Batuan beku merupakan hasil kristalisasi magma, suatu lelelhan panas yang
mengandung unsur - unsur penting secara kuantitatif yaitu O, Si, Al, Ca, Mg,
Na, dan K dan dalam jumlah kecil hampir semua unsur - unsur lainnya
kristalisasi mineral dan magma menghasilkan konsentrasi unsur - unsur minor
dalam cairan sisa dan konsentrasi zat – zat volatile, seperti H 2O, CO3, N2,
senyawa sulfur dan boron serta HCl dan HF.
Larutan sisa tersebut menghasilkan pegmatite dan vein hidrotermal (urat - urat
hidrotermal ) kadang – kadang terbentuk di dalam batuan beku yang telah
memadat dan dalam rekahan. Rekahan dan batuan sampingnya, bahkan dapat
mencapai permukaan berupa gas - gas menimbulkan fumarol – fumarol atau
larutan – larutan membentuk hot spring.
1. Batuan Beku
Mineralogi batuan beku cukup sederhana hanya 7 mineral atau grup mineral
yang umumnya terdapat dalam jumlah banyak di dalam batuan beku yaitu
kuarsa, feldspar, felsparthoid, hornblende, biotit dan olivine dan dapt
diklasifikasikan sebagai mineral pembentuk utama ( essential constituens ).
Beberapa mineral lain terdapat dalam jumlah kecil, antara lain magnetit, ilment,
dan apatit dan diklasifiksikan sebagai pembentuk (accessory constituens ).
Mineral – mineral batuan beku baik utama maupun tambahan juga sebagai
leucocratic ( batuan terang ) dan melanocratic ( batuan gelap ). Penggolongan
ini juga dapat merupakan penggolongan secara kimia, memisahkan kuarsa dan
sodium, potassium serta kalsium aluminosilikat dan mineral – mineral
ferromagnesian ( piroksen, hornblende, bioti, dan olivine).
Tabel Mineralogi batuan beku
Leucocratic Melanocratic
Utama SiO2
Kuarsa, tridimit, dan kristobalit Olivin
Felspar Piroksen
K-Felspar : Ortoklas, mikrolin Enstatit
Perthit : K-Felspar – albit Hipersin
intergrowth
Na – Ca Felspar : Plagioklas Augit
Felsparthoid
Nephelin Hornblende
Leusit
Sodalit Biotit
Kankrinit
Pada beberap batuan vulkanik
Tambahan Apatit Ilmenit
Muskovit Magnetit
Korundum Pirit
Sphene Piorit
Zirkon
Tabel Klasifikasi batuan beku secara mineralogy
2. Pegmatit
Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagian
kristalisasi magmatik awal dan tekanan di sekeliling magma, maka cairan
residual yang mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan sekeliling sebagai
dike, sill, stokework.
Proses kristalisasi fraksional pada magma akan membentuk suatu cairan sisa
berupa cairan silikat. Cairan ini tidak selalu cai karena adanya konsentrasi
volati. Bila tekanan volatile mencukupi akan menyebabkan cairan terinjeksi di
sepanjang permukaan lemah pada batuan sekeliling yang mungkin merupakan
bagian dari batuan beku intrusi yang sama. Dengan jalan inilah pegmatite dan
vein hidrotermal terbentuk.
3. Endapan Hidrotermal
Endapan epitermal, dicirikan oleh mineral stibirit, sinobar, perak native, sulfide
perak, atau argenit, emas native, dan mineral – mineral emas lain seperti
krenerit, kalaverit, dan silvanit, yang berturut – berturut menghasilkan antimon,
air raksa, perak, dan emas mineral gengnya adalah kuarsa, opal, kalsit,
aragonite, dolomt, fluorit, dan barit.
Larutan hidrothemal kadang kala dapt permukaan dan muncul sebagai air panas.
Pada umumya larutan – larutan mempunyai kadar mineral yang rendah. Mineral
yang sering terdapat di sekeliling air panas adalah silica dan opalin. Namun
kadang – kadang dapat dijumpai pada sejumlah kecil sulfida – sulfida.
Endapan Fumarol yang terpenting adalah endapan yang tedapat pada gunung
api yang masih aktif , dengan gas –gas panas yang sangat aktif mengendapkan
mineral – mineral seperti sulfur dan mineral – mineral lain seperti magnetit,
molibdenit, realgan, galena, dan sfalerit.
Diposkan oleh pris mark di 08.52
Genesa Mineral
Genesa/Genesis mineral merupakan tempat atau lingkungan dimana suatu
mineral terbentuk. Ada 3 macam genesa mineral, yaitu:
Lingkungan magmatik
Lingkungan sedimen
Lingkungan metamorfik
A. Lingkungan Magmatik
Lingkungan ini mempunyai karakter yang sangat khas, yaitu memiliki tekanan
dan temperatur yang sangat tinggi, dan tentunya sangat berhubungan dengan
aktivitas magma. Berdasarkan keterjadiannya, lingkungan magmatik ini dibagi
menjadi empat tipe, yaitu Batuan beku, Pegmatit, Urat
hidrotermal, dan Deposit mata air panas.
1. Batuan Beku
Tersusun atas mineral-mineral yang sederhana. Terdapat 7 kelompok mineral
yang terdapat pada batuan beku, yaitu : kelompok kuarsa, feldspar, feldspatoid,
piroksen, hornblende, biotit, dan olivin. Kisaran jumlah dari mineral-mineral
penting yang terdapat dalam batuan beku sangat lebar. Ada juga batuan beku
yang mengandung hampir 100% mineral yang sama, contohnya
seperti Dunityang hampir seluruhnya tersusun atas mineral olivine.
Berdasarkan warnanya, mineral batuan beku dibagi menjadi 3 kelompok,
yaitu Leucocratic (terang),Mesocratic (sedang), dan Melanocratic (gelap).Peng
elompokkan ini didasarkan pada kandungan dari mineral fero-magnesium.
Semakin banyak kandungan mineral tersebut, maka warna nya akan semakin
gelap.
Lingkungan geologi tertentu akan memberikan pengaruh tertentu yang
tercermin terhadap ukuran butir mineralnya. Selain itu tekstur pada batuan beku
juga mencerminkan kondisi pembekuannya, urutan kristalisasi, komposisi,
viskositas magma, kecepatan pembekuan, dan pertumbuhan kristalnya.
Pembekuan kristal yang cepat akan menghasilkan kristal yang kecil. Hal ini
disebabkan karena tidak tersedia waktu yang cukup untuk membentuk kristal
yang sempurna. Biasanya terjadi di permukaan saat kontak langsung dengan air
ataupun udara saat magma keluar. Tekstur yang dihasilkan
adalah afanitik (halus). Sedangkan, pembekuan yang lambat akan menghasilkan
membentuk kristal yang besar, karena masih memiliki waktu yang cukup untuk
membentuk itu. Pembekuan yang lambat ini terjadi di dalam perut bumi, dan
menghasilkan batuan beku dengan tekstur faneritik(kasar).
Berdasarkan kandungan SiO2 nya, batuan beku dibedakan menjadi 4 jenis.
Batuan beku asam yang mengandung lebih dari 65% silika, ex: Granit.
Batuan beku ultrabasa yang mengandung silika <45%, ex: Dunit, Peridotit.
3. Deposit Hidrotermal
Merupakan pengembangan dari pegmatit. Ciri-cirinya adalah urat-urat yang
mengandung sulfida, yang mengisi rekahan pada batuan semula. Namun juga
dapat berupa suatu massa tak teratur, yang mengganti seluruh atau sebagian
batuan. Proses hidrotermal ini merupakan suatu proses yang penting dalam
pembentukan mineral-mineral bijih. Berdasarkan tingkat kedalaman dan
suhunya, deposit hidrotermal dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
- Material yang diinjeksikan pada sistem tertutup (sistem kimia) sehingga terbentuk simple pegmatite
(Simple pegmatites ; mengandung albite, quartz, microcline and possible minor muscovite).
- Ada interaksi dengan dapur magma sehingga terjadi replacement membentuk complex pegmatite
(Complex pegmatites ; membawa mineral-mineral jarang (rare minerals) seperti columbite, beryl,
zircon, monazite, polycrase and uraninite).
A. Lingkungan Magmatik
1. Batuan Beku
Pembekuan kristal yang cepat akan menghasilkan kristal yang kecil. Hal
ini disebabkan karena tidak tersedia waktu yang cukup untuk membentuk
kristal yang sempurna. Biasanya terjadi di permukaan saat kontak
langsung dengan air ataupun udara saat magma keluar. Tekstur yang
dihasilkan adalah afanitik (halus). Sedangkan, pembekuan yang lambat
akan menghasilkan membentuk kristal yang besar, karena masih memiliki
waktu yang cukup untuk membentuk itu. Pembekuan yang lambat ini
terjadi di dalam perut bumi, dan menghasilkan batuan beku dengan
tekstur faneritik(kasar).
Berdasarkan kandungan SiO2 nya, batuan beku dibedakan menjadi 4
jenis.
Batuan beku asam yang mengandung lebih dari 65% silika, ex: Granit.
Pegmatit ini terbentuk dari cairan silikat sisa proses kristalisasi fraksional
yang kaya akan kandungan alkali, alumunium, mengandung air, dan zat
volatil. Cairannya tidak selalu berbentuk cair disebabkan karena
konsentrasi volatil. Apabila mencukupi, tekanan volatil akan menginjeksi
cairan di sepanjang permukaan lemah pada batuan yang merupakan
bagian dari batuan beku intrusi yang sama, ataupun batuan lain yang
sudah terbentuk lebih awal.
3. Deposit Hidrotermal
Zona silisifikasi
Zona ini biasanya sangat keras, banyak mengandung kuarsa berukuran
kriptokristalin, berwarna putih agak bening, mineral pengikutnya saponit, khlorit,
anhidrit, gypsum dan andalusit.
Zona argilik
Dicirikan oleh kehadiran mineral lempung (kaolinit), pirit (FeS2), kalkopirit, kuarsa
selalu hadir dan biasanya terbentuk di dekat vein. Warnanya putih- kuning
muda kecoklatan, permeabilitas cukup besar, jika dipegang agak lunak.
Zona potasik
Terbentuk karena adanya penambahan unsur Fe dan Mg yang diikuti oleh adanya
sulfida dengan kadar rendah.
Zona propilit
Zona terluar dari sistem hidrothermal, warnanya hijau dan cukup keras, dengan
mineral pengikutnya klorit, epidot, kalsit, pirit, sedangkan mineral bijih yang sering
terkandung adalah galena, sphalerit sinabar.
o Hipothermal
o Mesothermal
o Epithermal
Endapan emas epithermal merupakan endapan hidrothermal yang terbentuk
pada temperatur rendah (50 0–300°C) pada kedalaman antara 0-1000m (Hedenquist,
1985). Ditinjau dari macam batuan yang ditempatinya (host rock), dibagi menjadi :
o Batuan vulkanik
o Batuan sedimen
Daerah pengendapan yang luas nilainya tidak terlalu ekonomis, endapan
ekonomis emas hanya dapat terbentuk melalui beberapa mekanisme yang
menyebabkan peningkatan pengendapan dan pengkonsentrasian dalam suatu wilayah
yang terbatas mengingat kandungan emas yang sangat kecil. Ada beberapa tahapan
yang memungkinkan hal ini dapat terjadi :
o Pendinginan
o Interaksi air dengan batuan samping
o Pencampuran fluida
o Pendidihan fluida
l
Deposit air panas merupakan hidrotermal yang sampai ke permukaan.
Mineral yang dijumpai adalah silika opal, sejumlah kecil sulfur, dan
sulfida. Sedangkan, deposit fumarol terdapat pada gunungapi yang masih
aktif. Gas-gas panasnya mengendapkan mineral-mineral seperti sulfur,
dan khlorida, terutama Khlorida Amonium [NH3Cl]. Selain itu, mungkin
juga terdapat Magnetit [Fe3O4], Hematite[Fe2O3], dan Realgar [AsS].