Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN

PENDAHULUAN

PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK MASA NIFAS

DAN MENYUSUI DENGAN SYNDROM POST PARTUM BABY

BLUES

Oleh:

RIZKA
PURNAMA

P0
5140521030

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI
BIDAN
2021
HALAMAN
PENGESAHAN

Laporan
Pendahuluan

“PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK MASA NIFAS DAN

MENYUSUI DENGAN SYNDROM POST PARTUM BABY BLUES “

Oleh:

RIZKA
PURNAMA
P0
5140521031

Menyetuju
i
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ratna Dewi, SKM.MPH NIP.


197810142001122001

Satiarmi, SST
NIP. 197005301989112001

Mengetahui,
Ketua program studi pendidikan profesi bidan
Diah Eka Nugraheni, SST, M. Keb
NIP. 198012102002122002

KATA
PENGANTAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini. Penulisan
laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas Praktik Kebidanan Fisiologi
Holistik Nifas dan Menyusui. Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan
bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bunda Yuniarti, SST, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes

Bengkulu.
2. Bunda Diah Eka Nugraheni, M.Keb selaku Ketua Prodi

Akademik Profesi Bidan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.


3. Bunda Ratna Dewi, SKM, MPH selaku pembimbing akademik
4. Bidan Satiarmi, S.Tr.Keb, selaku pembimbing lahan.

Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari


bahwa penulisan laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir
kata, penulis berharap semoga laporan pendahuluan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bengkulu, September 2021

Penyusun
DAFTAR
ISI

Halama

n HALAMAN JUDUL

....................................................................................... i HALAMAN

PENGESAHAN ......................................................................... ii KATA

PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR

ISI.................................................................................................... iv BAB I

TINJAUAN TEORI ........................................................................... 1

BAB II TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN ............................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27


BAB I

TINJAUAN
TEORI

A. Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai

alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa

nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari. Periode post natal adalah

waktu penyerahan dari selaput dan plasenta (menandai akhir dari periode

intrapartum) menjadi kembali ke saluran reproduktif wanita pada masa sebelum

hamil. Periode ini juga disebut puerperium.

Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai

dengan 6 minggu berikutnya. Masa nifas adalah masa sesudah persalinan

dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan

kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6

minggu.

2. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

a. Sistem Reproduksi

1) Perubahan kelenjar mamae

Pada masa pertengahan masa kehamilan masing-masing dari kedua

tunas kelenjar mama pada janin yang ditakdirkan membentuk

payudara mulai tumbuh dan memisah,dengan pembentukan 15 sampai

25 tunas sekunder yang menjadi dasar bagi sistem duktus pada payudara

dewasa. Masing-masing tunas sekunder memanjang menjadi sebuah

tali,bercabang, dan berdiferensiasi menjadi dua lapisan konsentrik dari


sel-sel kuboid dan sebuah limen sentral. Lapisan sel bagian dalam

akhirnya membentuk epitel sekretorik, yang


mensintesis air susu, sedangkan lapisan luar menjadi mioepitel,

yang menyediakan mekanisme pengeluaran air susu.

Pada hari kedua post partum sejumlah kolostrum, cairan yang disekresi

oleh payudara selama 5 hari pertama setelah kelahiran bayi, dapat

diperas dari putting susu. Kolostrum lebih banyak mengandung lebih

banyak protein, yang sebagian besar adalah globulin, dan lebih

banyak mineral tetappi gula dan lemak lebih sedikit. Meskipun

demikian kolostrum mengandung globul lemak agak besar didalam yang

disebut korpuskel kolostrum,yang oleh beberapa hari diaanggap

merupakan sel-sel epitel yang mengalami degenerasi lemak dan oleh

ahli lain dianggap fagost mononuclear yang mengandung cukup banyak

lemak. Sekresi kolostrum bertahan selama 5 hari, dengan perubahan

bertahap menjadi susu matur. Antibody mudah ditemukan

didalam kolostrum. Kandungan immunoglobulin A mungkin

memberikan perlindungan pada neonates melawan infeksi enteric.

Faktor-faktor kekebalan hostpes lainnya, juga imunoglobuli-

imunoglobulin, terdapat didalam kolostrum manusia dan air susu.

Faktor-faktor ini meliputi komponen komplemen, makrofag, limfosit,

laktoperoksidase, dan lisozim.

Kompenen utama air susuadalah protein, air, laktosa, dan lemak. Air

susu isotonic dengan plasma, dengan laktosa bertanggung jawab terhadap

separuh tekanan osmotiknya. Protein utama didalam air susu ibu

laktal bumin, dan kasein disintesis didalam reticulum endoplasmic kasar

sel sekretorik alveoli. Asam amino esensial dari darah, dan asam

amino non esensial sebagian berasal dari dari darah atau disintesis

didalam kelenjar mamma. Kebanyakan protein air susu adalah protein-


protein unik yang tidak ditemukan dimanapun. Juga prolaktin nampaknya

secara aktif disekresi didalam air susu.


Air susu manusia mengandung konsentrasi rendah besi. Tetapi besi

didalam air susu manusi absorbsinya lebih baik dari pada besi didalam

susu sapi. Simpanan besi itu tampaknya tidak mempengaruhi jumlah

besi didalam air susu. Kelenjar mamma seperti kelenjar teroit

menghimpun yudium didalam air susu. Konsentrasi perkiraan komponen

yang lebih penting didalam kolostrum, air susu manusia matur

konsentrasi ini dapat bervariasi tergantung penelitian saaat nifas.

Mekanisme humural dan neural tepatnya yang terlibat didalam laktasi

jelas kompleks. Progesteron, esterogen,dan laktogen plasenta, dan

prolaktin, kortisol dan insulin tampaknya bekerja secara selaras untuk

merangsang pertumbuhan dan perkembangan apparatus pensekresi susu

pada kelenjar mamma. Dengan kelahiran, terdapat penurunan mendadak

dan besar kadar progesterone dan esterogen, yang berfungsi mengawali

laktasi. Laktasi tidak dimulai sampai pada akhir kehamilan karena

kadar eksterogen dan progesterone yang tinggi selama kehamilan

mengganggu kerja laktogenik prolaktin dan seteroid adrenal.

Sebaliknya dalam keadaan normal, intensitas dan lama laktasi

berikutnya dikontrol sebagaian besar oleh perangsangan berulang-ulang

proses menyusui. Prolaktin penting bagi laktasi, wanita dengan

mikrosis hipofisis luas, seperti pada sindrom Sheehan, tidak mengalami

laktasi. Meskipun prolaktin plasma turun setelah kelahiran hingga

mencapai kadar yang jauh lebih rendah daripada selama kehamilan,

setiap tindakan isappan putting mencetuskan peninggian kadar

prolaktin. Agaknya suatu rangsang dari payudara mengurangi

pelepasan faktor penghambat prolaktin dari hipotalamus, yang


pada gilirannya menginduksi peningkatan sekresi sementara

prolaktin oleh hipofisis.

Neuro hipofisis secara berdenyut mensekresi oksitosin, yang

merangsang pemerasan susu dari payudaralaktasi dengan menyebabkan

kontraksi sel-sel mioepietel dialveoli dan duktus-duktus susu kecil

sebenarnya, mekanisme ini telah dipakai untuk melakukan assai aktivitas

oksitosin didalam cairan-cairan biologi. Pengeluaran air susu

merupakan sebuah reflek khususnya diinisiasi oleh isapan putting susu,

yang merangsang neorohipofisis untuk melepaskan oksitosin oleh

tangisan bayi atau dihambat oleh rasa takut atau stress.

Pada wanita yang berlaktasi tetapi mulai mengalami ovulasi

lagi,terdapat perubahan akut komposisi air susu 5 sampai 6 hari

sebelum dan 6 sampai 7 hari setelah ovulasi. Perubahan ini

mendadak dan ditandai dengan meningkatnya konsentrasi natrium

dan klorida, bersamaan dengan menurunyya konsentrasi kalium,

laktosal dan glukosa. Wanita yang menjadi hamil tetapi terus menyusui,

komposisi air susu mengalami perubahan progresif yang mengesankan

hilangnya secara perlahan aktifitas sekretorik dan metabolic payudara.

Antibody terdapat didalam kolostrum dan air susu manusia,

tetapi diabsorbsi dengan buruk, bahkan tidak sama sekali dari usus bayi.

Tidak ada antibody antide yang terdeteksi didalam bayi yang disusui susu

yang mengandung titter tinggi antibody antide tetapi keadaan ini tidak

perlu mengurangi pentingnya beberapa antibody didalam asi.imunno

globulin yang menonjol didalam air susu adalah IgA secretorik, sebuah

makro mulekul yang penting dalam proses antimikroba pada membram

mukossa diseberang tempat sekresinya.


Hampir 2/3 wanita memberikan asi pada bayi-bayi berumur 1 minggu,

dibanding dengan kurang dari 1/3 pada 25 tahun sebelumnya. Air susu

pada awalnya tampak tidak cukup, suplay ini menjadi cukup

kalau suplay penyusuan diteruskan. Menyusui juga mempercepat

involusi rahim, karena berulang pada putting melalui pelepasan oksitosin

menyebabkan peningkatan kontraksi miometrium.

2) Perubahan Pada Uterus

Dalam masa nifas, uterus akan berangsur-angsur pulih kembali seperti

keadaan sebelum hamil. Perubahan uterus ini dalam keseluruhannya

disebut involusi. Involusi disebabkan oleh :

a) Pengurangan estrogen

plasenta b) Iskemia

Miometrium.

c) Otolisi miometrium.

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involisu :

No Waktu involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

1 Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gr

2 Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gr

3 1 minggu Pertengahan pusat-simfisis 500 gr

4 2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gr

5 6 minggu Bertambah kecil 50 gr

6 8 minggu Sebesar normal 30gr


Lochea adalah cairang secret yang berasal dari cavum uteri dan

vagina selama masa nifas. Lochea mempunyai bau amis (anyir),

meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda pada

setiap wanita. Lochea


biasanya berlangsung kurang lebih selama 2 minggu setelah

bersalin, namun penelitian terbaru mengindikasikan bahwa lochea

menetap hingga 4 minggu dan dapat berhenti atau berlanjut hingga

56 hari setelah bersalin. Lochea juga mengalami perubahan karena

proses involusi. Pembagian lokia :

a) Lokia rubra (cruenta), muncul pada hari 1 – 2 pasca

persalinan, berwarna merah mengandung darah dan sisa-sisa

selaput ketuban, jaringan dari decidua, vernix caseosa, lanugo,

dan mekonium.

b) Lokia sanguilenta, muncul pada hari 3-7 pasca persalinan,

berwarna merah kuning dan berisi darah lender.

c) Lokia serosa, muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan,

berwarna kecoklatan mengandung lebih banyak serum, lebih

sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit

dan robekan laserasi plasenta.

d) Lokia alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca persalinan,berwarna

putih kekuningan, mengandung leukosit, selaput lender

servix dan selaput jaringan yang mati.

e) Lokia purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

yang berbau busuk.


f) Lochiostatis, lokia yang tidak lancar

keluarnya.

3) Perubahan pada Serviks dan Segmen bawah Uterus

Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor,

terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus

uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga

perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna

serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.

Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masuk dapat

dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang
dapat masuk. Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan

serviks dapat sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium

eksternum tidak sama waktu sebelum hamil. Pada umumnya ostium

sternum lebih besar, tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada

pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya.

4) Perubahan pada Vulva, Vagina, dan Perinium

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam ebebrapa

hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam

keadaan kendur vagina dan pintu keluar vagina pada bagian pertama

masa nifas membentuk lorong ebrdinding lunak dan luas yang

ukurannya secara perlanahan-lahan mngecil tetapi jarang kembali

keukuran nulipara. Setelah minggu ketiga rugae dalam vagina secara

berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih

menonjol.

Hymen mengalami rupture pada saat melahirkan bayi

pervaginam, kemudian setelah melahirkan hymen muncul sebagai

bebrapa potong jaringan kecil, yang selama proses sikatrisasi siubah

menjadi caranculai mirtoformis yang khas pada wanita yang pernah

melahirkan. Orifisium vagina biasanya tetpa sedikit membuka setelah

melahirkan anak.

5) Perubahan di peritoneum dan Dinding Abdomen

Ketika miometrium berkontraksi dan bertraksi setelah kelahiran

dan beberapa hari sesudahnya, peritoneum yang membungkus

sebagan besar uterus dibentuk menjadi lipatan-lipatan dan kerutan-


kerutan. Ligamentum latum dan rotundum jauh lebih kendur

daripada kondisi tidak hamil, dan


memerlukan waktu yang cukup lama untuk kembali dari

peregangan dan pengendoran yang telah dialaminya selama kehamilan

tersebut.

b. Sistem Pencernaan

Kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.

Meskipun kadar progesterone menurun setelah melahirkan, namun

asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak

tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum

melahirkan diberikan enema.

Kerja usus besar setelah melahirkan dapat juga terganggu oleh rasa sakit

pada perineum, hemoroid yang menjadi prolaps dan bengkak selama kala

2 persalinan atau kurangnya privasi pada ruang perawatan pasca natal.

c. Sistem Perkemihan

Kandung kencing masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah besar

dan relatif tidak sensitif terhadap tekanan cairan intravesika. Urin dalam

jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam setelah melahirkan.

Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita

melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu

12-36 jam sesudah melahirkan.

Ibu postpartum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak

mengganggu proses involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Namun

demikian, pasca melahirkan ibu merasa sulit buang air kecil. Bila

wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 24 jam

pasca persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang


dower kateter selama 24 jam. Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih

dalam waktu 4 jam, lakukan katerisasi dan bila jumlah residu


> 200 ml maka kemungkinan ada gangguan proses urinasinya. Maka kateter

tetap terpasang dan dibuka 4 jam kemudian, bila volume urin < 200 ml,

kateter dibuka dan pasien diharapkan dapat berkemih sperti biasa.

d. Sistem Muskuloskeletal / diastasis recti abdominalis

Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal

yang dapat membantu relaksasi dan mobilitas sendi dan perubahan pusat

berat ibu akibat pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi

pada minggu ke-6 sampai ke-8 satelah wanita melahirkan.

e. Sistem Endokrin

Adanya perubahan dari hormon plasenta yaitu estrogen dan progesteron

yang menurun. Hormon-hormon pituitary mengakibatkan prolaktin

meningkat, FSH menurun, dan LH menurun. Produksi ASI mulai pada hari

ke 3 pospartum yang mempengaruhi hormon prolaktin, oksitosin, reflek let.

Down dan reflek sucking. Selama proses kehamilan dan persalinan

terhadap perubahan pada sistem endokrin. Hormon – hormon yang

berperan pada proses tersebut, antara lain :

1) Hormon

plasenta

Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang

diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca

persalinan. Penurunan hormon plasenta (human placental lactogen)

menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas. Human

chorionic gonadotropin atau HCG menurun dengan cepat dan

menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 pospartum dan

sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 pospartum.


2) Hormon

pituitary
Hormon pituitary antara lain : hormon prolaktin, FSH, dan LH.

Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak

menyusui menuru dalam waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan

dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu, FSH dan

LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH

tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

3) Hipotalamik pituary ovarium

Hipotalamik pituary ovarium akan mempengaruhi lamanya

mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui maupun tidak

menyusui. Pada wanita yang menyusui mendapatkan menstruasi pada 6

minggu pasca melahirkan berkisar 16 % dan 45 % setelah 12 minggu

pasca melahirkan. Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui, akan

mendapatkan menstruasi berkisar 40 % setelah 6 minggu pasca

melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.

4) Hormon oksitosin

Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang,

bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga

persalinan,hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan

mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi

dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat

membantu involusi uteri.

5) Hormon estrogen dan progesteron

Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat.

Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti diuretik

yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan hormon


progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan

dan peningkatan pembuluh darah.


Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena,

dasar panggul, perinium dan vulva serta vagina.

f. Sistem Kardiovaskuler

Kehilangan darah pada persalinan pervaginam sekitar 300-400cc,

sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio-sesaria menjadi

dua kali lipat. Perubahan yang terjadi terdiri dari volume darah dan

hemokonsentrasi. Pada persalinan pervaginam, hemokonsentrasi akan naik

dan pada persalinan seksio sesaria, hemokonsentrasi cenderung stabil dan

kembali normal setelah 4-6 minggu.

g. Sistem Pernapasan

Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah ±6cm, tetapi

tidak mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan volume residu

paru-paru karena pengaruh diafragma yang naik ±4cm selama

kehamilan.Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24

kali per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau

normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam

kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan

suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan

mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila

pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada

tanda-tanda syok. Perubahan ini akan mencapai puncaknya pada minggu ke

37 dan akan kembali hampir seperti sediakala dalam 24 minggu setelah

persalinan.

h. Sistem Hematologi
Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan volume

plasma daripada sel darah, penurunan plasma ditambah peningkatan sel

darah pada waktu


kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematoktir, dan

haemoglobin pada hari ketiga sama tujuh hari setelah persalinan. Jumlah sel

darah putih atau leukosit selama 10 sampai 12 setelah persalinan umumnya

berkisar antara 20.000 sampai

25.000/mm,faktor pembekuan darah akan terjadi ekstensif setelah persalinan

yang bersama dengan pergerakan,trauma atau sepsis bisa menyebabkan

trombo emboli. Keadaan produksi tertinggi dan pemecahan fibrin mungkin

akibat pengeluaran tempat pelepasan plasenta.

3. Perubahan Psikologis Masa Nifas

a. Periode taking in

1) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada

umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran

akan tubuhnya.

2) Ia mungkin akan mengulang-ulang menceritakan pengalamannya waktu

melahirkan.

3) Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan

kesehatan akibat kurang istirahat.

4) Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan

penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif.

5) Dalam memberikan asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi

kebutuhan psikologis ibu. Pada tahap ini, bidan dapat menjadi

pendengar yang baik ketika ibu menceritakan pengalamannya. Berikan

juga dukungan mental atau apresiasi atas hasil perjuangan ibu. Bidan

harus dapat menciptakan suasana nyaman bagi ibu sehingga ibu


dapat dengan leluasa dan terbuka mengemukakan permasalahan

yang dihadapi.

b. Periode Taking On
1) Periode ini berlangsung pada hari ke2-4 post partum.

2) Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orangtua yang

sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.

3) Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK,

serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya.

4) Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi,

misalnya menggendong, memandikan, memasang popok, dan

sebagainya.

5) Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitive dan tidak mahir dalam

melakukan hal-hal tersebut.

6) Pada tahap ini bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan

yang terjadi.

7) Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk

memberikan bimbingan cara perawatan bayi.

4. Kebutuhan Dasar pada Ibu Nifas

a. Nutrisi dan Cairan

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang,

terutama kebutuhan kalori dan karbohidrat. Gizi ibu nifas sangat erat

kaitannya dengan produksi air susu yang di butuhkan untuk tumbuh

kembang bayi. Ibu nifas tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya,

yang terpenting adalah makanan yang menjamin pembentukan air susu yang

berkualitas dalam jumlah yang cukup.

1) Kebutuhan kalori harus proposional dengan jumlah air susu ibu

yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui di banding selama


hamil. Rata- rata kandungan kalori ASI yang di hasilkan ibu dengan

nutrisi yang baik


adalah 70 kal/ 100ml dan kira-kira 85kal yang di butuhkan ibu untuk

100ml

ASI yang di hasilkan.

2) Ibu memerlukan tambahan 20gr protein di atas kebutuhan normal. Protein

di perlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak dan mati.

3) Nutrisi lain yang perlukan adalah asupan cairan. Ibu di anjurkan

minum 2-3 liter per hari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah.

Mineral, air dan vitamin di gunakan untuk melindungi tubuh dari

serangan penyakit dan mengatur metabolisme dalam tubuh.

4) Pil zat besi atau Fe harus diminum untuk menambah zat gizi

setidaknya setelah melahirkan.

5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada

1 jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat

memberikan vitamin A pada bayinya melalui ASI.

b. Ambulansi

Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi di kerjakan setelah 2 jam

( ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan). Keuntungan lain dari ambulasi

dini adalah :

1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat

2) Faal usus dan kandung kemih yang lebih baik

3) Kesempatan yang baik untuk mengajari ibu merawat atau

memelihara anaknya.

4) Tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal

5) Tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut.

6) Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retroflexio.


Ambulansi dini di lakukan secara berangsur- angsur, maksudnya bukan

berarti ibu harus langsung bekerja (mencuci, memasak, dan sebagainya)

setelah bangun.
c. Eliminasi

Buang air besar harus ada dalam 3 hari setalah melahirkan. Bila ada

konstipasi dan timbul koprostase hingga skibala (feses yang mengeras)

tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi hal demikian

dapat dilakukan klisma atau diberi laksan peroral.

Pengeluaran cairan lebih banyak pada waktu persalinan sehingga dapat

mempengaruhi terjadinya konstipasi. Biasanya 2-3 hari postpartum masih

susah BAB, maka sebaiknya di berikan laksan atau paraffin (1-2

postpartum), atau pada hari ke 3 di beri laksan supositoria dan minum air

hangat.

d. Kebersihan diri

Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil, biasanya ibu

post partum masih belum cukup kooperatif untuk membersihkan dirinya.

Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ini tanpa mengurangi

keaktifan ibu untuk melakukan personal hygiene secara mandiri. Pada tahap

awal, bidan dapat melibatkan keluarga dalam perawatan kebersihan ibu.

e. Istirahat

Ibu postpartum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk

memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk

memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup

sebagai persiapan untuk energi menyusu ibayinya nanti. Kurang istirahat

pada ibu postpartum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya :

1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

3) Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan

dirinya sendiri.
f. Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah

merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau diajarinya kedalam

vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan agama yang melarang untuk

melakukan hubungan seksual sampai masa waktu tertentu misalnya

setelah 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran. Keputusan bergantung

pada pasangan yang bersangkutan .

g. Latihan / SenamNifas

Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal sebaiknya latihan

masa nifas dilakukan seawal mungkin dengan catatan ibu menjalani

persalinan dengan normal dan tidak berpenyulit postpartum.

Sebelum memulai bimbingan cara senam nifas, sebaiknya bidan

mendiskusikan terlebih dahulu dengan pasien mengenai pentingnya otot

perut dan panggul untuk kembali normal. Dengan kembalinya kekuatan

otot perut dan panggul akan mengurangi keluhan sakit punggung yang

biasanya dialami oleh ibu nifas. Latihan tertentu beberapa menit setiap hari

akan sangat membantu untuk mengencangkan otot bagian perut.

5. Kunjungan Ibu Nifas

a. Kunjungan ke-1 (6 jam sampai 3 hari setelah persalinan), tujuannya untuk:

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

2) Memeriksa TFU

3) Melihat kondisi jahitan jalan lahir untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

4) Medeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan merujuk

apabila perdarahan berlanjut

5) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.


6) Pemberian ASI awal.

7) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru la

8) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.

9) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan

ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau

sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil 2

10) Mengkaji eliminasi Ibu. Ibu harus sudah BAK pada 6 jam pertama.

Ibu harus sudah BAB pada 3 hari pertama.

11) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.

12) Memberi pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya masa nifas

b. Kunjungan ke-2 (3-28 hari setelah persalinan), tujuannya untuk:

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada

bau.

2) Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup

3) Memastikan ibu dapat merawat bayi nya dengan baik.

4) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.

5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-

tanda penyulit.

6) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.

c. Kunjungan ke-3 (29-42 hari setelah persalinan), tujuannya untuk:

1) Mengkaji pola eliminasi Ibu

2) Memastikan ibu menyusui bayi nya dengan benar


d. Kunjungan ke-4 (42 hari setelah persalinan), tujuannya untuk:

Memberikan konseling untuk KB secara dini

6. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas

a. Perdarahan

Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin

didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan. Terdapat beberapa

masalah mengenai definisi ini , yaitu :

1) Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya

, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya . Darah tersebut

bercampur cairan amnion atau urine. Darah tersebar pada spon, handuk,

dan kain didalam ember dan lantai.

2) Volume darah yang hilang juga bervariasi. Kekurangan darah dapat

diketahui dari kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb

normal dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang

mungkin dapat menyebabkan anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak

anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.

3) Perdarahan dapat terjadi secara lambat dalam jangka waktu beberapa jam

dan kondisi ini mungkin tidak dikenali sampai terjadi syok.

Penilaian risiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan terjadinya

perdarahan pasca persalinan. Penanganan akut kala III sebaiknya dilakukan

pada semua wanita yang bersalin. Hal ini dapat menurunkan insiden

perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca persalinan

harus dipantau dengan ketat untuk kemungkinan perdarahan fase persalinan.

Penyebab perdarahan pada masa nifas adalah sebagai berikut :

.
a) Sisa plasenta dan polip plasenta

Sisa plasenta dalam nifas menyebabkan perdarahan dan

infeksi. Perdarahan yang banyak dalam nifas hampir selalu

disebabkan oleh sisa plasenta. Jika pada pemeriksaan plasenta ternyata

jaringan plasenta tidak lengkap,maka harus dilakukan eksplorasi dari

cavum uteri. Potongan- potongan plasenta yang ketinggalan tanpa

diketahui biasanya menimbulkan perdarahan postpartum lambat.

b) Endometritis puerperalis

Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen, radang

terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan

bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang

terdiri atas keping- keping nekrosis serta cairan. Pada batas antara

daerah yang meradang dan daerah sehat terdapat lapisan yang

banyak terdapat leukosit-leukosit. Perdarahan biasanya tidak banyak,

pengobatannya diberi obat antibiotik.

b. Infeksi Masa Nifas

Infeksi puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia setelah

persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta. Pada

umumnya disebabkan oleh bakteri aerob dan anaerob, yaitu :

1) Streptococcus haemolyticus aerobicus

2) Staphylococcus aereus

3) Escherichia coli

4) Clostridium welchii

Infeksi puerperalis dibagi dalam dua golongan yaitu sebagai berikut:

a) Infeksi terbatas, Infeksi yang terbatas

pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium.


b) Infeksi yang menyebar, Penyebaran infeksi ini dapat melalui

pembuluh darah , limfe, dan permukaan endometrium

(tromboflebitis, parametritis, salpingitis, dan peritonitis)

c. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, Dan Penglihatan Kabur

Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau

penglihatan kabur. Penanganan terhadap gangguan ini meliputi :

1) Jika ibu sadar, periksa nadi, tekanan darah, dan pernapasan.

2) Jika ibu tidak bernapas, periksa dan lakukan ventilasi dengan

masker dan balon. Lakukan intubasi jika perlu. Dan jika pernapasan

dangkal, periksa dan bebaskan jalan napas serta beri oksigen 4 sampai 6

liter per menit.

3) Jika pasien tidak sadar/koma, bebaskan jalan napas, baringkan

miring, ukur suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.

d. Pembengkakan Wajah Atau Ekstremitas

Bila terjadi gejala ini, periksa adanya varises, periksa kemerahan pada

betis, dan periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, atau kaki

mengalami edema (perhatikan adanya edema puting, jika ada).

e. Demam, Mual Muntah, Dan Nyeri Berkemih.

Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari flora

normal perineum. Telah terdapat bukti bahwa beberapa galur Escherichia

coli memiliki pili yang meningkatkan virulensinya (Svanborg-Eden, 1982).

Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air

kemih didalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan atau

analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga

mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh

episiotomi yang lebar, laserasi periuretra, atau hematoma dinding vagina.


Setelah melahirkan, terutama saat infus oksitosin dihentikan, terjadi

diuresis yang disertai peningkatan produksi urine dan distensi

kandung kemih. Overdistensi yang disertai kateterisasi untuk mengeluarkan

air kemih sering menyebabkan infeksi saluran kemih. Kejadian infeksi

saluran kemih pada masa nifas relatif tinggi dan hal ini dihubungkan

dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih waktu

persalinan, pemeriksaan dalam yang terlalu sering, kontaminasi kuman dari

perineum, atau kateterisasi yang sering.

Sistitis biasanya memberikan gejala beberapa nyeri berkemih (disuria),

sering berkemih, dan tak dapat menahan untuk berkemih. Demam

biasanya jarang terjadi. Adanya restensi urine pascapersalinan umumnya

merupakan tanda adanya infeksi.Pielonefritis memberikan gejala yang lebih

berat, demam, mengigil, serta perasaan mual dan muntah. Selain disuria,

dapat juga terjadi piuria dan hematuria.

Untuk pengobatan infeksi pada saluran kemih, Antibiotik yang

terpilih meliputi golongan nitrofurantoin, sulfonamide, trimetropim,

sulfametoksazol, atau sefalosporin. Banyak penelitian yang melaporkan

resistensi mikrobakterial terdapat golongan penisilin. Pielonefritis

membutuhkan penangan yang lebih awal, pemberian dosis awal antibiotik

yang tinggi secara intervena, misalnya sefalosforin 3 – 6 gram/hari dengan

atau tanpa aminoglikosida. Sebaiknya juga dilakukan kultur urine.

f. Perubahan Payudara

1) Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit.

Disebabkan oleh payudara yang tidak disusu secara adekuat, putting

susu yang lecat, BH yang terlalu ketat, ibu dengan diet jelek, kurang

istirahat, anemia.
2) Mastitis

Mastitis adalah peradangan pada payudara.Mastitis ini dapat terjadi kapan

saja sepanjang periode menyusui, tapi paling sering terjadi antara hari

ke – 10 dan hari ke – 28 setelah kelahiran. Penyebabnya adalah :

a) Payudara bengkak yang tidak disusukan secara

adekuat. b) Bra yang terlalu ketat.

c) Putting susu lecet yang menyebabkan

infeksi.

d) Asupan gizi kurang, istirahat tidak cukup dan terjadi

anemia.

3) Abses payudara

Abses payudara berubah dengan mastitis.Abses payudara terjadi

apabila mastitis tidak tertangani dengan baik, sehingga memperkuat

infeksi.

5) Payudara bengkak

Pembengkakan payudara adalah karena ASI tidak disusui dengan

adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang

mengakibatkan terjadinya pembengkakan.Payudara bengkak ini sering

terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah melahirkan. Statis pada

pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya tekanan

intrakaudal, yang akan memengaruhi segmen pada payudara, sehingga

tekanan seluruh payudara meningkat. Akibatnya, payudara serign terasa

penuh, tegang, serta nyeri.Kemudian diikuti oleh penurunan produksi

ASI dan penuruna let down.Penggunaan bra yang ketat juga bisa

menyebabkan segmental engorgement, demikian pula puting yang

tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus.


B. SYNDROM POST PARTUM BABY BLUES

1. Pengertian

Postpartum Blues adalah gangguan perasaan yang menyertai suatu

persalinan, biasanya terjadi pada hari 3 sampai hari ke 10 dan umumnya terjadi

akibat perubahan hormonal (Prawirohardjo, 2009). Postpartum Blues atau sering

juga disebut maternity blues atau sindrom ibu baru, dimengerti sebagai

suatu sindrom gangguan efek ringan pada minggu pertama

setelah persalinan(Dewi dan Sunarsih,


2011). Postpartum Blues adalah ketidakmampuan seorang ibu untuk

menghadapi suatu keadaan baru dimana adanya kehadiran anggota baru

dalam pola asuhan bayi dan keluarga (Nurjanah, 2013).

Postpartum Blues dikategorikan sebagai sindrom gangguan psikologis

masa nifas paling ringan, namun jika postpartum blues initidak ditangani dengan

baik dapat menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis

pasca salin (Marmi,

2014)

2. Gejala

Gejala Postpartum Blues menurut Nurjanah (2013)

diantaranya:

a. Sering

menangis. b. Sulit

tidur.

c. Nafsu makan

hilang. d. Gelisah.

e. Perasaan tidak berdaya atau hilang

kontrol. f. Cemas atau kurang perhatian

pada bayi.
g. Tidak menyukai atau takut menyentuh

bayi. h. Pikiran menakutkan mengenai

bayi.

i. Kurang perhatian terhadap penampilan dirinya

sendiri. j. Perasaan bersalah dan putus harapan.

k. Penurunan atau peningkatan berat

badan.

l. Gejala fisik seperti sulit bernafas atau perasaan berdebar-

debar.

3. Penyebab

Penyebab Postpartum Blues menurut Dewi dan Sunarsih (2011) yaitu:

a. Faktor hormonal, turunnya kadar estrogen secara tiba-tiba setelah

melahirkan yang dapat mengakibatkan suasana hati menjadi depresi.

b. Ketidaknyamanan fisik yang dialami sehingga menimbulkan perasaan

emosi pada wanita pasca melahirkan.

c. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang

terjadi. d. Faktor umur dan jumlah anak.

e. Pengalaman proses kehamilan dan

persalinannya. f. Latar belakang psikososial

ibu.
g. Dukungan yang diberikan dari lingkungan.
h. Stres yang dialami oleh

ibu. i. Kelelahan pasca

bersalin.

j. Ketidaksiapan pada perubahan peran yang terjadi pada ibu.

k. Rasa sayang dan takut yang berlebihan akan

kehilanganbayinya. l. Masalah kecemburuan dari anak yang

terdalam.

4. Penanganan

Penanganan Postpartum Blues menurut Marmi (2014) yaitu:

a. Dengan pendekatan komunikasi terapeutik yang bertujuanmenciptakan

hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya

dengan cara:

b. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan

emosinya. c. Dapat memahami dirinya sendiri.

d. Dengan peningkatan suport mental yang dapat dilakukan oleh keluarga

pasien diantaranya:

1. Meminta suami untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah

seperti membantu mengurus bayinya dan menyiapkan susu.

2. Memanggil nenek atau keluarga bayi agar bisa menemani ibu

dalam menghadapi kesibukan merawat bayi.


3. Suami lebih perhatian terhadap istri dan permasalahan yang dihadapi

istrinya.

4. Menyiapkan mental dalam menghadapi kelahiran anaknya.

5. Suami menggantikan peran istri ketika istri kelelahan dan

memperbanyak dukungan.

6. Suami dianjurkan sering menemani istri dalam mengurus anaknya.

7. Ibu dianjurkan sering berkumpul dengan teman-temanterdekat atau

keluarga.

Dilakukan pada diri klien sendiri diantaranya dengan cara:

1) Belajar tenang dengan menarik nafas panjang.

2) Tidurlah ketika bayi tidur.

3) Berolahraga ringan.

4) Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu.

5) Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan.

6) Bersikap fleksibel.

7) Bergabung dengan kelompok ibu.

8) Gangguan lain adaptasi psikologi ibu nifas


BAB II

TINJAUAN ASUHAN

KEBIDANAN

A. Pengertian Manajemen Kebidanan

SOAP

Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan kebidanan

sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu, pengkajian harus akurat,

lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam

merumuskan suatu diagnosa kebidanan dan memberikan pelayanan kebidanan

sesuai dengan respon individu sebagaimana yang telah ditentukan sesuai standar

dalam praktek kebidanan dalam keputusan Menteri Kesehatan Nomor

900/MENKES/SK/VI/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan dan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan. Penyusuanan data

sebagai indikator dari data yang mendukung diagnosa kebidanan adalah suatu

kegiatan kognitif yang komplek dan bahkan pengelompokkan data fokus adalah

suatu yang sulit.

1. Langkah-Langkah Manajemen

SOAP
Adapun Langkah-langkah manajemen kebidanan SOAP adalah sebagai

berikut :

a. Data

Subjektif

Data subjektif merupakan pendokumentasikan hanya pengumpulan data

klien melalui anamnesa yaitu tentang apa yang pasien rasakan, bagaimana

tingkat kekhawatirannya dalam mengurus bayi dan menghadapi

perubahan pada masa nifas. Biodata yang antara lain :

1)

Nama

Dikaji dengan masa yang jelas, lengkap, untuk menghindari

adanya kekeliruhan atau untuk membedakan dengan klien atau pasien

lainnya.

2)

Umur

Untuk mengetahui faktor resiko yang sangat berpengaruh terhadap

proses reproduksi seseorang.

3)

Agama
Untuk memeberikan motivasi dorongan moril sesuai dengan agama

yang sedang di anut oleh pasien.

4) Suku

bangsa

Untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan merugikan.


5) Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat penerimaan informasi

hal-hal baru atau pengetahuan baru karena tingkat pendidikan yng lebih

tinggi mudah mendapatkan informasi.

6) Pekerjaan

Untuk mengetahui status ekonomi keluarga

pasien.

7) Alamat

Untuk mengetahui tempat tinggal

pasien.

8) Keluhan Utama

Untuk mengetahui keluhan yang sedang dirasakan pasien saat

pemeriksaan.

9) Riwayat Kesehatan

Untuk mengetahui riwayat kesehatan pasien pada saat ini, dahulu

maupun riwayat kesehatan keluargany apakah terdapat penyakit

menurun, menahun, ataupun menular.

10) Pola Kebutuhan sehari-hari


Makan

Frekuensi : Berapa kali makan dalam sehari

Jenis : Jenis makanan yang dikonsumsi

Keluhan : Ada atau tidak keluhan

Minuman

Frekuensi : Berapa kali minum dalam

sehari

Jenis : Jenis minum yang

dikonsumsi

11) Eliminasi

Frekuensi : Berapa kali BAK dan BAB dalam

sehari

Konsistensi : Untuk mengetahui apakah BAK dan BAB

pasien normal atau tidak

Keluhan : Ada atau tidak keluhan yang

dirasakan

12) Personal Hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah pasien masih melakukan kebiasaan

personal hyegiene nya seperti biasa.

13) Pola Aktifitas


Dikaji untuk mengetahui kegiatan apa yang dilakukan pasien sehari-

hari sehingga bisa membantu penegakan diagnosa penyebab terjadinya

post partum blues


14) Pola

Istirahat

Untuk mengetahui pola istirahat pasien sehari-hari, sehingga bisa

menegakkan factor salah satu penyebab terjadinya post partum blues

pada pasien

b. Data Objektif

Data Objektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan

fisik klien, hasil laboratorium, dan test diagnostik lain yang dirumuskan

dalam data fokus untuk mendukung assasment yaitu apa yang dilihat dan

diraskan oleh bidan setelah melakukan pemeriksaan terhadap pasien (

Rukiyah, 2014).

1) Pemeriksaan

Umum a)

Keadaan Umum

Pada kasus baby blues, keadaan umum pasien cukup

baik. b) Kesadaran

Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmetis, apatis,

ataupun samnolen. Pada kasus baby blues kesadaran pasien relative

bervariasi, tergantung tingkat kondisi pasien.

c) Tekanan Darah

untuk mengetahui berapa tekanan darah

pasien. d) Suhu
Untuk mengetahui berapa suhu badan

pasien. e) Denyut Nadi

Untuk mengetahui berapa nadi pasien dihitung per

menit. f) Respirasi

Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung per

menit. g) Berat Badan

Untuk mengetahui berapa berat badan

pasien.

2) Pemeriksaan

Fisik a) Kepala

Untuk menilai bentuk kepala, dan

kelainan. b) Rambut

Untuk menilai warna, distribusi, kerontokan dan

kebersihan. c) Muka

Untuk menilai terdapat oedem atau chloasma pada

muka. d) Mata
Untuk menilai apakah kunjungtiva pucat atau merah, dan sklera

berwarna putih atau tidak.

e) Hidung

Untuk mengetahui kebersihan dan pembesaran

polip. f) Telinga

Mengetahui bentuk telinga simetris atau tidak, dan kebersihan

telinga. g) Mulut

Untuk mengetahui kebersihan, dan melihat adakah caries dan mukosa

bibir terlihat lembab atau tidak.

h) Leher

Untuk mengetahui adakah pembekaan vena jugularis, kelenjar tiroid,

dan kelenjar limfe.

i) Abdomen

Untuk menegtahui adakah bekas operasi, maupun nyeri

tekan. j) Genetalia

Untuk mengetahui adakah oedem dan varises vagina, dan kelainan

yang mengganggu. Pada kasus baby blues, pasien terkesan menolak

untuk dilakukan pemeriksaan pada daerah genetalia.

k) Anus

Melihat adakah hemoroid dan keluhan lain. Pada kasus baby blues,

pasien terkesan menolak untuk dilakukan pemeriksaan pada daerah

anus.
l) Ektermitas

Melihat apakah bentuk simetris, melihat adakah edema, dan

mengecek bagian kaki adakah varisens dan respon terhadap cek

patella.

3) Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan jika memerlukan penegakan diagnosa.


c. Assesment

Assesment merupakan masalah atau diagnosa yang ditegakkan

berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan

atau disimpulkan yang dibuat dari data subjektif dan objektif.

Pendokumentasiaan hasil analisis dan interprestasi (kesimpulan) dari

dat subjektif dan objektif. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti

perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan

pasien, dapat terus diikuti dan dia,nil keputusan/tindakan yang tepat.

d. Planning

Perencanaan atau planning adalah suatu pencatatan menggambarkan

pendokumentasiaan dari perencanaan dan evaluasi berdasrkan assesment

yaitu rencana apa yang akan dialkukan berdasarkan hasil evaluai tersebut.

Perencanaan dibuat saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan

disusun berdasarkan hasil analisis dan interprestasi data yang

bertujuaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal

mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.


DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra

Cendikia. Bahiyatun.2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas

Normal. EGC: Jakarta.

Damai Yanti, 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung : PT Refika


Aditama

Dewi, Vivian Nanny Lia, Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Salemba
Medika:
Jakarta.

Handayani, Sri dan Setyo Retno Wulandari.2011. Asuhan Kebidanan Ibu


Masa
Nifas.Yogyakarta: Gosyen
Publising

Rukiyah, Ai Yeyeh dkk. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info

Media. Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Paduan Praktis Pelayanan Kesehatan

Maternal dan
Neonatal.Yayasan Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.

Saleha,Siti.2009.Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba

Medika

Sunarsih, Tri dan Vivian Nanny Lia Dewi. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Jakarta : Salemba Medika

Varney H., Kriebs J.M., Gregor C.L. 2002. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi I
Volume 2. Jakarta: EGC

Irawati, D. Yuliani, F. 2014. Pengaruh Faktor Psikososial Dan Cara Persalinan


Terhadap Terjadinya Postpartum Blues Pada Ibu Nifas. Jurnal Hospital Majapahit
Vol.1 No. 6, Februari 2014. Jurnal Ilmiah Kesehatan Politeknik Kesehatan
Majapahit Mojokerto. Mojokerto

Anda mungkin juga menyukai