Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN BO (Blighted Ovum)

DI RUANG PONEK
RUMAH SAKIT ISLAM SAKINAH MOJOKERTO

I. PENGERTIAN

Blighted Ovum (BO) adalah kehamilan tanpa janin (anembryonic

pregancy), jadi cuma ada kantong gestasi (kantong kehamilan) dan air ketuban

saja.

Kehamilan anembryonic mengacu pada kehamilan di mana kantung

kehamilan berkembang di dalam rahim, namun kantung kosong dan tidak

mengandungembrio. Penjelasan yang paling mungkin adalah bahwa embrio

berhenti berkembang pada tahap yang sangat awal dan itu kembali diserap.

Kehamilan Anembryonic" berarti kehamilan tanpa embrio.

Dikenal sebagai "kehamilan anembryonic" terjadi ketika telur yang

telah dibuahi menempel pada dinding rahim, tetapi embrio tidak

berkembang.Sel berkembang untuk membentuk kantung kehamilan, tetapi

tidak embrio itu sendiri.

Blighted ovum adalah jenis umum keguguran. Ini terjadi ketika telur

dibuahi di dalam rahim tetapi embrio yang dihasilkan berhenti berkembang

sangat awal atau tidak terbentuk sama sekali. (Dr Umesh Jindal)

Blighted ovum (anembryonic pregnancy) terjadi pada saat ovum yang

sudah dibuahi menempel ke dinding uterus, tapi embrio tidak berkembang.

Sel-sel berkembang membentuk kantong kehamilan, tapi tidak membentuk

embrio itu sendiri. Blightedovum biasanya terjadi pada trimester pertama

sebelum wanita tersebut mengetahui tentang kehamilannya.

1
II. PENYEBAB (ETIOLOGI )

1. Kelainan kromosom pada saat proses pembuahan sel telur dan sel sperma

(kualitas seltelur yang tidak bagus).

2. Blighted ovum merupakan penyebab sekitar 50% keguguran trimester

pertama dan biasanya merupakan akibat dari masalah kromosom. Tubuh

wanita mengenali kromosom abnormal pada janin dan secara alami tidak

mencoba untuk melanjutkan kehamilan karena janin tidak akan

berkembang menjadi bayi yang sehat. Hal ini dapat disebabkan oleh

pembelahan sel abnormal, atau kualitas sperma yang buruk atau telur.

3. Infeksi dari torch, kelainan imunologi dan penyakit diabetes dapat ikut

menyebabkan terjadinya blighted ovum.

4. Faktor usia semakain tinggi usia suami atau istri, semakin tinggi pula

peluang terjadinya blighted ovum.

III. TANDA GEJALA (MANIFESTASI KLINIS)

a. Pada awal kehamilan berjalan baik dan normal tanpa ada tanda-tanda

kelainan

b. Kantung kehamilan terlihat jalas, tes kehamilan urin positif

c. Blighted ovum terdeteksi saat ibu melakukan USG pada usia kehamilan

memasuki 6-7 minggu.

d. Kemungkinan memiliki kram perut ringan, dan atau perdarahan bercak

ringan.

e. Blighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali. Gejala dan

tanda-tanda mungkin termasuk :

1. Periode menstruasi terlambat

2. Kram perut

3. Minor vagina atau bercak perdarahan

4. Tes kehamilan positif pada saat gejala

2
5. Ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul

keluhan perdarahan

6. Hampir sama dengan kehamilan normal

7. Gejala tidak spesifik (perdarahan spotting coklat kemerah-

merahan, kram perut,bertambahnya ukuran rahim yang lambat)

8. Tidak sengaja ditemukan dengan USG

3
IV. PATOFISIOLOGI

Etiologi (faktor resiko) Tanda dan gejala

1. Kelainan kromosom dalam 1. Pada awal pemeriksaan kehamilan menunjukkan


pertumbuhan sel sperma dan sel hasil yang positif
telur
2. Selanjutnya pertumbuhan plasenta akan berhenti,
2. Infeksi rubella, infeksi TORCH,
kelainan imunologi dan diabetes kadar hormone HCG akan menurun dan akhirnya
meletus yang tidak terkontrol gejala kehamilan menghilang
3. Faktor usia
3. Hasil pemeriksaan USG saat usia kehamilan
4. Kelainan genetik
5. Kebiasaan merokok dan alkohol lebih dari 3 minggu rahim mulai kososng
4. Biasanya terjadi setelah usia kehamilan 3 bulan
5. Rasa tidak nyaman di perut
6. Keluar bercak perdarahan dari vagina

Pemeriksaan penunjang
USG

Diagnose BO (Brighted
Ovum)

Penatalaksanaan
diterminasi dengan dilatasi
dilanjutkan dengan
kuretase

Komplikasi post kuretase

Robekan servik Darah keluar pervagina Pervorasi uterus

Terjadi luka pada servik Resiko Resiko Rasa nyeri pada Resiko kerusakan
syok perdarahan intergritas
abdomen
jaringan
Resiko infeksi
Kurang pengetahuan
Nyeri akut

Kecemasan / ansietas

4
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah

abortus.

2. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih

hidup.

3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.

VI. PENATALAKSANAAN

Jika telah di diagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah

mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan

dianalisa untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi

penyebabnya . Jika karena infeksi maka dapat diobati sehingga kejadian ini

tidak berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program

imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan. Lebih penting adalah

trauma mental untuk pasangan. Hal ini membutuhkan konseling dan

meyakinkan mereka bahwa proses ini sangat umum. Hal ini lebih baik untuk

menghindari kehamilan selama 2 bulan dan dapat mencoba lagi. Tidak perlu

menunggu sangat lama.Umumnya sel telur blighted adalah kejadian acak dan

kemungkinan pengulangan cukup kurang.

VII. KOMPLIKASI

1. Perdarahan (hemorrhage)

2. Perforasi : sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh

tenaga yang tidak ahli.

3. Infeksi dan tetanus.

4. Gagal ginjal akut

5. Syok pada abortus dapat disebabkan oleh :

 Perdarahan yang banyak

 Infeksi berat / sepsis disebut syok septik endoseptik

5
VIII. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas
b. Riwayat penyakit
1) Riwayat kesehatan dahulu
Untuk mengetahui apakah klien pernah atau tidak pernah menderita
penyakit menular (seperti TBC, kusta), penyakit menurun (DM, HT, asma,
dll) serta serta penyakit infeksi seperti TORCH. Infeksi dari torch,
kelainan imunologi dan penyakit diabetes dapat ikut menyebabkan
terjadinya blighted ovum.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui bagaimana keadaan kesehatan klien saat ini, apakah
klien sedang menderita menular (seperti TBC, kusta), penyakit menurun
(jantung, Diabetes,hipertensi, asma, dll) serta penyakit infeksi seperti
TORCH. Infeksi dari torch, kelainan imunologi dan penyakit diabetes
dapat ikut menyebabkan terjadinya blighted ovum.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarganya/ keluarga suaminya ada atau
tidak yang mempunyai penyakit menurun (seperti DM, HT, asma, dll),
penyakit menular(TBC, Kusta) serta ada atau tidak yang mempunyai
keturunan kembar, bila ada siapa. Perlu dikaji untuk mengetahui penyakit
yang diderita keluarga yang dapat menurunatau menular pada ibu
sehingga mempengaruhi masa kehamilan.
c. Pemeriksaan fisik
1) Kepala dan Wajah
Meliputi keadaan rambut, apakah ada edema pada wajah , warna pada
sklera mata,warna konjungtiva.
2) Leher
Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid, pembesran pembuluh limfe, dan
pembesaran vena jugularis.
3) Payudara
Mengamati bentuk, ukuran, dan kesimetrisannya, puting susu menonjol
atau masuk ke dalam. Adanya kolostrum atau cairan lainnya, misalnnya
ulkus, retraksi akibat adanya lesi,masa atau pembesaran pembuluh limfe.
4) Abdomen
Terdapat linea nigra, striae uvidae/albican,dan terdapat pembesaran
abdomene.

6
5) GenetaliaApakah terdapat varices pada vulva dan vagina, oedema,
condilomatalata, condylomaacuminata, pembesaran kelenjar skene dan
bartholini, keputihan dan untuk mengetahui adanya kelainan alat
reproduksi
2. Diagnosa keperawatan

 Nyeri berhubungan dengan agen injuri biologis.

 Cemas berhubungan dengan status kesehatan

 Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui

rute normal (perdarahan)

 Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif

3. Rencana keperawatan

DIANGOSA TUJUAN DAN KRITERIA


NO INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL
1 Nyeri berhubungan NOC : NIC :
dengan agen injuri  Managemen nyeri Managemen nyeri
biologis  Administrasi analgesic 1. Lakukan pengkajian
Setelah dilakukan tindakan nyeri secara
keperawatan dalam ….x24 komprehensif termasuk
jam nyeri menurun. Dengan lokasi, frekuensi, durasi,
kriteria hasil : kualitas dan faktor
1. Melaporkan nyeri presipitasi.
berkurang/ hilang 2. Observasi reaksi non
2. Ketegangan otot verbal dari
berkurang/ hilang ketidaknyamanan.
3. Dapat istirahat 3. Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri
pasien.
4. Kurangi faktor
presipitasi nyeri.
5. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
(teknok relaksasi).
6. Berikan analgetik untuk

7
mengurangi nyeri.
7. Tingkatkan istirahat
Administrasi analgetik
1. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi.
2. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur.
3. Berikan analgesic tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat.
4. Evaluasi efektifitas
analgesic, tanda dan
gejala (efek samping)
2 Cemas berhubungan NOC : Peningkatan koping NIC :
dengan perubahan Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan informasi
status kesehatan keperawatan selama ….x24 factual mengenai
jam cemas berkurang diagnosis, pengobatan
dengan kriteria hasil : dan prognosis.
1. Klien menunjukkan 2. Dukung penggunaan
kecemasan berkurang mekanisme koping yang
2. Secara verbal klien tepat.
mengatakan cemas 3. Gunakan pendekatan
dapat teratasi pada level yang menenangkan.
yang dapat ditangani 4. Dukung pengungkapan
oleh pasien sendiri secara verbal tentang
perasaan dan ketakutan.
5. Turunkan rangsangan
lingkungan yang dapat
diartikan sebagai suatu
ancaman.
3 Resiko kekurangan NOC : Manajemen cairan NIC :
cairan berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor status hidrasi
dengan kehilangan keperawatan selama ….x24 2. Monitor vital sign
cairan melalui rute jam kebutuhan cairan 3. Monitor masukan

8
normal (perdarahan) terpenuhi dengan kriteria makanan
hasil : 4. Dorong masukan oral
1. TTV dalam batas
normal
2. Intake dan output
seimbang
4 Resiko infeksi NOC : NIC :
berhubungan dengan  Kontrol infeksi Kontrol infeksi
prosedur infasif  Perlindungan infeksi 1. Batasi pengunjung bila
Setelah dilakukan tindakan perlu
keperawatan selama ….x24 2. Gunakan sabun
jam tidak terjadi infeksi antiseptic untuk cuci
dengan kriteria hasil : tangan
1. Tidak didapatkan tanda 3. Cuci tangan sebelum
terjadinya infeksi dan sesudah tindakan
2. Tidak didapatkan 4. Pertahankan tindakan
fatigue kronis yang aseptic selama
3. Temperatur badan tindakan perawatan.
sesuai yang diharapkan 5. Berikan terapi antibiotic
dengan interval 36,5⁰C jika perlu
– 37,5⁰C 6. Tingkatkan intake
nutrisi
Perlindungan infeksi
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
local
2. Dorong untuk istirahat
3. Ajarkan pasien dan
keluarga untuk
menghindari infeksi
4. Berikan perawatan kulit

9
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorho use. 2001. Rencana Perawatan


Maternal/Bayi Edisi 2. Jakarta : EGC

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Ajaran Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP

Mansjoer, Arif Dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta :
Media Aesculapius

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

10
11

Anda mungkin juga menyukai