Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Semantik Bahasa Indonesia Yang
Diampu Oleh Ibu Tsalitsatul Maulidah, M.Pd.
Disusun oleh:
UNIVERSITAS BILLFATH
LAMONGAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, atas rahmat-Nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
tema dari makalah kami adalah “Jenis-Jenis Makna”.
Kami jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami
maka, kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi kita semua dan khususnya untuk teman-teman
kami yang sudah membaca makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
A. Pengertian Makna............................................................................................5
B. Jenis-jenis makna.............................................................................................6
A. Kesimpulan....................................................................................................14
B. Saran..............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang diperoleh manusia sejak lahir.
Pada awal bayi dilahirkan belum memiliki kemampuan dalam berbicara
dengan orang lain. Penguasaan sebuah bahasa oleh seorang anak dimulai
dengan perolehan bahasa pertama yang sering kali disebut bahasa ibu.
Pemerolehan bahasa pertama sangat berkaitan dengan perkembangan sosial
anak dan pembentukan identitas sosial. Mempelajari bahasa pertama
merupakan salah satu perkembangan menyeluruh anak menjadi anggota suatu
masyarakat.
Seseorang tidak dengan tiba-tiba memiliki tata bahasa yang lengkap
dengan semua kaidah dalam otaknya. Bahasa pertama diperoleh oleh seorang
anak dalam beberapa tahap, dan setiap tahap berikutnya lebih mendekati tata
bahasa dari bahasa orang dewasa. Istilah pemerolehan merupakan padanan
kata acquisition. Istilah ini dipakai dalam proses penguasaan bahasa pertama
sebagai salah satu perkembangan yang terjadi pada seorang manusia sejak
lahir. Untuk mengetahui bagaimana hakikat, ciri, dan karakter dari
pemerolehan bahasa ini, kita perlu mengetahui lebih dalam mengenai
pemerolehan bahasa dari berbagai aspek. Oleh karena itu, dalam makalah ini
akan dibahas dan dijabarkan mengenai pemerolehan bahasa pertama.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan keterangan dari latar belakang di atas dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan makna?
2. Apa saja jenis-jenis makna?
C. Tujuan
Berdasarkan keterangan dari rumusan masalah di atas dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui maksud dari makna.
2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis makna.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Makna
Makna merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu
melekat dari apa yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah
beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna
merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu
menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer
Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara
makna dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure (dalam Abdul
Chear, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau
konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.
Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :
1. Maksud pembicara;
2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau
1. Perilaku manusia atau kelompok manusia;
2. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara
3. Bahasa atau antar ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya, dan
Bloomfied (dalam Abdul Wahab, 1995:40) mengemukakan bahwa makna
adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batasbatas unsur-
unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Terkait dengan hal
tersebut, Aminuddin (1998:50) mengemukakan bahwa makna merupakan
hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang disepakati oleh pemakai
bahasa sehingga dapat saling mengerti. Dari pengertian di atas, dapat
dikatakan bahwa batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan
karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang
berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.
Sebuah kata, misalnya “buku”, terdiri dari unsur lambang bunyi yaitu [b-u-
k-u] dan konsep atau citra mental berbeda-beda (objek) yang dinamakan
“buku”. Selain itu misalnya “kursi”, makna kata “kursi” adalah konsep kursi
5
yang tersimpan dalam otak kita dan dilambangkan dengan kata [k-u-r-s-i] dan
memiliki makna sebuah perabotan yang digunakan untuk duduk.
B. Jenis-jenis Makna
Jenis makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut
pandang. Karena bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan
dalam kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itu pun menjadi
bermacam-macam dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda. Berikut
jenis-jenis makna menurut Mansoer Pateda:
1. Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna yang unsur-unsur bahasanya sebagai
lambang benda, peristiwa, dan lainnya (Fatimah, 1999:13). Pendapat lain
mengemukakan bahwa makna leksikal adalah makna kata ketika kata itu
berdiri sendiri terutama dalam bentuk berimbuhan yang maknanya lebih
kurang tepat, seperti yang dapat dibaca dalam kamus bahasa tertentu
(Mansoer, 2001:199). Menurut Chear (2003:289) yang dimaksud makna
leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada laksem meski tanpa
konteks apapun.
Misalnya kata kuda memiliki makna leksikal “sejenis binatang
berkaki empat yang biasa dikendarai”, laksem pensil bermakna leksikal
“sejenis alat tulis yang terbuat dari kayu dan arang” . Makna leksikal juga
bias dikatakan sebagai makna sebenarnya atau makna yang sesuai dengan
makna yang dianggap indra manusia.
2. Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang baru ada kalau terjadi proses
gramatikal, seperti apiksasi, reduplikasi, komposisi. Misalnya pada proses
afiksasi prefiks ber- dengan dasar baju maka akan melahirkan makna
gramatikal “mengenakan atau memakai baju” (Chear, 2003:290).
Sedangkan menurut ahli lain mengemukakan bahwa makna gramatikal
adalah makna yang menyangkut hubungan intrabahasa atau makna bahasa
yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata didalam kalimat
(Fatimah, 2001:13).
6
Makna gramatikal atau makna fungsional atau makna internal
adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya kata dalam
kalimat (Mansoer, 2001:103). Jadi, makna gramatikal adalah makna yang
muncul sebagai akibat adanya proses gramatikal seperti proses afiksasi,
reduplikasi, dan komposisi.
3. Makna Kontekstual
Makna Kontekstual Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kontekstual artinya adalah sesuai dengan konteks. Sedangkan arti dari
konteks adalah bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung
atau menambah kejelasan makna. Dengan begitu, makna kontekstual
adalah makna yang muncul tergantung dengan konteksnya. Biasanya
bergantung bagaimana tempat, waktu, lingkungan, atau situasinya. Misal
suatu kata dalam kalimat A, kalimat B, dan kalimat C bisa jadi maknanya
berbeda meskipun dalam ketiga kalimat tersebut berisi kata yang sama.
Hal ini dikarenakan konteksnya berbeda-beda. Chaer (2003:290)
menjelaskan bahwa makna kontekstual merupakan makna sebuah laksem
atau kata yang berada di dalam satu konteks. Makna ini berhubungan
dengan situasi yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa
tersebut. Makna kontekstual adalah makna yang didasarkan atas hubungan
antara ujaran dan situasi pemakaian ujaran itu. Konteks yang dimaksud
disini dapat berupa:
1) Konteks Perorangan, konteks perorangan akan memaksa
pembicara untuk mencari kata-kata yang maknanya dipahami oleh
kawan bicara sesuai dengan jenis kelamin, usia, latar belakang
sosial ekonomi, latar belakang pendidikan.
2) Konteks Situasi, konteks situasi akan memaksa pembicara mencari
kata yang maknanya berkaitan dengan situasi.
3) Konteks Tujuan, misalnya tujuannya untuk meminta, maka orang
akan mencari kata-kata yang maknanya meminta.
4) Konteks Formal, konteks formal/tidaknya pembicaraan memaksa
orang harus mencari kata yang bermakna sesuai dengan
keformalan/tidaknya pembicaraan.
7
5) Konteks Suasana, konteks suasana hati pembicara/pendengar turut
mempengaruhi kata yang berakibat pula pada makna.
6) Konteks Waktu, konteks waktu bergantung dengan kapan hal yang
dibicarakan terjadi, hal ini juga yang turut mempengaruhi
penggunaan kata langsung dan tidak langsung.
7) Konteks Tempat
Konteks tempat bergantung pada dimana kita berbicara, hampir
mirip dengan situasi, namun konteks tempat lebih umum, semisal
pembicaraan antara sesama dokter di rumah sakit.
8) Konteks Objek
Mengacu kepada fokus pembicaraan akan turut mempengaruhi
makna kata yang digunakan.
9) konteks Kelengkapan alat bicara/dengar
Konteks kelengkapan alat bicara/dengar juga turut mempengaruhi
makna kata yang digunakan.
10) Kontek Kebahasaan
Konteks kebahasaan maksudnya ialah hal-hal yang berhubungan
dengan kaidah bahasa yang bersangkutan akan turut
mempengaruhi makna.
“Mengarang”
8
tersebut tidak sama. Untuk kalimat pertama, mengarang artinya adalah
menciptakan tulisan cerpen, kalimat kedua mengarang artinya menjadi
seperti arang (kayu terbakar lalu menjadi arang), sedangkan kalimat ketiga
mengarang memiliki arti sudah menjadi arang.
“Badan”
4. Makna Referensial
Makna referensial (referential meaning) adalah makna unsur
bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar (objek atau
gagasan), dan yang dapat dijelaskan oleh analisis komponen Kridalaksana
(1984:120). Makna refensial merupakan makna yang langsung
berhubungan dengan acuan yang diamanatkan oleh leksem. Makna
referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan
atau referent (acuan), makna referensial disebut juga makna kognitif,
karena memiliki acuan. Contoh makna referensial::mobil adalah “alat
angkutan atau tranportasi.
Makna referensial adalah makna satuan bahasa sesuai dengan
referen (acuan) satuan bahasa itu. Djajasudarma (dalam Manaf 2010:56)
menyatakan bahwa hubungan referensial adalah hubungan antara satuan
bahasa dengan referen atau acuannya yang berupa dunia nyata. Satuan
9
bahasa yang mempunyai makna referensial umumnya berupa kata-kata
penuh (full word).
Contoh “kuda, matahari, tanah, pensil, berjalan, dingin” adalah
kata-kata yang mempunyai makna referensial karena kata-kata itu
mengacu kepada objek tertentu, peristiwa tertentu, atau keadaan tertentu.
“Kuda” mengacu kepada binatang berkaki empat, pemakan rumput,
larinya cepat, fungsinya untuk tunggangan atau untuk menarik bendi.
“Matahari” adalah salah satu benda tata surya yang menjadi sumber panas
dan sumber cahaya utama bagi bumi. “Tanah” mengacu kepada unsur
bumi yang bersifat padat sebagai tempat hidup berbagai tanaman. “Pensil”
mengacu kepada alat tulis yang umumnya digunakan untuk menulis di
kertas, yang dibuat dari kayu dan arang. “Berjalan” mengacu kepada
peristiwa bergeraknya kaki manusiaatau hewan yang mengakibatkan
manusia itu berpindah secara pelan. “Dingin” mengacu kepada keadaan
suhu yang rendah yang membuat tubuh menggigil atau mengakibatkan zat
cair beku.
5. Makna Denotatif
Denotasi merupakan makna dengan pengertian objektif dan apa
adanya. Maksud dari apa adanya adalah tidak disertai dengan perasaan dan
pemikiran tanpa menimbulkan nilai rasa tertentu. Secara sederhana,
denotasi atau denotatif adalah makna yang bersifat umum. Sementara itu,
makna denotatif dalam KBBI adalah berkaitan dengan dentoasi. Denotasi
adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan
yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi
tertentu dan bersifat objektif.
Menurut (Mansoer, 1999:98) makna denotatif adalah makna kata
atau kelompok kata yangdidasarkan atas hubungan lugas antarsatuan
bahasa dan wujud di luaryang diterapi satuan bahasa itu secara tepat.
(Chaer, 2003:292) mengatakan bahwa makna denotative adalah makna
asli, makna asal yang dimiliki oleh sebuah leksem. Adapun ciri-ciri makna
denotative di antaranya:
10
1) Makna denotatif memiliki nama lain yaitu makna lugas, karena
sifatnya yang lugas atau literal.
2) Makna denotatif biasanya merupakan hasil observasi dari panca
indra yaitu penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau
pengalaman fisik lainnya.
11
Menurut (Fatimah, 1999:9) Makna konotatif adalah makna yang
muncul dari maknakognitif ke dalam makna kognitif tersebut
ditambahkan makna komponenlain. Sedangkan menurut (Mansoer,
2001:112) mengemukakan bahwa makna konotatif adalah makna
yang muncul sebagai akibatasosiasi perasaan pemakai bahasa terdapat
kata yang didengar dan yang dibaca (Mansoer, 2001:112). Makna
konotatif memiliki beberapa ciri di antaranya:
1) Makna konotatif terjadi apabila kata itu mempunyai nilai rasa, baik
positif atau negatif. Jika tidak bernilai rasa dapat juga disebut
berkonotasi netral.
2) Makna konotatif sebuah kata dapat berbeda dari satu kelompok
masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat lain, sesuai
dengan pandangan hidup dan norma yang ada pada masyarakat
tersebut.
3) Makna konotasi juga dapat berubah dari waktu ke waktu.
12
7) Pak Rizal menjadi tangan kanan polisi untuk membantu
memecahkan kasus penculikan. “Tangan kanan” bermakna orang
kepercayaan.
8) Mutia merupakan anak emas dalam keluarganya. “Anak emas”
bermakna anak yang paling disayang.
9) Kesuksesan instan yang dia peroleh membuat dirinya menjadi lupa
daratan. “Lupa daratan” bermakna sombong/lupa diri.
10) Seorang kuli tinta sedang melakukan peliputan berita. “Kuli tinta”
bermakna wartawan.
7. Makna Kognitif
Geeraerts dan Grondelaers (1995:120-121) menyatakan bahwa,
“Semantik kognitif adalah studi yang menempatkan makna kembali ke
konteks budaya dan pengalamannya”. “Dalam analisis wacana dan analisis
semantik kita sering berbicara tentang konteks. Makna dan informasi yang
kita peroleh dan kita tafsirkan tidak dapat dilepaskan dari konteks.
Konteks adalah satu situasi yang terbentuk karena terdapat setting,
kegiatan, dan relasi” (Parera, 2013:227).
Oleh karena itu semantik adalah ilmu yang mempelajari makna,
baik secara riil maupun kognisi. Adapun kognisi dalam semantik adalah
mempelajari makna berdasarkan proses pemikiran. Contoh bapak itu
seorang renterir yang kejam.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Makna merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu
melekat dari apa yang kita tuturkan.
2. Jenis-jenis makna di antaranya adalah makna lesikal, makna gramatikal,
makna kontekstual, makna referensial, makna denotative, makna konotatif
dan makna kognitif.
B. Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan kami miliki, baik dari tulisan
maupun yang kami sajikan, oleh karena itu mohon di berikan sarannya agar
kami bisa membuat makalah lebih baik lagi, dan semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi kita semua dan menjadi wawasan dalam memahami Jenis-
Jenis Makna.
B.
14
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, H. (2021, Juni Senin). Pengertian Makna Konotatif Dan Denotatif Beserta
Contohnya. Retrieved April Selasa, 2023, From Liputsn 6.
Mansoer. (2001). Jenis Makna Dan Perubahan Makna. Raden Fatah, 112.
15