Anda di halaman 1dari 14

CRYTICAL ANALYSIS

“Analisis Wacana”

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1

Annisa Dwi Noviana


Annisa Reja
Awwal Al Fauziah
Bella Puspa Sari
Catharina Hermanus P

Dosen Pembimbing :

DR. Susilo Damarini, S.K.M., M.P.H

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI KEBIDANAN SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
PROFESI BIDAN
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat,

taufiq, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“Analisis Wacana”.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian makalah ini, dan juga kepada sumber-sumber yang

digunakan untuk menunjang penyelesaian makalah ini. Tidak lupa juga ucapan

terima kasih kepada seluruh anggota kelompok yang telah bekerja sama dalam

penyelesaian makalah ini.

Demikianlah makalah yang telah kami selesaikan.Tiada gading yang tak

retak, begitu pula makalah ini yang tak luput dari kekurangan.Kritik dan saran

sangat kami harapkan untuk menunjang keberhasilan dari makalah ini.Semoga

makalah ini bermanfaat bagi kita semua.Amin.

Bengkulu, 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang......................................................................................1

2.2 Rumusan Masalah.................................................................................2

3.2 Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wacana...............................................................................6

2.2 Jenis Wacana Menurut Realitanya........................................................7

2.3 Jenis Wacana Menurut Media Komunikasi..........................................9

2.4 Jenis Wacana Menurut Cara Pengungkapan.........................................9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...........................................................................................14

3.2 Saran.....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

. Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan

atau tuturan. Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut

seperti halnya demokrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup.

Seperti halnya banyak kata yang digunakan, kadang-kadang pemakai

bahasa tidak mengetahui secara jelas apa pengertian dari kata yang

digunakan tersebut. Ada yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa

yang lebih besar dari kalimat. Ada juga yang mengartikan sebagai

pembicaraan. Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan

mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra

dan sebagainya. Pembahasan wacana berkaitan erat dengan pembahasan

keterampilan berbahasa terutama keterampilan berbahasa yang bersifat

produktif, yaitu berbicara dan menulis. Baik wacana maupun keterampilan

berbahasa, sama-sama menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.

Wacana berkaitan dengan unsur intralinguistik (internal bahasa) dan

unsur ekstralinguistik yang berkaitan dengan proses komunikasi seperti

interaksi sosial (konversasi dan pertukaran) dan pengembangan tema

(monolog dan paragraf). Realitas wacana dalam hal ini adalah eksistensi

wacana yang berupa verbal dan nonverbal. Rangkaian kebahasaan verbal

atau language exist (kehadiran kebahasaan) dengan kelengkapan struktur

bahasa, mengacu pada struktur apa adanya; nonverbal atau language likes

4
mengacu pada wacana sebagai rangkaian nonbahasa (rangkaian isyarat

atau tanda-tanda yang bermakna).

Wujud wacana sebagai media komunikasi berupa rangkaian ujaran

lisan dan tulis. Sebagai media komunikasi wacana lisan, wujudnya dapat

berupa sebuah percakapan atau dialog lengkap dan penggalan percakapan.

Wacana dengan media komunikasi tulis dapat berwujud sebuah teks,

sebuah alinea, dan sebuah wacana.

Berdasarkan uraian di atas, betapa pentingnya apa itu wacana dan

memahaminya supaya tidak terjadinya kesalah pahaman dalam pengertian

wacana, maka dari itu kami menbahas topik wacana.

2.2 Rumusan Masalah

A. Pengertian Wacana

B. Jenis Wacana Menurut Realitanya

C. Jenis Wacana Menurut Media Komunikasi

D. Jenis Wacana Menurut Cara Pengungkapan

3.2 Tujuan

A. Pengertian Wacana

B. Jenis Wacana Menurut Realitanya

C. Jenis Wacana Menurut Media Komunikasi

D. Jenis Wacana Menurut Cara Pengungkapan

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Wacana

Istilah Wacana secara etimologi, “wacana” berasal dari bahasa

Sansekerta wac/wak/vak, artinya ‘berkata’, ‘berucap’ (Douglas,

1976:266). Bila dilihat dari jenisnya, maka kata wac dalam lingkup

morfologi bahasa Sansekerta, termasuk kata kerja golongan III

parasmaepada(m) yang bersifat aktif, yaitu ‘melakukan tindakan ujaran’.

Kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi wacana. Bentuk

ana yang muncul dibelakang adalah sufiks (akhiran), yang bermakna

‘membedakan’ (nominalisasi).

Menurut Darma (2014) wacana merupakan suatu pernyataan atau

rangkaian pernyatan yang dinyatakan secara lisan atau tulisan dan

memiliki hubungan makna antarsatuan bahasanya serta terikat konteks.

Jadi kata wacana dapat diartikan sebagai ‘perkataan’ atau ‘tuturan’.

2.2 Jenis Wacana Menurut Realitanya

Ditinjau dari segi realitas, sebuah wacana berbentuk rangkaian

kebahasaan dengan semua kelengkapan struktural bahasa. Wacana

berbentuk rangkaian kebahasaan memiliki kelengkapan struktural bahasa,

sedangkan rangkaian nonbahasa berwujud rangkaian isyarat dan rangkaian

tanda-tanda yang bermakna bahasa yang telah disepakati oleh sebagian

kelompok masyarakat sebagai konvensi. Rangkaian isyarat dapat dibagi

6
menjadi tiga, yaitu: 1. isyarat dengan gerak-gerik sekitar kepala atau muka,

2. isyarat melalui gerak-gerik anggota tubuh lain, seperti gerakan tangan dan

gerakan seluruh anggota tubuh, dan 3. Tanda-tanda yang bermakna bahasa

yang terdapat dalam rambu-rambu lalu lintas atau bunyi terompet.

Sementara itu, wacana dari segi realitas diperlukan konstruksi realitas

oleh pelaku pembuat wacana dalam media massa dimulai dengan adanya

realitas pertama berupa keadaan, benda, pikiran, orang, peristiwa, dan

sebagainya. Pembentukkan wacana tidak berada dalam ruang vakum dan

mendapat pengaruh dari faktor internal dan eksternal pada diri penulis,

yakni dalam bentuk kepentingan idealis, ideologis, dari khalayak sasaran

sebagai pasar ataupun sponsor. Oleh sebab itu, wacana yang terbentuk telah

dipengaruhi oleh berbagai faktor, karena di balik wacana terdapat makna,

tujuan, dan citra yang diinginkan untuk kepentingan kelompok atau

seseorang yang sedang diperjuangkan.

2.3 Jenis Wacana Menurut Media Komunikasinya

Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan, ide, atau

gagasan dari satu pihak ke pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di

antara keduanya. Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan

dan pengalaman. Secara umum, bentuk komunikasi, yakni bahasa lisan

atau tulis, sinyal, bahasa tubuh, dan penyebaran berita. Di dalam

komunikasi, terdapat komponen yang harus ada agar komunikasi dapat

berlangsung dengan baik, yaitu: (1.) pengirim atau komunikator (2.)

penerima atau komunikan (3.) pesan, dan umpan balik.

7
Wacana adalah rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang

mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur,

sistematis, dalam suatu kesatuan yang koheren dibentuk oleh unsur

segmental maupun non segmental bahasa. Wacana merupakan proses

komunikasi, yang menggunakan simbol-simbol berkaitan dengan

interpretasi dan peristiwa-peristiwa di dalam sistem kemasyarakatan yang

luas. Melalui pendekatan wacana pesan-pesan komunikasi, seperti kata-

kata, tulisan, gambar-gambar, dan lain-lain tidak bersifat netral. Berkaitan

dengan itu, wacana merupakan suatu pendekatan komunikasi yang

mengandung beberapa unsur terkait golongan, identitas, serta tujuan

tertentu.

Keberadaan wacana dianggap penting dari orang-orang yang

menggunakannya bedasarkan peristiwa, keadaan, situasi tertentu maka hal

tersebut menjadi unsur terpenting untuk melatarbelakangi ideologi

masyarakat. Beberapa jenis wacana menjadi salah satu kualitas dan

pembeda teks wacana tersebut. Jenis wacana dapat diklasifikasikan

menjadi beberapa bagian. Menurut Rusminto (2015: 11-19),

pengklasifikasian jenis wacana tergantung dari mendia komunikasinya,

yaitu sebagai berikut:

A. Berdasarkan Saluran Komunikasi

Berdasarkan saluran yang digunakan dalam berkomunikasi, wacana dapat

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu wacana tulis dan wacana lisan. Wacana

tulis adalah teks yang berupa rangkaian kalimat yang disusun dalam bentuk

8
tulisan atau ragam bahasa tulis. Wacana lisan adalah teks yang merupakan

rangkaian kalimat yang ditranskripsi dari rekaman bahasa lisan.

Wacana tulisa dan wacana lisan memiliki perbedaan karakteristik dari segi

bahasa yang digunakan. Misalnya bahasa dalam wacana lisan cenderung tidak

menggunakan benda yang panjang, sedangkan dalam wacana tulis sering

menggunakan.

B. Berdasarkan Peserta Komunikasi

Berdasarkan jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi wacana dapat

diklasifikasikan ke dalam tiga klasifikasi, yaitu wacana monolog, wacana

dialog, dan wacana polilog. Dalam wacana ini yang terlibat pembicaraan

dalam berkomunikasi.

A. Wacana Monolog

Pada wacana monolog, pendengar tidak memberikan tanggapan secara

langsung atas ucapan pembicara. Pembicara mempunyai kebebasan untuk

menggunakan waktunya, tanpa diselingi oleh mitra tuturnya. Contoh dari

wacana monolog adalah ceramah, pidato.

B. Wacana Dialog

Kemudian, apabila peserta dalam komunikasi itu ada dua orang dan terjadi

pergantian peran (dari pembicaraan menjadi pendengar atau sebaliknya),

wacana yang dibentuknya disebut dialog. Contoh dari wacana dialog,

adalah antara dua orang yang sedang mengadakan perbincangan di sekolah.

Situasinya bisa resmi dan tidak resmi.

9
C. Wacana Polilog

Adapun apabila peserta dalam komunikasi itu lebih dari dua orang dan

terjadi pergantian peran, wacana yang dihasilkan disebut polilog.

Contohnya adalah perbincangan antara beberapa orang dan mereka

memiliki peran pembicaraan dan pendengar. Situasinya pun bisa resmi dan

tidak resmi.

2.4 Jenis Wacana Menurut Cara Pengungkapannya

A. Wacana pembeberan atau eksplository discourse

Wacana yang tidak mementingkan waktu dan penutur , berorientasi pada

waktu pembicaraan , dan bagian lainnya diikat secara logis (Tarigan,

2007).

B. wacana penuturan (Narattive discourse)

Wacana yang mementingkan urutan waktu , dituturkan oleh pesona

pertama atau ketiga dalam waktu tertentu , berorientasi pada pelaku dan

seluruh bagiannya diikat oleh kronologi. (Tarigan, 2007).

2.5 Analisis Wacana Krisis

Analisis wacana muncul sebagai suatu reaksi terhadap linguistik

murni yang tidak bisa mengungkapkan hakikat bahasa secara sempurna.

Analisis wacana mengkaji bahasa secara terpadu berbeda dengan

linguistik yang mengkaji bahasa secara terpisah, tak terkecuali unsur

bahasa yang terikat pada konteks pemakaian. Analisis wacana adalah suatu

disiplin ilmu yang berusaha mengkaji penggunaan bahasa yang nyata

dalam komunikasi. Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti

dan menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik secara lisan

10
maupun tulis. Analisis wacana juga menekankan pada penggunaan bahasa

dalam konteks sosial, khususnya dalam penggunaan bahasa antarpenutur.

Hal tersebut bertujuan untuk mencari penggunaan bahasa di

masyarakat secara realita dan cenderung tidak merumuskan kaidah bahasa

seperti dalam tata bahasa. (Darma, 2009: 15). Pada analisis wacana kritis,

wacana berupaya mengkaji tentang suatu makna pemberitaan media

melalui teks yang dihubungkan dengan konteks sosial, upaya kekuatan

sosial, dan pelecehan. Selain itu, analisis wacana kritis sebagai kelompok

gagasan atau motif berfikir yang dapat dikenali dalam teks dan komunikasi

verbal.

Analisis wacana kritis juga menghasilkan klaim interpretif dengan

memandang pada efek kekuasaan dari wacana dalam kelompok-kelompok

orang tanpa klaim yang dapat digeneralisasikan pada konteks lain. Analisis

wacana kritis dapat digunakan dalam beberapa hal misalnya, untuk

membangun kekuasaan, ilmu pengetahuan baru, dan hegemoni baru di

masyarakat. Selain itu, analisis wacana kritis berkaitan dengan teks,

kognisi sosial, dan konteks yang diantaranya mengandung kekuatan,

kekuasaan, ketidaksetaraan, ketidakadilan, dan prasangka. Di sisi lain,

menurut Fairclough dan Wodak (dalam Darma, 2013:51-52), pemakaian

bahasa tuturan maupun tulisan merupakan salah satu bentuk praktik social.

Penggunaan wacana sebagai praktik sosial menyebabkan sebuah hubungan

dialeksis di antara peristiwa deskriptif tertentu dengan situasi, institusi,

dan struktur sosial yang membentuknya. Penggunaan Bahasa merupakan

11
unsur penting dalam pembetukan suatu wacana. Penggunaan struktur

linguistik pada analisis wacana kritis yaitu, 1) sistemasi, transformasi, dan

mengaburkan analisis realitas, 2) mengatur ide dan prilaku orang lain 3)

menggolong-golongkan masyarakat. Ketiga penggunaan struktur linguistik

tersebut merupakan unsur penting dalam pembentukan analisis wacana

kritis. Analisis wacana kritis dapat digunakan dalam konteks seharihari

untuk membangun kekuasaan, ilmu pengetahuan baru, dan hegemoni.

Selain itu, analisis wacana kritis berkaitan dengan studi diskursif, yaitu

kekuatan, kekuasaan, ketidaksetaraan, ketidakadilan, dan prasangka.

Di samping itu, analisis wacana kritis memandang wacana sebagai

salah satu praktik sosial yang menyebabkan sebuah hubungan dialektif di

antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi institusi dan struktur

sosial yang membentuknya. Analisis wacana kritis menurut van Dijk,

Fairclough dan Wodak (dalam Eriyanto, 2001: 8-14) ada lima karakteristik

penting dari analisis wacana kritis, yaitu tindakan, konteks, historis,

kekuasaan dan ideologi.

2.6

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau

tuturan. Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya

demokrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup. Seperti halnya banyak

kata yang digunakan, kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara

jelas apa pengertian dari kata yang digunakan tersebut. Ada yang mengartikan

wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Ada juga yang

mengartikan sebagai pembicaraan.

Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi

bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya.

Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk

berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian

kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan

jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan

berpendoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka

dari itu penulis mengharapkam kritik dan saran mengenai pembahasan

makalah dalam kesimpulan di atas

13
DAFTAR PUSTAKA

Darma, Y. Aliah. 2014. Analisis Wacana Kritis dalam Multiperspektif. Bandung:

Reflika Aditama

14

Anda mungkin juga menyukai