Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

JENIS – JENIS MAKNA

OLEH:

KELOMPOK 3:

1. Kalpiyandri (122019024)
2. Nora Almita (122019018)
3. Sukmawati (122019022)
4. Dina Yulinar (1220190)

Mata kuliah : Semantik Bahasa Indonesia

Dosen Pembimbing : Tuti Alawiyah, S.Pd., M.Pd.

UNIVERSITAS ISLAM OGAN KOMERING ILIR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
2021

9
KATA PENGANTAR
 

Syukur Alhamdulillah kita ucapkan kehadirat Allah SWT., berkat limpahan rahmat,
kemudahan, dan karunia-Nya, sehingga makalah semantik ini dapat disusun dan diselesaikan
tepat pada waktunya tanpa menemui hambatan yang berarti.

Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
semantik. Dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu,
penyusun minta kritik dan sarannya yang bersifat membangun untuk ke arah yang lebih baik
lagi ke depannya.

Akhirnya, penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan tugas ini mohon maaf tidak bisa disebutkan satu persatu. Terutama
penyusun berterima kasih kepada dosen pembimbing yakni Ibu Tuti Alawiyah, S.Pd., M.Pd.
yang telah memberikan tugas ini. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat untuk pembaca
terutama untuk penyusun.

Kayuagung, 10 Oktober 2021

Penulis

9
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR.............................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................4

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................4

BAB II......................................................................................................................5

PEMBAHASAN......................................................................................................5

A. Jenis – jenis Makna.........................................................................................

1. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal.....................................................

2. Makna Referensial dan Makna Noneferensial............................................

3. Makna Denotatif dan Konotatif...................................................................

4. Makna Kata dan Makna Istilah...................................................................

5. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif....................................................

6. Makna Idiomatikal dan Peribahasa.............................................................

7. Makna Kias..................................................................................................

4. Makna Kolusi, Ilokusi, dan Perlokusi.........................................................

BAB III..................................................................................................................10

PENUTUP..............................................................................................................10

Kesimpulan.........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

9
BAB I

PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang

Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Bahasa merupakan
alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna pada setiap perkataan yang
diucapkan. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa sentiasa dianalisis dan dikaji dengan
menggunakan perbagai pendekatan untuk mengkajinya. Antara lain pendekatan yang dapat
digunakan untuk mengkaji bahasa ialah pendekatan makna. Semantik merupakan salah satu bidang
linguistik yang mempelajari tentang makna.

Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau lambang (sign).


“Semantik” pertama kali digunakan oleh seorang filolog Perancis bernama Michel Breal pada tahun
1883. Kata semantik kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik
yang mempelajari tentang tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Oleh karena itu,
kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari
tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik (Chaer, 1994: 2).

Bidang studi linguistik yang objek penelitiannya makna bahasa merupakan satu tataran
linguistik. Semantik dengan objeknya yaitu makna, berada di seluruh atau disemua tataran yang
bangun-membangun ini : makna berada didalam tataran fonologi, morfologi dan sintaksis. Semantik
bukan satu tataran dalam arti unsur pembangun satuan lain yang lebih besar, melainkan unsur yang
berada pada semua tataran itu, meski sifat kehadiranya pada tiap tataran itu tidak sama.

Bahasa merupakan media komunikasi yang paling efektif yang dipergunakan oleh manusia
untuk berinteraksi dengan individu lainnya. Bahasa yang digunakan dalam berinteraksi pada
keseharian kita sangat bervariasi bentuknya, baik dilihat dari fungsi maupun bentuknya. Tataran
penggunaan bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat dalam berinteraksi tentunya tidak lepas
dari penggunaan kata atau kalimat yang bermuara pada makna, yang merupakan ruang lingkup dari
semantik.

1.2    Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian hakikat makna?

2.      Apa saja jenis makna?

1.3    Tujuan Masalah

1.      Mengetahui pengertian hakikat makna.

9
2.      Mengetahui jenis-jenis makna.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Makna

Semantik merupakan salah satu bidang semantik yang mempelajari tentang makna.
Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan
bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu
menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82)
mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Dalam Kamus
Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :

1. maksud pembicara;

2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok
manusia;

3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan
semua hal yang ditunjukkannya, dan

4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).

Menurut teori yang dikembangkan dari pandangan Ferdinand de Saussure, makna adalah
’pengertian’ atau ’konsep’ yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda-linguistik. Menurut de
Saussure, setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur, yaitu (1) yang diartikan (Perancis: signifie,
Inggris: signified) dan (2) yang mengartikan (Perancis: signifiant, Inggris: signifier). Yang diartikan
(signifie, signified) sebenarnya tidak lain dari pada konsep atau makna dari sesuatu tanda-bunyi.
Sedangkan yang mengartikan (signifiant atau signifier) adalah bunyi-bunyi yang terbentuk dari
fonem-fonem bahasa yang bersangkutan. Dengan kata lain, setiap tanda-linguistik terdiri dari unsur
bunyi dan unsur makna. Kedua unsur ini adalah unsur dalam-bahasa (intralingual) yang biasanya
merujuk atau mengacu kepada sesuatu referen yang merupakan unsur luar-bahasa (ekstralingual).

Dalam analisis semantik juga harus disadari, karena bahasa itu bersifat unik, dan
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan masalah budaya maka, analisis suatu bahasa hanya
berlaku untuk bahasa itu saja, tetapi tidak dapat digunakan untuk menganalisis bahasa lain.
Umpamanya, kata ikan dalam bahasa Indonesia merujuk pada jenis binatang yang hidup dalam air
dan biasa dimakan sebagai lauk; dan dalam bahasa Inggris separan dengan fish. Tetapi
kata iwak dalam bahasa Jawa bukan hanya berarti ‘ikan’ atau ‘fish’, melainkan juga berarti daging
yang digunakan sebagai lauk.

Di dalam penggunaannya dalam penuturan yang nyata makna kata atau leksem seringkali,
dan mungkin juga biasanya, terlepas dari pengertian atau konsep dasarnya dan juga dari acuannya.

9
Contohya : Dasar buaya ibunya sendiri ditipunya. Oeh karena itu, banyak pakar mengatakan bahwa
kita baru dapat menentukan makna sebuah kata apabila kata itu sudah berada dalam konteks
kalimatnya.

2.2 Jenis Makna

            Jenis atau tipe makna itu memang dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut
pandang. Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna
gramatikal, berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata/leksem dapat dibedakan adanya
makna referensial dan makna nonreferensial, berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah
kata/leksem dapat dibedakan adanya makna denotatif dan makna konotatif, berdasarkan ketepatan
maknanya dikenal adanya makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna khusus. Lalu
berdasarkan kriteria lain atau sudut pandang lain dapat disebutkan adanya makna-makna asosiatif,
kolokatif, reflektif, idiomatik, dan sebagainya.

Berikut ini akan dipaparkan jenis-jenis makna tersebut :

1.    Makna Leksikal dan Makna Gramatikal

a.      Makna Leksikal

Adalah bentuk ajektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuler, kosakata,
pembendaharaan kata). Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang
bermakna. Kalau leksikon kita samakan dengan kosakata atau perbendaharaan kata, makna leksem
dapat kita samakan dengan kata. Dengan demikian, makna leksikal dapat diartikan sebagai makna
yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Dapat pula dikatakan makna leksikal
adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat
indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita.

Contoh : kata kepala dalam kalimat kepalanya hancur kena pecahan granat adalah makna
leksikal, tetapi dalam kalimat Rapornya ditahan kepala sekolah karena ia belum membayar uang
SPP adalah bukan bermakna leksikal. Kata memetik dalam kalimat ibu memetik sekuntum mawar
adalah bermakna leksikal.

Kalau disimak contoh-contoh diatas dapat disimpulkan bahwa makna leksikal dari suatu kata
adalah gambaran yang nyata tentang suatu konsep seperti yang dilambangkan kata itu.

b.      Makna Gramatikal

9
Makna gramatikal adalah makna yang menyangkut hubungan intra bahasa, atau makna yang
muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata di dalam kalimat. Di dalam semantik makna
gramatikal dibedakan dari makna leksikal. Sejalan dengan pemahaman makna (sense ‘pengertian’;
‘makna’) dibedakan dari arti (meaning ‘arti’). Makna merupakan pertautan yang ada antara satuan
bahasa, dapat dihubungkan dengan makna gramatikal, sedangkan arti adalah pengertian satuan
kata sebagai unsur yang dihubungkan. Makna leksikal dapat berubah ke dalam makna gramtikal
secara operasional.

2.    Makna Referensial dan Makna Nonreferensial

a.      Makna Referensial

Makna referensial yaitu sesuatu diluar bahasa yang diacu oleh kata itu maka kata tersebut
disebut kata bermakna referensial. Misalnya kata meja dan kursi termasuk kata yang bermakna
referensial karena keduanya mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang disebut
meja dan kursi.

Contoh lain :  Orang itu menampar orang

                                                      1                                  2

Pada contoh diatas bahwa orang1 dibedakan maknanya dari orang2 karena orang1sebagai pelaku
(agentif) dan orang2 sebagai pengalam (yang mengalami makna yang diungkapkan verba), hal
tersebut menunjukkan makna kategori yang berbeda, tetapi makna referensi mengacu kepada
konsep yang sama (orang = manusia).

b.      Makna Nonreferensial

Makna nonreferensial adalah sebuah kata yang tidak mempunyai referen (acuan). Seperti
kata preposisi dan konjungsi, juga kata tugas lainnya. Dalam hal ini kata preposisi dan konjungsi
serta kata tugas lainnya hanya memiliki fungsi atau tugas tapi tidak memiliki makna.

Berkenaan dengan bahasan ini ada sejumlah kata yang disebut kata-kata deiktis,  yaitu kata
yang acuannya tidak menetap pada satu wujud, melainkan dapat berpindah dari wujud yang satu
kepada wujud yang lain. Yang termasuk kata-kata deiktis yaitu: dia, saya, kamu, di sini, di sana, di
situ, sekarang, besok, nanti, ini, itu.

Contoh lain referen kata di sini dalam ketiga kalimat berikut

(a)    Tadi dia duduk di sini

(b)   ”Hujan terjadi hampir setiap hari di sini”, kata walikota Bogor.

(c)    Di sini,  di Indonesia, hal seperti itu sering terjadi.


9
Pada kalimat (a) kata di sini  menunjukan tempat tertentu yang sempit sekali. Mungkin bisa
dimaksudkan sebuah bangku, atau hanya pada sepotong tempat dari sebuah bangku. Pada kalimat
(b) di sini  menunjuk pada sebuah tempat yang lebih luas yaitu kota Bogor. Sedangkan pada kalimat
(c) di sini merujuk pada daerah yang meliputi seluruh wilayah Indonesia. Jadi dari ketiga macam
contoh diatas referennya tidak sama oleh karena itu disebut makna nonreferensial.

3.    Makna Denotatif dan Makna Konotatif

a.      Makna Denotaif

Pembedaan makna denotatif dan konotatif didasarkan pada ada atau tidak adanya “nilai
rasa” pada sebuah kata. Setiap kata, terutama yang disebut penuh, mempunyai makna denotatif,
tetapi tidak setiap kata itu mempunyai makna konotatif.

Makna denotatif (sering juga disebut makna denotasional,makna konseptual, atau makna


kognitif karena dilihat dari sudut yang lain) pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab
makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi
menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. Jadi, makna
denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif. Lalu karena itu makna denotasi sering
disebut sebagai “makna sebenarnya” umpamanya kata perempuan dan wanita. Kedua kata ini
mempunyai makna denotasi yang sama, yaitu manusia dewasa bukan laki-laki. Begitu juga kata
gadis dan perawan, kata istri dan bini. Kata gadis dan perawan memiliki makna denotasi yang sama,
yaitu wanita yang belum bersuami atau belum pernah bersetubuh, sedangkan kata istri dan bini
memiliki makna denotasi yang sama, yaitu wanita yang mempunyai suami.

b.      Makna Konotatif

Makna konotatif adalah makna yang berupa kiasan atau yang disertai nilai rasa, tambahan-
tambahan sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman, dan kriteria-kriteria tambahan yang
9
dikenakan pada sebuah makna konseptual. Seperti kata kursi, kursi disini bukan lagi tempat duduk,
melaikan suatu jabatan atau kedudukan yang ditempati oleh seseorang. Kursi diartikan sebagai
tempat duduk mengandung makna lugas atau makna denotatif. Kursi yang diartikan suatu jabatan
atau kedudukan yang diperoleh seseorang mengandung makna kiasan atau makna konotatif.

4.    Makna Kata dan Makna Istilah

Pembedaan adanya makna kata dan makna istilah berdasarkan ketepatan makna kata itu dalam
penggunannya secara umum dan secara khusus. Dalam penggunaan bahasa secara umum acapkali
kata-kata itu digunakan secara tidak cermat sehingga maknanya bersifat umum. Tetapi dalam
penggunaan secara khusus, dalam bidang tertentu, kata-kata itu digunakan secara cermat sehingga
maknanya pun menjadi tepat.

Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah digunakan di dalam suatu kalimat. Kalau lepas
dari konteks kalimat, makna kata itu menjadi umum dan kabur. Berbeda dengan kata yang
maknanya masih bersifat umum, maka ‘istilah’ memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketepatan dan
kepastian makna istilah itu karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan
tertentu.

Perbedaan antara makna kata dan istilah dapat dilihat dari contoh berikut :

(1) Tangannya luka kena pecahan kaca.

(2) Lengannya luka kena pecahan kaca.

Kata tangan dan lengan pada kedua kalimat di atas adalah bersinonim atau bermakna sama.

Namun dalam bidang kedokteran kedua kata itu memiliki makna yang  berbeda.Tangan bermakna
bagian dari pergelangan sampai ke jari tangan; sedangkan lenganadalah bagian dari pergelangan
sampai ke pangkal bahu.

5.    Makna Konseptual dan Makna Asosiatif

Leech (1976) membedakan makna atas makna konseptual dan makna asosiatif.

9
a.      Makna Konseptual

Makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya, makna yang sesuai
dengan referennnya, dan makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apapun. Jadi, sebenarnya
makna konseptual ini sama dengan makna referensial, makna leksikal, dan makna denotatif.

b.      Makna Asosiatif

Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya
hubungan kata itu dengan keadaan diluar bahasa. Misalnya, kata melati berasosiasi dengan makna
‘suci’, atau ‘kesucian’, kata merah berasosiasi dengan makna ‘berani’ atau juga ‘dengan golongan
komunis’. Makna asosiatif ini sesungguhnya sama dengan perlambang-perlambang yang digunakan
oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain. Maka dengan demikian, dapat
dikatakan melati digunakan sebagai perlambang “kesucian”, marah digunakan sebagai perlambang
“keberanian”, dan dalam dunia politik digunakan sebagai lambang golongan komunis.

Disamping itu kedalamnya termasuk juga makna-makna lain seperti makna stilistika, makna
afektif, dan makna kolokatif.

Makna stilistika berkenaan dengan gaya pemilihan kata sehubungan dengan adanya
perbedaan sosial dan bidang kegiatan didalam masyarakat. Karena itulah dibedakan makna kata
rumah, pondok, istana, keraton, kediaman, tempat tinggal, dan residensi.

Makna afektif berkenaan dengan perasaan pembicara pemakai bahasa secara pribadi, baik
terhadap lawan bicara maupun terhadap objek yang dibicarakan. Makna afektif lebih terasa secara
lisan dari pada secara tertulis. Contoh “tutup mulut kalian!” bentaknya kepada kami.

Makna kolokatif berkenaan dengan makna kata dalam kaitannya dengan makna kata lain
yang mempunyai “tempat” yang sama dalam sebuah frase. Misalnya kita dapat mengatakan gadis
itu cantik, bunga itu indah, dan pemuda itu tampan. Demikian juga dengan kata laju, deras,
kencang, cepat, dan lancar yang mempunyai makna yang sama, tetapi pasti mempunyai kolokasi
yang berbeda. kita bisa mengatakan hujan deras, dan berlari dengan cepat, namun tidak bisa
sebaliknya hujan cepat, dan berlari dengan deras.

6.    Makna Idiomatikal dan Peribahasa

a.      Makna Idiom

Makna idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat ”diramalkan” dari makna
unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal. Idiom adalah satuan-satuan bahasa
9
(bisa berupa kata, frase, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat ‘diramalkan’ dari makna
leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Misalnya, menurut
kaidah gramatikal kata-kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbingan memiliki makna
hal yang disebut bentuk dasarnya. Tetapi kata kemaluan tidak memiliki makna seperti itu. Begitu
juga frase rumah kayu bermakna ‘rumah yang terbuat dari kayu’; tetapi frase rumah batu selain
bermakna gramatikal ‘rumah yang terbuat dari batu’, juga memiliki makna lain yaitu ‘pegadaian’
atau ‘rumah gadai’. Ada dua macam bentuk idiom dalam bahasa indonesia yaitu: idiom penuh dan
idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang unsur-unsurnya secara keseluruhan sudah
merupakan satu kesatuan dengan satu makna.  Idiom ada dua macam, yaitu:

1.      idiom penuh. Idiom penuh adalah idiom yang semua unsur-unsurnya sudah melebur menjadi satu
kesatuan, sehingga makna yang dimiliki berasal dari seluruh kesatuan itu. Contohnya meja
hijaudan membanting tulang.

1. Idiom sebagian. Idiom sebagian adalah idiom yang salah satu unsurnya masih memiliki
makna leksikalnya sendiri. Misalnya buku putih, daftar hitam, dan koran kuning.

b.      Peribahasa

peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-
unsurnya karena adanya ”asosiasi” antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa.
Umpamanya peribahasa Seperti anjing dengan kucing  yang bermakna ’dikatakan ihwal dua orang
yang tidak pernah akur’. Makna ini memiliki asosiasi, bahwa binatang yang namanya anjing dan
kucing jika bertemu memang selalu berkelahi, dan tidak pernah damai.

7.    Makna Kias

Dalam kamus umum bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta ada digunakan istilah arti
kiasan. Penggunaan istilah arti kiasan ini sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Semua bentuk bahasa
(kata, frase, maupun kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual,
atau arti denotatif) disebut mempunyai arti kiasan. Contohnya, putri malam dalam arti bulan, raja
siang dalam arti matahari, kapal padang pasir dalam arti unta, pencakar langit dalam arti gedung
bertingkat tinggi, bunga desa dalam arti gadis cantik semuanya mempunyai arti kiasan.

9
8.    Makna Sempit

makna sempit (narrowed meaning) adalah makna yang lebih sempit dari keseluruhan ujaran.
Makna yang asalnya lebih luas dapat menyempit, karena dibatasi. Bloomfield mengemukakan
adanya makna sempit dan makna luas dalam perubahan makna ujaran. Perubahan makna suatu
bentuk ujaran secara semantik berhubungan, tetapi ada juga yang menduga bahwa perubahan
terjadi dan seolah-olah bentuk ujaran hanya menjadi objek yang relatif permanen.

9.    Makna Luas

Makna luas adalah makna yang terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang diperkirakan.
Kata-kata yang berkonsep memiliki makna luas dapat muncul dari makna yang sempit. Kata-kata
yang memiliki makna luas digunakan untuk mengungkapkan gagasan atau ide yang umum.

10.    Makna Konstruksi

Makna konstruksi adalah makna yang terdapat didalam konstruksi, makna milik yang
diungkapkan dengan urutan kata didalam bahasa Indonesia. Makna milik dapat diungkapkan
melalui enklitik sebagai akhiran yang menunjukan kepunyaan.

Contohnya :    perempuan itu ibu saya

            Itu ibu saya

Rumahnya jauh dari sini

Dimana rumahmu

Ia

11.    Makna Proposisi

Makna proposisi adalah makna yang muncul bila kita membatasi pengertian tentang
sesuatu. Kata-kata dengan makna proposisi kita dapatkan dibidang matematika. Makna proposisi
mengandung pula saran, hal, rencana, yang dapat dipahami, melalui konteks.

9
12.    Makna Piktorial

Makna piktorial adalah makna suatu kata yang berhubungan dengan perasaan pendengar
atau pembaca. Misalnya, pada situasi makan kita berbicara tentang sesuatu yang menjijikan dan
menimbulkan perasaan jijik bagi si pendengar, sehingga ia menghentikan kegiatan (aktivitas)
makan.

Perasaan muncul segera setelah mendengar atau membaca suatu ekspresi yang menjijikan,
atau perasaan benci. Perasaan dapat pula berupa perasaan gembira di samping perasaan yang
disebutkan diatas.

Contoh :

1.    Kenapa kau sebut nama dia.

2.    Kakus itu kotor sekali.

3.    Ah, konyol.

4.    Ia tinggal di gang yang becek itu.

13.    Makna Idesional

Makna idesional adalah makna yang muncul sebagai akibat penggunaan kata yang berkonsep. Kata
yang dapat dicari konsepnya atau ide yang terkandung didalam satuan kata-kata, baik bentuk dasar
maupun turunan.

14. Kolusi, Ilokusi, dan Perlokasi

Makna Kolusi
Makna ini merupakan makna kata yang menjelaskan atau pernyataan suatu hal secara jelas
tanpa ada maksud atau makna lain di dalamnya. Makna ini biasanya terkandung
dalam contoh berita , conoh kalimat pernyataan , dan kalimat deklaratif . Agar lebih
diperlihatkan beberapa contoh makna kata lokusi.

1. Jakarta merupakan Ibukota dari negara Republik Indonesia.

9
2. Saat ini, para siswa tengah menjalani masa liburan semester selama dua minggu.
3. Rumah Pak Broto ada di daerah Tebet, Jakarta Selatan.
4. Sapardi Djoko Damono merupakan penyair Indonesia yang lahir di Solo, 20 Maret
1940.
5. Chairil Anwar merupakan salah satu penyair angkatan '45 selain Rivai Apin dan
Asrul Sani.
6. Andini adalah anak bungsu dari empat bersaudara.
7. Amelia telah menamatkan kuliahnya selama 4 tahun.
8. Acara wisuda tahun inni yang dihadiri oleh 300 wisudawan.
9.

Makna Ilokusi

Makna ini merupakan makna tersembunyi dari sebuah kata atau pernyataan. Untuk
lebih jelasnya, perhatikanlah beberapa contoh di bawah ini!

1. Awas, ada anjing gila!

 Kalimat di atas bermakna bahwa orang-orang harus waspada karena ada anjing gila
yang sewaktu-waktu bisa menyerang dan menggigit.

2. Kusut sekali pakaian yang kau kenakan itu!

 Makna ilokusi dari kalimat di atas adalah bahwa seseorang yang memakai baju kusut
itu harus merapikan bajunya atau menggantinya dengan baju yang lebih rapi.

3. Warna cat rumahmu mulai memudar.

 Makna ilokusi dari kalimat di atas adalah bahwa seseorang yang warna kucing
rumahnya mulai berkurang mesti mengecat rumahnya kembali agar rumah orang
tersebut kembali terlihat cerah .

Makna Perlokusi

9
Makna ini merupakan pemaknaan atau sikap seseorang terhadap suatu kalimat yang
dia dengar atau yang dia baca. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat pada contoh-contoh di
bawah ini!

1. Jalan sedang diperbaiki.

 Ketika orang membaca kalimat di atas, maka orang tersebut tidak akan melewati
jalan yang sedang diperbaiki tersebut dan kemudian memilih jalan lain yang bisa
dilewati.

2. Zona khusus anak-anak.

 Ketika orang–khususnya orang dewasa–membaca tulisan di atas, maka orang tersebut


tidak akan memasuki area atau tempat yang dimaksud (zona khusus anak-anak).

3. Kusut sekali pakaian yang kau kenakan itu!

 Ketika orang–terutama orang yang pakaiannya kusut–mendengar kalimat di atas,


maka orang tersebut akan memperbaiki pakaian kusutnya atau menggantinya dengan
pakaian yang lebih rapi.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna pada
setiap perkataan yang diucapkan. Semantik merupakan salah satu bidang linguistik yang
mempelajari tentang makna. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Dalam Kamus
Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :

1. maksud pembicara;

2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok
manusia;

3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan
semua hal yang ditunjukkannya,dan

4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).

            Pada kajian semantik ini kita dapat mengetahui tentang hakikat makna, jenis-jenis makna
(makna leksikal, makna gramatikal dan kontekstual, makna referensial dan nonreferensial, makna
konotatif dan denotatif, makna istilah dan makna kata, makna konseptual dan asosiatif, makna
Idiom dan Peribahasa, makna konotatif, makna stilistika, makna afektif, makna kolokatif, makna
spesifik, dan makna tematikal).

3.2 Saran

Saran ini ditujukan agar sesorang bisa mengetahui apa saja jenis-jenis makna dan apa saja
yang terdapat didalam makna.

9
Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik 2 Pemahaman Ilmu makna. Bandung :

       Refika Aditama

Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Pengantar Kearah Ilmu Makna. Bandung :

       Refika Aditama.

9
https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/31/jenis-jenis-makna-dan-perubahannya/

https://dimasyuniantoherbowo.blogspot.co.id/search?q=jenis+makna

http://nuurbastra.blogspot.co.id/2013/10/bab-i-pendahuluan-1.html

Anda mungkin juga menyukai