Anda di halaman 1dari 27

KEPERAWATAN MATERNITAS II

PERDARAHAN IKTERUS ABNORMAL (PUA)

DISUSUN OLEH

KELOMPOK III

Mica Adisti Aku 1901042

Rosalia Katili 1901049

Yanti Tongka 1901050

Defitrianti Tampilang 1901057

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH MANADO

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2020/2021

MANADO
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Perdarahan uterus abnormal yang meliputi gangguan perdarahan berasal dari
uterus yang disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan
kontak berdarah. (Manuaba, 2010)
Perdarahan uterus abnormal meliputi semua kelainan haid baik dalam hal jumlah
maupun lamanya. Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan banyak, sedikit, siklus
haid yang memanjang atau tidak beraturan. Terminologi menoragia saat ini diganti
dengan perdarahan haid banyak atau heavy menstrual bleeding (HMB) sedangkan
perdarahan uterus abnormal yang disebabkan faktor koagulopati, gangguan
hemostasis lokal endometrium dan gangguan ovulasi merupakan kelainan yang
sebelumnya termasuk dalam perdarahan uterus disfungsional (PUD) (Baziad, 2011).
Abnormal Uterine Bleeding/ Perdarahan Uterus Abnormal merupakan perdarahan
yang terjadi diluar siklus menstruasi yang dianggap normal. Perdarahan Uterus
Abnormal dapat disebabkan oleh faktor hormonal, berbagai komplikasi kehamilan,
penyakit sistemik, kelainan endometrium (polip), masalah-masalah serviks / uterus
(leiomioma) / kanker. Namun pola perdarahan abnormal seringkali sangat membantu
dalam menegakkan diagnosa secara individual. (Ralph. C Benson, 2009).
Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD) digunakan untuk menunjukan semua
keadaan perdarahan melalui vagina yang abnormal.DUB disini didefenisikan sebagai
perdarahan vagina yang terjadi didalam siklus <20 hari / >40 hari, berlangsung >8
hari mengakibatkan kehilang darah > 80 mL & anemia. Ini merupakan diagnosis
penyingkiran dimana penyakit lokal & sistemik harus disingkirkan. Sekitar 50 % dari
pasien ini sekurang-kurangnya berumur 40 th & 20 % yang lain adalah remaja, karena
merupakan saat siklus anovulatori lebih sering ditemukan. (Rudolph,A. 2006).

B. KLASIFIKASI
Dalam pertemuan FIGO, ahli sepakat klasifikasi perdarahan uterus abnormal
berdasarkan jumlah perdarahannya yaitu :
1. Perdarahan uterus abnormal akut didefinisikan sebagai perdarahan yang banyak
sehingga perlu dilakukan penanganan yang cepat untuk mencegah kehilangan
darah. Perdarahan uterus abnormal akut dapat terjadi pada kondisi PUA kronik
atau tanpa riwayat sebelumnya.
2. Perdarahan uterus abnormal kronik merupakan perdarahan dari korpus uterus
yang abnormal dalam volume, keteraturan, dan atau waktu. perdarahan ini
merupakan terminologi untuk perdarahan uterus abnormal yang telah terjadi lebih
dari 3 bulan. Kondisi ini biasanya tidak memerlukan penanganan yang cepat
dibandingkan dengan PUA akut.
3. Perdarahan tengah (intermenstrual bleeding) merupakan perdarahan yang terjadi
di antara 2 siklus haid yang teratur. Perdarahan dapat terjadi kapan saja atau dapat
juga terjadi di waktu yang sama setiap siklus. Istilah ini ditujukan untuk
menggantikan terminologi metroragia.

Dalam buku At a Glance obstetri & Ginekologi (2007) definisi perdarahan per vagina
abnormal antara lain:

1. Menoragia yaitu perdaraha uterus memanjang (> 7 hari) dan atau berat (> 80 ml)
yang terjadi dengan interval teratur.
2. Metroragia yaitu perdarahan dengan jumlah bervariasi diantara periode
menstruasi dengan interval yang tidak teratur tapi sering terjadi.
3. Polimenorea yaitu interval yang terlalu pendek (< 21 hari) antara menstruasi-
menstruasi teratur.
4. Oligomenorea yaitu interval yang terlalu panjang (>35 hari) antara menstruasi-
menstruasi teratur.

C. EPIDEMIOLOGI
Perdarahan uterus disfungsional tidak dipengaruhi oleh ras, namun dari segi umur
yang paling umum yaitu pada usia ekstrim tahun reproduksi wanita, baik di awal /
mendekati akhir, tetapi mungkin terjadi pada setiap saat selama hidup reproduksinya.
Sebagian besar kasus perdarahan uterus disfungsional pada remaja terjadi selama 2th
pertama setelah onset menstruasi, ketika hipotalamus- hipofisis mungkin gagal untuk
merespon estrogen & progesteron (Estephan A.2005)

D. FAKTOR RESIKO
Menurut Manuaba edisi 2010 :
1. Gagalnya efek umpan balik positif dari estrogen, pengubahan perifer yang
abnormal dari androgen menjadi estrogen / cacat endometrium yang dapat berada
dalam tingkat reseptor atau dalam sekresi atau pelepasan prostaglandin.
2. Bila tidak ada sekresi progesteron (anovulasi) & dalam perangsangan yang terus
berlanjut, endometrium akan berproliferasi ,sehingga mencapai tinggi yang
abnormal. Terdapat vaskularitas yang hebat & pertumbuhan kelenjar yang tanpa
dukungan stroma. Endometrium tumbuh melebihi rangsangan yang ditimbulkan
estrogen & perdarahan dengan peluruhan endometrium secara tidak teratur.
3. Kelainan fungsi poros hipotalamus-hipofise-ovarium
Berdasarkan tipe AUB / PUD, yaitu :
1. PUD anovulatoris
Bentuk dominan pada masa menarche dan pramenopause akibat terganggunya
fungsi neuroendokrinologi. Ditandai dengan produksi estradiol 17 β terus
menerus tanpa disertai dengan pembentukan corpus luteum & pelepasan
progesterone. Estrogen tanpa diimbangi dengan progesteron menyebabkan
proliferasi endometrium terus menerus yang menghasilkan pasokan darah
berlebih & dikeluarkan secara irregular.
2. PUD Ovulatoris
Angka kejadian: 10% wanita usia masa reproduksi. Bercak darah pada
pertengahan siklus setelah “LH surge” biasanya bersifat fisiologis. Polimenorea
paling sering terjadi akibat pemendekan fase folikuler. Kemungkinan lain adalah
pemanjangan fase luteal akibat corpus Luteum yang persisten
Menurut Isselbacher.Harrison, perdarahan Uterus Disfungsional dapat
dibedakan menjadi penyebab dengan siklus Ovulasi dan penyebab yang
berhubungan dengan siklus anovulasi. Namun ada beberapa kondisi yang
dikaitkan dengan perdarahan rahim disfungsional, antara lain :
a. Alat kontrasepsi IUD / hormonal
Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) untuk
pengendalian kelahiran, juga mungkin mengalami periode yang berlebihan
atau berkepanjangan. Jika Anda mengalami perdarahan berat saat
menggunakan IUD, IUD harus dihapus dan diganti dengan metode
pengendalian kelahiran alternatif. Biasanya terdeteksi segera setelah
menstruasi dimulai.
b. Gangguan trombosit
Merupakan kelainan darah yang paling umum yang menyebabkan perdarahan
>>berlebihan, gangguan trombosit yang paling umum adalah penyakit von
Willebrand. Wanita dengan penyakit von Willebrand umumnya akan
mengalami tidak hanya perdarahan menstruasi yang berat, tapi mimisan,
memar mudah, dan darah dalam tinja.
c. Hormon
Ketidakseimbangan hormon yang mengganggu ovulasi dapat menyebabkan
perdarahan uterus abnormal. Beberapa hal yang dapat mengganggu
keseimbangan hormon yang rumit yang mempengaruhi ovulasi dan
pendarahan, yaitu :
1) Kehamilan Pada wanita usia subur, kehamilan merupakan penyebab utama
dari periode dilewati.
2) Perimenopause Perubahan hormonal yang terjadi selama menjelang
menopause (berhentinya menstruasi) menyebabkan kelainan perdarahan.
3) Stres Stres hormon seperti kortisol yang diketahui mengganggu ovulasi.
4) Polycystic ovary syndrome (PCOS) suatu kondisi di mana ovarium
menjadi penuh dengan kista kecil dan memperbesar. Masalah terjadi
ketika kelenjar pituitary memproduksi terlalu banyak hormon yang disebut
luteinizing hormone (LH). Ketidakseimbangan hormon yang menciptakan
hasil meluap-luap lapisan rahim yang membuat perdarahan tidak teratur.
5) Penyebab Lainnya Masalah yang berasal dari kelenjar tiroid, kelenjar
pituitary, atau kelenjar adrenal dapat mengganggu ovulasi. Masalah fisik
di dalam rahim dapat menyebabkan perdarahan abnormal, yaitu :
a) Fibroid pertumbuhan non-kanker yang menyerang dinding rahim di
minimal 20% dari wanita berusia di atas 35. Fibroid dapat muncul
secara tunggal atau dalam kelompok, dan sekecil anggur atau sebesar
jeruk. Mereka terdiri dari otot dan jaringan fibrosa, dan dapat
menyebabkan aliran berlebihan saat menstruasi atau pendarahan antara
periode.
b) Polip pertumbuhan non-kanker yang dapat menyerang leher rahim atau
uterus. Polip mungkin begitu kecil sehingga mereka tidak diketahui,
atau mungkin cukup besar untuk menyodok ke dalam rongga rahim
atau panggul dan menyebabkan perdarahan abnormal.
c) Penyakit radang panggul (PID) suatu kondisi di mana saluran tuba
menjadi meradang, biasanya karena infeksi seksual diperoleh.
Perdarahan yang tidak teratur adalah salah satu dari banyak gejala
PID.
d) Kanker rahim pertumbuhan ganas pada rahim. Hal inidapat terjadi
pada dinding rahim (endometrium) / dalam dinding otot nya (sarkoma
uterus).
e) Kanker endometrium kanker yang paling umum dari sistem reproduksi
wanita, & hampir selalu menyerang wanita menopause antara usia 50 -
70. Setiap perdarahan setelah menopause harus diperiksa segera.
f) Gangguan nutrisi Wanita dengan lemak tubuh sangat rendah karena
gangguan makan, diet ketat, atau olahraga berlebihan sering dapat
berhenti ovulasi dan menstruasi.

E. MANIFESTASI KLINIK
Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah
perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang. Pada
siklus ovulasi biasanya perdarahan bersifat spontan, teratur dan lebih bisa diramalkan
serta seringkali disertai rasa tidak nyaman sedangkan pada anovulasi merupakan
kebalikannya (Rudolph,Abraham, 2006). Selain itu gejala yang yang dapat timbul
diantaranya seperti mood ayunan, kekeringan atau kelembutan Vagina serta juga
dapat menimbulkan rasa lelah yang berlebih (Stork,Susan, 2006).
1. Pada siklus ovulasi
Karakteristik PUD bervariasi, mulai dari perdarahan banyak tapi jarang,
hingga spotting atau perdarahan yang terus menerus. Perdarahan ini
merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan siklus
pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakan
diagnosis perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena
perdarahan yang lama dan tidak teratur sehingga siklus haid tidal lagi dikenali
maka kadang-kadang bentuk kurve suhu badan basal dapat menolong
(Wiknjoksastro, 2007). Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari
endometrium tipe sekresi tanpa ada sebab organik, yaitu :
a. Korpus luteum persistens : dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang.
kadang bersamaan dengan ovarium membesar. Dapat juga menyebabkan
pelepasan endometrium tidak teratur.
b. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting,
menoragia atau polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi
progesteron disebabkan oleh gangguan LH releasing faktor. Diagnosis
dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal tidak cocok
dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada hari
siklus yang bersangkutan.
c. Apopleksia uteri: pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya
pembuluh darah dalam uterus.
d. Kelainan darah sepertianemia, purpura trombositopenik dan gangguan
dalam mekanisme pembekuan darah.
2. Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)
Perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian
baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah
perdarahan rahim berkepanjangan (Wiknjoksastro, 2007).
3. Berdasarakan jenis perdarahan yang muncul, yaitu :

Batasan Pola Abnormalitas Perdarahan


Oligomenorea Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval > 35 hari
dan
disebabkan oleh fase folikuler yang memanjang
Polimenorea Perdarahan uterus yg trjadi dgn interval <21 hari &
disebabkan efek fase luteal
Menoragia Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval normal
( 21 – 35 hari) namun jumlah darah haid > 80 ml atau > 7
hari.
Menometroragi Perdarahan uterus yang tidak teratur, interval non-siklik
a dan dengan darah yang berlebihan (>80 ml) dan atau
dengan durasi yang panjang ( > 7 hari).
Metroragia/ Perdarahan uterus yang tidak teratur diantara siklus
perdarahan ovulatoir dengan penyebab a.l penyakit servik, AKDR,
antara haid endometritis, polip, mioma submukosa, hiperplasia
endometrium, dan keganasan.
Bercak Bercak perdarahan yang terjadi sesaat sebelum ovulasi
intermenstrual yang umumnya disebabkan oleh penurunan kadar
estrogen
Perdarahan Perdarahan uterus yang terjadi pada wanita menopause
pasca yang sekurang-kurangnya sudah tidak mendapatkan haid
menopause selama 12 bulan.
Perd. uterus Perdarahan uterus yang ditandai dengan hilangnya darah
abnormal akut yang sangat banyak dan menyebabkan gangguan
hemostasisis (hipotensi , takikardia atau renjatan).
Perdarahan Perdarahan uterus yang bersifat ovulatoir atau
uterus disfungsi anovulatoir yang tidak berkaitan dengan kehamilan,
pengobatan, penyebab iatrogenik, patologi traktus
genitalis yang nyata dan atau gangguan kondisi sistemik

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Wiknjoksastro (2007) & Morgan,Geri dkk (2009), yaitu :
1. Anamnesis dan pemeriksaan klinis yang lengkap Jika anamnesis dan pemeriksaan
fisik menunjukkan adanya penyakit sistemik, maka penyelidikan lebih jauh
mungkin diperlukan. Abnormalitas pada pemeriksaan pelvis harus diperiksa
dengan USG dan laparoskopi jika diperlukan.

Perdarahan Pervaginam Kuantitas Durasi


Penyemburan Spotting (diluar Menorrhagia (Hipermenorrhoe)
menstruasi) Spotting (antarmenstruasi, postmenstruasi,
post menopause)
Warna Gejala Penyerta
• Merah segar • Demam dan nyeri
• Noda cokelat • Kram uterus dan kehamilan
• Petekiae dan Epitaksis
Riwayat penyakit dahulu Interval
• Kontrasepsi oral • Siklik
• AKDR • Non siklik
• Setelah amenorrhoe
•Perdarahan antar menstruasi
(misalnya setelah koitus atau pembilasan)

Perdarahan siklik (reguler) didahului oleh tanda premenstruasi (mastalgia, kenaikan


berat badan karena meningkatnya cairan tubuh, perubahan mood / kram abdomen )
lebih cenderung bersifat ovulatori. Sedangkan, perdarahan lama yang terjadi dengan
interval tidak teratur setelah mengalami amenore berbulan–bulan, kemungkinan
bersifat anovulatori. Peningkatan suhu basal tubuh ( 0,3 – 0,6 C ), peningkatan kadar
progesteron serum ( > 3 ng/ ml ) & perubahan sekretorik pada endometrium yang
terlihat pada biopsi yang dilakukan saat onset perdarahan, semuannya merupakan
bukti ovulasi.
Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan : Suhu meningkat menandakan infeksi pelvis,
Takikardi dan hipotensi nenandakan hipovolemia (perdarahan ekstra peritoneal atau
intra peritoneal), sepsis, Petekiae atau ekimosis menandakan kelainan koagulasi.
2. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi & palpasi misalnya menunjukkan kehamilan / iritasi peritoneum. Uterus
yang membesar menandakan adanya kehamilan ektopik maupun missed abortion,
uterus yang lebih besar (dari ukuran kehamilan bila dilihat dari HPHT)
kemungkinan menandakan kehamilan mola, kehamilan ganda / kehamilan dalam
suatu uterus fibroid.
3. Pemeriksaan pelvis
Spekulum digunakan untuk memeriksa kuantitas darah & sumber perdarahan,
laserasi vagina, lesi servik, perdarahan ostium uteri, benda asing. Bimanual
digunakan untuk pemeriksaan patologis.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG, FSH, LH,
Prolaktin & androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan perdarahan
jika ada tampilan yang mengarah kesana.
Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b)
histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan
perdarahan tidak teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang gagal berespon
terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah pemeriksaan endometrium.
Penyakit organik traktus genitalia mungkin terlewatkan bahkan saat kuretase.
Maka penting untuk melakukan kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai
pada seluruh kasus perdarahan uterus abnormal berulang atau berat. Pada wanita
yang memerlukan investigasi, histeroskopi lebih sensitif dibandingkan dilatasi
dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas endometrium Laparoskopi :
Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam uji coba
terapeutik.
5. Data Diagnostik Tambahan
a. Biopsi endometrium atau kuretase yang dapat memberikan suatu diagnosis
histologi spesifik.
b. Biopsi vulva, vagina atau serviks, lesi harus dibiopsi kecuali jika lesi khas
untuk penyakit trofoblastik metastatik dan dapat berdarah hebat bila dibiopsi.
c. Cairan serviks untuk perwarnaan gram terutama jika dicurigai adanya infeksi.
d. Tes kehamilan terhadap hCG. Tes positif kuat mengesankan adanya jaringan
trofoblastik baik intra maupun ekstrauterin.
e. Determinasi serangkaian hematokrit.
f. Tes koagulasi dapat dilakukan bila dicurigai adanya kelainan Koagulasi.
g. Tes fungsi tiroid dapat diindikasikan sewaktu evaluasi lanjutan

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut (Wiknjoksastro, 2007) & (Estephan A. 2005), prinsip secara umum yaitu :
1. Menghentikan perdarahan à Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan
adalah sebagai berikut:
a. Kuret (curettage) à Hanya untuk wanita yang sudah menikah.
Obat (medikamentosa)
1) Golongan estrogen
Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol valerat
(nama generik) yang relatif menguntungkan karena tidak membebani
kinerja liver dan tidak menimbulkan gangguan pembekuan darah. Jenis
lain, misalnya: etinil estradiol, tapi obat ini dapat menimbulkan gangguan
fungsi liver. Dosis dan cara pemberian :
a) Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 2,5 mg diminum selama 7-10
hari.
b) Benzoas estradiol: 20 mg disuntikkan intramuskuler. (melalui bokong)
c) Jika perdarahannya banyak, dianjurkan nginap di RS (opname), dan
diberikan Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 25 mg secara
intravenus (suntikan lewat selang infus) perlahan-lahan (10-15 menit),
dapat diulang tiap 3-4 jam. Tidak boleh lebih 4 kali sehari.

Estrogen intravena dosis tinggi ( estrogen konjugasi 25 mg setiap 4


jam sampai perdarahan berhenti ) akan mengontrol secara akut melalui
perbaikan proliferatif endometrium dan melalui efek langsung terhadap
koagulasi, termasuk peningkatan fibrinogen dan agregasi trombosit.
Terapi estrogen bermanfaat menghentikan perdarahan khususnya pada
kasus endometerium atrofik atau inadekuat. Estrogen juga diindikasikan
pada kasus DUB sekunder akibat depot progestogen ( Depo Provera ).
Keberatan terapi ini ialah bahwa setelah suntikan dihentikan, perdarahan
timbul lagi.
2) Obat Kombinasi
Terapi siklik merupakan terapi yang paling banyak digunakan dan paling
efektif. Pengobatan medis ditujukan pada pasien dengan perdarahan yang
banyak atau perdarahan yang terjadi setelah beberapa bulan amenore. Cara
terbaik adalah memberikan kontrasepsi oral ; obat ini dapat dihentikan
setelah 3 – 6 bulan dan dilakukan observasi untuk melihat apakah telah
timbul pola menstruasi yang normal. Banyak pasien yang mengalami
anovulasi kronik dan pengobatan berkelanjutan diperlukan.
3) Golongan progesterone
Pertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional
bersifat anovulatoar, sehingga pemberian obat progesterone mengimbangi
pengaruh estrogen terhadap endometrium. Obat untuk jenis ini, antara
lain:
a) Medroksi progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum 7-10
hari.
b) Norethisteron: 3×1 tablet, diminum selama 7-10 hari.
c) Kaproas hidroksi-progesteron 125 mg secara intramuskular.
4) OAINS
Menorragia dapat dikurangi dengan Obat Anti Inflamasi Non Steroid.
Fraser dan Shearman membuktikan bahwa OAINS paling efektif jika
diberikan selama 7 hingga 10 hari sebelum onset menstruasi yang
diharapkan pada pasien DUB ovulatori, tetapi umumnya dimulai pada
onset menstruasi dan dilanjutkan selama espisode perdarahan dan berhasil
baik. Obat ini mengurangi kehilangan darah selama menstruasi
( mensturual blood loss / MBL ) dan manfaatnya paling besar pada DUB
ovulatori dimana jumlah pelepasan prostanoid paling tinggi.
2. Mengatur menstruasi agar kembali normal à Setelah perdarahan berhenti,
langkah selanjutnya adalah pengobatan untuk mengatur siklus menstruasi,
misalnya dengan pemberian: Golongan progesteron: 2×1 tablet diminum
selama 10 hari. Minum obat dimulai pada hari ke 14-15 menstruasi.
3. Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr% à Terapi yang ini
diharuskan pasiennya untuk menginap di Rumah Sakit atau klinik. Sekantong
darah (250 cc) diperkirakan dapat menaikkan kadar hemoglobin (Hb) 0,75 gr
%. Ini berarti, jika kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-kira
perlu sekitar 4 kantong darah.
Penatalaksanaan berdasarkan tipe AUB
1. Perdarahan uterus disfungsi yang anovulatoir
Pil kontrasepsi oral digunakan untuk mengatur siklus haid dan kontrasepsi.
Pada penderita dengan siklus haid tidak teratur akibat anovulasi kronik
(oligo ovulasi), pemberian pil kontrasepsi mencegah resiko yang berkaitan
dengan stimulasi estrogen berkepanjangan terhadap endometrium yang
tidak diimbangi dengan progesteron (“unopposed estrogen stimulation of
the endometrium”). Pil kontrasepsi secara efektif dapat mengendalikan
perdarahan anovulatoir pada penderita pre dan perimenopause. Bila
terdapat kontraindikasi pemberian pil kontrasepsi ( perokok berat atau
resiko tromboflebitis) maka dapat diberikan terapi dengan progestin secara
siklis selama 5 – 12 hari setiap bulan sebagai alternatif.

DOSIS MAKSUD
• Etinil estradiol 20 – 35 mcg + • Mengatur siklus haid
progestin monofasik tiap hari • Kontrasepsi
• Pil 35 mcg 2 – 4 kali sehari selama • Mencegah hyperplasia
5 – 7 hari sampai perdarahan endometrium
berhenti dan diikuti dengan • Penatalaksanaan perdarahan
penurunan secara bertahap sampai 1 yang banyak namum tidak
pil 1 kali perhari dan dilanjutkan bersifat gawat darurat
dengan pemberian pil kontrasepsi
selama 3 siklus
• 5 – 10 mg / hari selama 5 – 10 hari • Mengatur siklus haid
@ bulan • Mencegah hiperplasia
endometrium
2. Perdarahan uterus disfungsi ovulatoir
Terapi medikamentosa untuk kasus menoragia terutama adalah NSAID
(asam mefenamat) dan AKDR-levonorgesterel (Mirena). Efektivitas asam
mefenamat, pil kontrasepsi, naproxen, danazol terhadap menoragia adalah
setara.
Efek samping dan harga dari androgen (Danazol atau GnRH agonis)
membatasi penggunaannya bagi kasus menoragia, namun obat-obat ini
dapat digunakan dalam jangka pendek untuk menipiskan endometrium
sebelum dikerjakan tindakan ablasi endometrium.
Obat antifibrinolitik secara bermakna mengurangi jumlah perdarahan,
namun obat ini jarang digunakan dengan alasan yang menyangkut
keamanan ( potensi menyebabkan tromboemboli).
3. Pembedahan
Bila terapi medis gagal atau terdapat kontraindikasi maka dilakukan
intervensi pembedahan. Terapi pilhan pada kasus adenokarsionoma adalah
histerektomi, tindakan ini juga dipertimbangkan bila hasil biopsy
menunjukan atipia.

TINDAKAN ALASAN
Histeroskopi operatif Abnormalitas struktur intra uteri.
Mimektomi (abdominal, Mioma uteri.

laparoskopik, histeroskopik)
Reseksi endometrial Terapi menoragia atau menometroragia resisten.

Transervikal
Ablasi endometrium (thermal Terapi menoragia atau menometroragia resisten dalam
balloon/roller ball) rangka penatalaksanaan perdarahan uterus akut yang
resisten
Embolisasi arteri uterina Mioma uteri.
Histerektomi Hiperplasia atipikal, karsinoma endometrium.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
REPRODUKSI (PERDARAHAN IKTERUS ABDOMEN)

Kasus:

A. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Identitas pasien
Nama : Nn. H
TTL : Lumpatan , 22 Januari 2005
Alamat : Dusun I lumpatan
Status Perkawinan: Belum menikah
Agama : Islam
Suku : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
No.register : 102046
Diagnosa Medis : PUA / Perdarahan Uterus Abnormal
Tanggal Masuk : 29 Januari 2020 jam 09.58 WIB
Tanggal Pengkajian : 29 Januari 2020 jam 16.00 WIB
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. H
TTl : Lumpatan , 20 Mei 1984
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien: Ayah kandung
Alamat : Dsn I lumpatan
2. Alasan Masuk RS
Menstruasi terus menerus
3. Keluhan Utama saat dikaji
Menstruasi terus menerus
4. Kesehatan sekarang
+ lebih 2 hari sebelum MRS pasien mengeluh menstruasi terus menerus, keluar darah segar
(+) sehari ganti keluar gumpalan seperti hati ayam, nyeri simfisis (+), pusing (+), pingsan
(+), TTV : TD = 110/70 mmhg , Nadi = 80x/menit, RR = 20 x/menit, T = 36 0 C
5. Riwayat Kesehatan Dahulu : Tidak ada
6. Riwayat Kesehatan Keluarga : tidak ada yang menderita penyakit

Keterangan :
: laki-laki

: perempuan

: Klien /pasien perempuan


: Laki-laki meninggal/ Perempuan meninggal
7. Riwayat Obtetri Ginekologi
a. Riwayat Ginekologi
1) Riwayat menstruasi
2) Menrchea : 14 tahun
3) Lamanya haid : 24 hari
4) Siklus : 7 hari
5) Banyaknya : 3 x ganti pembalut
6) Sifat darah (warna , bau , cair / gumpalan , dismenor) : keluar darah segar (+) sehari
ganti keluar gumpalan seperti hati ayam
7) HPHT : 8 Desember 2019
8) Taksiran persalinan :-
b. Riwayat Perkawinan : Pasien belum menikah
c. Riwayat Kontrasepsi : Pasien belum menikah
d. Riwayat Obstetri : Pasien belum menikah
8. Data Biologis
a. Aktivitas kehidupan sehari-hari / ADL

No ADL (Activity Sebelum Sakit Setelah sakit


Daily Living)
1 Nutrisi dan Nafsu makan baik Porsi Nafsu makan baik Porsi
Cairan makan yang diberikan makan yang diberikan
dihabiskan ( 1 porsi) dihabiskan ( 1 porsi)
Minum : 1500 cc / hari Minum : 1500 cc / hari
2 Istihrahat dan Pasien mengatakan tidur ± Pasien mengatakan tidur ±
Kenyamanan 8 jam dari pukul 21.00 8 jam dari pukul 21.00
sampai 04.00. sampai 04.00.
3 Eliminasi Pasien mengatakan BAB rutin Pasien mengatakan BAB
sehari sekali dengan rutin sehari sekali dengan
konsentrasi lunak, warna konsentrasi lunak, warna
kuning, bau khas. Tidak kuning, bau khas. Tidak
mengalami kontipasi dan mengalami kontipasi dan
tidak mengalami kontipasi. tidak mengalami kontipasi.
BAK warna jernih, bau khas, BAK bercampur darah
tidak nyeri. menstruasi ( 1200 cc/24
jam) , nyeri daerah
simfisis, output cairan :
2000 cc
4 Mobilisasi dan Pasien mengatakan aktivitas Pasien mengatakan Pusing
Latihan setiap hari tanpa ada saat beraktivitas dan mata
gangguan dan bekerja sebagai berkunang- kunang banyak
ibu ruamah tangga. istirahat dan tiduran

2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Penampilan umum
Kondisi umum : Ku lemah
Tingkat kesadaran : Compos mentis
TTV : TD = 110/70 mmhg , Nadi = 80x/menit, RR = 20 x/menit,
T = 36 0 C
b. Sistem pernapasan
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat retraksi dinding dada
Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris , Tidak teraba massa
Perkusi : Sonor
Auskultasi : vesikuler
c. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : Iktus Cordis normal terlihat
Palpasi : iktus cordis teraba
Perkusi : Pekak
Auskultasi : bunyi jantung normal (S1 = Lup) , S2 = dup , tidak ada bunyi
jantung tambahan
d. Sistem Pencernaan
Inspeksi : simetris , mukosa bibir kering , asites (-)
Palpasi : tidak teraba massa , distensi Abdomen
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus ( 16 x/menit)
e. Sistem Persyarafan : kejang (-) , status mental baik , refelk patella kiri (+)/
kanan (+)
f. Sistem panca indera : fungsi penglihatan baik , fungsi pendengaran baik, fungsi
penciuman baik , pengecapan baik
g. Sistem perkemihan : kandung kemih kosong, hematuria (+) , jumlah urine 1500
ml / 24 jam, hematuria (+)
h. Sistem integument : kulit bersih, turgor kurang elastis, mukosa bibir kering,
striae (-)
i. Sistem endokrin : menstruasi terus menerus , tremor tidak ada , tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid
j. Sistem muskuloskletal : ku lemah, ROM aktif , skala kekuatan
k. Sistem Reproduksi : Simetris, kebersihan cukup, menstruasi (+), 3 x ganti
pembalut (60 cc). Pasien tampak lemah , Ekspresi wajah tampak meringis, Skala
nyeri 5 ( sedang), Frekuensi hilang timbul, Kualitas : seperti ditusuk -tusuk ,
Durasi : 2-3 menit , Lokasi nyeri : daerah simpisis fubis.\

Data Psikologis spiritual


1. Psikososial
a. Pola pikir dan persepsi
Pasien mengatakan tidak tahun tentang penyakitnya
b. Persepsi diri
Pasien berharap penyakitnya dapat disembuhkan
c. Konsep diri
Pasien mengetahui dirinya berjenis kelamin perempuan
d. Hubungan Komunikasi
Klien menggunakan Bahasa daearah saat berkomunikasi
e. Kebiasaan seksual Klien belum menikah.
f. Spiritual / Keyakinan
g. Pasien beragama Islam, melakukan ibadah secara teratur, dan berikhtiar kepada
Tuhan-nya mengenai kesehatan dirinya dan kandugannya saat ini.

Terapi

Terapi Cara Dosis Golongan Indikasi


pemberian
Kalnex injeksi Intravena 3 mg x 500 Antifibrinolitik Untuk mencegah
perdarahan
Asam Oral 3 x 500 tablet Analgesik Untuk mencegah
mefenamat rasa nyeri
Tablet
Norelut Oral 3 x 1 tablet Hormon Untuk mengatur
siklus menstruasi
Asering Intravena 20 tpm Cairan koloid Hidrasi

Pemeriksaan penunjang

Tanggal Jenis Hasil Satuan Nilai Normal


pemeriksaan pemeriksaan
29 Januari Hematologi
2020
DARAH

LENGKAP +
LED
Hemoglobin 4,9 g/dL 13.4 – 19.9
Lekosit 3,1 10^3/mm^3 9.4 – 34.0
Eritrosit 2,14 10^6/dL 4.80 – 6.90
Trombosit 299 10^3/mm^3 150 – 400
Hematokrit 16,0 ∞ 42.0 – 65.0
MCV 75,0 fL 94.0 – 118.0
MCH 23,0 Pg 31.0 – 37.0
MCHC 30,6 g/L 30.0 – 36.0
Hitung Jenis
Basofil 0 ∞ 0–2
Eosinofil 1 ∞ 0–5
Neurotrofil 39,0 ∞ 40 – 80
Limposit 48 ∞ 0–4
Monosit 11 ∞ 20 – 40
Golongan 0(+) ∞ 5 – 15
darah &
Rhesus
Tes
Kehamilan
B Hcg test Negative
pack

ANALISA DATA
No Data Etiologi
Masalah
keperawatan
1 DS : Faktor resiko Nyeri Akut
Klien mengatakan nyeri
daerah kandung kemih. Agen Cedera Fisik
P : Pasien mengeluh nyeri
saat beraktivitas Gangguan
Q : seperti ditusuk –tusuk keseimbangan hormone
R : daerah simpisis fubis uterus
S : 5 (sedang)
T : 2-3 menit Perdarahan abnormal
DO :
- Pasien tampak lemah Perpindahan cairan ke intra
- Ekspresi wajah tampak sel
meringis
- TTV : Merangsang reseptor nyeri
TD = 110/70 mmhg , di SSP
Nadi = 80x/menit,
RR = 20 x/menit, Mengeluarkan mediator
T = 36 0 C nyeri ; prostaglandin,
bradikin dan histamine

Nyeri Akut
2 DS : Sekresi eritropoitis turun Intoleransi aktivitas
Pasien mengatakan Pusing
saat Beraktivitas dan mata Produksi HB turun
berkunang-kunang banyak Oksihemoglobin turun
istirahat dan tiduran
DO : Suplay O2 turun
- Pasien tampak lemah Kelemahan
- Pasien bedrest
- Pusing (+) Intoleransi aktivitas
- Konjungtiva anemis
- Pucat (+)
- Hb = 4,9 g/dl
- Eritrosit = 2,14

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Hari/tgl Diagnose Tujuan dan Intervensi


kriteria hasil
1 Rabu Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Observasi
29/01/2020 pencedera fisiologis tindakan - Identifikasi
(mis. Inflamasi, keperawatan selama lokasi,
iskemia, neoplasma) 1x24 jam maka karakteristik,
tingkat nyeri dengan durasi,
kriteria hasil : frekuensi,
1. Keluhan nyeri kualitas,
(4-cukup intensitas nyeri.
menurun) - Identifikasi
2. Meringis (3- skala nyeri
sedang) Terapeutik
- Fasilitasi
istirahat dan
tidur
Edukasi
- Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2 Rabu Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Observasi
29/01/2020 b.d kelemahan tindakan - Monitor pola
keperawatan selama dan jam tidur.
1x24 jam maka - Monitor lokasi
aktivitas klien dan
terpenuhi ketidaknyamana
Kriteria hasil : n selama
1. Perasaan lemah melakukan
3 (sedang) aktivitas
Terapeutik
- Berikan
aktivitas
distraksi yang
menenangkan
Edukasi
- Anjurkan tirah
baring
- Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan
makanan.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/tgl Diagnose Jam Implementasi Respon


Rabu Dx. I 08.00 Observasi Observasi
29/01/202 - Mendentifikasi lokasi, - lokasi nyeri
0 karakteristik, durasi, abdomen
frekuensi, kualitas, - Skala nyeri 3
intensitas nyeri. Terapeutik
- Mengidentifikasi skala - Merelaksasikan
nyeri tubuh agar lebih
08.30 Terapeutik nyaman dan nyeri
- Menfasilitasi istirahat bias dikurangi
dan tidur Edukasi
09.20 Edukasi - Untuk
- Menganjurkan bertanggung
memonitor nyeri secara jawab atas
mandiri kesehatan sendiri
10.00 Kolaborasi Kolaborasi
- Mengkolaborasi - Tindakan
pemberian analgetik, kolaborasi
jika perlu pemberian
analgetik untuk
mendapatkan rasa
control terhadap
nyeri
Obat yang pasien
peroleh Asam
mefenamat
Tablet 3x500
Rabu Dx. II 08.00 Observasi Observasi
29/01/202 - Memonitor pola dan jam - Pola tidur yg
0 tidur. teratur dapat
- Memonitor lokasi dan meningkatkan
ketidaknyamanan tingkat
selama melakukan kesembuhan
aktivitas pasien
08.30 Terapeutik Terapeutik
- Libatkan keluarga dalam - Untuk
aktivitas bertanggung
jawab kesehatan
09.20 Edukasi sendiri untuk
- Menganjurkan tirah mencegah nyeri
baring Edukasi
- Mengajarkan strategi - Mengetahui
koping untuk sejaum mana
mengurangi kelelahan kemampuan klien
10.00 Kolaborasi dalam bergerak.
- Mengkolaborasi dengan - Untuk
ahli gizi tentang cara menegtahui
meningkatkan asupan sejauh mana
makanan tingkat kelemahan
klien
Kolaborasi
- Pengaturan
menuyang sesuai
dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi
klien

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tgl/ Dx Evaluasi P T H
jam
Rabu 1 S:
29/01/20 Klien mengatakan nyeri daerah kandung kemih
20 berkurang
08.00 P : Pasien mengeluh nyeri saat beraktivitas
Q : seperti ditusuk –tusuk
R : daerah simpisis fubis
S : 5 (sedang)
T : 2-3 menit
O:
- Pasien tampak lemah
- Ekspresi wajah tampak meringis
TTV :
TD = 110/70 mmhg ,
Nadi = 80x/menit,
RR = 20 x/menit,
T = 36 0 C
A:
masalah teratasi sebagian…..
Dx 1 : Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (mis.
Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan)
1. Keluhan nyeri (cukup menurun)
3 4 4
2. Meringis (sedang)
3 4 4
P:
Intervensi dihentikan

Rabu 2 S:
29/01/20 Pasien mengatakan sudah mulai dapat beraktivitas
20 dan tidak pusing lagi
08.00 O:
- Ku membaik
- Klien tampak mulai beraktivitas secara mandiri
- Pusing (-)
- Konjungtiva tidak anemis
- Pucat (-)
A:
Masalah teratasi….
Dx II : intoleransi aktivitas b.d kelemahan
1. Perasaan lemah (sedang) 3 4 3
P:
Intervensi diteruskan

Anda mungkin juga menyukai