Oleh Kelompok VI :
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
1.3 TUJUAN
1
BAB II
D. Homonimi
Adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya kebetulan sama, maknanya tentu
saja berbeda karena masing masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan. Contohnya:
-Kata “Hak”
Dia baru saja membeli sepatu hak berwarna hitam di toko tersebut.
Pendidikan yang layak adalah hak bagi setiap orang.
.-Kata “Bulan”
Mereka bertemu pada bulan September tahun lalu.
Sinar bulan malam ini begitu cerah dan indah.
E. Hiponimi
Hiponimi adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup
dalam makna bentuk ujaran yang lain. Contohnya:
- Masakan yang dibuat oleh Ani terdiri dari berbagai macam seperti bakso, pangsit, mie ayam, nasi
goreng namun tidak enak semuanya
(H) : masakan
(h) : bakso, pangsit, mie ayam, nasi goreng
F. ambigu atau ketaksaan
Ambigu atau ketaksaan adalah gejala dapat terjadinya kegandaan makna akibat tafsiran
gramatikal yang berbeda. Contohnya:
1. Teman Ari yang gemuk itu sedang menonton televisi. Kalimat ini memiliki beberapa arti:
●Teman Ari yang gemuk sedang menonton televisi
●Teman dari Ari yang gemuk itu sedang menonton televise.
2.Saya membeli buku sejarah puisi yang baru. Kalimat ini memiliki beberapa arti:
●Saya membaca buku sejarah puisi yang baru, maksudnya bukunya yang baru
●Saya membaca buku tentang sejarah puisi yang baru, maksudnya sejarahnya yang baru
●Saya membaca buku sejarah tentang puisi yang baru, maksudnya puisinya yang baru
G. Redundansi
Biasanya diartikan sebagai berlebih lebihan nya penggunaan unsur segmental dalam suatu
bentuk ujaran. Contohnya;
●Memanjat ke atas
●Turunkan ke bawah
●Saksi mata
●Terbang di udara
●Jelas sekali
●Es dingin
7
Keempat, pertukaran tanggapan Indra 5 alat indra kita mempunyai fungsi masing-masing
untuk menangkap gejala-gejala yang terjadi di dunia ini. misalnya rasa asam dan panas ditangkap
oleh alat indra perasa yaitu lidah.
Kelima. adanya asosiasi adalah hubungan antara sebuah bentuk ujaran dengan sesuatu yang
lain yang berkenaan dengan bentuk ujaran itu sehingga dengan demikian bila disebut ujaran itu
maka yang dimaksud adalah sesuatu yang lain yang berkenaan dengan ujaran itu contohnya kata
amplop makna sesungguhnya amplop adalah sampul surat akan tetapi dalam kalimat tersebut
supaya urusan cepat beres beli saja Amplop yang bermakna uang sogokan.
- perubahan makna yang menyempit artinya kalau tadinya sebuah kata atau satuan ujaran itu
memiliki makna yang sangat umum tetapi kini maknanya menjadi khusus atau sangat khusus.
- perubahan makna secara total artinya makna yang dimiliki sekarang sudah jauh berbeda dengan
makna aslinya contohnya kata ceramah dulu bermakna cerewet Banyak cakap sekarang makna
uraian mengenai 'suatu hal di muka orang banyak'.
9
Dalam proses komposisi atau proses penggabungan leksem dengan leksem terlihat juga
bahwa komponen makna yang dimiliki oleh bentuk dasar yang terlibat dalam proses itu
menunjukkan juga makna gramatikal yang dihasilkannya misalnya makna gramatikal milik hanya
dapat terjadi apabila konstituen kedua dari komposisi ini memiliki komponen makna /+manusia/
atau /+dianggap manusia/. Contohnya sepeda Dika, rumah paman, dan mobil kantor. Jika tidak
memiliki komponen, makna itu maka makna-makna gramatikal 'milik' tidak akan muncul misalnya
'bulu kucing' bukan bermakna gramatikal 'bulu milik kucing' sedangkan bulu dari kucing,
-Kesesuaian semantik dan sintaktik
Berterima tidaknya sebuah kalimat bukan hanya masalah gramatikal tetapi juga masalah semantik
kalau kita amati keempat kalimat berikut akan tampak berbeda berterimanya.
● kambing yang Pak Udin terlepas lagi.
Ketidak berterimaan kalimat adalah karena kesalahan gramatikal yaitu adanya konjungsi yang
antara kambing dan Pak Udin konjungsi yang tidak dapat menggabungkan nomina dengan nomina
tetapi dapat menggabungkan nomina dengan adjektiva misalnya menjadi kambing yang besar atau
kambing yang kurus lagipula dalam konstruksi yang menyatakan milik tidak perlu menggunakan
konjungsi yang maka kalimat itu menjadi benar kalau dikatakan seperti kalimat berikut . "
Kambing Pak Udin Terlepas lagi."
10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna pada
setiap perkataan yang diucapkan. Semantik merupakan salah satu cabang ilmu yang dipelajari
dalam studi linguistik. Dalam semantik kita mengenal yang disebut klasifikasi makna, relasi
makna, erubahan makna, analisis makna, dan makna pemakaian bahasa. Semantik adalah
subdisiplin linguistik yang membicarakan makna yaitu makna kata dan makna kalimat.
3.2 SARAN
Sebagaimana kita ketahui bahwa ilmu tentang semantik sangatlah kita perlukan dalam
kehidupan sehari- hari. Maka dari itu saya sarankan kepada para pembaca semua agar terus
mempelajari semantik. Karena semantik mempunyai banyak manfaat, khususnya dalam kegiatan
pembelajaran
11
DAFTAR PUSTAKA
12