LITERATUR / KEPUSTAKAAN :
1. .DASAR-DASAR HIDROLOGI Penyusun: Ir. Joyce MatrthadanIr. Wanny
2. HIDROLOGI TEKNIK Penyusun: Ir. C D Sumarto
3. HIDROLOGI UNTUK PENGAIRAN Penyusun: Ir. SujonoSosrodarsono
4. HIDROLOGI TERAPAN Penyusun: Dr. Ir. Sri harto
5. HIROLOGI BANGUNAN AIR Penyusun: Ir. ImanSubarkah
6. HYDROLOGI FOR ENGINEERING Penyusun: Linsley
7. HAND BOOKS HYDROLOGI Penyusun: VenT Cho.
8. STATISTIK HIDROLOGI Penyusun: Ir. Suwarno
9. HIDROLOGI TERAPAN Penyusun Dr. Ir.Bambang Triatmojo
PENDAHULUAN
Pengertian Hidrologi:
Berasal dari dua kata yaitu Hidro(air) dan Logi (ilmu), sehingga secara singkat dapat
dijelaskan bahwa ; Rekayasa Hidrologi adalah salah satu Ilmu Teknik yang mempelajari tentang
proses kejadian atau keberadaan air serta pergerakannya yang ada di bumi, baik di atas permukaan
maupun di bawah permukaan tanah serta menyangkut masalah kuantitas maupun kualitasnya.
Sejarah Penemuan Hidrologi :
Sebelum Tahun Masehi telah ditemukan sumur-sumur purba di Arab, Reservoar terbesar di
Mesir, Sistem Irigasi di Cina. Semua design hidrologi berdasarkan pengalaman dan pengamatan.
Tahun 1452 Masehi Leonardo De Vinci dan Bernard Pallissy menemukan Siklus Hidrologi.
Tahun 1608 Masehi Pierre Perrault dan Edme Mariotte Melakukan Pengukuran aliran sungai dan
membandingkan dengan hujan dan penguapan.
Tahun 1700 Masehi Halley membuktikan bahwa penguapan (evaporasi) dari air laut merupakan satu-
satunya sumber hujan (Presipitasi).
Tahun 1850 --1900 M. ditemukan Hidrologi Modern dengan dilakukannya pengukuran Debit sesaat
dan hingga thn 1930 telah dilakukan penggunaan rumus empiris dan pengumpulan data debit sungai.
Tahun 1930 1950 M. Penggunaan konsep secara rasional , Teori Infiltrasi, hydrograph dan aliran air
tanah dan hingga sekarang penggunaan Teori Linear dan Non Linear dari sistem hydrologi.
Di Indonesia Hidrologi dikembangkan sekitar akhir abad 19 oleh A.P. Melchior dan J.P. der
Weduwen. Hingga abad 20 diperkenalkan rumus empiris untuk perhitungan debit banjir berdasarkan
data curah hujan pada daerah aliran sungai dengan luas tertentu. Pada tahun 1970 perkembangan
hidrologi di indonesia semakin maju dan terbukti sangat dibutuhkan sehingga bermunculan beberapa
disiplin ilmu dan organisasi yang terkait misalnya :
1 Masalah Pengembangan Sumber daya air, Irigasi, Geografi , Kehutanan dan pertanian.
2. Pertambahan Jumlah Pos pengamatan hidrologi yang terkait dengan Meteorologi dan
Geofisika.
3. Perkembangan Teori Model yang didukung dengan Mathematika dan Simulasi menggunakan
komputer.
6. Terbentuknya Organisasi profesi terkait seperti: himpunan ahli teknik hidraulik Indonesia
(HATHI) dan Himpunan Teknik tanah Indonesia (HATTI).
Melihat besarnya perhatian terhadap Rekayasa Hidrologi, maka secara singkat dapat dikatakan bahwa
untuk mengaplikasikan teori dari ilmuan ilmuan hidrologi Peluang bagi peneliti muda dan
mahasiswa untuk mengembangkan lebih jauh, terutama dalam menentukan spesifikasi, peralatan
dalam pendataan Hidrologi dan sumber air di Indonesia.
MAKSUD DAN TUJUAN REKAYASA DAN TERAPAN HIDROLOGI
Maksud Mempelajari Rekayasa dan Terapan Hidrologi adalah : Untuk mengetahui secara
jelas tentang sirkulasi atau pergerakan air, jumlah, distribusinya serta kejadian perulangannya
baik secara teoritis maupun secara realitas.
Adapun Tujuannya adalah: Sebagai Dasar penunjang untuk perencanaan dan pengelolaan
bangunan air sehingga, sasaran yang akan diperoleh dalam mempelajari Rekayasa hidrologi secara
umum terbagi dua yaitu :
1. Hidrologi Pemeliharaan (Operation Hydrologi ) menyangkut tata cara :
- Pemasangan dan pembacaan alat ukur hidrologi.
- Penentuan Jaringan Stasiun Pengamatan.
- Pengumpulan Data, Pengelolaan data mentah dan analisa.
2. Hidrologi Terapan ( Applied Hydrology) menyangkut analisa hidrologi untuk pengendalian
dan kebutuhan air yang sasaran hendak dicapai adalah :
- Mengetahui jumlah air permukaan.
- Mengetahui kehilangan kehilangan air dan penyebabnya.
- Mengetahui kebutuhan air.
- Menghitung Banjir Rencana atau Design Flood.
- Menentukan kapasitas Reservoar, Tinggi muka air, serta besar aliran (debit).
MATERI UNTUK BAHAN KULIAH
Materi dasar untuk bahan kuliah dikutip dari Literatur dengan penggunaan teori secara
aplikatif dengan penggunaan rumusan yang empiris dan tidak analitis sebagai penyajian untuk strata
satu. Adapun uraian isi mata kuliah Rekayasa Hidrologi sebagai berikut :
Sirkulasi air (Siklus Hidrologi)
Meteorologi: Elemen-elemen Meteorologi, pengamatan, pengukuran, pengumpulan dan
analisa data Presipitasi, infiltrasi dan evaporasi.
Curah Hujan , Intensitas durasi dan frekuensi.
Limpasan Permukaan (run Off).
Hubungan curah hujan dengan Limpasan permukaan.
Pengukuran Debit Banjir dan Limpasan.
Dasar dasar analisa frekuensi.
Perhitungan debit banjir Rencana.
Pengukuran aliran air sungai dan Hidrograf
SIRKULASI AIR (SIKLUS HIDROLOGI)
3.
Uraian jumlah air yang terdistribusi dimuka bumi kurang lebih 1400 juta km dari jumlah
tersebut sebahagian besar merupakan air laut (asin). Jumlah banyaknya air tersebut kurang lebih 1370
juta km kubik merupakan air bebas di atas kulit bumi yang luasnya 510 km persegi dengan ketebalan
2700 m. Menurut Holman (1962) air di daratan menyebar seluas 136 juta km persegi dengan
ketebalan rata-rata 60m. Secara singkat uraian volume air dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
3 3
Tempat Volume (x10 km ) (%)
Siklus Hidrologi : Merupakan Daur Ulang Kejadian keberadaan air atau pergerakan air ke udara/
atmosfir dan berkondesasi dalam bentuk gumpalan H2O berupa awan yang kemudian jatuh
kepermukaan tanah dalam bentuk butiran air.
Siklus merupakan suatu peristiwa yang tidak sesederhana kita bayangkan akan tetapi merupakan Daur
yang terdiri dari empat kejadian yaitu :
Daur dengan kejadian yang singkat dan pendek
Pada musim kemarau seakan-akan daur terhenti, sedangkan pada musim hujan kembali
bersiklus
Daur yang tergantung pada letak geografis dan keadaan iklim suatu lokasi yang
mempengaruhi intensitas dan frekuensinya.
Siklus hanya dapat diamati pada bagian akhir suatu curah hujan di atas permukaan tanah
kemudian mencari alur / arah menuju ke laut sebagai posisi konsentrasi kemudian menguap.
Gambar Siklus Hidrologi
Perkiraan air yang ada secara kuantitatif dengan siklus hidrologi dapat dinyatakan berdasar
prinsip konservasi massa atau neraca air. Pada siklus hidrologi, persamaan neraca air dapat
digambarkan dengan suatu sistim sirkulasi yang terdiri dari tampung (tank) dan aliran permukaan
misalnya waduk, danau dan sejenisnya. Aliran masuk dan keluar pada salah sistem dapat dievaluasi
dengan periode waktu tertentu.
Dengan mengambil interval waktu yang singkat atau dengan durasi yang panjang maka
neraca air tersebut dapat digambarkan dengan persamaan :
P + Qi + Gi E T Qo Go S = 0
Di mana : P = Presipitasi
E = Penguapan (evaporasi)
T = Evapotranspirasi
Imbangan Air untuk daerah aliran sungai dengan durasi panjang. Apabila evaluasi dilakukan
dalam waktu dengan periode yang panjang (siklus tahunan), variasi tampung relatif seimbang
sehingga S diabaikan. Jika pada suatu daerah aliran sungai tidak terdapat aliran masuk maka Qi =
nol artinya tidak ada transpormasi air tanah dari suatu daerah aliran sungai ke daerah aliran sungai
yang lain didekatnya sehingga Gi = Go = Nol maka persamaan menjadi :
Imbangan Air untuk Badan air dalam periode singkat, misalnya dalam waktu menit, jam-jaman
maka perubahan tampungan harus diperhitungkan, sedangkan evaporasi, presipitasi dan aliran air
tanah dapat diabaikan sehingga bentuk persamaan kesimbangan airnya adalah :
Imbangan Air untuk aliran permukaan, hanya diperhitungkan air permukaan yang ada.
P E T I Q Sd = 0 I = infiltrasi
Sd = Tampungan cekungan
Atau dinyatakan : Aliran permukaan sama dengan presipitasi dikurang kehilangan air
(jumlah Evaporasi, evapotranspirasi dan Infiltrasi).
Konsep ini adalah dasar untuk menghitung besar limpasan pada sungai sebagai bagian dari
debit sungai dengan periode waktu yang relatif panjang. Misalnya bulanan atau setengah bulanan.
Apabila jika terjadi hujan perkiraan, evaporasi dan evapotranspirasi yang terjadi pada periode sigkat
adalah kecil kemungkinan dan dapat saja diabaikan sehingga persamaan menjadi Q = P I .
Pada umumnya persamaan ini digunakan untuk perkiraan debit banjir dengan cara hidrograph yang
timbul akibat hujan deras dengan waktu / durasi singkat.
CONTOH :
Apabila diketahui luas sebuah DAS 1000 Km 2 dengan hujan rata rata tahunan 2500 mm dan
kehilangan air akibat infiltrasi 750 mm/tahun, penguapan 1000 mm/tahun serta tampungan cekungan
200 mm/tahun. Berapa debit rerataa tahunan ?
Jawaban : P E T I Sd = Q
Diketahui Luas Waduk 1,57 km2 dengan debit aliran masuk dan keluar 2,50 m3/detik
dan 5 m3/detik hitung perubahan tampungan jika penguapan yang terjadi 5 mm/hari dan
aliran air tanah diabaikan.
Gunakan persamaan : P + Qi + Gi E T Qo Go S = 0
Sebuah waduk dengan luas permukaan 1,57 km 2 , Debit masuk akibat banjir sebesar 100 S
satu jam kemudian 125 m3/detik, Debit keluar melalui pelimpah pada saat yang sama adalah 20
m3/detik dan 25 m3/detik. Ditanyakan perubahaan tampungan dan elevasi muka air dalam satu jam.
Gunakan persamaan
(S/t) = Qi Qo 112,50 22,50 = 90 m3/detik
Perubahan muka air waduk selama satu jam (S/A) = 324 000/(1,57 x 106) = 0,206 m
METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI
Meteorologi adalah ilmu yang mepelajari phenomena fisik dari atmosfir, yang termasuk di
dalamnya ; Tekanan udara, Kelambaban absoluth dan relatif, Kelambaban Nisbi,
Kejenuhan pengembungan dan titik beku (Temperatur bola basah dan temperatur
aktual).
Klimatologi adalah ilmu yang membahas tentang iklim, cuaca termasuk interpretasi statistik record
cuaca untuk mendapatkan data rata rata, trend waktu, gambaran lokal dari cuaca,
meliputi ; Perhitungan radiasi matahari, derajat hari, angin hujan, temperatur rata rata
bulanan dan harian, temperatur maksimum dan minimum dan penguapan.
Pos yang mempunyai alat alat pemantau iklim di suatu wilayah : penakar hujan
otomatis, penakar hujan biasa, thermometer maksimum, thermometer minimum,
thermometer bola kering, thermometer bola basah, thermohigrograf, panci penguapan
kelas A, alat ukur lamanya penyinaran matahari, alat ukur energi radiasi matahari, alat
ukur kecepatan angin, dan sangkar meteo.
Sangkar meteo : Bangunan berbentuk rumah yang terbuar dari kayu, berdinding jalusi
dan dicat putih berfungsi untuk menyimpan alat termohigraf, thermometer maksimum,
thermometer minimum, thermometer bola kering, dan thermometer bola basah.
Psikrometer standar : Satu unit peralatan yang terdiri dari thermometer maksimum,
thermometer minimum, thermometer bola kering, thermometer bola basah.
Termohigrograf : Alat ukur suhu udara dan kelembaban relatif (RH) udara secara
otomatis.
Thermometer maksimum : Alat ukur suhu udara maksimum yang terbuat dari gelas
dengan bejana berbentuk bola dan pada ujungnya berisi air raksa.
Thermometer minimum : Alat ukur suhu udara minimum yang terbuat dari gelas
berbentuk garpu dan pada ujungnya berisi alkohol.
Themometer bola kering : Alat ukur suhu udara yang terbuat dari gelas dengan bejana
berbentuk bola, berisi air raksa dan ujungnya dalam keadaan kering.
Thermometer bola basah : Alat ukur suhu udara yang terbuat dari gelas dengan bejana
berbentuk bola, berisi air raksa dimana pada ujungnya dibalut kain kasa yang ujung kain
tersebut direndam dalam air.
Pan A : Panci penguapan kelas A yang terbuat dari plat besi dan dilengkapi dengan
talang penenang, titik tinggi pedoman serta takaran penguapan berskala.
Titik tinggi pedoman : Batasan ketinggian air pada panci penguapan kelas A
Anemometer : Alat ukut kecepatan angin dalam satuan km/hari.
Aktinograf : Alat ukur energi radiasi matahari satuan cal/cma/hari.
Pencatat lamanya penyinaran matahari : Alat untuk mengukur lamanya penyinaran
matahari dalam satuan %.
Penakar curah hujan otomatis : Alat ukur untuk mengukur ketebalan curah hujan secara
otomatis dalam satuan mm.
Penakar curah hujan biasa : Alat ukur untuk mengukur ketebalan curah hujan secara
manual dalam satuan mm.
Depressi : Perbedaan suhu bola kering dengan suhu bola basah.
Ikhwal yang harus dipenuhi dalam mengolah data klimatologi adalah sebagai berikut :
Di mana T B : adalah suhu udara rata rata harian dalam satu bulan (oC)
n : adalah jumlah hari dalam satu bulan.
Kelembaban ditentukan dengan pembacaan dry buld dan wet buld phycrometer serta tekanan uap
VAB =
Di mana : VAB = kecepatan angin rata rata harian dalam satu bulan (km/hari)
n = jumlah hari dalam bulan yang dihitung;
Pengukuran Radiasi Matahari :
Radiasi matahari adalah sumber energi yang menentukan kondsi cuaca dan iklim. Dari sinar matahari
dipancarkan gelombang pendek ( 0,4 sampai 0,8 jam) dan sebaliknya bumi memantulkan kembali
dengan sinar glombang panjang ( 10 jam). Bagian yang sampai ke bumi disebut Insolasi. Sedangkan
perbandingan antara radiasi pantul dari bumi terhadap radiasi matahari disebut Albedo dan nilainya
dinyatakan dalam presentase
Durasi matahari dapat dihitung dengan rumus : DM = n/N x 100 %
Dimana DM : Durasi penyinaran matahari (%)
n : Lamanya penyinaran matahari dari rekaman alat ukur.
N : Kemungkinan maksimum durasi penyinaran matahari dan
matahari terbit hingga terbenam (jam), sesuai posisi lokasi.
Perhitungkan radiasi matahari mingguan tipe OSK 726, dihitung dengan rumus :
RAM = A x 360 x C
Di mana RAM : adalah energi radiasi matahari mingguan, cal/m2/hari
A : adalah luas bidang radiasi (hasil planimeter), cm 2
360 : adalah konstanta
C : adalah koefisian alat
Perhitungan Radiasi matahari harian tipe Mikasa, dihitung dengan rumus :
RAh = A x 54,545 x C
Di mana RAh : adalah energi radiasi matahari harian, cal/cm2/hari
A : adalah luas bidang radiasi (hasil planimeter), cm2
54,545: adalah konstanta
C : adalah koefisian alat
PRESIPITASI
Suatu peristiwa kejadian Jatuhnya cairan dari atmosfir ke permukaan bumi
- Faktor Meteorologi.
- Daerah Equador ( 0 s/d 20 derajat ) hujannya rata-rata 150 sampai 300 mm/tahun
- Daerah yang letaknya 30 dan 40 derajat Bujur Timur hujannya rata-rata 400 sampai 800
mm/tahun
- Daerah Non Trofis hujannya rata-rata lebih kecil 200 mm/tahun hingga 10 mm/tahun.
- Daerah dengan garis lintang lebih besar 70 derajat hujannya tidak melebihi 200 mm/tahun.
PRESIPITASI DALAM BENTUK CURAH HUJAN
Data-data yang sangat penting dalam suatu analisa kejadian hujan dan merupakan Parameter
utama dalam perhitungan untuk suatu perencanaan dalam bidang keairan adalah sebagai berikut :
Jumlah Presipitasi adalah :Banyaknya volume hujan, salju,es dan sejenisnya yang jatuh
kepermukaan atau areal-areal yang terke dan butuh akan air sesudah mencair dalam keadaan
terukur.
Apabila dilakukan pengukuran Presipitasi alam bentuk curah hujan akan diperoleh 5 (lima) unsur
1. Tinggi Hujan (d) = banyaknya hujan yang dinyatakan dalam ketebalan air di atas permukaan
datar.
2. Intensitas (I) = Laju hujan atau tinggi kecepatan hujan dalam satu satuan waktu.
3. Durasi atau lama waktu Hujan (t) = lamanya terjadi hujan dalam satu satuan waktu
4. Frekuensi (T, Tr), = Kejadian ulang suatu peristiwa hujan yang dinyatakan dengan
waktu ulang atau Return Priode.
misalnya sekali setahun ( T=1), sepuluh kali dalam seratus tahun (T=10) dst.
5. Catchman Area (Luas daerah Tamgkapan) = Luas geografis curah hujan yang
jatuh pada suatu areal hingga titik konsentrasi pengalirannya.
Data diperoleh dari stasion yang berada pada daerah tangkap dalam sebuah wilayah
perkotaan/ Daerah.
Curah hujan Wilayah (Regional Rain Fall)
Diperoleh dari analisis distribusi curah hujan dari beberapa curah hujan lokal yang terjadi
pada wilayah atau daerah tangkapan dengan menggunakan metode-motode empiris seperti :
Metode Arimathik atau cara aljabar .
Metode ini sangat simpel, digunakan apabila data catchman area tidak jelas dan keterbatasan
jumlah banyaknya stasiun pengamatan (point rain fall).
d d ... d n
d 1 2 n di
n i 1 n
d1, d2, dn = tinggi curah hujan pada pos penakar 1, 2, .n
Metode ini lebih akurat bila dibandingkan dengan metode di atas, karena dapat menggambarkan
batasan tangkapan hujan dari masing-masing stasiun (point rain fall) yang ada dalam Catchman
area. Dengan menggunakan poligon dari garis hubungan tiap stasiun pengamatan tersebut.
Kelemahannya peta geografis hujan biasanya sulit ditemukan
A1 P1 A2 P2 A3 P3 ......... An Pn
R
A1 A2 A3 . ....... An
Dibanding dengan kedua metode di atas, metode ini mempunyai tingkat ketelitian yang cermat
oleh karena adanya penggambaran peta topografi dan garis elevasi ketinggian hujan interval 10
mm sampai 20 mm berdasarkan data curah hujan stasiun (point rain fall). Kelemahannya,
sangat sulit dalam penggambaran elevasi ketinggian hujan tiap stasiun dan memerlukan
pengukuran garis Isohiet.
p p2 p p3 p p4 p pN
A1 1 A2 2 A3 3 ........... An n
R 2 2 2 2
A1 A2 A3 ................ AN
Pengukuran yang dihasilkan dari stasiun pengamatan atau penakar hujan terkadang tidak
Lengkap, sehingga pada daftar data ada yang kosong atau hilang sedangkan pada pencatatan saat itu
sebenar ada kejadian hujan.
Untuk pengisian kekosongan data yang tidak terekam atau tercatat diperlukan perkiraan
dengan dasar menggunakan data curah hujan dari dua atau tiga stasiun terdekat di sekitar stasiun yang
datanya tidak lengkap tersebut. Apabila data curah hujan tahunan dari stasiun yang datanya hilang
mempunyai selisih kurang l0 % dari data tahunan tiga stasiun lainnya, maka perkiraaan data hilang
dapat dihitrmg dengan nilai rata - rata. Sebaliknya jika lebih besar dari 10 % maka di gunakan
beberapa metode empiris sebagai berikut :
( )
Intensitas hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi dalam satu satuan waktu tertentu.
Besarnya intensitas hujan ini dapat dibaca dari kemiringan curva hasil pencatatan alat ukur
curah hujan otomatis. Umumnya data curah hujan yang diperoleh dari stasiun penakar hujan baik
manual maupun otomatis merupakan curah hujan harian. Dengan demikian dibutuhkan pengelolaan
data yang merubah curah hujan harian menjadi intensitas hujan yang berkaitan dengan lama dan
kejadiannya (duration and frequency) yang merupakan jangka waktu hujan yang pendek dengan
berdasar pada curah hujan harian maksimum.
Pada perhitungan Intensitas hujan, lama curah hujan bervariasi misalnya 5 menit, 10 menit,
15 menit, 30 menit dan seterusnya. Hasil perhitungan intensitas hujan akan digambarkan dalam
bentuk grafik hubungan intensitas dengan durasi berupa garis lengkung.
Pada grafik akan terbaca bahwa semakin pendek waktu hujan makin besar intensitas dan
makin lama waktu hujan makin kecil intensitasnya. Pada penentuan intensitas hujan berdasarkan
curah hujan jangka waktu pendek dengan dasar curah hujan satu jam (60 menit), Umumnya
digunakan dua cara yaitu :
Cara ini terdiri dari tiga rumus dengan nilai tetapan yang dapat diperoleh dengan
menggunakan persamaan Kwadrat terkecil (least square).
( )( )
Metode prof. Talbot: I = a=
. /
n =
( )( )
Metode Dr. Ishiguro : I a=
( )
b=
Untuk menghitung curah hujan jangka pendek dengan priode ulang tertentu dapat digunakan
metode rata-rata jam-jaman kejadian atau dasar durasi selain itu metode yang dikembang
oleh BELL sebagai berikut :
0.25
Pi = (0.21 ln T + 0,52)( 0,54 t - 0,50 ) P (T)
Pi : Presipitasi/ Curah hujan jangka waktu pendek. satuan mm/ n. menit
T : Kala ulang (frekuensi hujan). satuan tahun
tahun.
B. EVAPORTRANSPIRASI
Selain penguapan langsung pada peristiwa evaporasi dikenal juga penguapan tidak langsung yang
disebut evaportranspirasi yang berasal dari dua peristiwa atau kejadian penguapan yaitu
Transpirasi dan evaporasi.
Transpirasi adalah proses berkurangnya molekul air di permukaan bumi melalui suatu media
tumbuh-tumbuhan dengan sistem sel stomata, sehingga setelah molekul air meninggalkan
tumbuhan dengan proses asimilasi pada daun maka peristiwa tersebut menjadi evapo-transpirasi.
Faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya transpirasi adalah:
Faktor Meteorologi antara lain : Radiasi matahari (menyebabkan 90% transpirasi
berlangsung pada siang hari sedangkan pada malam hari stomata tertutup)
Jenis tumbuh tumbuhan : terjadinya transpirasi oleh tumbuhan disebebkan oleh
terbatasnya persedian air untuk kelembaban yang diperlukan untuk tumbuh atau
adanya titik layu serta membesarnya stomata tumbuhan.
Jenis Tanah : Karena adanya kondisi kadar air yang membatasi ketersedian air untuk
kebutuhan tanaman.
Evaportranspirasi atau Evaporasi Total, bertujuan untuk menghitung kehilangan air dipermukaan
baik pada tampungan maupun pada Daerah aliran sungai sehingga kedua proses tersebut selalu
memperhitungkan kondisi dengan proses evapotranspirasi. Pada perhitungan akan diperoleh dua
parameter yang saling terikat yaitu:
persamaan : Eo =
Eo = k (es ea) * ( )+
EVAPOTRANSPIRASI
1. Alat Ukur Evapotranspirasi
Alat ukur yang digunakan untuk pengukuran evaportranpirasi umumnya berdasarkan experiment
atau percobaan.
Lysimeter, terbuat dari bejana berisi tanah dan diberi tumbuhan yang sesuai lahan yang
ditinjau, kondisi tanah harus diatas kondisi lapang atau disebut kapasitas menahan air yaitu
jumlah air yang ditahan dalam tanah setelah gravitasi yang berlebih tertiris kelaur.
Besanrnya evapotranspirasi potensial dan actual dapat diperoleh dari pembacaan alat ini
dengan melihat kesetimbangan air sebagai berikut :ETo = hujan + Tambahan air Perkolasi
(drain)
Phytometer, alat ini digunakan untuk mengukur transpirasi dengan menggunakan POT yang
ditanami satu dua batang. Pohon atau tanaman yang dapat tumbuh dalam pot serta
permukaan ditutup sehingga tidak memungkingkan terjadi penguaoan permukaan tanah,
hanya terjadi transpirasi oleh batang, alat ini menggunkan prinsip aliran masuk dan aliran
keluar:
(jumlah Aliran yang masuk = Jumlah aliran yang keluar + perrubahan Simpanan).
2. Perhitungan Evepotranspirasi
pada perhitungan evepotranspirasi menggunakan beberapa rumusan bedasarkan parameter model
dari klimatologi yaitu :
a. Model Temperatur, dinamakan model temperature oleh karena untuk memperkirakan Eto
hanya berbasis satu data iklim yaitu data temperatur.
Persamaan atau rumusan yang masuk model ini adalah : Thornthwaite, Hamon, dan
Blaney-Criddle.
b. Model Temperatur kelembaban Relatif, memperkirakan Eto menggunakan persamaan
yang dihitung berdasarkan temperatur dan kelembaban relatif dari David dan prosecoott,
ivanov dan Hargreaves ( di Indonesia penggunaanya harus diteliti lebih lanjut).
c. Model Radiasi Global, model ini menggunakan data radiasi yang tercatat pada stasiun
klimatoligi termasuk data durasi penyiaran matahari yang terukur. Beberapa perumusan
yang termasuk metode ini adalah : Hargreaves RS, Steaphen, Radiasi FAO tanpa koreksi,
Makkink, dan metode Turc.
d. Model dan metode Radiasi Bersih, berdasar pada data radiasi bersih (Rn, net solar
radiation).
e. Model kombinasi, berdasarkan data kelembaban relative, lama penyinaran, temperature,
kecepatan angin. Rumus-rumus empiris yang digunakan metode ini adalah : Penman,
Penman FAO (modification), Standar FAO,
f. Model Regresi : menggunakan data sendiri yang membangdingkan dengan metode yang
kombinasi memakai faktor korelasi dari persamaan regresi.
Eto = ao + a1X1 + a2X2 + anXn
ao, a1,a2,.an = Koefisien regresi
X1,X2,Xn = jenis atau variable iklim
1. Metode Thornthwaite,
Digunakan pada daerah yang beriklim sedang dan berada pada posisi kira-kira antara 290 LU
hingga 430 LU denga vegetasi yang pendek dan padat, suflay/ketersedian air yang cukup.
Eto = C. Ta
dimana, Eto = evapotranspirasi (cm/bulan)
T = temperature rata-rata bulanan (0 C/bulan)
C dan a = Koefisien besarnya ketergantungan lokasi
a = (675.10-9).I3 (771.10-7)I2 + (1792.10-5)I +0.49239
C = bervariasi 1/I
sebagai
[ ]
ETo = a ( lg + 50 ) (mm)
untuk lgA : radiasi maksimum secara teoritis. (Tabel radiasi yang hanya
tergantung pada oLintang dari stasiun dan bulannya)
H : Lamanya penyinaran secra astronomis dalam 1 hari
H : Lamanya penyinaran matahari pada stasiun yang diukur oleh
heliograph Campbell atau Jordan.
h/H : adalah penyemuran relatif ( relative insolation) selama periode
penelitian.
Apabila kelembaban relatif (Rh) lebih dari 50% maka persamaan TURC dikoreksi menjadi:
ETo = a ( lg + 50 ) (1+ )
5. Metode Penman
Metode ini dikembangkan berdasar pada keseimbangan energy yang memperhitungkan
volume air yang diubah di antara permukaan penguapan dan atmosfir.
ETo = , ( ) ( )( )-
(mm/hari)
Pa D = P ( D Y )II
Y = D - Pa w = D 1,034 cm
Dimana : P = Tekanan udara dalam tanah ( kg/ cm2)
Pa = Tekanan Atmosfir = 1,034 ( kg/ cm2)
w = Berat Jenis Air = 10-3 ( kg/ cm2)
D = Kedalaman Permukaan air tanah
Y = Kedalaman resapan yang dicapai oleh infiltrasi
Parameter-parameter Infiltrasi dan Perkolasi.
Untuk memperhitungkan besar pengaruh infiltrasi pada ketersediaan air digunakan parameter yang
terkait antara lain :
Kapasitas Infiltrasi (fc) yaitu kecepatan infiltrasi maksimum yang bisa terjadi. Kapasitas
ini tergantung dari kondisi permukaan,termasuk lapisan teratas di permukaan. Dan
dinyatakan dalam satuan mm/jam atau mm/hari. Sedangkan kecepatan maksimum
diperoleh saat awal hujan yang lebat yang nilainya makin lama makin kecil mendekati
kecepatan infiltrasi constant dan rendah bila propil tanah menjadi jenuh.
Kecepatan infiltrasi (fa) yaitu kecepatan infiltrasi yang terjadi sesungguhnya. Kecepatan
ini dipengaruhi oleh intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi.
Kapasitas perkolasi (Pp) yaitu kecepatan perklasi maksimum sangat ditentukan oleh
kondisi tanah dibawah permukaan pada diantara permukaan tanah dan muka air tanah.
Perkolasi tidak akan terjadi lagi apabila mencapai kapasitas lapang (field capacity/specific
retention)sehingga di definisikan :
Jumlah perkolasi(mm) = jumlah infiltrasi yang terjadi (mm) jumlah air yang
diperlukan mengisi kelembaban tanah (mm)
Kecepatan Perkolasi (Pa) yaitu kecepatan perkolasi sesungguhnya terjadi. Tergantung pada
kondisi tanah, baik permukaan tanah maupun di bawah permukaan. Nilainya di pengaruhi oleh
kecepatan infiltrasi dan kapasitas perkolasi
Untuk menghitung besarnya infiltrasi dan perkolasi mengacu pada suatu eksperimen pada lokasi yang
ditinjau atu diteliti dengan memperoleh kurva kapasitas infiltrasi sehingga digambarkan dalam tiga
kasus yaitu :
a. Intensitas Hujan (i) yang sama atau lebih besar dari pada kapasitas infiltrasi (fc).
b. Intensitas Hujan berselang (i1,i2,dan i3 ) yang lebih besar dari pada kapasitas infiltrasi (fc)
c. Intensitas Hujan (i) yang kurang dari pada infiltrasi (fc)
Rumus rumus yang dikembangkan dalam perhitungan secara empiris adalah sebagai berikut :
a (a-1) (a-1)
f = dF/dt = d(K.t )/dt, maka f = K.a.t atau f = A.t , A = K.a
f = LAJU INFILTRASI, dan A= aK
Konstanta ini tidak dapat di interpolasi secara fisik dan harus dievaluasi dari data percobaan,
yaitu hasil percobaan infiltrasi diplotkan pada grafik double logaritma
a = n/m
apabila kapasitas infiltrasi konstan < 0,1 cm/jam, dianggap tidak dapat diirigasi untuk
tanaman selain padi sawah untuk padi sawah- fc < 0,1 cm/jam , idealnya setelah
pembajakan fc turun terus sampai 0,02 cm/jam
apabila fc mencapai 6,5 cm/jam, tanah tsb dianggap tidak sesuai untuk dibei irigasi
pemukaan, perlu perlakuan khusus pada tanah tsb - tanah tsb mempunyai perkolasi kurang
baik
PEMBUATAN KURVA LAJU INFILTRASI
Data laju infiltrasi setiap kali pengukuran diplotkan kedalam kertas grafik milimiter blok
3. Holtan (fc-fa) = k. fc1,387
untuk i fc dapat dikembangkan dengan cara yang sama.
Selain dengan cara eksperiment dari factor limpasan dengan menggunakan alat ukur seperti
infiltrometer, simulator hujan dan sejenisnya kecepatan atau laju infiltrasi dapat dihitung dengan cara
cara alami .
Metode ini menggunakan dasar perbandingan laju suplai air hujan dan limpasan permukaan .
prosedurnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Perkiraan kehilangan total dimungkinkan dengan anggapan bahwa intensitas kehilangan selama hujan
tidak beragam dengan waktu (constant). Tanges yang menghasilkan indeks . Sehingga pada Kurva
F (infiltrasi kumulatif) dianalisa dengan memperkirakan kehilangan-kehilangan air yang lain seperti
akibat Da (Detensi Permukaan Lapisan Air), Sd (Cadangan Defresi Permukaan),Intersepsi dan
Evapotranspirasi. Metode ini hanya dapat digunakan pada daerah aliran sungai yang kecil sehingga ini
merupakan metode alternative saja, Untuk Daerah aliran yang besar dibutuhkan kurva kapasitas
infiltrasi pada segmen-segmen daerah aliran sungai besar dan seragam.
Dengan demikian tanpa memperhatikan metode yang dipergunakan, nilai-nilai indeks untuk
kawasan tertentu ditetapkan pada suatu kisaran kondisi yang besar misalnya Kisaran tanah, Kisaran
musim, Distribusi Curah hujan dan lain-lainnya. Menurut Volker,jika pada suatu banjir tertentu maka
nilai indeks harus dipergunakan.
a. Metode Kapasitas f
Pada metode ini yang ditentukan adalah laju atau kecepatan infiltrasi actual (f ac) yaitu dengan
membandingkan intensitas hujan dengan harga kapasitas infiltrasi (f c), dengan menambah
cadangan defresi permukaan (Sd) dan sisa infiltrasi sebelumnya (Fr untuk menggantikan
cadangan detensi) dikurangkan dari curah hujan tertentu dan hujan efektif (Curah Hujan
Netto/Pnetto yang sama dengan hujan minus semua yang hilang) di tetapkan. Pada gambar
dibawah ini dapat dianalisa sebagai berikut : bila i > fc maka fac = fc dan bila i fc maka
facfc pemulihan 3% (asumsi) disebabkan karena jumlah curah hujan yang kecil masuk pada
period eke lima dan ke enam (periode kering berarti kapasitas infiltrasi meningkat)
b. Metode Indeks
Metode indeks ; Metode ini merupakan kecepatan atau laju konstan (mm/jam) pada
besarnya curah hujan. Dengan metode ini menyatakan semua kehilangan air pada permukaan
digambarkan (intersepsi,defresi,retensi,dan evapotranspirasi)dan infiltrasi. Pada penggunaan
metode indeks, asumsi limpasan cukup besar pada awal kejadian hujan dan kecil pada akhir
kejadian hujan.(lihat gambar) sehingga tidak di analisa kehilangan air pada awal dan infiltrasi
selama periode tidak ada hujan.
= ( P- Q) /t = L/t Dimana P = Curah hujan total(mm)
Q = Limpasan Permukaan total
t = durasi atau lamanya terjadi hujan
Contoh : F P Q
Indeks
Tr Tr
Distribusi hujan berikut diukur selama 6 jam.
Jam 0 1 2 3 4 5 6
Rtr = +
Sx =
Log
bi =
- Hitung nilai ( )
PENGERTIAN LIMPASAN;
Limpasan adalah air yang mengalir secara tidak beraturan di atas sebuah permukaan
bebas tanpa penampang yang mengatur pergerakan atau kecepatannya. Sedangkan limpasan
permukaan adalah besarnya volume air yang bergerak secara menyebar pada sebuah daerah
tangkapan air ditinjau dari titik terjauh hingga dimana air tersebut berkumpul atau
terkonsentrasi.
Besar volume air tersebut sangat tergantung dari luas daerah tangkapan (cachtman
area) dan besarnya curah hujan yang terjadi. Pergerakan volume tersebut pada bidang
permukaan disebut juga limpasan langsung. Sedangkan limpasan yang terjadi akibat
pergerakan air yang ada disebuah penampang menuju titik tertentu seperti Sungai, Danau,
Waduk di golongan limpasan tidak langsung terkecuali apabila air tersebut jatuh di atas
permukaan termasuk limpasan langsung.
ANALISA LIMPASAN :
Untuk mengetahui besar limpasan permukaan yang terjadi baik langsung maupun
tidak langsung dan dihitung dengan menggunakan parameter curah hujan dan luas daerah
tangkapan serta karakteristik permukaan. Dalam perhitungan terdapat beberapa metode dan
dapat disesuaikan dengan kondisi peruntukannya misalnya untuk perhitungan Banjir Rencana
(Design Flood), Puncak Banjir dan tujuan lain yang terkait dengan aplikasi atau terapan.
1.Metode Rasional.
Perhitungan limpasan hujan dengan menggunakan metode rasional sangat tergantung
pada luas areal pengaliran dan tata guna lahan. Penggunaan metode ini dibatasi dengan luas
areal maksimum 1300 Ha untuk lahan terbuka (non land use).
Perumusan metode ini adalah sebagai berikut :
Q=CIA atau Q=kCIA
Dimana : Q : Debit Limpasan (banjir rencana) m3/detik.
A : Luas areal tangkapan hujan
k : Faktor proporsionalitas nilainya = 0,278 untuk A (dalam satuan
Km2) = 0,00278 bila A (dalam Satuan Ha).
C : Koefisien limpasan ( Run off coeficient ).
I : Intensitas hujan dengan durasi/lama waktu konsentrasi (tc) mm/jam.
KOEFISIEN PENGALIRAN/ LIMPASAN.
Koefisien pengaliran adalah proporsi hujan yang dapat menghasilkan limpasan, atau
perbandingan antara tinggi aliran terhadap tinggi hujan dalam waktu yang cukup panjang.
Koefisien ini umumnya didefinisikan sebagai koefisian limpasan.
1. Keadaan hujan.
2. Luas dan bentuk daerah aliran.
3. Kemiringan daerah aliran.
4. Daya infiltrasi, perkolasi tanah dan porsentase lapisan kedap air.
5. Suhu udara dan angin serta evaporasi yang berhubungan dengan drainase.
6. Besarnya daya tampung permukaan tanah dan palung sungai.
Untuk perencanaan sistem limpasan air permukan, nilai koefisien ini telah diperoleh melalui
eksperimen lapangan dan laboratorium seperti pada tabel
PERDAGANGAN JALANAN :
- Pusat Perdagangan 0,70 0,95 - Lapisan Aspal 0,70 0,95
- Lingkungan sekitarnya 0,50 0,70 - Lapisan Beton 0,80 0,95
PERUMAHAN - Lapisan Bebatuan / Batu merah 0,70 0,85
- Rumah-rumah tunggal 0,30 0,50 - Lapisan Ber-kerikil 0,15 0,35
- Kompleks perumahan 0,40 0,60 Alur jalan setapak 0,70 0,85
- Daerah pinggiran/kumuh 0,25 0,40 Lahan Beratap/terlindung. 0,75 0,95
- Apartemen/Asrama 0,50 0,70 LAHAN TANAH BERPASIR :
INDUSTRI : - Kemiringan 2% 0,05 0,10
- Kawasan berkembang 0,50 0,80 - Kemiringan 2% sampai 7% 0,10 0,15
- Industri besar/berat 0,60 0,90 - Bertrap (7%). 0,15 0,20
Kebun, Taman,kuburan 0,10 0,25 LAHAN TANAH BERPASIR :
Taman bermain 0,10 0,25 - kemiringan 2% 0,13 0,17
Terminal dan rel kereta 0,20 0,40 - kemiringan rata-rata 2% - 7% 0,18 0,22
Lahan tidak berkembang 0,10 0,30 - bertrap ( 7% ). 0,25 0,35
WAKTU KONSENTRASI.
Yang dimaksud dengan waktu konsentrasi adalah selang waktu yang diperlukan oleh limpasan air
untuk mengalir, dari titik terjauh sampai ke titik pengeluaran (outlet). Nilai waktu konsentrasi dapat
dihitung dengan rumus :
to = b=
KOEFISIEN TAMPUNGAN.
Efek tampungan pada permukaan terhadap puncak banjir semakin besar bila areal aliran semakin luas.
Efek tampungan ini diperhitungkan dengan menggunakan koefisien tampungan (Cs) atau :
Cs = non dimensional.
RATA-RATA RATA-RATA
JENIS PERMUKAAN NILAI
(PERSEN) (meter/detik)
Cr
Kurang dari 1,00 0,40
Permukaan halus 0,02
1,00 sampai 2,00 0,60
Tanah gundul, tanah padat, tanpa 0,10
batu
2,00 sampai 4,00 0,90
0,20
Permukaan tumput rata-rata
4,00 sampai 6,00 1,20
0,40
Permukaan rumput padat
6,00 sammpai 10,00 1,50
0,80
10,00 sampai 15,00 2,40
q= (cm)
Klasifikasi kelompok jenis tanah berdasarkan kondisi hidrologi untuk menentukan potensi daya
tamping maksimum :
- Kelompok A : Terdiri dari tanah-tanah berpotensi rendah, daya resapan besar, walaupun
kondisi basah. Pada umumnya terdiri dari pasir sampai kerikil yang cukup dalam dengan
tingkat transmisi yang tinggi (cepat mongering dengan baik).
- Kelompok B : Terdiri dari tanah-tanah dengan laju penyusupan (infiltrasi) sedang pada
keadaan basah. Umumnya semakin dalam semakin kering dengan tekstur halus sampai kasar
dan tingkat transmisi airnya rendah.
- Kelompok C : Terdiri dari tanah-tanah dengan daya laju penyusupan yang lambat pada proses
pengeringan vertical, tekstur agak halus sampai cukup halus dengan transmisi lambat.
- Kelompok D : Terdiri dari tanah-tanah dengan potensi limpasan tinggi, mempunyai daya laju
penyusupan (infiltrasi) yang sangat lambat pada saat basah, umumnya terdiri dari tanah liat
dengan penyerapan air yang tinggi (daya swelling) dimana permukaan air tanah (water table)
sangat tinggi diatas permukaan atau tanah-tanah dangkal, tingkat transmisi airnya sangat
lambat.
Apabila curah hujan terjadi pada suatu daerah pengaliran dan di dalamnya terdapat suatu
penampang alur seperti sungai kanal dan sejenisnya akan terjadi limpasan langsung dan limpasan
tidak langsung pada penampang alur tersebut. Untuk menghitung debit limpasan digunakan tiga
metode dengan rumus dasar : Q maksimum = (m3/detik)
Koefisien Reduksi
ada tiga metode yang dianjurkan untuk menetapkan curah hujan empiris limpasan air
hujan, yakni
- Metode Melchior untuk luas daerah aliran sungai lebih dari 100 km 2
- Metode der Weduwen untuk luas daerah aliran sungai sampai 100 km 2
- Metode Haspers untuk DPS lebih dari 5000 ha
Penguraian tentang penggunaan rumus di atas pada ketiga metode tersebut di atas di jelaskan sebagai
berikut :
b. Metode Melchior
- Koefisien Pengaliran ( ) berkisar antara 0,42 hingga 0,62 dan umumnya di gunakan 0,52
- Koefisien reduksi ( dihitung dengan persamaan : F = 3960 + 1720.
- Waktu konsentrasi ditentukan lebih awal sebelum menghitung curah hujan terhadap luas
C D
Kelompok C : Tanah-Tanah dengan laju infiltrasi rendah pada saat dalam keadaan sama sekali basah,
dan terutama terdiri dari tanah, yang terutama terdiri dari tanah-tanah yang lapisannya menghalangi
gerak turun air atau tanah dengan tekstur agak halus sampai halus. Tanah-tanah ini memliki laju
infiltrasi air yang sangat lambat.
Kelompok D : (Potensi limpasan air hujan tinggi) Tanah dalam kelompok ini memiliki laju infiltrasi
sangat rendah pada waktu tanah dalam keadaan sama sekali basah, dan terutama terdiri dari tanah
lempung dengan potensi mengembang yang tinggi, tanah dengan muka air-tanah yang tinggi dan
permanen, tanah dengan lapis lempung penahan (claypan) atau dekat permukaan serta tanah dangkal
di atas bahan yang hamper kedap air. Tanah ini memiliki laju infiltrasi air yang sangat lambat.
- Curah hujan maksimum (q) terhadap luas pengaliran berdasarkan waktu konsentrasi dapat
diperoleh dari grafik : tk = 0,186 L. Q-0,2 I-0,4
- Koefisien reduksi (
- Waktu konsentrasi (tk) dihitung sebagai berikut = 0,125 L. Q-0,125 I-0,25
D. Metode Harpers
- Koefisien Pengaliran ( =
HIDROMETRI: Pengukuran besarnya aliran pada sebuah penampang saluran misalnya pada sungai,
kanal, dan sejenisnya.
Parameter-parameter yang terkait dengan hidrometri atau pengukuran adalah :
a. Alat ukur Manual, Seperti : Papan Duga muka air (staff gauge) dan Duga air gantung
(suspended gauge).
Syarat-syarat : - Mempunyai titik ketinggian tetap (BM).
- Penempatan pada pilar, pangkal jembatan. Dan tembok bangunan.
- Tidak langsung pada arah arus aliran.
- Papan duga dapat mencapai tinggi muka minimum (aliran
mendekati debit nol) sampai muka air maksimum yang mungkin
terjadi.
b. Alat ukur muka air Automatic (AWLR).
Alat ini terdiri dari dua type yaitu :
- Pencatat dengan sistem pelampung (Float Recorder).
- Pencatat dengan Pheneumatic (pheneumatic Recorder).
Prosedur Pengukuran :
e. Current meter :
Current meter adalah sejenis alat ukur kecepatan aliran yang digunakan untuk
mengukur arus pada saluran dengan aliran rendah. Alat ini cocok digunakan untuk
mengukur kecepatan aliran antara 0,30 sampai 3,00 meter perdetik dengan kedalaman
hingga 30 meter sesuai spesifikasi dan jenisnya. Terdapat banysk type Current meter
seperti : Type Price, Type Waltman, dll.
Pembacaan alat ukur ini diperoleh dari hasil pembacaan propeller dengan rumus dasar
:
V=a+bN di mana : N = Jumlah putaran profeler perdetik.
a = Kecepatan awal yang diperlukan.
A dan b merupakan konstanta dari kalibrasi alat current
meter yang digunakan.
Prosedur pengukuran :
Kecepatan yang diukur pada kedalaman (0,20) dan (0,80) dari permukaan air.
Kecepatan yang diukur pada kedalaman (0,20), (0,60) dan (0,80) dari permukaan
air.
4. Jika sungai cukup lebar maka dilakukan pengukuran sistem multi titik misalnya 5
titik.
Lebar Sungai (meter) 100 100 sampai 200 Lebih dari 200
Di atas tanah Kurang dari 5 Kurang dari 10 Kurang dari 20
Interval (meter)
Dalamnya air Kurang dari 5 Kurang dari 5 Kurang dari 10
Banyaknya garis pengukuran dalamnya air adalah dua kali banyaknya garis pengukuran
kecepatan. Dengan demikian maka perhitungan luas penampang melintang akan lebih
mudah, dengan menggunakan rumus trapezoidal, misalnya seperti pada gambar di bawah
ini.
HIDROGRAFH ALIRAN
Adalah penggambaran dalam bentuk grafik hubungan waktu atau durasi dengan debit, ini dapat
diperoleh dari konversi stage hydrograph (yaitu hubungan antara waktu dengan tinggi muka air).
Tujuan pembuata hydrograph adalah untuk menganalisa besar banjir pada aliran akibat limpasan
permukaan yang merupakan salah satu unsure atau bagian dari debit aliran yang menghasilkan puncak
banjir.
Hydrograph terdiri dari 3 (tiga) komponen yaitu : sisi naik (rising limb), puncak (crest) dan sisi
turun (resesi limb).
Oleh karena hasil pencatatan dan perhitungan debit yang tergambar dalam hydrograph aliran ini
adalah debit total atau banjir yang terjadi maka dibutuh pemisahan hydrograph antara limpasan banjir
dan aliran sebelum ada banjir. Dengan demikian maka perlu dibuat hydrograph satuan (unit
hydrograph).
Metode yang dapat digunakan adalah metode bersifat empiris degan prinsip :
Penggambaran hidrograf aliran sungai dapat dilakukan dengan pengumpulan data-data aliran yang
terjadi dengan periode waktu yang pendek dengan daerah aliran yang tidak terlalu luas. Prosedur
sebagai berikut:
a. Pencatatan banjir dari curah hujan yang lebat diasumsikan merata dan pilih beberapa
intensitas dengan durasi tertentu.
b. Data debit banjir digambarkan dalam grafik hubungan waktu dengan debit sesuai
hasil pengamatan selama beberapa hari sebelum dan sesudah kejadian hujan.
c. Dilakukan pemisahan antara aliran dasar (base flow) degan limpahan/imbuhan yang
ada berdasarkan debit banjir.
d. Dengan hasil pemisahan tersebut, dapat dihitung ordinat aliran dasar dan ordinat
limpasan langsung.
e. Besar volume limpasan langsung dihitung dengan menggunakan persamaan :
= = =
=
Untuk memudahkan perhitungan dapat dibuat dengan model tabelaris seperti di bawah ini :
Ordinat Ordinat
Waktu
Debit Total Aliran Dasar Limpasan Hydrograf
Pencatatan
/det) /det) Langsung satuan
(Tgl, Jam)
/det) /det)
(1) (2) (3) (4) (5)
Qmaks= C . A . Rn
T0,3 = waktu dari puncak banjir sampai 0,3 kali debit puncak
banjir (jam)
Tp = Tg + 0,8 Tr
T0,3 = . Tg
= koefisein ( 1,5 3, 0)
Q1 = Rn1 . UH1
Dimana :
tp = Ct (LLc) 0,3
Qp =
T = 3+
tp =
Apabila durasi hujan efektif t, tidak sama dengan durasi standar to, maka :
t pr = t p + 0,25 (tr t D)
QPR = Q P
Di mana ;
tp : waktu dari titik berat durasi hujan efetif to puncak hidrograf satuan (jam)
tpR :waktu dari titik berat durasi hujan tr ke puncak hidrograf satuan (km)
Ct:koefisien yang tergantung kemiringan DAS, bervariasi dari 1,4 s/d 1,7.
Cp:koefisien yang tergantung pada karakteristik DAS, bervariasi antara 0,15 s/d
0,19.
+
TR = 1.0665 SIM +1,2775
Di mana ;
L = panjang sungai ( km )
QP =
3
QP = debit puncak (m /dtk)
Hujan efektif di dapat dengan cara metode indeksi yang di pengaruhi fungsi luas DPS dan
frekuensi sumber SN di rumuskan sebagai berikut ;
= 10,4903
Aliran dasar dapat di dekati sebagai fungsi luas DPS dan kerpatan jaringan sungai yang di
rumus kan sebagai berikut ;
QB =
Besarnya hidrograp banjir dengan mengalirkan bulan elektif dengan kala ulang tertentu
dengan hidrograf satuan yang di dapat dari rumus di atas selanjutnya di tambah dengan aliran
dasar.