Anda di halaman 1dari 16

MAKNA KIAS DALAM SEBUAH LAGU BERJUDUL

“BARANG ANTIK” KARYA IWAN FALS


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas tugas akhir mata kuliah
Semantik Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Dra. Rr. Sulistyawati, M.Hum

Disusun Oleh:

Naufal Abyan Rasyid 1801045094

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA


INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Swt karena


berkat rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan
makalah “MAKNA KIAS DALAM SEBUAH LAGU BERJUDUL “BARANG
ANTIK” KARYA IWAN FALS”. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah SEMANTIK
Penyusunan makalah ini, penyusun mendapat masukan dan bimbingan dari
dosen pengampu kami yaitu Dra. Rr. Sulistyawati, M.Hum sehingga makalah ini bisa
selesai. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
lebih baik laginya makalah ini. Akhir kata, penyusun berharap agar makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, 27 Januari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan masalah.......................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
KAJIAN TEORI................................................................................................................5
A. Pengertian Makna...................................................................................................5
B. Pendekatan Makna..................................................................................................6
C. Makna Kias.............................................................................................................8
D. Peran Bahasa Kias..................................................................................................9
BAB III..............................................................................................................................9
HASIL ANALISIS............................................................................................................9
A. Lirik Lagu “Barang Antik” karya Iwan Fals........................................................10
B. Analisi Makna Kias dalam Lagu “Barang Antik” karya Iwan Fals.....................11
BAB IV............................................................................................................................15
PENUTUP.......................................................................................................................15
A. Kesimpulan...........................................................................................................15
B. Saran.....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semantik membahas tentang makna. Banyak pendekatan demi


pendekatan, seperti pendekatan filsafat, psikologi, neurologi, semiotic, dan
linguistik. Kata-kata berada dalam hubunganya dengan dunia nyata atau
klasifikasi mental tentangnya; kata-kata mengikuti penuturnya untuk
mengidentifikasi bagian-bagian dari dunia, dan membuat pernyataan tentangnya.

semua bentuk bahasa (baik kata, frase atau kalimat) yang tidak merujuk
pada arti sebenarnya (arti leksikal, konseptual atau denotatif) disebut
mempunyai arti kiasan. Jadi, bentuk-bentuk seperti “putri malam” memiliki arti
“bulan” dan “raja siang” berarti “matahari” memiliki arti kiasan.

Bahasa kias biasanya menampilkan makna tersirat sehingga


penangkapan makna pesan dilakukan melalui penafsiran terlebih dahulu.
Penggunaan bahasa kias dilakukan sebagai salah satu cara untuk menimbulkan
efek tertentu sehingga penerima pesan lebih tertarik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud pengertian makna?


2. Apa itu pendekatan makan?
3. Apa pengertian makna kias?
4. Apa peran bahasa kias

C. Tujuan masalah

Mengetahui makna kias yang ada didalam lirik lagu Iwan Fals yang berjudul
“Barang Antik”.

4
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Makna

Semantik membahas tentang makna. Banyak pendekatan demi pendekatan,


seperti pendekatan filsafat, psikologi, neurologi, semiotic, dan linguistik. Kata-kata
berada dalam hubunganya dengan dunia nyata atau klasifikasi mental tentangnya;
kata-kata mengikuti penuturnya untuk mengidentifikasi bagian-bagian dari dunia,
dan membuat pernyataan tentangnya. Demikianlah kalau seorang penutur
mengatakan Dia melihat paul, atau Perempuan itu membeli seekor anjing, maka
nomina yang dicetak tebal itu mengidentifikasi, atau mengacu sesuatu yang khusus
dalam dunia nyata ini. Hubungan, tempat bahasa menyangkutkanya ke dunia nyata,
biasanya disebut referensi (refrence). Hubungan semantik antar elemen di dalam
sistem perbendaharaan kata merupakan salah satu aspek maknanya (sense).

Menurut de Saussure setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur, yaitu (1) yang
diartikan (Prancis: signifie’, Inggris: signified) dan (2) yang mengartikan (Prancis:
signfient, Inggris :signifier). Yang diartikan (signifie’, signified) sebenarnya tidak
lain dari pada atau makna dari sesuatu tanda bunyi. Sedangkan yang mengartikan
(signfian atau signifier) itu adalah tidak lain dari pada bunyi-bunyi itu, yang
terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang bersangkutan. Maka, dengan kata lain
setiap tanda-linguistik terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna. Kedua unsur ini
adalah unsur dalam-bahasa (intralingual) yang biasanya merujuk/mengacu kepada
sesuatu referen yang merupakan unsur luar-bahasa (ekstralingual).

Dalam bidang semantik istilah yang biasa digunakan untuk tanda linguistik itu
adalah leksem, yang lazim didefinisikan sebagai kata atau frase yang merupakan
satuan bermakan (Harimurti 1982:98). Sedangkan istilah kata, yang lazim
didefinisikan sebagai satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri dan dapat terjadi dari
morfem tunggal atau gabungan morfem (Harimurti 1982: 76) adalah istilah dalam
bidang gramatika.

5
Hubungan antara antara kata dan maknanya bersifat arbitrer. Yang berarti, tidak
ada hubungan wajib antara deretan fonem pembentuk kata itu dengan maknanya.
Namun hubunganya bersifat konvensional. Artinya, disepakati oleh setiap anggota
masyarakat suatu bahasa untuk mematuhi hubungan itu; sebab kalau tidak,
komunikasi verbal yang dilakukan akan mendapat hambatan. Oleh sebab itu, bisa
dikatakan, secara sinkronis hubungan antara kata dengan maknanya (atau lebih tepat
lagi: makna sebuah kata) tidak akan berubah. Secara diakronis ada kemungkinan
bisa berubah sesuai dengan perkembangan budaya dan masyarakat yang
bersangkutan.

D. Pendekatan Makna

Pateda (2010:86) makna bisa dibicarakan dari beberapa pendekatan, yaitu


pendekatan analitik atau referensial, pendekatan operasional, pendekatan behavioral,
dan pendekatan ideasional. Pendekatan analitik akan mencari makna dengan cara
menjabarkan atas segmen-segmen utama, pendekatan operasional ingin mempelajari
kata dalam penggunaanya. Pendekatan operasional lebih menekankan, bagaimana
kata dioperasikan di dalam tindak fonasi sehari-hari. Untuk pendekatan behavioral
mengkaji makna dalam peristiwa ujaran (speech event) yang berlangsung dalam
situasi tertentu (speech situation) dan pendekatan ideasional, makna adalah
gambaran gagasan dari suatu bentuk kebahasaan yang bersifat seweanang-wenang
tetapi memiliki konvensi sehingga dapat saling mengerti.

Diatas telah jelaskan bahwa pendekatan analitik ingin menguraikan makna


dengan jalan segmentasi. Contohnya pada kata istri. Kata istri dapat diuraikan
menjadi:

1. Perempuan
2. Telah bersuami
3. Kemungkinan telah beranak
4. Manusia
5. Ramah-tamah
6. Berambut panjang
7. Berfungsi sebagai pendamping suami

6
Jika kata istri dilihat dari segi pendekatan operasonal, akan terlihat dari
kemungkinan-kemungkinan pemunculannya dalam kalimat-kalimat, miasalnya

1. Si dula mempunya istri


2. Istri si ali telah meninggal
3. Banyak istri yang bekerja di kantor

Salah satu tokoh terkenal dalam pendekatan operasional yaitu L.Wittgenstein


yang mengemukakan pendapatnya didalam buku Philosophical Investigation
(1953). Pendekatan operasional menggunakan tes substitusi untuk menentukan tepat
tidaknya makna sebuah kata. Misalnya, apakah kata memberitakan sama dengan
makna kata memberitahukan, dan apakah kata sebab sama maknanya dengan kata
karena? Dapat dicoba dengan tes (khusus kata sebab dank arena):

a. Ia sakit karena mandi di hujan


b. Ia sakit sebab mandi di hujan

Terlihat bahwa kata sebab, maupun kata karena dapat digunakan dalam kedua
kalimat ini.

Adapun pendekatan ekstensional (extensional) dan pendekatan intensional


(intensional). Yang dimaksud dengan pendekatan ekstensional ialah pendekatan
yang memusatkan perhatian pada penggunaan kata didalam konteks (bandingkan
dengan pendekatan operasional), sedangkan pendekatan intensional ialah
pendekatan yang memusatkan perhatian pada struktur-struktur konseptual yang
hubungan dengan unit-unit utama.

Pendekatan ekstensial boleh saja emnunjuk kepada keseluruhan, kejadian,


abstraksi atau reaksi pembicara terhadap satuan-satuan. Misalnya kita melihat
kendaraan bertabrakan, maka kita dengan cepat berkata, “ada kecelakaan” analisis
kita segera berhubungan dengan (1) pola-pola yang hadir bersama-sama, (2)
subtitusi, bintang-kucing, dan (3) lawan kata. Pada peristiwa tabrakan tadi, kita
mengetahui bahwa kejadian seperti itu namanya tabrakan. Dengan kata lain kita
mengetahui makna kata tabrakan, bertabrakan.

7
Sedangkan, pendekatan intensional memusatkan perhatian pada struktur
konseptual yang berhubungan dengan unit linguistik tertentu dan meramalkan
bagaimana unit-unit tersebut dapat digunakan di dalam usaha memaknakan acuan
tertentu. Pendekatan intensional didasarkan pada prosedur mengontraskan dan
membandingkan. Pada mental image terjadi proses pembayangan. Proses
pembayangan itu dapat berwujud bayangan terhadap wujud konkretnya, sifat, besar,
warna, tinggi, dan panjang.

E. Makna Kias

semua bentuk bahasa (baik kata, frase atau kalimat) yang tidak merujuk pada arti
sebenarnya (arti leksikal, konseptual atau denotatif) disebut mempunyai arti kiasan.
Jadi, bentuk-bentuk seperti “putri malam” memiliki arti “bulan” dan “raja siang”
berarti “matahari” memiliki arti kiasan. Kata-kata kias pada dasarnya memberikan
cara lain dalam memperkaya dimensi tambahan bahasa. Selanjutnya, dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dinyatakan bahwa kias berarti perbandingan,
perumpamaan, sedangkan kiasan mempunyai arti pertimbangan dengan suatu hal
melalui perbandingan, perumpamaan, ibarat atau kata yang bukan sebenarnya.

Menurut Badrun, bahasa kias merupakan teknik pengungkapan bahasa yang


maknanya tidak menunjuk secara langsung terhadap objek yang dituju dan
merupakan bagian dari gaya bahasa. Bahasa kias biasanya menampilkan makna
tersirat sehingga penangkapan makna pesan dilakukan melalui penafsiran terlebih
dahulu. Penggunaan bahasa kias dilakukan sebagai salah satu cara untuk
menimbulkan efek tertentu sehingga penerima pesan lebih tertarik.

Dalam penggunaan istilah arti kiasan ini sebagai oposisi dari arti sebenarnya.
Oleh karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, dan kalimat) yang tidak
merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, dan arti denotatif)
disebut mempunyai arti kiasan. Jadi, bentuk-bentuk seperti putri malam dalam arti
‘bulan’, raja siang dalam arti ‘matahari’, daki dunia dalam arti ‘harta’,’uang’,
membanting tulang dalam arti ‘bekerja keras’ dan kata bunga dalam kalimat aminah
adalah bunga didesa kami dalam arti ‘gadis cantik’, semuanya mempunyai arti
kiasan.

8
F. Peran Bahasa Kias

Bahasa kias tidak hanya digunakan dalam karya sastra sebagai bentuk kreasi
seni. Dalam komunikasi sehari-hari pun, ternyata tidak sedikit pemakai bahasa
menggunakan bahasa kias sebagai wahana penuturnya untuk mengungkapkan
gagasannya. Karena itu, bahasa kias berperan penting dalam berkomunikasi.

Menurut Nurgiyantoro, Sayuti, dan Pradopo bahasa kias berguna untuk


membangkitkan kesan dan suasana tertentu, tanggapan indra tertentu serta
memperindah penuturan yang berarti untuk menunjang penyampaian maksud
seseorang dan memperjelas gambaran ide agar jelas, hidup, intensif, dan menarik
melalui komparasi. Walau demikian, bahasa kias dalam kehidupan sehari-hari
berbeda fungsinya dengan bahasa kias dalam karya sastra.

9
BAB III

HASIL ANALISIS

Dalam menjelaskan Analisis dari makna kata kiasan dalam lagu “Barang Antik”
karya Iwan Fals. Penulis akan menjelaskanya ke dalam beberapa paragraph,
sua\paya pembaca dapat memperhatikan makna kias dlam lagu “Barang Antik”
karya Iwan Fals.

A. Lirik Lagu “Barang Antik” karya Iwan Fals.

Barang Antik

Berjalan tersendat di antara sedan-sedan licin mengkilat


Dengan warna pucat dan badan penuh cacat sedikit berkarat

Hai, oplet tua dengan bapak supir tua


Cari penumpang di pinggiran ibu kota
Sainganmu mikrolet, bajaj, dan bis kota
Kini kau tersingkirkan oleh mereka

Bagai kutu jalanan di tengah-tengah kota metropolitan


Cari muatan untuk nguber setoran sisanya buat makan

Hai, oplet tua dengan bapak supir tua


Cari penumpang di pinggiran ibu kota
Sainganmu mikrolet, bajaj, dan bis kota
Kini kau tersingkirkan oleh mereka

Berjalan zig-zag ngebut nggak perduli walau mobil sudah butut


Suara bising ribut yang keluar dari knalpotmu bagai kentut

Hai, oplet tua dengan bapak supir tua


Cari penumpang di pinggiran ibu kota
Sainganmu mikrolet, bajaj, dan bis kota
Kini kau tersingkirkan oleh mereka

Oh, bapak tua pemilik oplet tua


Tunggu nanti di tahun 2001

10
Mungkin mobilmu jadi barang antik
Yang harganya selangit
Oh, bapak tua pemilik oplet tua
Tunggu nanti di tahun 2001
Mungkin opletmu jadi barang nyentrik
Yang harganya selangit

Oh, bapak tua pemilik oplet tua


Tunggu nanti di tahun 2001
Mungkin mobilmu jadi barang antik
Yang harganya selangit
Oh, bapak tua pemilik oplet tua
Tunggu nanti di tahun 2001
Mungkin opletmu jadi barang antik
Yang harganya selangit

Oh, bapak tua pemilik oplet tua

Sumber: Musixmatch

G. Analisi Makna Kias dalam Lagu “Barang Antik” karya Iwan Fals

Bait ke satu
Berjalan tersendat di antara sedan-sedan licin mengkilat
Dengan warna pucat dan badan penuh cacat sedikit berkarat

Kata ‘licin’ pada bait kesatu baris kesatu menggambarkan mobil sedan
yang sudah mendominasi di kota Jakarta yang berjalan layaknya seekor belut
yang sudah mendominasi kota dan si oplet harus berbagi jalan dengan mobil
sedan lainnya. Pada baris dua bait ke satu kata “warna pucat” dan “penuh cacat”
memiliki arti oplet tua yang mempunyai cat yang sudah mengelupas dan kusam,
namun tetap bertahan dalam keadaan seperti itu.

Bait ke dua

11
Hai, oplet tua dengan bapak supir tua
Cari penumpang di pinggiran ibu kota
Sainganmu mikrolet, bajaj, dan bis kota
Kini kau tersingkirkan oleh mereka

Pada baris ketiga bait keenam terdapat kata ‘sainganmu’ yaitu oplet yang
bersaing dengan transportasi yang lebih modern dan oplet kesulitn dalam
mendapatkanya. Terdapat kesamaan pada bait keempat dan keenam.

Bait ketiga

Bagai kutu jalanan di tengah-tengah kota metropolitan


Cari muatan untuk nguber setoran sisanya buat makan

Pada bait ketiga baris kesatu kata “Kutu Jalanan” kutu yang
menggambarkan serangga parasit, sedangkan kutu disini menggambarkan bagai
kendaraan yang mengganggu keindahan maupun mengganggu kenyaman kota
Jakarta. Pada baris ke dua kata “cari muatan” menggambarkan pada zaman itu
mencari penumpang bukanlah hal yang mudah .

Bait keempat

Hai, oplet tua dengan bapak supir tua


Cari penumpang di pinggiran ibu kota
Sainganmu mikrolet, bajaj, dan bis kota
Kini kau tersingkirkan oleh mereka

Pada baris ketiga bait keenam terdapat kata ‘sainganmu’ yaitu oplet yang
bersaing dengan transportasi yang lebih modern dan oplet kesulitn dalam
mendapatkanya

Bait kelima

Berjalan zig-zag ngebut nggak perduli walau mobil sudah butut


Suara bising ribut yang keluar dari knalpotmu bagai kentut

Pada baris kesatu bait kelima terdapat kata “berjalan zig-zag” yang
mempunyai makna oplet tua yang berjalan berliku-liku tanpa memperhatikan

12
pengendara lain. Pada baris kedua terdapat kata “bising ribut” mengartikan suara
kenalpot oplet yang berisik dan menggangu sekitarnya. Pada baris kedua ada
kata “bagai kentut” menggambarkan suara yang tak karuan dan tak jarang
mengeluarkan bau taksedap dari kenalpotnya.

Bait keenam

Hai, oplet tua dengan bapak supir tua


Cari penumpang di pinggiran ibu kota
Sainganmu mikrolet, bajaj, dan bis kota
Kini kau tersingkirkan oleh mereka

Pada baris ketiga bait keenam terdapat kata ‘sainganmu’ yaitu oplet yang
bersaing dengan transportasi yang lebih modern dan oplet kesulitan dalam
mendapatkanya

Bait ketujuh

Oh, bapak tua pemilik oplet tua


Tunggu nanti di tahun 2001
Mungkin mobilmu jadi barang antik
Yang harganya selangit
Oh, bapak tua pemilik oplet tua
Tunggu nanti di tahun 2001
Mungkin opletmu jadi barang nyentrik
Yang harganya selangit

Pada baris keempat terdapat kata “selangit” mengartikan tinggi yang


dimaksudkan harga oplet akan melambung tinggi karena sudah menjadi abrang
antik. Pada baris ketujuh terdapat kata ‘nyentrik’ yaitu menggambarkan barang
yang sangat di cari bukan lagi jadi angkutan, namun menjadi barang koleksi.

Bait kedelapan

Oh, bapak tua pemilik oplet tua


Tunggu nanti di tahun 2001
Mungkin mobilmu jadi barang antik

13
Yang harganya selangit
Oh, bapak tua pemilik oplet tua
Tunggu nanti di tahun 2001
Mungkin opletmu jadi barang antik
Yang harganya selangit

Pada baris keempat terdapat kata “selangit” mengartikan tinggi yang


dimaksudkan harga oplet akan melambung tinggi karena sudah menjadi barang
antik. Pada baris ketujuh terdapat kata ‘nyentrik’ yaitu menggambarkan barang
yang sangat di cari bukan lagi jadi angkutan, namun menjadi barang koleksi.
Bait delapan ini mempunyai kesamaan dengan bait sebelumnya.

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

makna bisa dibicarakan dari beberapa pendekatan, yaitu pendekatan analitik atau
referensial, pendekatan operasional, pendekatan behavioral, dan pendekatan
ideasional. Pendekatan analitik akan mencari makna dengan cara menjabarkan atas
segmen-segmen utama, pendekatan operasional ingin mempelajari kata dalam
penggunaanya.

Dalam penggunaan istilah arti kiasan ini sebagai oposisi dari arti sebenarnya.
Oleh karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, dan kalimat) yang tidak
merujuk pada arti sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, dan arti denotatif)
disebut mempunyai arti kiasan.

B. Saran

Dengan menganalisi makna kias pada lagu berjudul “barang antik” karya Iwan
Fals diharapkan kita mampu memahami makna yang terjadi dalam segala aspek
kehidupan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Ulmann, Stephen. 2012. Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pratiwi Desih, Dewi Purnamasari, Fauziah Nurul, dan Latifah. 2018. ANALISIS
SEMANTIK PADA PUISI “CINTAKU JAUH DI PULAU” KARYA CHAIRIL
ANWAR. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 1-2.

Israya. 2018. KEMIRIPAN SINONIM DALAM MEDIA CETAK. Skripsi. FIB, Sastra
Indonesia, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Muhadjir. 2017. Semantik dan Pragmatik. Tangerang: PT. Pustaka Mandiri.

16

Anda mungkin juga menyukai