LEKSIKON
Rustika
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan hidayah-nya kepada kita semua,
sehingga kita masih bisa melaksanakan segala yang diperintahkan-nya dan menjauhi segala
larangan-nya. Sholawat serta salam kita junjungkan kepada nabi besar MUHAMMAD SAW
beserta keluarga dan para sahabatnya.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada orang
tua yang telah memberian kasih sayang, doa, semangat, dan dukungan yang tak ternilai
harganya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Septi Ariyani,M.Pd. , selaku
dosen pengampu mata kuliah SEMANTIK, dan semua teman teman yang telah memberikan
motifasi dan dukungannya sehingga dapat terselesaikannya tugas makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan ini. Sehingga segala kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................ .3
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................
1.1Kesimpulan...................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang linguistik kita kenal adanya ancangan linguistik struktural. Linguis yang
menganut aliran ini dalam pengkajiannya tentang bahasa ternyata tidak memiliki kesamaan
dalam tata kerjanya. Para linguis yang menganut atau mengembangkan strukturalisme
Bloomfield menggunakan tata kerja taksonomis: tuturan dianggap sebagai wujud pengalaman
kejiwaan yang dipenggal-penggal dari satuan-satuan yang terbesar menjadi yang terkecil; dari
kalimat-frasa-kata-morfem-fonem-bunyi bahasa. Seseorang yang menguasai banyak kosakata
dapat menyampaikan gagasannya dengan baik. Kekayaan kosakata seseorang secara umum
dianggap merupakan gambaran dari intelejensinya atau tingkat pendidikannya.
Leksikon merupakan bagian dari kebudayaan. Setiap kebudayaan terdiri atas sistem
kategorisasi. Kata sebagai satuan sentral dalam bahasa ditandai oleh adanya mobilitas
sintagmatisnya; maksudnya dalam hubungannya dengan kata lain secara linier, kata itu akan
memperlihatkan (1) kata itu dapat dipisahkan dari kata yang lain, (2) dapat dibalikkan urutannya,
(3) dapat digantian posisisnya oleh kata yang lain (4) dapat disolasikan, dengan intonasi tertentu
dapat dipakai sebagai kalimat. Dengan, demikian, dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai leksikon.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai pada penulisan
makalah ini yaitu sebagai berikut:
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Leksikon
Leksikon berasal dari bahasa Yunani yakni, lexikόn atau lexikόs yang berarti kata,
ucapan, atau cara bicara. Istilah leksikon lazim digunakan untuk mewadahi konsep kumpulan
leksem dari suatu bahasa, baik kumpulan secara keseluruhan, maupun secara sebagian (Chaer,
2007: 2-6). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa leksikon adalah kekayaan kata yang
dimiliki suatu bahasa; komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan
pemakaian kata dalam bahasa. Kalau leksikon disamakan dengan kosakata atau perbendaharaan
kata, maka leksem dapat disamakan dengan kata. Dengan demikian, makna leksikal dapat
diartikan dengan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata.
Makna leksikal dapat juga diartikan makna yang sesuai dengan acuannya, makna yang sesuai
dengan hasil observasi panca indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan
kita.
Dalam semantik leksikal diselidiki makna yang ada pada leksem-leksem dari bahasa
tersebut. Oleh karena itu, makna yang ada pada leksem-leksem itu disebut makna leksikal.
Leksem adalah istilah-istilah yang lazim digunakan dalam studi semantik untuk menyebutkan
satuan bahasa bermakna. Istilah leksem ini kurang lebih dapat dipadankan dengan
istilah kata yang lazim digunakan dalam studi morfologi dan sintaksis dan yang lazim
didefinisikan sebagai satuan gramatikal bebas terkecil.
Leksem dapat berupa kata, dapat juga berupa gabungan kata. Kumpulan dari leksem
suatu bahasa disebut leksikon, sedangkan kumpulan kata-kata dari suatu bahasa disebut leksikon
atau kosa kata. Kajian terhadap leksikon mencakup apa yang dimaksud dengan kata, strukturisasi
kosakata, penggunaan dan penyimpanan kata, pembelajaran kata, sejarah dan evolusi kata
(etimologi), hubungan antarkata, serta proses pembentukan kata pada suatu bahasa. dalam
penggunaan sehari-hari, leksikon dianggap sebagai sinonim kamus atau kosakata.
Kosakata adalah himpunan kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain, atau
merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu. Kosakata seseorang didefinisikan sebagai
himpunan semua kata-kata yang dimengerti oleh orang tersebut atau semua kata-kata yang
kemungkinan akan digunakan oleh orang tersebut untuk menyusun kalimat baru. Kekayaan
kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan gambaran dari intelejensia atau
tingkat pendidikannya. Penambahan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan
bagian penting, baik dari proses pembelajaran suatu bahasa ataupun pengembangan kemampuan
seseorang dalam suatu bahasa yang sudah dikuasai. Murid sekolah sering diajarkan kata-kata
5
baru sebagai bagian dari mata pelajaran tertentu dan banyak pula orang dewasa yang
menganggap pembentukan kosakata sebagai suatu kegiatan yang menarik dan edukatif.
Dalam semantik leksikal diselidiki makna yang ada pada leksem-leksem dari bahasa
tersebut. Oleh karena itu, makna yang ada pada leksem-leksem itu disebut makna leksikal.
Leksem adalah istilah-istilah yang lazim digunakan dalam studi semantik untuk menyebutkan
satuan bahasa bermakna. Istilah leksem ini kurang lebih dapat dipadankan dengan
istilah kata yang lazim digunakan dalam studi morfologi dan sintaksis dan yang lazim
didefinisikan sebagai satuan gramatikal bebas terkecil. Leksem dapat berupa kata, dapat juga
berupa gabungan kata. Kumpulan dari leksem suatu bahasa disebut leksikon, sedangkan
kumpulan kata-kata dari suatu bahasa disebut leksikon atau kosa kata.
B. Satuan Leksikon
Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan kata yang bemakna (Chaer, 2002: 60).
Adapun pembentukan satuan dalam leksikal yaitu:
a. Perkembangan Dalam Bidang Ilmu dan Teknologi
1. Kata kapal yang pada awalnya hanya ‘alat pengangkutan di laut’ telah berubah menjadi ‘alat
angkut di laut dan udara’ dengan sebutan kapal laut dan kapal terbang.
Contoh:
– Kapal laut itu akan berlayar menuju kepulauan Dabo Singkep.
– Perjalanannya menuju ke Jakarta menggunakan kapal
terbang.
2. Kata kereta api yang pada makna awalnya alat transportasi bergerak dengan tenaga uap dari
proses pembakaran.
6
2. Kata memangkas yang berasal dari bidang pertanian, kini banyak digunakan dalam bidang-
bidang lain dengan makna ‘memotong, mengurangi’ pada kalimat:
Contoh:
– Pak Danu memangkas rambut Rino.
– Penghematan listrik yang dilakukannya akhir-akhir ini bertujuan untuk memangkas biaya rumah
tangga.
3. Kata menjahit yang berasal dari bidang konveksi, kini banyak digunakan bidang-bidang lain
dengan makna ‘melekatkan kembali sesuatu yang sudah putus’ seperti dalam kalimat:
– Dokter menjahit perut ibu yang baru melahirkan secara Caesar.
d. Adanya Asosiasi
1. Kata hijau identik dengan muda, belum berpengalaman .
Contoh:
– Jangan menyuruh daun hijau untuk mengerjakan masalah serumit ini!
2. Perayaan 2 Mei maksudnya perayaan hari Pendidikan Nasional.
Contoh:
– Anis merayakan hari Pendidikan Nasional dengan mengikuti upacara di sekolahnya.
3. Kata kursi identik dengan kedudukan dan jabatan.
Contoh:
– Perebutan kursi Presiden diwarnai dengan kericuhan.
f. Perbedaan Tanggapan
1. Kata bunting mempunyai nilai rasa lebih rendah daripada kata hamil.
Contoh:
– Kambing milik Pak Rahmat bunting.
– Istrinya hamil tiga bulan.
2. Kata perempuan mempunyai nilai rasa lebih rendah daripada kata wanita.
7
Contoh:
– Perempuan jalanan itu terlihat liar.
– Aku ingi menjadi wanita karir.
g. Adanya Penyingkatan
1. Kata puskesmas sudah lazim digunakan untuk menyebut Pusat Kesehatan Masyarakat.
Contoh:
– Lia pergi ke puskesmas mengantarkan Doni.
2. Kata toserba sudah lazim digunakan untuk menyebut Toko Serba Ada.
Contoh:
– Ibu pergi berbelanja ke toserba.
h. Pengembangan Istilah
Contoh:
1. Kata Apel, mulanya bermakna ‘upacara’, tapi sekarang ada pengembangan istilah dikalangan
remaja,apel yang berarti ‘kunjungan ketempat pacar’.
2. Kata Bunga, makna sebenarnya ‘sejenis tanaman’, tetapi menjadi unsur pembentuk istilah untuk
makna ‘paling cantik’ pada istilah bunga desa.
3. Kata Meja hijau, makna sebenarnya yaitu meja yang berwarna hijau, tetapi menjadi unsur
pembentuk istilah untuk makna ‘pengadilan’ seperti pada kalimat berikut ‘Perkara itu dibawa ke
meja hijau’
8
4. Kata taman yang pada mulanya hanya bermakna ‘pekarangan rumah yang dihiasi bunga’
kemudian maknanya berkembang menjadi ‘sebutan bagi tempat yang didominasi oleh kelompok
yang mendiaminya’, misalnya, taman kanak-kanak, taman Safari, taman bermain.
b. Menyempit
1. Kata ustadz yang pada mulanya bermakna ‘orang yang terkemuka atau ahli di bidang
keagamaan’ kemudian hanya bermakna ‘orang /guru mengaji’.
Contoh:
– Arif mengaji di rumah ustadz Jefri.
2. Kata presiden di Indonesia sudah bermakna ‘kepala negara’, sedangkan makna umum kata
presiden adalah ‘ketua’,”yang duduk di depan dalam sebuah organisasi”.
Contoh:
– Presiden Komisaris sebuah perusahaan.
c. Perubahan Total
Perubahan total adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata dari makna asalnya (Chaer
1990: 147).
Contoh :
1. Kata Seni, bagi masyarakat melayu kata seni lebih banyak dihubungkan dengan ‘air kencing’,
tetapi dalam bahasa Indonesia seni berarti ‘keahlian membuat karya yang bermutu’.
2. Kata Rawan, dahulu kata rawan selalu dihubungkan dengan ‘tulang’, menjadi tulang rawan juga
bermakna ‘muda, lembut’, kini kata rawan sudah berubah maknanya, lebih dihubungkan dengan
makna ‘kekurangan’ misal rawan pangan juga dihubungkan dengan makna ‘gangguan
keamanan’ ,missal rawan perampokan.
3. Kata Pujangga, dahulu bermakna ‘ular’, kemudian bermakna ‘sarjana’. Kini kata tersebut masih
digunakan, tetapi lebih banyak dihubungkan dengan ‘keahlian menciptakan roman, novel, atau
puisi’.
4. Kata Juru kunci, dahulu bermakna ‘orang yang biasa memegang kunci tuan tanah atau pedagang
besar yang pekerjaannya menutup dan membuka gudang penyimpanan barang’. Kini juru kunci
berarti ‘regu yang tidak memperoleh peringkat dalam perlombaan atau pertandingan’.
d. Penghalusan
1. Kata Idiot diganti dengan kata atau ungkapan yang maknanya dianggap lebih halus
yaitu keterbelakangan mental.
Contoh:
– Mereka yang mengalami keterbelakangan mental sebaiknya disekolahkan di Sekolah Luar Biasa.
2. Kata tuli diganti dengan kata atau ungkapan yang maknanya dianggap lebih halus
yaitu tunarungu.
9
Contoh:
– Putrinya menderita tunarungu.
e. Pengasaran
1. Kata rakus dipakai untuk mengganti kata serakah.
Contoh:
– Dia makan dengan rakusnya.
2. Kata sadis dipakai untuk mengganti kata kejam.
Contoh:
– Pembunuhan itu dilakukan secara sadis.
3. Kata mampus dipakai untuk mengganti kata meninggal.
Contoh:
– Kucing itu mampus tertindas truk.
C. Ragam Leksikon
Menurut Tarigan, Dj. (1994) jenis kosakata dapat dikategorikan sebagai berikut ini.
a) Kosakata dasar
Kosakata dasar (basic vocabularry) adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit
sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain. Di bawah ini yang termasuk ke dalam
kosakata dasar yaitu:
1) Istilah kekerabatan, misalnya: ayah, anak, nenek, kakek, paman, bibi, mertua, dan
sebagainya.
2) Nama-nama bagian tubuh, misalnya: kepala, rambut, lidah dan sebagainya.
3) Kata ganti (diri, petunjuk), misalnya: saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini, itu, sana, sini dan
sebagainya
4) Kata bilangan, misalnya: satu, dua, sepuluh, seratus, sejuta, dan sebagainya.
5) Kata kerja, misalnya: makan, minum, tidur, pergi, dan sebagainya.
6) Kata keadaan, misalnya: suka, duka, lapar, haus, dan sebagainya.
7) Kosakata benda, misalnya: tanah, udara, air, binatang, matahari, dan sebagainya.
b) Kosakata aktif dan kosakata pasif
Kosakata aktif ialah kosakata yang sering dipakai dalam berbicara atau menulis, sedangkan
kosakata pasif ialah kosakata yang jarang bahkan tidak pernah dipakai, tetapi biasanya
digunakan dalam istilah puitisasi. Sebagai contoh dapat tergambar dalam tabel di bawah ini.
10
Angin Bayu, puwana
Hati Kalbu
Jiwa Sukma
(zaman) dahulu Bahari
11
sifat dan dapat diikuti kata ‘bukan’. Sedangkan dari segi bentuk morfologinya, kata benda terdiri
atas nomina bentuk dasar dan nomina turunan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah leksikon lazim digunakan untuk mewadahi konsep kumpulan leksem dari suatu
bahasa, baik kumpulan secara keseluruhan, maupun secara sebagian (Chaer, 2007: 2-6). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa leksikon adalah kekayaan kata yang dimiliki suatu bahasa;
komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam
bahasa. Kalau leksikon disamakan dengan kosakata atau perbendaharaan kata, maka leksem
dapat disamakan dengan kata.
Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan kata yang bemakna (Chaer, 2002: 60).
Adapun pembentukan satuan dalam leksikal yaitu perkembangan dalam bidang ilmu dan
teknologi, perkembangan sosial dan budaya, perbedaan bidang pemakaian, adanya asosiasi,
pertukaran tanggapan indera (sinestesia), perbedaan tanggapan, adanya penyingkatan, dan
pengembangan istilah. Adapun jenis perubahan pada leksikon yaitu meluas, menyempit,
perubahan total, penghalusan, dan pengasaran.
B. Saran
Sebuah materi yang esensial diperlukan pemahaman khusus, jadi diharapkan
keseriusannya dalam materi ini dan rajin melatih diri untuk mempelajarinya agar dapat
memahaminya. Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber
yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan.
12
DAFTAR PUSTAKA
13