Anda di halaman 1dari 14

KOHESI DAN KOHERENSI

Dosen Pengampu :
Suparmi, S.Pd, S.SiT, S.Tr.Keb, M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 4

Rifki Nur Aisyah P1337424420041


Nur Fatimah Lady M P1337424420046
Nadya Putri P1337424420050
Desinta Hayu Pramrsthi P1337424420055
Siti Umayah P1337424420057
Amanda Sasha Febriani P1337424420063
Dewi Karunia Widhia P1337424420166
Ranggi Ramadhani P1337424420169
Rizqi Nurrohmawati P1337424420172
Umi Ruyanti P1337424420174
Delvia lutfiawaliah P1337424420177
Ni Putu Seri Wardanti P1337424420188

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT karena limpahan rahmat serta
anugerah dari-Nya kami kelompok 4 mampu untuk menyelesaikan tugas makalah
yang diberikan oleh Bu Suparmi, S.Pd, S.SiT, S.Tr.Keb, M.Kes dengan judul
"Kohesi dan Koherensi” sebagai penugasan mata kuliah berfikir kritis dalam
kebidanan yang merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar dalam
memberikan teori dalam berfikir kritis dalam kebidanan.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak
yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah
ini hingga selesai. Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya
makalah yang telah kami buat ini mampu memberikan informasi yang manfaat
kepada setiap pembacanya.

Semarang, 3 Februari 2021

ii
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI...................................................................................4
A. Definisi Kohesi dan Koherensi..........................................................................4
B. Piranti Kohesi .....................................................................................................4
C. Piranti Koherensi................................................................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................10
A. Kesimpulan.......................................................................................................10
B. Saran.................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Satuan
dibawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata, dan bunyi.
Secara berurutan, rangkaian bunyi membentuk kata. Rangkaian kata
membentuk frase dan rangkaian frase membentuk kalimat. Akhirnya,
rangkaian kalimat membentuk wacana. Wacana menunjuk pada kesatuan
bahasa yang lengkap, yang umumnya lebih besar dari kalimat, baik
disampaikan lisan, atau tertulis. Wacana adalah rangkaian kalimat yang
serasi, yang menghubungkan proposisi dan proposisi lain, kalimat satu
dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. Wacana dikatakan lengkap
karena didalamnya terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh,
yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau oleh
pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apa pun. Wacana
dikatakan tertinggi atau terbesar karena wacana dibentuk dari kalimat atau
kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan
kewacanaan lainnya (kohesi dan koherensi). Kohesi merupakan keserasian
hubungan unsur-unsur dalam wacana sedangkan koherensi merupakan
kepaduan wacana sehingga membawa ide tertentu yang dipahami
khalayak.
Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk yang
struktural membentuk ikatan. Konsep kohesi pada dasarnya mengacu pada
hubungan bentuk. Artinya, unsur wacana (kata atau kalimat) yang
digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara
padu dan utuh. Dengan kata lain, kohesi termasuk dalam aspek internal
struktur wacana. Hanya melalui hubungan yang kohesif, maka suatu unsur
dalam wacana dapat diinterpretasikan sesuai ketergantungannya pada
unsur-unsur lainnya. Hubungan kohesif dalam wacana sering ditandai oleh
kehadiran pemarkah (penanda) khusus yang bersifat lingual-formal.

1
Halliday dan Hasan mengemukakan bahwa unsur-unsur kohesi wacana
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi
leksikal. Dalam analisis wacana, segi bentuk atau struktur lahir wacana
disebut aspek gramatikal wacana. Sedangkan, segi makna atau struktur
batin wacana disebut aspek leksikal wacana
Unsur kohesi gramatikal terdiri dari reference (referensi),
substitusion (subtitusi), ellipsis (elipsis), dan conjunction (konjungsi),
sedangkan kohesi leksikal terdiri atas reiteration (reiterasi) dan collocation
(kolokasi). Referensi (penunjukan) merupakan bagian kohesi gramatikal
yang berkaitan dengan pengunaan kata atau kelompok kata untuk
menunjukan kata atau kelompok kata atau satuan gramatikal lainnya.
Dalam konteks wacana, penunjukan (referensi) terbagi atas dua jenis, yaitu
penunjukan eksoforik (di luar teks) dan penunjukan endoforik (di dalam
teks). Penunjukan eksoforik adalah pengacuan terhadap anteseden yang
terdapat di luar bahasa, seperti manusia, hewan, alam sekitar pada
umumnya, atau acuan kegiatan. Penunjukan endoforik adalah pengacuan
terhadap anteseden yang terdapat di dalam teks, dengan menggunakan
pronominal, baik pronominal persona, pronominal demonstratif, maupun
pronominal komparatif. Bahasa yang diungkap dalam bentuk tulisan
beragam jenisnya, yaitu berupa wacana. Wacana merupakan satuan
terlengkap, adapun wujud konkretnya dapat berupa novel, buku, artikel,
dan sebagainya. Bahasa tulis tersebut diungkapkan melalui media massa
cetak dan elektronik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kohesi dan koherensi?
2. Apa yang dimaksud dengan piranti kohesi(aspek gramatikal dan aspek
lektika) ?
3. Apa yang dimaksud dengan piranti koherensi?

2
C. Tujuan
1. Untujk mengetahui apa yang dimaksud dengan kohesi dan koherensi
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan piranti kohesi
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud piranti koherensi

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Kohesi Dan Koherensi


1. Definisi Kohesi
Kohesi adalah hubungan antarbagian dalam teks yang ditandai
penggunaan unsur bahasa. Konsep kohesi pada dasarnya mengacu
kepada hubungan bentuk, artinya unsur-unsur wacana (kata atau
kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki
keterkaitan secar padu dan utuh.
2. Definisi Koherensi
Koherensi adalah keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian
yang lainnya, sehingga kalimat memiliki kesatuan makna yang utuh.

B. Piranti Kohesi
Piranti kohesi gramatikal merupakan piranti atau penanda kohesi
yang melibatkan penggunaan unsur – unsur kaidah bahasa. Piranti leksikal
adalah kepaduan bentuk sesuia dengan kata.
1. Piranti Kohesi Gramatikal
Pada umumnya, dalam bahasa Indonesia ragam tulis, digunaan piranti
kohesi gramatikal seperti berikut:
a. Referensi
Referensi bukan berarti hubungan anatra kata dengan
benda. Kata pena misalnya mempunyai referensi sebuah benda
yang memiliki tinta digunakan untuk menulis.
Referensi dibedakan menjadi dua macam yaitu :
 Referensi anafora yaitu satuan lingual yang disebut lebih
dahulu atau ada pada kalimat yang lebih dahulu, mengacu
pada kalimat awal atau yang sebelah kiri.
 Referensi katafora yaitu lingual yang disebutkan
setelahnya, mengacu pada kalimat yang sebelah kanan.

4
b. Substitusi (Penggantian)
Penggantian adalah penyulihan suatu unsur wacana dengan
unsur yang lain yang acuannya tetap sama, dalam hubungan antar
bentuk kata, atau bentuk lain yang lebih besar dari pada kata
seperti rasa atau klausa.
Secara umum, penggantian itu dapat berupa kata ganti orang, kata
ganti tempat, dan kata ganti sesuatu hal:
1) Kata ganti otang merupakan kata yang dapat menggantikan
nama orang atau beberapa orang.
2) Kata ganti tempat adalah kata yang dapat menggantikan kata
yang merujuk pada tempat tertentu.
3) Dalam pemakaian bahasa untuk mempersingkat suatu ajaran
yang panjang yang digunakan lagi, dapat dilakukan dengan
menggunakan kata ganti hal. Sesuatu yang diuraikan dngan
panjang lebar dapat digantikan engan sebuah atau beberapa
buah kata.
c. Elipsis ( Penghilangan / Pelepasan)
Elipsis adalah proses penghilangan kata atau satuan –
satuan kebahasaan lain. Elipsis juga merupakan penggantian unsur
kosong (zero), yaitu unsur yang sebenernya ada tetapi sengaja
dihilangkan atau disembunyikan.
d. Piranti Konjungsi (Kata Sambung)
Konjungsi termasuk dalah satu jenis kata ang digunakan untuk
meng hubungkan kalimat. Piranti konjungsi dalam bahasa
Indonesia dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu sebagai
berikut :
1) Piranti urutan waktu
Proporsi – proporsi yang menunjukan tahapan – tahapan
seperti awal, pelaksanaan, dan penyelesaian dapat disusun
dengan menggunakan urutan waktu. Berikut adalah konjungsi

5
uruan waktu. Setelah itu, sesudah itu, lalu, kemudian,
akhirnya, waktu itu, sejak itu dan ketika itu.
2) Piranti Pilihan
Untuk menyatakan dua proposisi berurutan yang
menunjukan hubungan pilihan.
3) Piranti Alahan
Hubungan Alahan antara dua prosisi dihubungkan dengan
frasa – freasa seperti meski(pun),demikian,meski(pun)
begitu,kedati(pun) demikian, kedatipun begitu, biarpun
demikian dan biarpun begitu.
4) Piranti Parafrase
Parafrase merupakan suatu ungkapan lain yang lebih
mudah dimengerti.
5) Piranti Ketidak Serasian
Ketidakserasian itu pada umumnya ditandai dengan
perbedaan proporsi yang terkandung di dalamnya, bahkan
sampai pertengahan.
6) Piranti Ketidakserasian
Piranti keserasian digunakan apabila dua buah ide atau
proposisi itu menunjukan hubungan yang selaras atau sama.
7) Piranti Serasian
Piranti Serasian digunakan apabila dua buah ide atau
proposusu itu menunjukan hubungn yang selaras atau sama.
8) Piranti Tambahan
Piranti Tambahan berguna untuk emnghubungka yang
bersiat menambahkan informasi dan pada umumnya dibunakan
untuk merangkaikan dua proposisi atau lebih. Piranti konjungsu
adalah antara lain : pula,juga, selanjutnya, dan, disamping itu,
tambahan lagi dan selain itu.
9) Piranti Pertentangan (Kontras)

6
Piranti ini juga digunakan untuk menghubungkan proposisi
yang bertentangan tau kontras dengan bagian lain. Piranti yang
biasa digunakan misalnya (akan) tetapi, sebaliknya, namun,tsb.
10) Piranti Perbandingan (Komparatif)
Piranti ini digunakan untuk menunjukan dua proposisi yang
menunjukan perbandingan. Untuk mengatakan hubungan
secara eksplisit sering digunakan kata penghubung antara lain :
sama halnya, berbeda dengan itu, dalam hal seperti itu,serupa
dengan itu dan sejalan sengan itu.
11) Piranti Sebab – akibat
Sebab dan akibat merupakan dua kondisi yang
berhubungan. Hubungan sebab – akibat terjadi apabila salah
satu proposisi menunjukan sebab terjadinya suatu kondisi
tertentu yang merupakan akibt atau sebaliknya.
12) Piranti Harapan (optatif)
Hubungan optatif terjadi apabila ie atau proposisi yang
mengandung suatu harapan atau do’a.
13) Piranti Ringkasan dan Simpulan
Piranti tersebut berguna untuk menghantarkan ringkasan
dari bagian yang berisi uraian.
14) Piranti Misalan atau Contohan
Contohan atau misalan itu berfungsi untuk menjelas suatu
uraian, khususnya uraian yang bersifat abstrak.
15) Piranti Keragu – raguan (Dubitatif)
Piranti tersebut digunakan untuk mnghantarkan bagian
yang masih menimbulkan keraguan. Kata yang digunakan
adalah jangan – jangan, barangkli, mungkin, kemungkinan
besar, dan sebagainya.
16) Piranti Konsesi
Dalam memberikan penjelasan adakalanya, pengirimpesan
mengakui suatu kelemahan atau kekurangan yang terjadi di luar

7
jalur yang dbicarakan. Pengakuan itu dapat dinyatakan dengan
kata memang atau tentu saja.
17) Piranti Tegasan
Proposisi yang telah disebutkan perlu ditegaskan lagi agar
dapat segera dipahami dan diresapi.
18) Piranti Kejelasan
Piranti ini digunakan untuk memberikan penjelasan yang
berupa proposisi (pikiran,perasaa, peristiwa,keadaan dan
sesuatu hal).
2. Piranti Kohesi Leksikal
Secara umum, piranti kohesi leksikal berupa kata atau frasa beba
yang mampu mempertahankan hubungan kohesif dengan kalimat
mendahului atau mengikuti.Piranti kohesi leksikal terdiri atas dua
macam yaitu:
a. Reiterasi (pengulangan)
Reiterasi merupakan cara untuk menciptakan hubungan yang
kohesif
Jenis – jenis reitasi meliputi :
1) Repetisi Ulangan
Repetisi ulangan merupakan salah satu cara untuk
mempertahankan hubungan kohesif antar kalimat. Macam –
macam ulangan atau repetisi berdasarkan data pemakaian
bahasa Indonesia seperti berkut.
a) Ulangan Penuh
Ulangan penuh berati mengulang satu fungsi dalam kalimat
secara penuh, tanpa pengurangan dan perubahan bentuk.
b) Ulangan Dengan Bentuk Lain
Terjadi apabila sebuah kata diulabg dengan knstruksi tau
bentuk kata lain yang masih mempunyai bentuk dasar yang
sama.
c) Ulangan Penggantian

8
Ulangan yang dapat dilakukan dengan mengganti bentuk
lain seperti dengan kata ganti.
d) Ulangan Dengan Hiponim
Contoh : Bila musim kemarai tiba, tanaman di dalam
rumah mulai mengering. Bunga tidak mekar seperti
biasanya.
2) Kolokasi
Suatu hal yang sellu berdekatan atau berdampingan dengan
yang lain,biasanya dialokasikan sebagai kesatuan.

C. Piranti Koherensi
Istilah koherensi mengacu pada aspek tuturan, bagaimana proposisi
yang terselubung disimpulkan untuk menginterpretasikan tindakan
ilokusinya dalam membentuk sebuah wacana. Proposisi – proposisi yang
di dalam suatu wacana dapat membentuak suatu wacana yang runtur
(koheren) meskipun tidak terdapat pemerkah penghubung kalimat yang
digunakan.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kohesi adalah keterpaduan bentuk berkaitan dengan hubungan
antar kalimat yang erat dan terpadu. Kohesi terbagi atas dua macam, yaitu
pertama piranti kohesi gramatikal merupakan piranti atau penanda kohesi
yang melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa sedangkan yang
kedua piranti kohesi leksikal adalah kepaduan bentuk sesuai dengan kata.
Koherensi adalah keterkaitan antara bagian yang satu dengan
bagian yang lainnya, sehingga kalimat memiliki kesatuan makna yang
utuh. Kokohnya kalimat diperjelas dalam menjelaskan ide pokok yaitu:
kesatuan isi dan kepaduan maksud.

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan
saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk pembuatan makalah
berikutnya supaya lebih baik lagi kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

De Beaugrande, R., & Dressler, W. (1983). Introduction to Text Linguistics.


Rocky Mountain Review of Language and Literature, 37, 103.
https://doi.org/10.2307/1347273

Hartono, B. (2012). Dasar-dasar Kajian Wacana. Semarang: Pustaka Zaman.

Keraf, G. (2004). Komposisi. Semarang: Bina Putra.

Mulyana. (2005). Kajian Wacana: Teori, Metode, & Aplikasi Prinsip-prinsip


Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sumarlam. (2003). Analisis Wacana: Teori dan Praktik. Surakarta: Pustaka


Cakra.

Tarigan, H. G. (2009). Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.

Widiatmoko, W. (2015). Analisis Kohesi Dan Koherensi Wacana Berita


Rubrik Nasional Di Majalah Online Detik. Universitas Negeri Semarang.
Retrieved from https://lib.unnes.ac.id/20250/1/2111411003-S.pd

11

Anda mungkin juga menyukai