan
6) Oligomenorea adalah periode menstruasi yang terjadi lebih dari 35 hari. Amenorea
didiagnosis bila tidak ada menstruasi selama lebih dari 6 bulan. Volume perdarahan
biasanya berkurang dan biasanya berhubungan dengan anovulasi, baik itu dari faktor
kanker leher rahim sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Penyebab lain dari
perdarahan kontak yang lebih sering yaitu servikal eversi, polip serviks, infeksi serviks
atau vagina (Trichomonas) atau atropik vaginitis. Hapusan sitologi negatif tidak
2.2 Etiologi
Sebab-sebab organik
Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh kelainan pada:
4
a) Serviks uteri, seperti polipus servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada porsio uteri,
b) Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus iminens, abortus sedang berlangsung,
c) Tuba Falopii, seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba, tumor tuba;
Sebab-sebab fungsional
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik,
umur antara menarche dan menopause. Tetapi , kelainan ini lebih sering dijumpai
sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium. Dua pertiga dari wanita-wanita
yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan disfungsional berumur diatas 40 tahun, dan
disfungsional dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat
Perdarahan uterus abnormal pada wanita tidak hamil di usia reproduktif memiliki patologi
yang sangat luas. Ada banyak sekali terminologi yang digunakan baik untuk mendeskripsikan
gejala maupun mengenai gangguannya sendiri sehingga dirasa cukup membingungkan dalam
manajemen klinis dan dalam menerjemahkan sebuat riset dan uji klinis.
Perdarahan uterus abnormal meliputi semua kelainan haid baik dalam hal jumlah maupun
lamanya. Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan banyak, sedikit, siklus haid yang
memanjang atau tidak beraturan. Terminologi menoragia saat ini diganti dengan perdarahan haid
banyak atau heavy menstrual bleeding sedangkan perdarahan uterus abnormal yang disebabkan
5
oleh faktor koagulopati, gangguan hemostasis lokal endometrium dan gangguan ovulasi
merupakan kelainan yang sebelumnya termasuk dalam perdarahan uterus disfungsional (PUD).
1. Perdarahan uterus abnormal akut didefinisikan sebagai perdarahan haid yang banyak
sehingga perlu dilakukan penanganan yang cepat untuk mencegah kehilangan darah.
Perdarahan uterus abnormal akut dapat terjadi pada kondisi PUA kronik atau tanpa
riwayat sebelumnya.
abnormal yang telah terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi ini biasanya tidak memerlukan
diantara 2 siklus haid yang teratur. Perdarahan dapat terjadi kapan saja atau dapat juga
terjadi di waktu yang sama setiap siklus. Istilah ini ditujukan untuk mengganti
terminologi metroragia.
2.3 Klasifikasi
kategori utama disusun sesuai dengan akronim “PALM COEIN” yakni ; polip, adenomiosis,
Kelompok PALM merupakan kelainan struktur yang dapat dinilai dengan berbagai teknik
pencitraan dan atau pemeriksaan histopatologi. Kelompok “COEIN” merupakan kelinan non
strruktural yang tidak dapat dinilai dengan teknik pencitraan atau histopatologi. Sistem klasifikasi
tersebut disusun berdasarkan pertimbangan bahwa seorang pasien dapat memiliki satu atau lebih
6
Gambar
A. Polip (PUA-P)
Pertumbuhan lesi lunak pada lapisan endometrium uterus, baik bertangkai maupun tidak,
berupa pertumbuhan berlebih dari stroma dan kelenjar endometrium dan dilapisi oleh epitel
endometrium. Polip biasanya bersifat asimptomatik, tetapi dapat pula menyebabkan PUA. Lesi
umumnya jinak, namun sebagian kecil atipik atau ganas. Diagnosis polip ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan USG dan atau histeroskopi, dengan atau tanpa hasil histopatologi. Histopatologi
pertumbuhan eksesif lokal dari kelenjar dan stroma endometrium yang memiliki vaskularisasi
B. Adenomiosis (PUA-A)
Adenomiosis ditandai dengan pembesaran rahim yang disebabkan oleh sisa ektopik dari endometrium
-baik kelenjar maupun stroma- yang terletak dalam di miometrium. Sisa ini dapat tersebar di seluruh
miometrium -adenomiosis difusa, atau mungkin membentuk nodul fokal yang berbatas tegas -
adenomiosis fokal.
Gejala yang sering ditimbulkan yakni nyeri haid, nyeri saat snggama, nyeri menjelang atau sesudah
haid, nyeri saat buang air besar, atau nyeri pelvik kronik. Gejala nyeri tersebut diatas dapat disertai
dengan perdarahan uterus abnormal. Kriteria adenomiosis ditentukan berdasarkan kedalaman jaringan
endometrium pada hasil histopatologi. Adenomiosis dimasukkan ke dalam sistem klasifikasi berdasarkan
pemeriksaan MRI dan USG. Mengingat terbatasnya fasilitas MRI, pemeriksaan USG cukup untuk
mendiagnosis adenomiosis. Dimana hasil USG menunjukkan jaringan endometrium heterotopik pada
miometrium dan sebagian berhubungan dengan adanya hipertrofi miometrium. Hasil histopatologi
menunjukkan dijumpainya kelenjar dan stroma endometrium ektopik pada jaringan miometrium.
7
C. Leiomioma (PUA-L)
Leiomioma adalah neoplasma jinak otot polos yang biasanya berasal dari miometrium.
Leiomioma sering disebut sebagai mioma uteri, dan karena kandungan kolagennya yang
menyebabkan konsistensinya menjadi fibrous, leiomioma sering keliru disebut sebagai fibroid.
Insiden di kalangan perempuan umumnya antara 20 hingga 25 persen, tapi telah terbukti setinggi
70 sampai 80 persen dalam studi menggunakan histologis atau pemeriksaan sonografi. Selain itu,
Secara kasar, leiomioma berbentuk bulat, putih seperti mutiara, berbatas tegas, seperti karet.
Uterus dengan leiomioma biasanya memiliki 6-7 tumor dengan ukuran yang bervariasi.
Leiomioma memiliki otonomi yang berbeda dari miometrium di sekitarnya karena lapisan
jaringan ikat luarnya tipis. Hal ini memungkinkan leiomioma untuk dapat dengan mudah
"dikupas" dari uterus selama operasi. Secara histologis, leiomioma memiliki sel-sel otot polos
memanjang yang tersusun dalam bundel. Aktivitas mitosis jarang terjadi pada leiomioma dan
Gejala yang ditimbulkan berupa perdarahan uterus abnormal, penekanan terhadap organ
sekitar uterus, atau benjolan dinding abdomen. Mioma uteri umumnya tidak memberikan gejala
dan biasanya bukan penyebab tunggal PUA. Pertimbangan dalam membuat sistem klasifikasi
mioma uteri yakni hubungan mioma uteri denga endometrium dan serosa lokasi, ukuran, serta
Pertumbuhan hiperplastik atau pertumbuhan ganas dari lapisan endometrium gejala berupa
Perdarahan uterus abnormal. Meskipun jarang ditemukan, namun hiperplasia atipik dan keganasan
8
merupakan penyebab penting PUA. Klasifikasi keganasan dan hiperplasia menggunakan sistem klasifikasi
E. Coagulopathy (PUA-C)
hemostatis sistemik yang terkait dengan PUA. Tiga belas persen perempuan dengan perdarahan
haid banyak memiliki kelainan hemostatis sistemik, dan yang paling sering ditemukan adalah
perdarahan uterus abnormal. Gangguan ovulasi merupakan salah satu penyebab PUA dengan
manifestasi perdarahan yang sulit diramalkan dan jumlah darah yang bervariasi. Dahulu termasuk
dalam kriteria Perdarahan uterus disfungsional (PUD). Gejala bervariasi mulai dari amenorea,
perdarahan ringan dan jarang, hingga perdarahan haid banyak. Gangguan ovulasi dapat
G. Endometrial (PUA-E)
terjadinya perdarahan uterus. Perdarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan
dengan siklus haid teratur. Penyebab perdarahan pada kelompok ini adalah gangguan
fibrinolitik.
9
H. Iatrogenik (PUA-I)
Perdarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan intervensi medis seperti penggunaan
estrogen, progestin, AKDR. Perdarahan haid diluar jadwal yang terjadi akibat penggunaan
estrogen atau progestin dimasukkan dalam istilah perdarahan sela atau breakthrough bleeding.
Perdarahan sela terjadi karena rendahnya konsentrasi estrogen dalam sirkulasi yang disebabkan
o Perdarahan haid banyak yang terjadi pada perempuan pengguna anti koagulan
klasifikasi PUA-C.
Kategori not yet classified dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit dimasukkan
dalam klasifikasi. Kelainan yang termasuk dalam kelompok ini adalah endometritis kronik atau
malformasi arteri-vena. Kelainan tersebut masih belum jelas kaitannya dengan kejadian PUA.
2.5 Diagnosis
1. Anamnesis
tiroid, penambahan dan penurunan BB yang drastis, serta riwayat kelainan hemostasis
pada pasien dan keluarganya. Perlu ditanyakan siklus haid sebelumnya serta waktu
10
Prevalensi penyakit von Willebrand pada perempuan perdarahan haid rata-rata
meningkat 10% dibandingkan populasi normal. Karena itu perlu dilakukan pertanyaan
Pada perempuan pengguna pil kontrasepsi perlu ditanyakan tingkat kepatuhannya dan
sensitivitas 90%. Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada perempuan dengan
Tabel Penapisan klinis pasien dengan perdarahan haid banyak karena kelainan hemostatis
2. Pemeriksaan Umum
hemodinamik.
Pastikan bahwa perdarahan berasal dari kanalis servikalis dan tidak berhubungan
dengan kehamilan.
gangguan lapang pandang (adenoma hipofisis), purpura dan ekimosis wajib diperiksa.
11
3. Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan pap smear.
Penilaian Ovulasi
Penilaian Endometrium
Pengambilan sampel endometrium tidak harus dilakukan pada semua pasien PUA.
kanker endometrium sebesar 60% dengan rerata umur saat diagnosis antara 48-50
tahun
Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya polip endometrium atau mioma uteri
submukosum.
12
USG transvaginal merupakan alat penapis yang tepat dan harus dilakukan pada
Bila dicurigai terdapat polip endometrium atau mioma uteri submukosum disarankan
bersamaan.
Penilaian Miometrium
transvaginal.
2.6 Penatalaksanaan
Asam Traneksamat
Obat ini bersifat inhibitor kompetitif pada aktivasi plasminogen. Plasminogen akan
diubah menjadi plasmin yang berfungsi untuk memecah fibrin menjadi fibrin degradation
product (FDPs). Oleh karena itu obat ini berfungsi sebagai agen anti fibrinolitik. Obat ini akan
menghambat faktor-faktor yang memicu terjadinya pembekuan darah, namun tidak menimbulkan
kejadian trombosis. Perdarahan menstruasi melibatkan pencairan darah beku dari arteriol spinal
endometrium, maka pengurangan dari proses ini dipercaya sebagai mekanisme penurunan jumlah
darah mens. Efek samping : gangguan pencernaan, diare, sakit kepala. Dosisnya untuk
perdarahan mens yang berat adalah 1g (2x500mg) dari awal perdarahan hingga 4 hari.
13
Obar anti inflamasi non steroid (AINS)
Kadar prostaglandin pada endometrium penderita gangguan haid akan meningkat. AINS
ditujukan untuk menghambat siklooksigenase, dan akan menurunkan sintesa prostaglandin pada
endometrium. Prostaglandin mempengaruhi reaktivitas jaringan lokal dan terlibat dalam respon
inflamasi, jalur nyeri, perdarahan uterus, dan kram uterus. AINS dapat mengurangi jumlah darah
haid hingga 20-50 persen Pemberian AINS dapat dimulai sejak perdarahan hari pertama astau
sebelumnya hingga perdarahan yang banyak berhenti. Efek samping : gangguan pencernaan,
diare, perburukan asma pada penderita yang sensitif, ulkus peptikum hingga kemungkinan
Estrogen
Sediaan ini digunakan pada kejadian perdarahan akut yang banyak. Sediaan yang
digunakan adalah EEK, dengan dosis 2.5 mg per oral 4x1 dalam waktu 48 jam. Pemberian EEK
dosis tinggi tersebut dapat disertai dengan pemberian obat anti emetik seperti promethazine 25
mg per oral atau intra muskular setiap 4-6 jam sesuai dengan kebutuhan. Mekanisme kerja obat
ini belum jelas, kemungkinan aktivitasnya tidak terkait langsung dengan endometrium. Obat ini
bekerja memacu vasospasme pembuluh kapiler dengan cara mempengaruhi kadar fibrinogen,
faktor IV, faktor X, proses aggregasi trombosit dan permeabilitas pembuluh kapiler.
dengan menggunakan progestin akan lebih baik. Efek samping berupa gejala akibat defek
estrogen yang berlebihan seperti perdarahan uterus, mastodinia dan retensi cairan
PKK
endometrium yang atrofi. Dosis yang dianjurkan pada saat perdarahan akut adalah 4x1 tablet
selama 4 hari, dilanjutkan dengan 3x1 tablet selama 3 hari, dilanjutkan dengan 2x1 tablet selama
14
2 hari, dan selanjutnya 1x1 tablet selama 3 minggu. Selanjutnya bebas pil selama 7 hari,
kemudian dilanjutkan dengan pemberian pil kontrasepsi kombinasi paling tidak selama 3 bulan.
Apabila pengobatannya ditujukan untuk menghentikan haid, maka obat tersebut dapat diberikan
secara kontinyu, namun dianjurkan setiap 3-4 bulan dapat dibuat perdarahan lucut. Efek samping
dapat berupa perubahan mood, sakit kepala, mual, retensi cairan, payudara tegang, deep vein
Progestin
Obat ini akan bekerja menghambat penambahan reseptor estrogen serta akan
estradiol akan dikonversi menjadi estron yang efek biologisnya lebih rendah dibandingkan
estradiol. Meski demikian penggunaan progestin yang lama dapat memicu efek mitotik yang
menyebabkan terjadinya atrofi endometrium. Progestin dapat diberikan secara siklik maupun
kontinyu. Pemberian siklik diberikan selama 14 hari kemudian stop selama 14 hari, begitu
Apabila perdarahan terjadi pada saat sedang mengkonsumsi progestin, makan dosis obat
progestin dapat dinaikkan. Selanjutnya hitung hari pertama perdarahan tadi sebagai hari pertama,
dan selanjutnya progestin diminum sampai 14 hari. Pemberian progestin secara siklik dapat
hipersensitivitas, kelainan pembekuan darah, riwayat stroke, riwayat penyakit jantung koroner
atau infark miokard, kecurigaan keganasan payudara ataupun genital, riwayat penyakit kuning
akibat kolestatis, kanker hati). Sediaan progestin yang dapat diberikan antara lain MPA 1x10 mg,
norestiron asetat dengan dosis 2-3 x 5 mg, didrogestron 2x5 mg atau nomegestrol asetat 1x 5 mg
Apabila pasien mengalami perdarahan hebat saat kunjuungan, dosis progestin dapat
dinaikkan setiap 2 hari hingga perdarahan berhenti. Pemberian dilanjutkan untuk 14 hari dan
15
secra kontinyu dapat dilakukan apabila tujuannya untuk membuat amenorea. Terdapat beberapa
pilihan yaitu :
Efek samping : peningkatan berat badan, perdarahan bercak, rasa begah, payudara tegang, sakit
Androgen
Danazol adalah suatu sintetik isoxazol yang berasala dari turunan 17a-etinil tetosteron.
Obat tersebut memiliki efek androgenik yang berfungsi untuk menekan produksi estradiol dari
ovarium, serta memiliki efek langsung terhadap reseptor estrogewn di endometrium dan di luar
endometrium. Pemberian dosis tinggi 200 mg atau lebih per hari dapat dipergunakan untuk
mengobati perdarahan menstrual hebat. Danazol dapat menurunkan hilangnya darah dalam
menstruasi kurang lebih 50% bergantung dari dosisnya dan hasilnya terbukti lebih efektif
dibanding dengan AINS atau progestin oral. Dengan dosis lebih dari 400 mg per hari dapat
menyebabkan amenorea. Efek sampingya dialami oleh 75% pasien yakni : penigkatan berat
Obat ini bekerja dengan cara mengurangi reseptor GnRH pada hipofisis melalui
mekanisme down regulation terhadap reseptor dan efek pasca reseptor, yang akan mengakibatkan
hambatan pada pelepasan hormon gonadotropin. Pemberian obat ini biasanya ditujukan pada
wanita dengan kontraindikasi untuk operasi. Obat ini dapat membuat penderita menjadi
amenorea. Dapat diberikan luprolid acetate 3.75 mg intramuskular setiap 4 minggu, namun
pemberiannya dianjurkan tidak lebih dari 6 bulan karena terjadi percepatan demielinisasi tulang.
Apabila pemberiannya melebihi 6 bulan, maka dapat diberikan tambahan terapi estrogen dan
16
progestin dosis rendah (add back therapy). Efek samping biasanya muncul pada penggunaan
jangka panjang, yakni : keluhan-keluhan mirip wanita menopause (misalkan hot flushes, keringat
17
2.7 Komplikasi
18
Komplikasi yang bisa terjadi adalah infertilitas akibat tidak adanya ovulasi. Anemia berat
akibat perdarahan yang berlebihan dan lama. Pertumbuhan endometrium yang berlebihan akibat
Prognosis
Respon terhadap terapi sangat individual dan tidak mudah diprediksi. Keberhasilan dari
terapi tergantung pada kondisi fisik pasien dan usia Beberapa wanita, khususnya usia remaja
biasanya angka keberhasilan penanganan dengan hormon cukup besar (terutama dengan oral
kontrasepsi).
19
BAB III
KESIMPULAN
Perdarahan uterus abnormal (PUA) meliputi semua kelainan haid baik dalam hal jumlah maupun
lamanya. Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan banyak, sedikit, siklus haid yang memanjang atau
tidak beraturan. Terminologi menoragia saat ini diganti dengan perdarahan haid banyak atau heavy
menstrual bleeding (HMB) sedangkan perdarahan uterus abnormal yang disebabkan faktor koagulopati,
gangguan hemostatis lokal endometrium dan gangguan ovulasi merupakan kelainan yang sebelumnya
kategori utama yang disusun sesuai dengan akronim “PALM-COEIN” yakni; polip, adenomiosis,
Kelompok “PALM” merupakan kelainan struktur yang dapat dinilai dengan berbagai teknik
pencitraan dan atau pemeriksaan histopatologi. Kelompok COEIN merupakan kelainan non struktur yang
tidak dapat dinilai dengan teknik pencitraan atau histopatologi. Penatalaksanaan dan diagnosis tergantung
dari masing masing klasifikasi tersebut. Tetapi ada penatalaksanaan secara umum untuk mengatasi
20
DAFTAR PUSTAKA
Obstetrics. 20th ed. Connecticut : Appleton & Lange, 1993 : 493 – 500