Anda di halaman 1dari 21

JENIS-JENIS MAKNA

Oleh Kelompok 4 : 1. Anindya Zahra Sabila (2113041029)

2. Dhiya Ulhaq Ahmad (2113041017)

3. Revalin Berlian Wibowo (2113041059)

4. Veni Hidayah (2113041007)

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Mata Kuliah : Semantik Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Dr. Sumarti, S.Pd., M.Hum.

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul ”Jenis-jenis Makna” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Semantik Bahasa Indonesia yang diampu oleh
Ibu Dr. Sumarti, S.Pd., M.Hum.

Kami sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.


Sumarti, S.Pd., M.Hum. selaku dosen pengampu mata kuliah Semantik Bahasa
Indonesia yang telah memberikan tugas ini. Sehingga, kami dapat menambah
pengetahuan sesuai dengan topik yang sudah ditentukan dalam makalah ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah terlibat
dalam penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, meskipun


makalah ini telah disusun secara maksimal. Oleh karena itu, dengan tidak
mengurangi rasa hormat, kami mengharapkan kritik dan juga saran yang bersifat
membangun untuk memperbaiki makalah ini di kemudian hari.

Bandarlampung, 02 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan Makalah ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Makna Secara Umum.................................................................. 3


2.2 Makna Leksikal dan Gramatikal ................................................................... 4
2.3 Makna Denotatif dan Konotatif .................................................................... 7
2.4 Makna Literal dan Figuratif ..........................................................................8
2.5 Makna Referensial ....................................................................................... 10
2.6 Makna Konseptual ....................................................................................... 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 13


3.2 Saran ............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 15

LAMPIRAN .....................................................................................................17

iii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara etimologis, kata semantik berasal dari bahasa Inggris, yaitu semantics.
Sebaliknya, dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti 'tanda' atau dari
kata kerja samaino yang berarti 'tanda'. Menurut ahli bahasa, istilah ini mengacu
pada linguistik yang mempelajari makna menurut (Djajasudarma, 1999:1) yang
telah dijelaskan Dalam jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya. Secara umum,
semantik adalah cabang linguistik yang mempertimbangkan dan mempelajari arti
atau makna. Semantik merupakan salah satu dari tingkatan analisis bahasa yaitu
fonologi dan grammar atau tata bahasa dan semantik

Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari makna bahasa dan
cara bahasa digunakan untuk menyampaikan makna tersebut. Istilah "semantik"
berasal dari bahasa Yunani "semantikos", yang berarti "menunjukkan atau
menunjukkan tanda".Sebagai bidang studi, semantik telah berkembang selama
beberapa abad terakhir, mulai dari studi filosofis tentang makna kata-kata dan
tanda-tanda hingga pendekatan modern yang didasarkan pada analisis bahasa
secara sistematis. Semantik modern didasarkan pada gagasan bahwa bahasa
mencerminkan dunia yang di sekitar kita dan bahwa makna kata atau ungkapan
dapat ditemukan melalui hubungannya dengan objek, tindakan, atau konsep yang
diacu.

Semantik memainkan peran penting dalam linguistik karena memberikan


dasar teoritis bagi analisis bahasa dan memungkinkan pemahaman yang lebih baik
tentang bagaimana bahasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Semantik
juga berkontribusi pada bidang-bidang seperti sastra, logika, dan ilmu komputer,
di mana pengetahuan tentang makna bahasa sangat penting. sejarah linguistik,
istilah "semantik" digunakan untuk menggambarkan studi tentang makna. Namun,
istilah lain seperti "semiotika" dan "semiologi" juga digunakan untuk
mendeskripsikan studi tentang arti tanda atau simbol atau apa artinya bagi

1
seseorang. Semantik, di sisi lain, adalah istilah yang lebih umum dalam linguistik.
Hal ini karena semantik lebih spesifik karena hanya berbicara tentang makna atau
makna bahasa sebagai cara berkomunikasi secara verbal. Hal tersebut seperti yang
dikatakan di atas, bahwa para ahli bahasa pada awalnya tidak terlalu
memperhatikan studi semantik. Tapi ini tidak berarti bahwa tidak pernah ada
pekerjaan yang dilakukan pada semantik dalam sejarah studi bahasa. Sebaliknya,
ahli tata bahasa selalu tertarik pada arti kata dan sering lebih tertarik pada arti kata
daripada fungsi sintaksisnya. Ketertarikan ini dapat dilihat dari banyak kamus
yang telah ditulis selama bertahun-tahun, tidak hanya di Barat tetapi juga di
belahan dunia lain di mana bahasa dipelajari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari jenis makna secara umum?
2. Apa itu makna leksikal dan gramatikal?
3. Apa itu makna denotatif dan konotatif?
4. Apa itu makna literal dan figuratif
5. Apa itu makna referensial?
6. Apa itu makna konseptual?

1.3 Tujuan Makalah


1. Mengetahui pengertian jenis makna secara umum.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan makna leksikal dan gramatikal.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan makna denotatif dan konotatif.
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan makna literal dan figuratif.
5. Mengetahui apa yang dimaksud dengan makna referensial.
6. Mengetahui apa yang dimaksud dengan makna konseptual.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Makna Secara Umum

Kata makna atau meaning merupakan istilah yang membingungkan.


Bentuk makna diperhitungkan sebagai istilah sebab bentuk ini memiliki konsep
dalam bidang ilmu tertentu, yakni dalam bidang linguistik. Terdapat tiga hal yang
dicobajelaskan oleh para filsuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan
makna, yaitu (1) menjelaskan makna kata secara alamiah, (2) mendeskripsikan
kalimat secara alamiah, dan (3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi
(Kempson dalam Pateda 2010). Dalam hubungan ini Kempson berpendapat untuk
menjelaskan istilah makna harus dilihat dari segi: (1) kata, (2) kalimat, dan (3) apa
yang dibutuhkan okeh pembicara untuk berkimunikasi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, makna adalah sebagai arti atau
pengertian yang diberikan kepada bentuk kebahasaan. Menurut Ullman (dalam
Mansoer Pateda, 2001: 82), makna adalah hubungan antara makna dengan
pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure (dalam Abdul Chaer, 1994: 286)
mengungkapkan bahwa pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang
dimiliki terdapat pada suatu tanda linguistik. Menurut pandangan Saussure,
makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki pada sebuah tanda linguistik
dan setiap tanda linguistik terdiri atas dua unsur, yaitu yang diartikan (signifed),
dan yang mengartikan (signifer).

Istilah makna meskipun membingungkan, sebenarnya lebih dekat dengan


kata. sering kita berkata, apa artinya kata ini, apakah artinya kalimat ini? Jika
seseorang berkata, “Saya akan berangkat”, itu berarti bahwa ia siap berjalan, siap
melaksanakan kegiatannya, atau aktivitas pindah, pindah dari satu tempat ke
tempat yang lain, dengan jalan melaksanakan berjalan. Tidak jarang seseorang
terpaksa menerka-nerka , apakah makna kata atau makna kalimat yang baru saja
dibicarakan. Contohnya pada kalimat Pencuri masuk rumah semalam. Sepintas
lalu kita memahami makna kalimat ini. Tetapi masih timbul berbagai pertanyaan

3
seperti siapa nama pencuri itu? Apakah laki-laki atau perempuan? Pukul berapa
pencuri itu datang? dan sebagainya. Demikian pula dengan kata: masuk, rumah,
semalam. Maksudnya, apakah yang dimaksud dengan kata: masuk, rumah,
semalam? Misalnya, apakah masuk lewat pintu atau jendela? Rumah siapa yang
dimasuki? dan sebagainya. Seandanya kalimat pencuri masuk rumah semalam,
kita dengar dari teman kita yang sedang berbincang-bincang dengan kita, tentu
kita dapat menanyakan hal yang berkaitan dengan kalimat tersebut sehingga kita
dapat memahami keseluruha kalimat. Itu sebabnya dikatakan istilah makna
merupakan istilah yang membingungkan. Terkadang makna yang ada dalam
lambang tidak sesuai dengan yang sebenarnya.

2.2 Makna Leksikal dan Gramatikal

a. Makna Leksikal

Pada kegiatan belajar, leksikal dikatakan sebagai bentuk ajektif dari


nomina leksikon yang kurang lebih dapat dipadankan dengan istilah vocabulary,
kosakata, atau perbendaharaan kata. Makna leksikal atau yang dalam bahasa
Inggris disebut dengan lexical meaning, semantic meaning, dan external meaning,
merupakan makna kata ketika kata itu berdiri sendiri, baik dalam bentuk leksem
ataupun dalam bentuk berimbuhan yang maknanya kurang lebih sama atau tetap,
seperti yang dapat dibaca dalam kamus bahasa tertentu. Makna leksikal dikatakan
berdiri sendiri karena makna sebuah kata dapat berubah apabila kata tersebut telah
berada di dalam kalimat. Dengan demikian, terdapat kata-kata yang makna
leksikalnya dapat dipahami jika kata tersebut sudah dihubungkan dengan kata-
kata yang lain seperti kata dan, ini, ke, yang.

Menurut Kearns (dalam Pramuniati: 2008), makna leksikal sebagai makna


dari kata itu sendiri, sedangkan bidang yang meneliti semantik leksikal menurut
asas-asasnya dinamakan dengan “leksikologi”. Sementara itu, Pateda (2001: 74)
mengatakan dalam kajian semantik, semantik leksikal cenderung lebih
memfokuskan pada pembahasan sistem makna yang terdapat dalam makna kata.
Hal yang sama dikatakan oleh Saeed (dalam Pramuniati: 2008) bahwa kajian

4
mengenai makna kata disebut juga kajian semantik leksikal. Makna leksikal atau
makna leksikon tidak berada dalam konteks atau terlepas dari konteks. Menurut
Aminunuddin (1988: 87), makna lesikal merupakan lambang kebahasaan yang
masih bersifat dasar, yaitu belum mengalami konotasi serta hubungan gramatik
dengan kata yang lain. Oleh karena itu, leksikal merupakan makna yang
sebenarnya.

Adapun tujuan deskripsi tradisional mengenai semantik leksikal, yaitu


untuk mempresentasikan makna setiap kata dan untuk menunjukkan bagian
makna kata dalam bahasa. Kedua tujuan tersebut untuk mengindikasikan bahwa
makna leksikal merupakan makna yang sebenarnya dan makna yang sesuai
dengan hasil observasi indra kita. Hal inilah yang menyebabkan banyak orang
mengatakan bahwa makna leksikal ialah makna kampus. Sejalan dengan
penjelasan tersebut, Verhaar (dalam Pateda 2010) berkata, “ semantik leksikal
tidak perlu kita uraikan banyak di sini; sebuah kamus merupakan contoh yang
tepat dari semantik leksikal: makna tiap-tiap kata diuraikan di situ”. Contohnya
seperti kata gawang yang memiliki arti dua tiang yang dihubungkan dengan kayu
palang pada bagian ujung atas dan dua tiang yang berpalang sebagai tempat
sasaran memasukkan bola dalam permainan sepak bola. Arti kata gawang tersebut
mengandung makna leksikal.

b. Makna Gramatikal

Dalam proses komposisi atau dalam penggabungan kata, makna


gramatikal banyak muncul macam dan ragamnya dalam bahasa Indonesia.
Mansoer Pateda (2010: 103) menyatakan bahwa makna gramatikal (gramatical
meaning), atau makna fungsional (fungsional meaning), atau makna struktural
(structural meaning), atau makna internal (internal meaning) adalah makna yang
muncul sebagai akibat dari berfungsinya kata di dalam kalimat. Selain itu,
menurut Gani (2019: 15) menyatakan bahwa makna gramatikal merupakan
makna yang hadir sebagai akibat dari adanya proses gramatika (seperti proses
afiksasi, proses reduplikasi dan proses komposisi). Oleh sebab itu, makna sebuah
kata baik kata dasar maupun itu kata jadian, serta sering bergantung pada konteks
kalimat atau konteks situasi. Maka makna gramatikal itu sering juga disebut

5
dengan makna kontekstual atau makna situasional. Selanjutnya karena proses dan
satuan-satuan gramatikal tersebut selalu berkenaan dengan struktur kebahasaan,
maka dari itu disebut juga dengan makna struktural.

Sebagai contoh makna gramatikal dengan proses prefiksasi ter- dengan


bentuk dasar angkat dalam kalimat “Meja berat terangkat juga oleh ayah.” kalimat
tersebut bermakna gramatikal dapat dan di dalam kalimat “Ketika balok itu
ditarik, papan terangkat ke atas.” kalimat tersebut bermakna gramatikal tidak
sengaja. Contoh lain, proses reduplikasi kata lebar-lebar pada kalimat “Bukalah
pintu itu lebar-lebar” kalimat tersebut bermakna gramatikal selebar mungkin, pada
kalimat “Jalan yang terdapat di ibukota memang lebar-lebar, tetapi masih banyak
kemacetan lalu lintas.” kalimat tersebut bermakna gramatikal banyak yang lebar,
dan pada kalimat “Petiklah daun itu yang lebar-lebar, lalu berikan kepada Ibu.”
kalimat tersebut bermakna gramatikal hanya yang lebar. Makna gramatikal dalam
proses komposisi atau penggabungan kata dalam bahasa Indonesia juga banyak
atau sering muncul macam dan ragamnya. Dapat kita lihat penggabungan kata
pada sate dan ayam menjadi sate ayam melahirkan makna gramatikal bahan atau
secara lebih lengkap sate tersebut bahannya menggunakan daging ayam,
sedangkan gabungan sate Padang memberi makna gramatikal bahwa sate tersebut
berasal dari Padang, terdapat juga gabungan sate-lontong yang memiliki makna
gramatikal sate yang dicampur dengan lontong, dan gabungan sate Cak Umar
memiliki makna gramatikal bahwa sate tersebut buatan Cak Umar.

Sebagai contoh lainnya yaitu pada kalimat “Dwi membaca novel di


perpustakaan. Kata Dwi yang menduduki fungsi subjek memiliki makna
gramatikal pelaku, kata membaca yang menduduki fungsi predikat dengan makna
gramatikal aktif, kata novel yang menduduki fungsi objek bermakna gramatikal
sasaran, sedangkan frase di perpustakaan menduduki fungsi keterangan dengan
makna gramatikal lokasi. Proses gramatikal dalam bahasa Indonesia yang tidak
melahirkan makna gramatikal, melainkan memberikan makna idiomatikal.
Sebagai contoh yaitu proses afiksasi me-kan pada bentuk dasar sedih, khawatir,
berani, dan takut sehingga menjadi menyedihkan, mengkhawatirkan,
memberanikan, dan menakutkan yang memiliki makna gramatikal yang sama,

6
yaitu membuat jadi ........... Namun, dapat menggalakkan dan memenangkan,
tidaklah bermakna membuat jadi galak dan membuat jadi menang, hal itu
melainkan bermakna memperoleh kemenangan dan menggiatkan. Untuk contoh
lain pada proses afiksasi yang tidak bermakna gramatikal yaitu pada kata
berpulang, bersalin, meninggal, dan kemaluan.

Selanjutnya, dalam bahasa Indonesia juga terdapat kata dua. Kalau kata
dua ditempatkan dalam kalimat, sebagai contoh: Dua? Dua! Masih dua. Baru
dua. Masih dua. Dua kali. Dua lagi. Dua-dua! Kata, urutan kata dua yang telah
disebutkan sebelumnya memperlihatkan bahwa memiliki makna yang berbeda
antara satu sama lain. Makna tersebutlah yang disebut sebagai makna gramatikal.
Makna gramatikal ini juga dipelajari secara luas dalam semantik gramatikal.

2.3 Makna Denotatif dan Konotatif

a. Makna Denotatif

Makna denotatif adalah jenis makna yang bersifat konvensi dan objketif.
Makna denotatif didasarkan oleh hubungan yang lugas antara satuan bahasa
dengan wujud di luar bahasa. Menurut Harimurti (1982) yang dimuat dalam
Mansoer Pateda (2010) menjelaskan bahwa makna denotatif didasarkan atas
petunjuk yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan pada
konvensi tertentu. Chaer (2013) dalam Hayati (2022) menyatakan bahwa makna
denotative pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab makna denotatif
ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sebenarnya menurut penglihatan,
penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. Secara sederhana,
makna denotative sering diartikan sebagai makna sebenarnya. Sebagai contoh,
kata menggarap maknanya selalu dikaitkan dengan proses menggarap tanah,
membajak, mengupayakan agar tanah menghasilkan sesuatu yang bernilai
ekonomi. Kata menggarap tersebut tidak dikaitkan sebagai upaya seseorang dalam
memberikan pengaruh. Dengan demikian, makna denotatif merupakan makna
sebenarnya yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.

7
b. Makna Konotatif

Makna konotatif merupakan makna yang mengandung makna lain di


dalamnya. Makna dalam konotatif biasanya berhubungan dengan sifat, rasa,
benda, atau peristiwa yang dimaksudkan. Makna konotatif diartikan sebagai
makna yang memiliki pergeseran arti sehingga berbeda dengan makna yang
sebenarnya. Makna konotatif merupakan makna leksikal + X. Sebagai contoh,
kata amplop dalam KBBI memiliki arti sampul yang digunakan untuk mengisi
surat. Maka makna tersebut termasuk ke dalam makna denotatif yang menjelaskan
makna sebenarnya sedangkan jika ditinjau dari segi makna konotatifnya, kata
amplop memiliki pemaknaan yang beragam. Pada kalimat “beri saja ia amplop
agar SIM mu cepat selesai” kata amplop memiliki makna konotatif yang berarti
berilah ia uang atau uang sogok.

Contoh: “Rumah itu dilahap si Jago Merah”

Kata “lahap” bukan diartikan sebagai suka makan atau rakus. Kata lahap telah
memiliki makna konotasi yang berarti telah habis. Begitu pun dengan kalimat “si
jago merah.” Yang memiliki arti kebakaran.

2.4 Makna Literal dan Figuratif

a. Makna Literal

Makna literal atau juga disebut sebagai makna harfiah atau arti harfiah
adalah arti kata yang paling mendasar, bukan arti turunan (derivatif). Lalu
bagaimana kita tahu arti kata yang literal atau tuturan yang literal dengan yang
bukan literal. Knowles dan Moon, 2005 dalam (Yusuf 2014) mengungkapkan
makna literal adalah makna literal dari sebuah dunia mengacu kepada sebuah
entitas konkrit dengan eksistensi fisik dalam dunia. Menurut kamus linguistik
Kridalaksana, makna literal adalah makna yang diperoleh dari penggunaan suatu
kata atau ungkapan secara harfiah atau sesuai dengan arti kata dasarnya. Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa makna literal adalah makna yang
acuannya bisa rujuk secara fisik, konkret dalam dunia nyata dan sesuai dengan arti
kata dasarnya.

8
Misalnya pada kalimat “Di sungai ini banyak lintah”. Kata lintah merujuk
pada nama binatang, yaitu binatang air seperti cacing, berbadan pipih bergelang-
gelang, biasnya berwarna hitam atau cokelat tua, pada kepala dan ujung badannya
terdapat alat untuk menghisap darah. Secara lugas makna kata lintah pada contoh
tersebut mengacu pada referen yang sesungguhnya, yaitu hewan penghisap darah.
Selain itu, pada kalimat “Hati-hati di hulu sungai ini banyak buaya”. Kata buaya
pada kalimat tersebut merujuk pada salah satu binatang reptil berdarah dingin,
bertubuh besar dan berkulit keras, bernafas dengan paru-paru, hidup di sungai atau
di laut. Referen buaya mengacu pada salah satu jenis binatang buas yang
berbahaya. Kedua kata tersebut semuanya mengacu pada makna yang
sesungguhnya, yaitu makna literal.

b. Makna Figuratif

Makna figuratif adalah penyimpangan makna literal, atau penggunaan


bahasa yang tidak standar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Abrams dalam
(Yusuf 2014) yaitu makna figuratif adalah penyimpangan penggunaan bahasa
oleh penutur dari pemahaman bahasa yang dipakai sehari- hari, penyimpangan
dari bahasa standar, atau penyimpangan makna kata, suatu penyimpangan
rangkaian kata supaya memperoleh beberapa arti khusus. Menurut kamus
linguistik Kridalaksana, makna figuratif adalah makna yang diperoleh dari
penggunaan suatu kata atau ungkapan secara tidak harfiah atau melampaui arti
dasarnya.

Misalnya pada kalimat “Pekerjaannya seperti lintah darat”. Makna lintah pada
kalimat tersebut tidak mengacu langsung pada makna lintah yang sesungguhnya,
yaitu salah satu jenis hewan penghisap darah, tetapi mengacu pada makna kiasan,
yaitu berkaitan dengan perilaku seseorang yang meminjamkan uang dengan
pengembalian yang sangat tinggi. Selain itu, pada kalimat “Orang itu terkenal
sebagai buaya darat”. Demikian juga pada kata buaya tersebut tidak mengacu
pada salah satu binatang buas yang berbahaya, tatapi mengacu pada perilaku
seseorang yang sering mempermainkan perempuan. Dengan demikian, kedua kata

9
tersebut memiliki makna yang telah disimpangkan dari referennya yang
sesungguhnya. Penyimpangan makna kepada hal yang lainnya ini disebut dengan
makna figuratif.

2.5 Makna Referensial

Makna referensial (referential meaning) adalah makna yang langsung


berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata. Sebelum dilanjutkan uraian
makna referensial, ada baiknya dipahami lebih dahulu, apakah yang dimaksud
dengan istilah referen. Menurut Palmer (1976:30) "reference deals with the
relationship between the linguistic elements word, sentences, etc, and the
monlinguistic world of experience” (hubungan antara unsur- unsur lingustik
berupa kata-kata, kalimat-kalimat, dan dunia pengalaman yang non-linguistik.
Chaer (20013:63-64) menyatakan bahwa makna yang merupakan suatu kata yang
memiliki referen, yaitu sesuatu diluar bahasa yang memiliki acuan yang jelas.
Sebagai contoh, kata meja dan kursi termasuk kata yang bermakna referensial
karena keduanya memiliki referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang
disebut “meja” dan “kursi”. Kata-kata tersebut termasuk dalam kategori kata
penuh, karena kata tersebut memiliki acuan yang jelas dan pasti.

Referen atau acuan boleh saja benda, peristiwa, proses, atau kenyataan.
Referen adalah sesuatu yang ditunjuk oleh lambang. Jika, seseorang mengatakan
sungai, maka yang ditunjuk oleh lambang tersebut, yakni tanah yang berlubang
lebar dan panjang tempat air mengalir dari hulu ke danau atau laut. Kata sungai
langsung dihubungkan dengan acuannya. Tidak mungkin timbul objek, dan
asosiasi yang lain. Bagi mereka yang pernah melihat sungai; atau pernah mandi di
sungai, sudah tentu mudah memahami apa yang dimaksud dengan sungai. Makna
referensial mengisyaratkan kepada kita tentang makna yang langsung menunjuk
pada sesuatu, apakah benda, gejala, kenyataan, peristiwa, proses, sifat. Jadi, kalau
seseorang mengatakan marah, maka yang diacu adalah gejala marah, misalnya
muka yang cemberut, diam, dan kalau berbicara menggunakan bahasa yang
bernada tinggi yang kadang-kadang diikuti dengan anggota badan.

10
Makna referensial merupakan makna unsur bahasa yang sangat dekat
hubungannya dengan dunia di luar bahasa, apakah objek atau gagasan, dan yang
dapat dijelaskan melalui analisis komponen. Begitu seseorang berkata, lalu
pendengar langsung meng- hubungkan dengan acuannya. Kadang-kadang acuan
itu hanya dalam bayangan, maksudnya kita dapat membayangkan acuan tersebut
karena kita pernah membaca atau mendengar uraian tentang acuan tersebut.
Misalnya Baterei yang dikemas PT Gobel mengiklankan "anti bocor", dan kalau
orang mengatakan "Gadis itu telah bocor", atau "Mulut perempuan itu bocor",
maka kata bocor pada kedua kalimat ini sudah memiliki makna konotasi yang
lain.

2.6 Makna Konseptual

Makna konseptual (Belanda: conseptuele betekenis) disebut juga makna


denotatif. Makna konseptual dianggap sebagai faktor utama di dalam setiap
komunikasi. Makna konseptual merupakan hal yang esensial di dalam suatu
bahasa. Makna konseptual dapat diketahui setelah kita menghubungkan atau
membandingkannya pada tataran bahasa. Untuk itu Leech (I, 1974:25)
mengemukakan dua prinsip, yakni prinsip ketidaksamaan dan prinsip struktur
unsurnya. Prinsip ketidaksamaan dapat dianalisis berdasarkan klasifikasi bunyi
dalam tataran fonologi yang setiap bunyi ditandai + (positif) kalau ciri dipenuhi,
dan ditandai dengan - (negatif) jika ciri tidak dipenuhi. Misalnya, konsonan/b/
berciri + bilabial,+ stop. nasal.

Makna konseptual atau juga makna denotatif dianggap sebagai faktor


utama dalam setiap komunikasi. Makna konseptual sangat penting dalam bahasa.
Makna konseptual dapat diketahui dengan menggabungkan atau
membandingkannya pada tataran linguistik (Suwandi, 2011:85). Menurut Chaer
(2013:72), makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsep dan
rujukannya serta bebas dari asosiasi atau hubungan apapun. Dengan demikian,
makna konseptual sama dengan makna referensial, makna leksikal, dan makna
denotatif . Chaer juga berpendapat bahwa makna konseptual adalah makna leksem
terlepas dari konteks atau asosiasi.

11
Prinsip struktur unsurnya misalnya kata nyonya dapat dianalisis menjadi:
+ manusia; + dewasa; - laki-laki. Kata buku dapat dianalisis menjadi: + nama
benda; + benda padat; + digunakan sebagai tempat menulis; + digunakan oleh
murid-murid atau mahasiswa; - manusia; berkaki dua. Dengan analisis seperti ini
maka konsep sesuatu dapat dibatasi. Jadi, buku bukanlah manusia, dan juga bukan
benda yang berkaki dua.

Dihubungkan dengan keberadaan kata-kata, maka kita dapat menyebut


kata yang mengandung konsep jika telah berada di dalam konteks kalimat, dan
kata yang susah dibatasi makna konseptualnya dan karena itu selalu terikat
konteks kalimat. Berdasarkan pendapat ini, makna konseptual setiap kata dapat
dianalisis dalam ke- mandiriannya dan dapat dianalisis setelah kata tersebut
berada dalam satuan konteks. Itu sebabnya kadang-kadang kita menyuruh
seseorang untuk menempatkan sebuah kata di dalam kalimat oleh karena kita
ingin menerka makna konseptual kata tersebut melewati kalimat. Akibatnya
makna konseptual sebuah kata dapat saja berubah atau bergeser setelah ditambah
atau dikurangi anggotanya. Misalnya ada kata demokrasi. Kita mengerti makna
konseptual kata ini, tetapi kalau kata ini diperluas unsurnya menjadi demokrasi
liberal, demokrasi terpimpin, demokrasi Pancasila, maka makna konseptual kata
demokrasi akan berubah.

Di atas disinggung bahwa ada kata-kata yang susah dianalisis makna


konseptualnya. Kata-kata seperti ini biasanya digolongkan ke dalam partikel atau
kata-kata tugas, misalnya kata dan, ini, itu, si, yang. Apabila ada orang bertanya,
apakah makna kata yang, sulit orang menjawabnya. Tetapi pasti ia dapat membuat
kalimat yang di dalamnya terdapat kata yang. Mengapa? Kata yang diketahui
fungsi dan penggunaannya dalam kalimat.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa


makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki pada sebuah tanda linguistik
dan setiap tanda linguistik terdiri atas dua unsur, yaitu yang diartikan (signifed),
dan yang mengartikan (signifer). Diperkuat oleh Ferdinand de Saussure (dalam
Abdul Chaer, 1994: 286), mengungkapkan bahwa pengertian makna sebagai
pengertian atau konsep yang dimiliki terdapat pada suatu tanda linguistik. Istilah
makna juga seringkali dikatakan sebagai istilah yang membingungkan karena
terkadang makna yang ada dalam lambang tidak sesuai dengan yang sebenarnya.

Kemudian terdapat jenis-jenis makna, yaitu makna leksikal, makna


gramatikal, makna denotatif, makna konotatif, makna literal, makna figuratif,
makna referensial, dan makna konseptual. Makna leksikal adalah makna yang
sebenarnya. Makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat dari
berfungsinya kata di dalam kalimat. Makna denotatif adalah jenis makna yang
bersifat konvensi dan objketif. Makna konotatif adalah makna yang mengandung
makna lain di dalamnya. Makna literal adalah arti kata yang paling mendasar,
bukan arti turunan (derivatif). Makna figuratif adalah penggunaan bahasa yang
tidak standar. Makna referensial adalah makna yang langsung berhubungan
dengan acuan yang ditunjuk oleh kata, dan makna konseptual ialah hal yang
esensial di dalam suatu bahasa. Makna konseptual dapat diketahui setelah kita
menghubungkan atau membandingkannya pada tataran bahasa.

3.2 Saran

Demikianlah makalah yang membahas mengenai Jenis-jenis Makna dapat


terselesaikan. Untuk memahami lebih lanjut materi tentu tidaklah mudah,
pembaca diharapkan membaca dengan seksama mengenai makalah yang telah

13
kami susun. Kami berharap makalah ini dapat memberikan benyak pengetahuan,
wawasan baru, dan manfaat bagi pembaca. Jika pembaca kurang memahami
materi dalam makalah ini, pembaca dapat mencari literatur tambahan melalui
media apapun agar tidak ada kekeliruan atau kesalahpahaman. Namun, sebagai
manusia yang tidak luput dari kekurangan, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun sehingga kami dapat memperbaiki yang ada pada
makalah ini. Terima Kasih.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chaer. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Arifianti, I., & Wakhidah, K. (2020). Semantik: makna referensial dan makna
nonreferensial.

Arsyad, H., Rijal, S., & Rokhmansyah, A. (2020). Makna Konseptual Dan Makna
Asosiatif Narasi Iklan Rokok Di Televisi. Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa,
Sastra, Seni dan Budaya, 4(2), 277-289.

Gani, S. (2019). Kajian teoritis struktur internal bahasa (fonologi, morfologi,


sintaksis, dan semantik). A Jamiy: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, 7(1), 1-
20.

Hayati, N., A., Jadidah, N., N. 2022. Analisis Makna Denotatif dan Konotatif
Dalam Novel Dua Barista Karya Najhaty Sharma (Kajian Semantik).
Peneroka: Jurnal Kajian Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
2(1), 17-31.

Mansoer Pateda. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Rineka Cipta: Jakarta.

Pramuniati, I. (2008). Semantik Leksikal, Semantik Kalimat, Makna dan Konteks


Bahasa Aceh Besar. -.

Wahyudin, Ahmad. 2019. Pendalaman Materi Bahasa Indonesia Modul 2


Semantik dan Wacana. Kemdikbud.

Yusuf, T. (2014). Metafora Ganda Pada Kata Majemuk 935 Bahasa Inggris.
Jurnal Istek, 8(1).

15
LAMPIRAN

Analisis makna pada gambar di atas adalah sebagai berikut.

“Awas!! Turunan tajam dan panjang rawan rem blong!!”

Analisis makna gramatikal dapat dilihat pada struktur kalimat yang tidak tersusun
secara baik. Pada susunan kalimat di atas terdapat makna yang taksa sehingga
memiliki arti yang membingungkan.. kalimat “Turunan tajam dan panjang”di atas
dapat dimaknai dengan jalan yang sangat panjang dan jalan yang tajam.
Kemudian pada frasa “Rem blong!” bila dikaitkan dengan kata-kata sebelumnya
memiliki makna yang taksa karena seolah-olah jalan yang tajam dan panjang
dapat menyebabkan rem blong.

Analisis makna konotatif pada gambar di atas dapat dilihat pada kalimat “Awas!!
Turunan tajam dan panjang.” Kalimat turunan tajam dan panjang merujuk pada
jalanan yang menurun dan berbahaya karena dapat menyebabkan kecelakaan.
Sehingga pengguna jalan diharapkan untuk berhati-hati. Hal ini di pertegas
dengan kata “awas.”

Analisis makna denotatif pada gambar di atas dapat dilihat pada kalimat “Awas!!
Turunan tajam dan panjang.” Kalimat tersebut merujuk pada jalanan menurun
yang tajam dan panjang, secara lugas makna kata tajam dan panjang mengacu
pada referen yang sesungguhnya.

16
Analisis kalimat “Nelpon murah sms-nya juga murah abis.” Pada gambar di atas
adalah sebagai berikut.

Analisis makna leksikal pada kalimat “nelpon murah.” Memiliki arti bahwa
pengguna dapat menelfon dengan harga yang terjangkau atau murah.

Analisis gramatikal pada kalimat “Nelpon murah sms-nya juga murah abis.”
Penyusunan kalimat pada pamflet tersebut kurang baik dan dapat memberikan
makna yang taksa.

Analisis konotatif pada kata “murah” berarti dapat dijangkau oleh semua kalangan
kemudian kata abis disini memiliki makna tidak bersisa. Jika kedua kata
digabungkan menjadi “murah abis” akan bermakna sangat murah dan dapat
dijangkau oleh semua orang. Kata abis tidak lagi menjadi makna “tidak bersisa”
melainkan dimaknai sebagai “sangat murah.”

17

Anda mungkin juga menyukai