Anda di halaman 1dari 19

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Masa Nifas

1. Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulainya dari beberapa jam

sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu setelah ibu melahirkan.

Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi dan kemudian

memulihkan kesehatan kembali dengan tahapan-tahapan yang umumnya

memerlukan waktu 6 – 12 minggu (Marmi, 2014). Masa nifas dimulai

setelah 2 jam post partum dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu

atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologis maupun

psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan (Nurjanah, Nunung., dkk,

2013).

2. Tujuan Asuhan Kebidanan

Tujuan asuhan masa nifas yaitu : a) Melaksanakan skrining yang

komprehensif mendeteksi berbagai masalah, mengobati atau merujuk bila

terjadi komplikasi, baik pada ibu nifas maupun pada bayi; b) Memberikan

pendidikan kesehatan berupa perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,

menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi dan perawatan bayi sehat; c)

Memberikan pelayanan KB; d) Mendapatkan kesehatan emosi; e)

Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI); f) Mengajarkan pada ibu

untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan


Memelihara bayi dengan bayi dengan baik, sehingga bayi dapat

mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal (Nurjanah,

Nunung., dkk, 2013).

3. Tahapan Masa Nifas

Masa nifas dibagi dalam 3 tahap, yaitu :

a. Puerperium dini (immediate), yaitu pemulihan dimana ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan–jalan (waktu 0-24 jam masa

nifas).

b. Puerperium intermedial (early puerperium), yaitu suatu masa

dimana pemulihan dari organ-organ reproduksi secar menyeluruh

selama kurang lebih 6-8 minggu.

c. Remote puerperium (later puerperium), yaitu proses waktu yang

diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan yang

sempurna secara bertahap terutama jika selama masa kehamilan

dan persalinan ibu mengalami komplikasi, waktu untuk sehat bisa

berminggu-minggu, bulan, bahkan tahun.

4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas menurut Handayani dan

wahyu, (2016) diantaranya :

a. Sistem Reproduksi pada Masa Nifas

1) Involusi uterus

Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu

proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan

2
bobot hanya 60 gram. Involusi uterus dapat juga dikatakan sebagai

proses kembalinya uterus pada keadaan semula atau keadaan

sebelum hamil.Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil

seperti sebelum hamil.

Penurunan tinggi fundus uteri :

- Hari ke-1 post partum : 1 jari dibawah pusat

- Hari ke-2 post partu : 2 jari dibawah pusat

- Hari ke-3 post partum : 3 jari dibawah pusat

- Hari ke-4 post partum : 4 jari dibawah pusat

- Hari ke-5 post partum : Setengah pusat simfisis

- Hari ke-6 post partum : 4 jari diatas simfisis

- Hari ke-7 post partum : 3 jari diatas simfisis

- Hari ke-8 post partum : 2 jari diatas simfisis

- Hari ke-9 post partum : 1 jari diatas simfisis

- Hari ke-10 post partum : Tidak teraba

2) Involusi tempat plasenta

Setelah ibu melahirkan tempat plasenta merupakan tempat

dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak

tangan. Luka ini mulai mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya

sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.

3) Perubahan ligamen

Ligamen dan diafragma pelvis yang merenggang sewaktu

kehamilan dan saat melahirkan bayi, kembali seperti semula.

3
Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca melahirkan antara

lain : ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan

letak uterus menjadi retrofleksi : ligamen, faisa, jaringan penunjang

alat genitalia menjadi agak kendor.

4) Perubahan serviks

Segera setelah melahirkan serviks menjadi lembek, kendor,

terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus

uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga

perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna

serviks merah kehitam-hitaman karena penuh oleh pembuluh

darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih

dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja

yang dapat masuk.

5) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan

mempunyai reaksi /alkalis yang mebuat organisme berkembang

lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pda vaginal normal.

Menurut Asih dan Risneni (2016), pengeluaran lochea dibagi

menjadi beberapa bagian, yaitu :

a) Lochea rubra

Muncul pada hari pertama sampai hari kedua post partum,

warnanya merah mengandung darah dari plasenta dan serabut

dari decidua dan chorion

4
b) Lochea sanguilenta

Muncul pada hari ke 3-7 pasca persalinan, berwarna merah

kuning, berisi darah lendir

c) Lochea serosa

Muncul pada hari ke 7-14, berwarna kecoklatan mngandung

lebih banyak serum, lebih sedikit darah juga leukosit dan

laserasi plasenta

d) Lochea alba

Muncul sejak 2-6 minggu setelah pasca melahirkan, warnanya

putih kekuningan mengandung leukosit, selaput lendir, serviks

dan serabut jaringan yang mati

6) Perubahan pada vulva, vagina dan perineum

Saat proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan

serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini

kembali dalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada

minggu ketiga. Segera setelah melahirkan, perineum menjadi

kendor karena sebeumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang

pernah maju.

b. Perubahan Sistem Pencernaan

Perubahan pada sistem pencernaan menurut Nugroho,T., dkk (2014)

antara lain :

1) Nafsu makan

5
Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal

usus kembali normal. Kadar progesteron menurun setelah

persalinan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama

satu atau dua hari.

2) Mortalitas

Penurunan tonus dan mortalitas otor traktus cerna menetap selama

waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia bisa

memperlambat pengambilan tonus dan motillitas ke keadan

normal.

3) Penggolongan usus

Setelah melahirkan, biasanya ibu sering mengalami konstipasi.

Konstipasi ini biasanya disebabkan karena tonus otot usus selama

proses persalinan berlangsung dan awal masa post partum yang

menurun , diare sebelum persalinan, anemia sebelum

melahirkan,kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi

jalan lahir.

c. Perubahan Sistem Perkemihan

Pada saat pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga

menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal

dalam kurun waktu satu bulan setelah ibu melahirkan. Urin yang

dihasilkan dalam jumlah yang besar akan diproduksi dalam waktu 12-

36 jam sesudah ibu melahirkan.

6
Dalam 12 jam pasca melahirkan, ibu mulai membuang cairan

yang tertimbun dijaringan selama hamil. Salah satu mekanisme untuk

mengurangi cairan yang teretensi selama masa hamil ialah diaforesis

luas, terutama pada malam hari, selama dua sampai tiga hari pertama

setelah melahirkan. Kehilangan cairan melalui keringat dan

peningkatan jumlah urine menyebabkan penurunan berat badan sekitar

2,5 kg selama masa postpartum. Pengeluaran kelebihan cairan yang

tertimbun selama hamil kadang-kadang disebut kebalikan metabolisme

air pada masa hamil (Marmi, 2014).

d. Perubahan Sistem Muskuloskletal atau Diastasis Rectus

Abdominkus

Pada saat post partum sistem muskuloskletal akan berangsur-

angsur pulih kembali. Ambulasi dini segera setelah melahirkan, untuk

membantu mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri.

Adaptasi sistem muskuloskletal pada ibu post partum, meliputi:

1) Dinding perut dan peritoneum

Dinding perut akan menjadi longgar pasca persalinan.

Keadaan ini akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang

asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominalis, sehingga

sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri

peritoneum, fasia tipis dari kulit.

2) Kulit abdomen

7
Selama kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar

dan mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding

abdomen dapat kembali normal dalam beberapa minggu pasca

melahirkan dengan latihan post natal.

3) Striae

Striae adalah perubahan warna seperti jaringan parut pada

dinding abdomen. Striae pada dinding abdomen umumnya tidak

dapat menghilang sempurna akan tetapi membentuk garis lurus

yang samar. Tingkat diastasis muskuloskletal rektus abdominalis

pada ibu post partum dapat dikaji melalui keadaan umum, aktivitas

, jaringan, paritas, dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu

menentukan lama pengembalian tonus otot menjadi normal.

4) Simpisis pubis

Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi, namun demikian, hal

ini dapat menyebabkan morbidibitas maternal. Gejala dari

pemisahan simpisis pubis antara lain : nyeri tekanan pada pubis

dosertai peningkatan nyeri saat bergerak ditempat tidur ataupun

waktu berjalan. Pemisahan simpisis dapat dipalpasi. Gejala ini

dapat menghilang setelah beberapa minggu atau bulan pasca

melahirkan,bahkan ada yang menetap.

e. Perubahan Sistem Endokrin

8
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan sistem

endokrin (Marmi, 2014). Hormon-hormon yang berperan pada proses

perubahan sistem endokrin, antara lain :

1) Hormon plasenta

Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang

diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat

pasca persalinan. Penurunan hormon karena plasenta (human

plasental lactogen) menyebabkan kadar gula darah menurun pada

masa nifas. Human Chorionic Gonodotropin (HCG). Menurun

dengan cepat dan menetapp sampai 10 % dalam 3 jam hingg hari

ke-7 post partum dn sebagai onset pemenuhan mamea pada hari

ke-3 post partum

2) Hormon pituitary

Hormon pituitary antara lain : hormon prolaktin, FSH dan LH.

Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita

tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. Hormon

prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang

produksi ASI. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi

follkuler pada minggu ke- 3,dan LH tetap rendah hingga ovulasi

terjadi.

3) Hipotalamik pituitary ovarium

9
Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya

mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui maupun yang

tidak menyusui. Pada wanita menyusui mendapatkan menstruasi

pada 6 minggu pasca melahirkan berkisar 16% dan 45% setelah 12

minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada wanita tidak menyusui,

akan mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6 minggu

pasca melahrikan dan 90% setelah 24 minggu.

4) Hormon oksitosin

Hormon oksitosin diproses dari kelenjar otak bagian belakang,

bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap

ketiga persalinan, hormon oksitsin berperan dalam pelepasan

plasenta dan memepertahankan kontraksi, sehingga mencegah

perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dam

sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri.

5) Hormon estrogen dan progesteron

Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat.

Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti diuretik

yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan hormon

progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi

perangsangan dan penngkatan pembuluh darah. Hal ini

mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus dinding vena, dasar

panggul, perineum dan vulva serta vagina.

f. Perubahan tanda-tanda vital

10
Perubahan tanda-tanda vital yang terjadi pada masa nifas menurut

Martalia (2014) adalah :

1) Suhu badan

Setelah proses persalinan, suhu tubuh dapat meningkat 0,5◦C

dari keadaan normal (36◦C-37,5◦C), namun tidak lebih dari 38◦C.

Hal ini disebabkan karena meningkatnya metabolisme tubuh saat

proses persalinan. Setelah 12 jam postpartum, suhu tubuh yang

meningkat tadi akan kembali normal seperti keadaan semula.

2) Denyut nadi

Pada saat proses persalinan denyut nadi akan mengalami

peningkatan. Denyut nadi normal berkisar antara 60-80 kali per

menit. Setelah proses persalinan selesai frekuensi denyut nadi

dapat sedikit lambat. Pada masa nifas biasanya denyut nadi akan

kembali normal.

3) Tekanan darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Tekanan darah normal

untuk systole berkisar 110-140 mmhg dan untuk diastole antara 60-

80 mmhg. Setelah proses persalinan, tekanan darah dapat sedikit

lebih rendah dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya

perdarahan pada proses persalinan.

4) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan

denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernafasan juga

11
akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran

pencernaan. Frekuensi pernafasan normal berkisar antara 18-24

kali per menit. Pada saat melahirkan frekuensi pernafasan akan

meningkat karena kebutuhan oksigen yang tinggi untuk tenaga ibu

meneran / mengejan dan mempertahankan agar persediaan oksigen

ke janin tetap terpenuhi. Setelah persalinan selesai, frekuensi

pernafasan akan kembali normal.

g. Perubahan sistem kardiovaskuler

Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk

menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh

plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali estrogen

menyebabkan diuresus yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi

volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran darah ini terjadi

dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi.

Pada saat proses perubahan ini ibu mengeluarkan banyak sekali

jumlah urine. Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba.

Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan

menyebabkan beban pada jantung dan akan menimbulkan

decompensatio cardi pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini

dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan tunbuhnya

haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti semula.

Umumnya, ini terjadi pada 3-5 hari setelah melahirkan (Sulistyawati,

2015).

12
h. Perubahan sistem hematologi

Pada hari pertama post partum, kadar fibronogen dan plasma akan

sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan pengingkatan

visikositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah, jumlah

leukosit akan tetapi lebih tinggi selama beberapa hari pertama masa

nifas. Jumlah sel darah putih kan tetap bisa naik 25.000 hingga 30.000

tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami

persalinan lama (Nugroho, T., dkk, 2014).

5. Tahap adaptasi psikologis ibu masa nifas

Fase-fase yang akan dialami oleh Ibu pada masa nifas menurut Martalia

(2014) antara lain :

a. Fase taking in

Fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari

ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri sehingga

cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang

dialami ibu lebih disebabkan karena proses persalinan yang baru saja

dilaluinya. Rasa mules, nyeri jalan lahir, kurang tidur atau kelelahan,

merupakan hal yang sering dikeluhkan Ibu.

b. Fase taking hold

Fase yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa

khawatir akan ketidaknyamanan dan rasa tanggung jawab dalam

perawatan bayinya.

c. Fase letting go

13
fase menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini

berlangsung 10 hari setelah melahirkan.

6. Kebutuhan dasar ibu nifas

Kebutuhan dasar ibu nifas menurut Marmi (2014) antara lain :

a. Nutrisi dan cairan

Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi

kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta untuk memenuhi

produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan

akan gizi. Zat –zat yang dibutuhkan ibu pasca persalinan antara lain :

kalori, protein, kalsium dan vitamin D, magnesium,sayuran hijau dan

buah, karbohidrat kompleks, lemak, garam, cairan, vitamin, zinc,

DHA.

b. Ambulasi dini

Ambulasi dini (Early ambulatian) adalah kebijakan untuk selekas

mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya selekas mungkin berjalan. Pada waktu 24-48 jam Ibu

nifas sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur.

Keuntungan early ambulation adalah :

1) Klien merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat

2) Faal usus dan kandung kencing lebih baik

3) Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari Ibu untuk merawat

bayinya, selama Ibu masih dalam perawatan.

14
Kontraindikasi ambulasi dini adalah klien dengan penyulit,

misalnya : anemia, penyakit jantung, penyakit paru dan lain

sebagainya.

c. Eliminasi

Miksi normal bila dapat BAK spontan 3-4 jam. Kesulitan BAK

dapat disebabkan karena sfingter uretra tertekan oleh kepala janin

spasme oleh iritasi muskulo springter ani selama persalinan, atau

dikarenakan oedem kandung kemih selama persalinan.

Defekasi diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum.

Apabila mengalami kesulitan BAB, lakukan diet teratur, cukup cairan,

konsumsi makanan beserat, olahraga, berikan obat rangsangan per

oral/ per rektal atau lakukan klisma bila perlu.

d. Kebersihan diri dan perineum

Kebersihan diri bermanfaat untuk meminimalisir infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman pada ibu post partum. Kebersihan diri

pada Ibu nifas ini meliputi : kebersihan pada tubuh, pakaian Ibu,

tempat tidur maupun lingkungan sekitar.

e. Istirahat

Setelah melahirkan Ibu nifas memerlukan waktu istirahat yang

cukup. Istirahat tidur yang dibutuhkan Ibu postpartum sekitar 8 jam

pada waktu malam hari dan 1 jam pada waktu siang hari.

f. Seksual

15
Pada Ibu nifas hubungan seksual aman dilakukan begitu darah

merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya

kedalam vagina tanpa rasa nyeri.

g. Senam nifas

Organ –organ tubuh wanita akan kembali seperti semula sekitar 6

minggu. Oleh karena itu Ibu akan berusaha memulihkan dan

mengencangkan kembali bentuk tubuhnya. Hal tersebut dapat

dilakukan dengan cara senam nifas.

7. Masalah Yang Biasa dihadapi Ibu Pasca Persalinan

a. Post Partum Blues

Post partum blus biasannya dimulai pada beberapa hari setelah

kelahiran dan berakhir setelah 10-14 hari.

Karatistik post partum blus meliputi:

1) Menangis

2) Merasa letih karena melahirkan

3) Gelisah

4) Perubahan alam perasaan

5) Menarik diri

6) Serta reaksi negatif terhadap bayi dan keluarga

Kunci untuk mendukung wanita dalam melalui periode ini adalah

berikan perhatian dan dukungan yang baik baginya, serta yakinkan

16
padanya bahwa ia adalah orang yang  berarti bagi keluarga dan suami.

Hal yang terpenting berikan kesempatan untuk beristirahat yang

cukup. Selain itu, dukungan positif atas keberhasilan menjadi orang

tua dari bayi yang baru lahir dapat membantu memulihkan

kepercayaan diri terhadap kemampuannya.

b. Depresi post partum

Berikut ini gejala – gejala depresi paska persalinan yaitu :

1) Sulit tidur, bahkan ketika bayi sudah tidur.

2) Nafsu makan hilang,

3) Perasaan tidak berdaya atau kehilangan control

4) Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali sama bayi

5) Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi

6) Pikiran yang menakutkan mengenai bayi

7) Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi

8) Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan

berdebar- debar

Penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat- obatan dan konsultasi

dengan psikater. Jika depresi berkepanjangan ibu perlu mendapatkan

perawatan dirumah sakit.

8. Kebijakan Program Nasional Nifas

Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada ibu dalam masa

nifas, ada beberapa hal yang harus dilakukan, akan tetapi pemberian

17
asuhan kebidanan pada ibu nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai dengan

tahapan perkembangannya antara lain (Saleha, 2009).

Kunjungan pada Ibu masa nifas menurut Martalia (2014) antara lain :

a. Kunjungan nifas ke-1 (6-8 jam setelah persalinan) : mencegah

perdarahan masa nifas karena atonia uteri; mendeteksi dan merawat

penyebab lain perdarahan; rujuk bila perdarahan berlanjut;

memberikan konseling pada ibu nifas atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri;

konseling pemberian ASI awal; melakukan hubungan antara ibu dan

bayi baru lahir; menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah

hipotermia.

b. Kunjungan nifas ke-2 (6 hari setelah persalinan) : memastikan

involusio uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah

umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal; memastikan ibu mendapat

cukup makanan, cairan, dan istirahat; memastikan ibu menyusui

dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit;

memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

c. Kunjungan nifas ke-3 ( 2 minggu setelah persalinan) : disesuaikan

berdasarkan perubahan fisik, fisiologis dan psikologis yang diharapkan

dalam dua minggu pasca partum. Perhatian khusus harus diberikan

pada ibu nifas seberapa baik mengatasi perubahan ini dan tanggung

18
jawab yang baru sebagai orang tua. Pada saat ini juga adalah

kesempatan terbaik untuk meninjau pilihan kontrasepsi yang ada.

d. Kunjungan nifas ke-4 ( 6 minggu setelah persalinan) : menanyakan

pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami;

memberikan konseling untuk keluarga berencana secara dini, imunisasi

dan tanda-tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi. Pemeriksaan

kunjungan ini sering kali terdiri dari pemeriksaan riwayat lengkap,

fisik dan panggul.

19

Anda mungkin juga menyukai