Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MATA KULIAH KAJIAN

KEBAHASAAN
SEMANTIK

Dosen Pengampu : Emi Ekayanti, M.Pd


Disusun Oleh Kelompok 6 :
Intan Gustiani
Elma Hermawati
Rista Amelia Putri
Jumsih
Sahwa Nuralisa
Leli Lestary

PGSD B SEMESTER 2

UNIVERSITAS SETIA BUDHI RANGKASBITUNG KAMPUS BAYAH


TAHUN AKADEMIK 2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah Swt, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih kami ucapkan kepada ibu Emi
Ekayanti, M.Pd telah memberikan materi sehingga dapat menambah wawasan
dan pengetahuan kami sesuai mata kuliah yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
pembuatan makalah ini sehingga dapat terselesaikan tepat waktu. Dan juga terima
kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi. Kami
menyadari,makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bayah, 26 Maret 2024


Hormat Kami,

Kelompok 6 PGSD 2B
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................................. ii


Daftar Isi ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Semantik .......................................................................................... 5
B. Ragam Makna ................................................................................................... 6
C. Relasi Makna ..................................................................................................... 7
D. Perubahan Atau Pergeseran Makna .................................................................... 8
E. Jenis-Jenis Makna .............................................................................................. 9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ................................................................................................................. 11
Daftar Pustaka ............................................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semantik memiliki peran penting bagi linguistik khususnya berkaitan dengan makna.
Ilmu semantik terdapat beberapa hal yang perlu dikaji terutama terletak pada makna suatu
kata. Beranggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan
bagian dari linguistik yang mempelajari tentang tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang
ditandainya. Berbagai teori tentang semantik yang berhubungan dengan makna, maka dapat
diungkapkan bahwa setiap kata itu mempunyai makna atau arti yang berbeda-beda.
Tinjauan semantik dalam pengkajian makna meliputi hiponim, hipernim, sinonim,
antonim, polisemi dan homonim. Dalam pemakaian bahasa, ternyata tidak sedikit bentuk
kata yang memiliki hubungan. Hal ini dapat dilihat, baik pada cara pengucapan, penulisan,
maupun dalam bentuk pemaknaan. Sebelum mengenal makna hal dasar yang penting
dipahami adalah mengenai kata. Memahami sebuah kata dimulai dari memahami makna
dari leksem. Leksem merupakan satuan terkecil pembentuk kata, sedangkan makna adalah
arti atau maksud yang tersimpul dari suatu leksem karena makna dan bendanya merupakan
suatu yang saling berkaitan dan saling menyatu. Jika suatu kata atau leksem tidak dapat
dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu, maka kita tidak bisa
memperoleh makna dari kata atau leksem tersebut ,Chaer (2009:60). Dengan demikian,
makna sebuah leksem selalu berhubungan dengan leksem tersebut, misalnya leksem hit dan
punch. Leksem punch didefinisikan menurut kamus “Oxford Advanced
Learner’s Dictionary Seventh Edition”, yaitu to hit somebody or something hard with your
fist.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian semantik

Semantik adalah cabang linguistik yang menyelidiki tentang makna bahasa. Dengan
kata lain, semantik adalah pembelajaran/ilmu tentang makna atau arti yang terkandung dalam
suatu bahasa, kode/lambang, atau representasi lain. Semantik biasanya dikaitkan dengan dua
aspek lain yaitu sintaksis, pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana,
serta pragmatik, penggunaan praktis simbol oleh komunitas pada konteks tertentu. Hal ini
sering digunakan dalam bahasa sehari-hari untuk menandakan suatu masalah pemahaman yang
datang ke pemilihan kata atau konotasi. Masalah pemahaman ini telah menjadi subjek dari
banyak pertanyaan formal, selama jangka waktu yang panjang, terutama dalam bidang
semantik formal. Dalam linguistik, itu adalah kajian tentang interpretasi tanda-tanda atau
simbol yang digunakan dalam agen atau masyarakat dalam keadaan tertentu dan konteks.
Dalam pandangan ini, suara, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan proxemics memiliki semantik
konten , dan masing-masing terdiri dari beberapa cabang kajian. Bidang-bidang terkait
termasuk filologi, komunikasi, dan semiotika. Kajian formal semantik karena itu menjadi
kompleks.
B. Ragam makna

Mansore Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan
istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun
kalimat. Makna dalam bahasa memiliki berbagai jenis, yakni:

1. Makna Leksikal
Chaer (2003:289) menjelaskan yang dimaksud makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau
ada pada laksem meski tanpa konteks apapun. Makna leksikal juga dapat dikatakan sebagai
makna sebenarnya. Misalnya kata “kuda” memiliki makna leksikal “sejenis binatang berkaki
empat yang bisa dikendarai”.

2. Makna Gramatikal
Mansore (2001:103) mengemukakan bahwa makna gramatikal adalah makna yang muncul
sebagai akibat berfungsinya kata dalam kalimat sehingga dapat disebut sebagai makna
fungsional.

3. Makna Kontekstual
Chaer (2003:290) menjelaskan bahwa makna kontekstual merupakan makna sebuah laksem
atau kata yang berada di dalam satu konteks. Makna ini berhubungan dengan situasi yakni
tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa tersebut. Misalnya kata “jatuh” dalam
contoh berikut:
• Dia jatuh dari sepeda.
• Alin jatuh cinta pada pemuda itu.

4. Makna Referensial
Fatima (1999:11) menyatakan bahwa makna referensial adalah makna yang berhubungan
langsung dengan kenyataan atau referen atau acuan, makna referensial tersebut juga bermakna
kognitif karena memiliki acuan, makna ini memiliki hubungan dengan konsep sama halnya
dengan makna kognitif. Kata kata seperti “gajah”, “merah”, dan “gambar” merupakan kata
bermakna referensial karena memiliki acuan dalam kehidupan nyata.

5. Makna Denotatif
Chaer (2003:292) mengatakan bahwa makna denotatif adalah makna asli, makna asal yang
dimiliki oleh sebuah leksem.

6. Makna Konotatif
Mansoer (2001:112) menjelaskan bahwa makna konotatif adalah makna yang muncul sebagai
asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau dibaca.

7. Makna Kognitif
Mansoer (2001:109) menjelaskan bahwa makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh
acuannya, sehingga unsur bahasa memiliki hubungan dengan dunia luar bahasa yang dapat
dijelaskan melalui analisis komponennya.
C. Relasi makna

Relasi makna adalah salah satu topik yang dibahas dalam bidang semantik. Di sini,
hubungan kata, frasa, bahkan kalimat yang saling berhubungan dapat mencerminkan perluasan,
persamaan, pertentangan, dan ketercakupan makna. Dalam Pesona Bahasa: Langkah Awal
Memahami Linguistik (2005: 116), Darmojuwono membagi relasi makna ke dalam lima jenis.

Homonimi
Terdapat tiga golongan homonimi, yakni homograf, homofon, serta gabungan keduanya yang
disebut homonim.

1.Homograf adalah dua kata dengan ejaan yang sama, tetapi memiliki perbedaan
pelafalan (bunyi) dan pemaknaan, misalnya apèl (upacara) dan apêl (buah). Sementara itu,
homofon adalah dua kata yang sama dalam pelafalan, tetapi berbeda secara pengejaan dan
pemaknaan, seperti sanksi dan sangsi. Ada pula gabungan homofon dan homograf seperti tahu
sebagai verba ‘mengerti sesudah melihat (menyaksikan, mengalami, dan sebagainya)’ dan tahu
sebagai nomina ‘makanan dari kedelai putih yang digiling halus-halus, direbus, dan dicetak’.
Dengan demikian, definisi homonimi adalah relasi makna antarkata yang ditulis sama,
dilafalkan sama, atau ditulis dan dilafalkan sama, tetapi memiliki makna yang berbeda.

2.Polisemi
Terkadang, suatu kata bisa memiliki lebih dari satu makna. Sebut saja kata tangan yang bisa
bermakna ‘anggota badan dari siku sampai ke ujung jari atau dari pergelangan sampai ujung
jari’ dan ‘kekuasaan; pengaruh; perintah’. Meskipun kedua makna tersebut berbeda, arti yang
pertama maupun kedua memiliki hubungan yang disebut polisemi. Chaer (2007: 301)
menambahkan bahwa biasanya makna pertama yang tercantum di dalam kamus merupakan
makna leksikal, denotatif, atau konseptual. Sementara itu, makna yang kedua adalah hasil dari
pengembangan komponen makna.

3.Sinonimi dan Antonimi


Tentu kita sudah familier dengan sinonim. Sinonim atau sinonimi adalah relasi makna dalam
kata-kata yang memiliki kesamaan atau kemiripan arti. Perlu diketahui, bahwa relasi sinonim
bersifat dua arah. Apabila A bersinonim dengan B, berarti B juga bersinonim dengan A. Contoh
dua kata yang bersinonim adalah betul dan benar, matahari dan surya, serta awan dan mega.
Kebalikan dari sinonim adalah antonim yang relasi maknanya saling bertentangan. Contohnya
adalah panas dan dingin, suami dan istri, serta tajam dan tumpul.

3.Hiponimi
Hiponimi adalah relasi makna yang berkaitan dengan peliputan makna spesifik dalam makna
generik. Misalnya, anjing, burung, dan belalang yang berhiponim dengan binatang serta
mawar, melati, dan anggrek yang berhiponim dengan bunga. Sebagai superordinat, bunga dan
binatang disebut sebagai hiperonim. Sementara itu, anjing, burung, belalang; dan mawar,
melati, anggrek adalah kohiponim.

4.Meronimi
Relasi makna jenis ini mirip dengan hiponimi, yakni sama-sama memiliki relasi makna yang
bersifat hierarki. Namun, relasi makna dalam meronomi tidak menyiratkan pelibatan searah.
Relasi makna di sini dapat dianalogikan seperti “A merupakan bagian dari B”. Contoh
meronimi dapat kita temukan pada atap sebagai bagian dari rumah, kantong sebagai bagian
dari celana, dan roda sebagai bagian dari mobil.
D. Perubahan Atau Pergeseran Makna

Perubahan makna adalah topik yang dibahas dalam ilmu semantik. Makna sebuah kata dapat
berubah secara sinkronis, tetapi tidak semua kata mengalami perubahan makna secara
diakronis. Jenis-jenis perubahan makna antara lain generalisasi, spesialisasi, ameliorasi,
peyorasi, sinestesia, dan asosiasi. Perubahan makna dapat dipengaruhi oleh faktor linguistik
dan non-linguistik. Teori jenis-jenis perubahan makna menjadi pembatas dalam
pengklasifikasian data yang mengalami perubahan makna peyorasi dan ameliorasi dalam
penelitian ini.

Tarigan (2009: 77—78) menyebutkan bahwa jenis-jenis dari perubahan makna sebagai
berikut.

1.Generalisasi atau perluasan adalah proses perubahan makna kata dari yang lebih
khusus kepada yang lebih umum atau dari yang lebih sempit ke yang lebih luas.
Spesialisasi atau pengkhususan mengacu kepada suatu perubahan yang mengakibatkan makna
kata menjadi lebih khusus atau lebih sempit dalam penggunaannya.

2.Ameliorasi adalah proses perubahan makna kata kepada tingkat yang lebih tinggi atau
makna baru yang dianggap lebih lebih baik daripada makna sebelumnya. Peninggian makna
atau ameliorasi merupakan suatu proses perubahan makna di mana makna akan menjadi lebih
tinggi, lebih hormat, dan lebih baik nilainya daripada makna sebelumnya. Peninggian dalam
kata pada umumnya terjadi bertujuan untuk memberikan penghargaan dan penghormatan
kepada objek tertentu melalui suatu kata.
Menurut Ulman (dalam Shinta, 2010: 74), hal tersebut dapat mengarahkan makna lebih ke
arah positif. Misalnya kata ceramah yang semula berarti suka bercakap-cakap, cerewet, banyak
mencela, kemudian mengalami perubahan makna yang bersifat positif. Sepertihalnya dengan
pidato tentang suatu ilmu, agama, atau yang lainnya. Selain itu, makna kata-kata yang bersifat
netral sering mengarah kepada makna positif bukan negatif. Misalnya kata nasib atau takdir
yang dapat mengarah ke peyoasi atau ameliorasi tergantung konteks.

3. Peyorasi adalah proses perubahan makna kata kepada tingkat yang lebih rendah atau
makna baru yang dianggap lebih jelek atau lebih buruk dari makna yang sebelumnya.
Penurunan makna atau peyorasi mengakibatkan makna baru atau makna yang sedang dirasakan
lebih rendah, kurang menyenangkan, dan kurang halus nilainya daripada makna sebelumnya
(lama). Pada umumnya, penggunaan kata-kata yang cenderung ke arah peyorasi merupakan
bentuk kata-kata tabu. Misalnya tentang penyakit, seks, kejahatan, dan sebagainya. Misalnya
kata penjara mengalami peyorasi menjadi lembaga pemasyarakatan.

4.Sinestesia adalah perubahan makna yang terjadi akibat pertukaran tanggapan antara
dua pancar indera berbeda.

5.Asosiasi adalah perubahan makna yang terjadi akibat persamaan sifat.

Teori jenis-jenis perubahan makna tersebutlah yang akan menjadi pembatas dalam
pengklasifikasian data yang mengalami perubahan makna peyorasi dan ameliorasi dalam
penelitian ini.
E. Jenis-Jenis Makna

a. Makna LeksikalMakna leksikal adalah makna yang unsur-unsur bahasanya sebagai lambang
benda, peristiwa, dan lainnya (Fatimah, 1999:13). Pendapat lain mengemukakan bahwa makna
leksikal adalah makna kata ketika kata itu berdiri sendiri terutama dalam bentuk berimbuhan
yang maknanya lebih kurang tepat, seperti yang dapat dibaca dalam kamus bahasa tertentu
(Mansoer, 2001:199). Menurut Chear (2003:289) yang dimaksud makna leksikal adalah makna
yang dimiliki atau ada pada laksem meski tanpa konteks apapun.
Misalnya kata kuda memiliki makna leksikal “sejenis binatang berkaki empat yang biasa
dikendarai”, laksem pensil bermakna leksikal “sejenis alat tulis yang terbuat dari kayu dan
arang” . Makna leksikal juga bisa dikatakan sebagai makna sebenarnya atau makna yang sesuai
dengan makna yang ditanggap indera manusia.

b. Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang baru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti
apiksasi, reduplikasi, komposisi. Misalnya pada proses afiksasi prefiks ber- dengan dasar baju
maka akan melahirkan makna gramatikal “mengenakan atau memakai baju” (Chear,
2003:290). Sedangkan menurut ahli lain mengemukakan bahwa makna gramatikal adalah
makna yang menyangkut hubungan intrabahasa atau makna bahasa yang muncul sebagai akibat
berfungsinya sebuah kata di dalam kalimat (Fatimah, 2001:13). Makna gramatikal atau makna
fungsional atau makna internal adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya kata
dalam kalimat (Mansoer, 2001:103). Jadi, makna gramatikal adalah makna yang muncul
sebagai akibat adanya proses gramatikal seperti proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.

c. Makna Kontekstual
Makna kontekstual menurut Chear (2003:290) adalah makna sebuah laksem atau kata yang
berada di dalam satu konteks. Makna kontekstual berhubungan dengan situasi, yakni tempat,
waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa tersebut. Misalnya makna kata jatuh yang
dibicarkan dalam contoh berikut ini,
(a) Adi jatuh dari sepeda.
(b) Dia jatuh dalam ujian yang lalu.
(c) Tatik jatuh cinta pada pemuda desa itu.

Makna kontekstual adalah makna yang muncul sebagai akibat


hubungan antarujaran dan konteks (Fatimah, 1999:166).

d. Makna Referensial
Chear (2003:291) menjelaskan bahwa sebuah kata atau laksem disebut bermakna referensial
kalau ada referensinya, atau acuannya. Kata-kata seperti kuda, merah, dan gambar adalah kata-
kata yang termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia
nyata. Menurut Fatima (1999:11) menyatakan bahwa makna referensial adalah makna yang
berhubungan langsung dengan kenyataan atau referen atau acuan, makna referensial tersebut
juga bermakna kognitif karena memiliki acuan, makna ini memiliki hubungan dengan konsep
sama halnya dengan makna kognitif. Para ahli lain menyatakan bahwa makna referensial
adalah makna langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjukkan oleh kata (Mansoer,
2001:125).
e. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan lugas
antarsatuan bahasa dan wujud di luar yang diterapi satuan bahasa itu secara tepat (Mansoer,
1999:98). Chaer (2003:292) mengatakan bahwa makna denotative adalah makna asli, makna
asal yang dimiliki oleh sebuah leksem.

f. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makn a yang muncul dari makna kognitif ke dalam makna kognitif
tersebut ditambahkan makna komponen lain (Fatimah, 1999:9). Sedangkan menurut ahli lain
mengemukakan bahwa makna konotatif adalah makna yang muncul sebagai akibat asosiasi
perasaan pemakai bahasa terdapat kata yang didengar dan yang dibaca (Mansoer, 2001:112).

g. Makna Kognitif
Makna kognitif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan antarkonsep dengan dunia
kenyataan. Makna kognitif adalah makna yang lugas atau makna apa adanya. Makna kognitif
tidak hanya memiliki kata-kata yang menunjuk benda-benda nyata, tetapi juga mengacu pada
bentuk-bentuk yang kognitifnya khusus, antara lain ini, itu,ke sini, ke situ. Menurut ahli lain
menyatakan bahwa makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, maka unsur
bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan
dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponennya (Mansoer, 2001:109).
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari hasil pembahasan kami dapat disimpulkan bahwa dalam pemakaian bahasa ada
terdapat jenis-jenis makna, relasi makna, dan perubahan makna. Di bagian pembahasan sudah
jelas kami sajikan apa itu jenis-jenis makna, di antaranya:
1. Berdasarkan jenis semantiknya dibedakan menjadi makna leksikal dan makna
gramatikal
2. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem dibedakan menjadi
makna referensial dan makna nonreferensial
3. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata atau leksem dibedakan menjadi
makna denotasi dan makna konotasi
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia. (2017, 06 17). Pengertian Semantik. Retrieved from wikipedia.org:


https://id,m,wikipedia.org/w/index.php?title=Semantik_(linguistik)&action=hi
story

CHAER, Abdul; MULIASTUTI, Liliana. Semantics Bahasa Indonesia. 2014.

Muzaiyanah, M. (2012). Jenis jenis makna. jurnal.radenfatah.ac.id, 2-4.


Wikipedia. (2017, 06 17). Pengertian Semantik. Retrieved from wikipedia.org:
https://id,m,wikipedia.org/w/index.php?title=Semantik_(linguistik)&action=hi
story

Kustriyono, E. (2016). Perubahan Makna dan Faktor Penyebab Perubahan Makna.


Perubahan Makna, 1-2.
https://journal.uny.ac.id/index.php/diksi/article/downloadSuppFile/25317/532
1
Djayasudarma, F. (2012). Perubahan Makna dan Faktor Penyebab Perubahan Makna.
Pemahaman ilmu makna , 2-4.

Anda mungkin juga menyukai