Disusun
Oleh
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS FAJAR
2019
i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Fajar Makassar.
Disusun Oleh:
Mengetahui;
KoordinatorLaboratorium
Menyetujui:
Ketua Program Studi
TeknikSipilUniversitasFajar
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita hanturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Berkat Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan laporan Praktikum
Laboratorium Jalan dan Aspal dapat terselesaikan.
Laporan Praktikum ini disusun berdasarkan hasil perhitungan yang telah
dilakukan pada masing-masing percobaan kami. Terwujudnya tugasini berkat
adanya bantuan dari Bapak/Ibu dosen yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing kami, serta terima kasih pula kepada asisten laboratorium teman-
teman yang telah membantu dan ikut memberikan semangat dan bantuan kepada
kami baik dalam penyusunan Laporan Praktikum Laboratorium Jalan dan Aspal
ini.
Kami menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat banyak
kesalahan, untuk itu dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi perbaikan laporan ini agar dapat lebih baik.
Akhir kata kami ucapkan semoga laporan praktikum laboratorium jalan
dan aspal ini dapat berguna dan bermanfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya
dan Jurusan Teknik Sipil pada khususnya.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
1.1.5Spesifikasi ................................................................................................ 4
iv
1.2.7 Kesimpulan ............................................................................................. 9
v
2.1.4 Prosedur Percobaan............................................................................. 19
vi
BAB IIIPENGUJIAN BAHAN ASPAL ............................................................ 32
vii
3.3.4 Prosedur Percobaan............................................................................. 46
viii
4.2 Teori Ringkas ............................................................................................ 59
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1.1Data percobaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar……….…4
Tabel 1.4 1Spesifikasi dengan standarisasi Bina Marga analisa saringan gradasi
IV…………………………………………………………………………………14
Tabel 1.4. 2Hasil percobaan saringan agregat kasar...........................................15
Tabel 2.1.2Data percobaan berat jenis dan penyerapan agregat halus (Pasir)...21
Tabel 2.3. 1Spesifikasi dengan standarisasi Bina Marga untuk analisa saringan
gradasi IV...............................................................................................................30
Tabel 3.1.3 Data yang diperoleh dari percobaan yang dilakukan di Laboratorium
Jalan dan Aspal Jurusan Sipil Universitas
Fajar....................................................36
x
Tabel 3.2. 1Ukuran Cawan…………………………………………………..….40
Tabel 4. 1Data Berat aspal dan berat agregat untuk briket benda uji…………64
xi
Tabel 5.2Pemeriksaan bahan agregat halus…….………………………………71
xii
BAB I
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat jenis (bulk), berat jenis
permukaan jenuh (Saturated Surface Dry = SSD), berat jenis semu (apparent) dari
agregat kasar.
Berat jenis agregat adalah perbandingan antara berat volume agregat dan
berat volume air. Besar jenis agregat penting dalam perencanaan campuran
agregat dengan aspal karena umumnya direncanakan berdasarkan perbandingan
berat dan juga untuk menentukan banyak pori. Agregat dengan berat jenis yang
kecil mempunyai volume yang besar sehingga berat yang sama membutuhkan
jumlah aspal yang banyak disamping itu agregat dengan kadar pori yang besar
membutuhkan jumlah aspal yang banyak.
1
Effective specific gravity (Berat jenis effective)
Pada kenyataannya aspal yang digunakan secara normal hanya akan meresapi
sebagian dari pori yang dapat diresapi oleh air itu. Dengan demikian
sebaiknya menggunakan berat jenis efektif.
Rumus perhitungan :
A
BJ KO ............................................................... I.1
BC
B ............................................................... I.2
BJ KP
BC
BJ Semu :
A
BJ S ............................................................... I.3
AC
Penyerapan air :
BA
PA x100% ..................................................... I.4
A
Keterangan :
PA = Penyerapan air
2
1.1.3Alat dan Bahan yang digunakan
Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan no.4 diperoleh dari alat
pemisah contoh atau cara perempat, sebanyak 2,5 kg.
3
f) Menimbang benda uji dalam keranjang (C), batunya digoncangkan
untuk mengeluarkan udara yang tersekap dan beratnya ditentukan
dalam air. Suhu air diukur untuk penyesuaian perhitungan pada suhu
standar (25°C).
1.1.5Spesifikasi
Tabel 1.1. 3Data percobaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar
Spesifikasi
No. Pemeriksaan
Min. Max
1 Berat jenis ( atas dasar kering oven ) 2.5
2 Berat jenis ( atas dasar kering permukaan ) 2.5 -
3 Berat jenis semu 2.5 -
4 Penyerapan air 3
1.1.6 Data Hasil Percobaan
Tabel 1.1. 4Data percobaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar
NO. CONTOH I
Berat contoh kering oven (gr) A 5135.00
Berat contoh kering permukaan (gr) B 5205.00
Berat contoh dalam air (gr) C 3172.00
Berat jenis bulk A
2.53
(atas dasar kering oven) B-C
Berat jenis bulk B
2.56
(atas dasar kering permukaan) B-C
A
Berat jenis semu 2.62
A-C
B-A
Penyerapan air × 100% 1.36
A
5205
BJ = 2.56
5205 3172
KP
4
BJ Semu :
5135
BJ = 2.62
5135 3172
S
Penyerapan air :
5205 5135
PA x100% = 1.36 %
5135
1.1.8 Kesimpulan
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
agregat kasar memenuhi spesifikasi (lihat Tabel I.1.1.) berat jenis yang
disyaratkan minimal 2,5 dan penyerapan air maksimal 3 %.
5
1.2 PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT KASAR
1.2.1 Tujuan
Rumus perhitungan :
( Berat A – Berat B )
x 100 %
Keausan =...................................................................................... 1.5
Berat A
Keterangan :
6
1.2.3 Alat dan Bahan yang digunakan
Lewat Tertahan A B C D E F G
(mm) (mm)
7
38.1 25.4 1250 5000 5000
Jumlah Bola 12 11 8 6 12 12 12
Berat bola (Gram) 5000 4584 3330 2500 5000 5000 5000
+ 25 + 25 + 20 + 15 + 25 + 25 + 25
1.2.4Prosedur Percobaan
1.2.5 Spesifikasi
8
Spesifikasi
No. Pemeriksaan
Min. Max
A - B
Persen Keausan = x 100%
A
5000 - 3560
= x 100%
5000.0
= 28.80 %
1.2.7 Kesimpulan
Sampel agregat ini kuat untuk melawan gaya yang akan diberikan ketika
dipakai pada perkerasan. Dengan kata lain besar permukaan sampel dapat
memikul beban yang diterima melalui gesakan antara bahan dengan kuat.
9
1.3 INDEKS KEPIPIHAN
1.3.1 Tujuan
Rumus perhitungan :
Keterangan :
Keterangan :
10
1.3.3 Alat Dan Bahan Yang Digunakan
a) Jangka sorong
b) Talam
c) Timbangan
2. Agregat yang tertahan pada saringan 1/2” dan 3/8” masing 500 Gram
kemudian dimasukkan pada alat pengukur kepipihan.
1.3.5 Spesifikasi
Spesifikasi
Pemeriksaan
Min Max
Indeks Kepipihan - 25
11
1.3.6 Data Hasil Percobaan
Bentuk Agregat
Total Berat
Normal Panjang Pipih
D B C A
Berdasarkan rumus :
395
Indeks Kepipihan = 1000 x 100 %
= 39.5%
1.3.8 Kesimpulan
12
1.4 ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR
1.4.1 Tujuan
Rumus perhitungan :
13
2. Bahan yang digunakan
a) Aggregat Kasar
Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar,
agregat tersebut dipisahkan menjadi dua bagian dengan saringan no. 4.
Selanjutnya agregat halus dan agregat kasar disediakan sebanyak jumlah
seperti tercantum di atas.
a) Menyiapkan sampel berupa agregat kasar yang lolos saringan ¾”, yang
diperoleh dari alat pemisah atau cara pemisah.
b) Mengeringkan benda uji dalam oven dengan suhu 110 ± 5 °C , sampai
berat tetap.
c) Menyaring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan
paling besar ditempatkan paling atas.Kemudian saringan diguncang
dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit
1.4.5 Spesifikasi
Tabel 1.4. 3Spesifikasi dengan standarisasi Bina Marga analisa saringan gradasi
IV
NO Ukuran Saringan Persen Lolos
1 3/4 100
2 1/2 80 - 100
3 3/8 70 - 90
4 4 50 - 70
5 8 35 - 50
6 30 18 - 29
7 50 13 - 23
8 100 8 - 16
9 200 4 - 10
14
1.4.6 Data Hasil Percobaan
= 670
= 33,53 %
= 66,47%
15
1.4.8 Kesimpulan
16
BAB II
Berat jenis agregat adalah perbandingan antara berat volume agregat dan
berat volume air. Besar jenis agregat penting dalam perencanaan campuran
agregat dengan aspal karena umumnya direncanakan berdasarkan perbandingan
berat dan juga untuk menentukan banyak pori. Agregat dengan berat jenis yang
kecil mempunyai volume yang besar sehingga berat yang sama membutuhkan
jumlah aspal yang banyak disamping itu agregat dengan kadar pori yang besar
membutuhkan jumlah aspal yang banyak.
17
Ada 3 berat jenis yang dapat ditentukan berdasarkan manual PB 0202-76
atau AASHTO T 85-81.
Berat jenis bulk (bulk specifik gravity)
Ialah berat jenis dimana volume yang diperhitungkan adalah seluruh volume
pori yang ada (volume pori yang dapat diresapi air dan volume pori yang tak
dapat diresapi air).
Rumus perhitungan :
A
BJ ko
B 500 C ............................................................... II . 1
B
BJ kp
B 500 C
............................................................... II . 2
BJ Semu :
A
BJ s
B AC
............................................................... II . 3
18
Penyerapan air :
500 A
PA x100%
A ..................................................... II . 4
Keterangan :
PA = Penyerapan air
a) Picnometer
b) Oven
c) Metal sand cone mold
d) Timbangan dengan kepekaan 0,1 gram
e) Corong kaca
f) Bak perendam
g) Karung goni
2. Bahan Yang Digunakan
a) Aggregat halus
b) Air Suling
a) Memanaskan benda uji dalam oven pada suhu ( 110 ± 5 °C, sampai
berat tetap. Yang dimaksud dengan berat tetap adalah keadaan berat
benda uji selama 3 kali proses penimbangan dan pemanasan dalam
oven selang waktu 2 jam berturut-turut, tidak akan mengalami
19
perubahan kadar air lebih besar daripada 0,1 %. Benda uji didinginkan
dalam suhu ruang, kemudian direndam dalam air selama 24 ± 4 jam.
b) Membuang air perendam dengan hati-hati jangan sampai ada butiran
yang hilang, agregat ditebarkan diatas talam, kemudian di keringkan di
udara panas dengan cara membalik - balikkan benda uji. Pengeringan
dilakukan sampai tercapai keadaan kering permukaan jenuh.
c) Memeriksa keadaan kering permukaan jenuh diperiksa dengan
mengisikan benda uji ke dalam kerucut terpancung. Keadaan kering
permukaan januh tercapai bila benda uji runtuh tetapi masih dalam
keadaan tercetak.
d) Segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh, memasukkan
benda uji ke dalam picnometer sebanyak 500 gram. Air suling
dimasukkan sampai mencapai 90 % isi picnometer, diputar sambil
diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara di dalamnya. Untuk
mempercepat proses ini, dapat dipergunakan pompa hampa udara,
tetapi harus diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut terisap, dapat
juga dilakukan dengan merebus piknometer.
e) Merendam picnometer ke dalam air dan suhu air diukur untuk
penyesuaian perhitungan kepada suhu standar 25°C.
f) Menambahkan air pada picnometer sampai mencapai tanda batas
kalibrasi.
g) Menimbang picnometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1
gram. (C).
h) Mengeluarkan benda uji lalu dikeringkan dalam oven dengan suhu
(110 ± 5 )°C sampai berat tetap, kemudian benda uji didinginkan
dalam desikator.
i) Setelah benda uji dingin,kemudian benda uji ditimbang (A)
j) Berat picnometer berisi air penuh segera ditentukan (B) dan suhu air
diukur guna penyesuaian dengan suhu standar 25oC.
20
2.1.5 Spesifikasi
Spesifikasi
No. Pemeriksaan
Min. Max
1 Berat jenis ( atas dasar kering oven ) 2.5
2 Berat jenis ( atas dasar kering permukaan ) 2.5 -
3 Berat jenis semu 2.5 -
4 Penyerapan air 3
Tabel 2.1. 4Data percobaan berat jenis dan penyerapan agregat halus (Pasir)
NO. CONTOH I
Berat contoh kering oven (gr) A 465.00
Berat botol+air sampai batas kalibrasi (gr) B 505.00
Berat contoh+botol+air sampai batas kalibrasi (gr) C 835.00
Berat jenis bulk A
2.74
(atas dasar kering oven) B+500-C
Berat jenis bulk 500
2.94
(atas dasar kering permukaan) B+500-C
A
Berat jenis semu 3.44
B+A-C
500-A
Penyerapan air × 100% 7.53
A
21
2.1.7 Analisa Data
Cara perhitungan:
BJKO 465
=
505 + 500 – 835
= 2,74
BJKP 500
=
505 + 500 – 835
= 2,94
BJS 465
=
505 + 465– 835
= 3,44
Penyerapan air :
465
= 7,53 %
22
2.1.8 Kesimpulan
Untuk Pasir
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
agragat halus memenuhi spesifikasi (lihat Tabel 2.1.1) berat jenis yang
disyaratkan minimal 2,5 dan penyerapan air maksimal 3 %.
Benda uji diatas baik untuk bahan perkerasan karena jumlah porinya
sedikit sehingga tidak mengandung banyak air dan pula akan mudah diikat oleh
aspal.
23
2.2 PENGUJIANSAND EQUIVALENT TEST
2.2.1 Tujuan
Untuk mengetahui tingkat presentase lumpur dari suatu agregat halus atau
pasir.
Sand eqivalen test dilakukan untuk partikel agregat yang lolos saringan
No. 4 sesuai prosedur AASHTO T176-73 (1982). Contoh dimasukkan ke dalam
tabung kaca dan diendapkan selama 10 menit. Selanjutnya tabung yang telah
ditutup dengan tutup karet tersebut dikocok dengan arah mendatar sebanyak 90
kali. Larutan ditambah sampai skala 15 dan dibiarkan selama 20 menit. Setelah itu
dibaca skala pasir dan skala Lumpur. Nilai sand equivalent dari pertikel agregat
yang memenuhi syarat untuk bahan konstruksi perkerasan jalan adalah > 50 %
Rumus perhitungan :
Skala pasir
Skala lumpur
24
Tin box.
Saringan No. 4.
Sumbat karet.
2. Bahan Percobaan
25
2.2.5 Spesifikasi
Spesifikasi
No. Pemeriksaan
Min. Max
1 Kadar lumpur pasir 50% -
Tinggi keseluruhan
= 245-225 x 100%
245
=8.16 %
= 4,91
245
= 8.16 %
26
Dari pemeriksaan dan analisa sampel agregat halus di Laboratorium Jalan
dan Aspal Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Fajar, maka diperoleh :
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan kadar lumpur agregat halus
(pasir) memenuhi spesifikasi ( lihat Tabel 2.2.1) keausan yang disyaratkan
minimal 50 %.
Jumlah kadar Lumpur pada benda uji tidak terlalu banyak sehingga tidak
berpengaruh pada daya ikat antar agregat dan juga aspal sehingga dapat dipakai
sebagai bahan perkerasan.
27
2.3 PENGUJIAN ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS
2.3.1 Tujuan
Rumus perhitungan :
28
g) Kuas
h) Sikat kuningan
2.3.5 Spesifikasi
Tabel 2.3. 3Spesifikasi dengan standarisasi Bina Marga untuk analisa saringan
gradasi IV
29
2.3.6 Data Hasil Percobaan
Tabel 2.3. 4 Data percobaan analisa saringan agregat halus (debu batu)
Agregat halus:
= 406.00
= 40.6 %
= 59.4 %
30
2.3.8 Kesimpulan
Agregat halus tersebut mempunyai komposisi ukuran butir yang baik dan
dapat dipakai untuk bahan perkerasan. Sehingga bila pada penggunaannya akan
saling mengisi sehingga tidak terjadi pori (rongga) yang cukup besar.
31
BAB III
Rumus perhitungan :
N Nr N
2
Nr
2
Sx
1 2
............................................ 3.1
N 1
N : Jumlah Sampel
32
3.1.3 Alat Dan Bahan Yang Digunakan
Di bawah 200 55 mm 35 mm
33
contoh cair merata segera dituangkan kedalam tempat contoh dan
didiamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak
kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm. Kita buat 2 benda uji
(duplo). Benda uji ditutup agar bebas dari debu dan didiamkan pada
suhu ruang selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 jam
sampai 2 jam untuk benda uji besar.
a) Meletakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan kita masukkan
tempat air tersebut dalam bak perendam yang telah berada pada suhu
yang telah ditentukan. Benda uji didiamkan dalam bak tersebut selama
1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk
benda uji b.esar.
b) Memeriksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik
dan jarum penetrasi dibersihkan dengan toluena atau pelarut lain
kemudian jarum tersebut dikeringkan dengan lap bersih, kemudian
jarum dipasang pada pemegang jarum.
c) Meletakkan pemberat 50 gram diatas jarum untuk memperoleh beban
sebesar (100 ± 0,1)gr.
d) Memindahkan tempat air dari bak perendam kebawah alat penetrasi.
e) Menurunka jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh
permukaan benda uji. Kemudian angka 0 diatur pada arloji
penetrometer, sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya.
f) Melepaskan pemegang jarum dan serentak stopwatch dijalankan
selama jangka waktu (5 ± 0,1) detik.
g) Memutar arloji penetrometer dan kita baca angka penetrasi yang
berimpit dengan jarum penunjuk. Kemudian dibulatkan hingga angka
0,1 mm terdekat (N1,2)
h) Melepaskan jarum dari pemegang jarum dan kita siapkan untuk
pekerjaan berikutnya.
34
i) Melakukan pekerjaan a sampai g diatas tidak kurang dari 3 kali untuk
benda uji yang sama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak
satu sama lain dan dari tepi dinding lebih dari 1 cm. (N).
j) Menghitung: N rata-rata = ( N1 + N2 + N3 ) / 3
Sx = { [( N1-Nr )2 +(N2-Nr )2+(N3-Nr )2 ]/( N-1 )
}0.5
X = N rata-rata± Sx
Xmax = N rata-rata + Sx
3.1.5 Spesifikasi
Spesifikasi Penet.60
Pemeriksaan Satuan
Min. Max
Penetrasi Aspal Sebelum 60 79 0,1 mm
kehilangan berat
35
3.1.7 Analisa Data
N1 = 76,60
N2 = 77,20
N3 = 76,60
Maka : Nrata-rata =
= 76,80
(3–1)
= 0,12
36
3.1.8 Kesimpulan
Memenuhi spesifikasi AASTHO dan Bina Marga seperti pada Tabel 3.1.2
yang disyaratkan minimal 60 dan maksimal 79.
37
3.2 PENGUJIAN PENETRASI ASPAL SETELAH KEHILANGAN BERAT
3.2.1 Tujuan
Rumus perhitungan :
N - N r N 2 - N r
2 2
Sx
1
....................................................... 3.2
N - 1
Ket : Sx : Standard deviasi
N : Jumlah Sampel
38
b) Pemegang jarum seberat (47,5 ± 0,05) gr yang dapat dilepas
dengan mudah dari alat penetrasi untuk penerangan.
c) Pemberat dari (50 ± 0,05) gr dan (100 ± 0,05) gr masing-masing
dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gr
dan 200 gr.
d) Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 440C, atau HRC
54 sampai 60. Ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung.
e) Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder
dengan dasar yang rata-rata berukuran sebagai berikut :
Tabel 3.2. 5Ukuran Cawan
Di bawah 200 55 mm 35 mm
39
2. Bahan yang digunakan
Contoh dipanaskan perlahan-lahan serta diaduk hingga cukup
cair untuk dapat dituangkan. Pemanasan contoh untuk ter tidak lebih
dari 60°C diatas titik lembek dan untuk bitumen tidak lebih dari 90°C
diatas titik lembek. Waktu pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit.
Contoh diaduk perlahan-lahan agar udara tidak masuk kedalam contoh.
Setelah contoh cair merata segera dituangkan kedalam tempat contoh
dan didiamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut
tidak kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm. Kita buat 2 benda
uji (duplo). Benda uji ditutup agar bebas dari debu dan didiamkan pada
suhu ruang selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 jam
sampai 2 jam untuk benda uji besar.
a) Meletakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan kita masukkan
tempat air tersebut dalam bak perendam yang telah berada pada suhu
yang telah ditentukan. Benda uji didiamkan dalam bak tersebut selama
1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk
benda uji besar.
b) Memeriksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik
dan jarum penetrasi dibersihkan dengan toluena atau pelarut lain
kemudian jarum tersebut dikeringkan dengan lap bersih, kemudian
jarum dipasang pada pemegang jarum.
c) Meletakkan pemberat 50 gram diatas jarum untuk memperoleh beban
sebesar (100 ± 0,1) gram.
d) Memindahkan tempat air dari bak perendam kebawah alat penetrasi.
e) Menurunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh
permukaan benda uji. Kemudian angka 0 diatur pada arloji
penetrometer, sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya.
f) Melepaskan pemegang jarum dan serentak stopwach dijalankan selama
jangka waktu (5 ± 0,1) detik.
40
g) Memutar arloji penetrometer dan kita baca angka penetrasi yang
berimpit dengan jarum penunjuk. Kemudian dibulatkan hingga angka
0,1 mm terdekat (N1,2)
h) Melepaskan jarum dari pemegang jarum dan kita siapkan untuk
pekerjaan berikutnya.
i) Melakukan pekerjaan a sampai g diatas tidak kurang dari 3 kali untuk
benda uji yang sama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan
berjarak satu sama lain dan dari tepi dinding lebih dari 1 cm (N).
j) Menghitung: Nrata-rata = ( N1 / N2 ) / 2
Sx = { [( N1-Nr )2 +(N2-Nr )2+(N3-Nr )2 ]/( N-1 )}0.5
X = N rata-rata± Sx
Xmax = N rata-rata + Sx
Xmin = N rata-rata - Sx
3.2.5 Spesifikasi
Spesifikasi Penet.60
Pemeriksaan Satuan
Min. Max
Penetrasi Aspal Setelah 75 - % semula
kehilangan berat
41
3.2.6 Data Hasil Percobaan
N1 = 73,40
N2 = 68,80
N3 = 71,00
Maka : Nrata-rata =
= 71,07
42
Menghitung standar deviasi dengan rumus 3.1
(3–1)
= 5,29
= 116,84 %
= 100,73 %
43
3.2.8 Kesimpulan
Benda uji yang digunakan tidak memenuhi spesifikasi AASTHO dan Bina
Marga seperti pada Tabel 3.2.2 yang disyaratkan minimal 75.
3.3.1 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik lembek aspal dan ter
yang berkisar antara 30°C sampai 200°C.
Yang dimaksud dengan titik lembek suhu pada saat bola baja dengan berat
tertentu, mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter yang tertahan dalam cincin
berukuran tertentu, sehingga aspal atau ter tersebut menyentuh pelat dasar yang
terletak dibawah cincin pada tinggi tertentu, sebagai akibat kecepatan pemanasan
tertentu.
Temperatur pada saat dimana aspal mulai menjadi lunak tidaklah sama
pada setiap hasil produksi aspal walaupun mempunyai nilai penetrasi yang sama.
Oleh karena itu, temperatur tersebut dapat diperiksa dengan mengikuti prosedure
PA-0302-76 atau AASHTO T53-81. Pemeriksaan menggunakan cincin yang
terbuat dari kuningan dan bola baja. Titik lembek ialah suhu dimana suatu lapisan
aspal dalam cincin yang diletakkan horizontal didalam larutan air atau kliserine
yang dipanaskan secara teratur menjadi lembek karena beban bola baja dengan
44
diameter 9,53 mm sebesar ± 3,5 gram yang diletakkan di atasnya sehingga lapisan
aspal tersebut jatuh melalui jarak 25,4 mm (1 inch)
Titik lembek aspal bervariasi antara 30° C sampai 200° C. 2 aspal
mempunyai penetrasi yang sama belum tentu mempunyai titik lembek yang sama.
Aspal dengan titik lembek yang lebih tinggi kurang peka terhadap perubahan
temperatur dan lebih baik untuk bahan pengikat konstruksi perkerasan.
Rumus yang digunakan :
T rata-rata = 1/2 ( T1 + T2 ) ... 3.10
N : Jumlah Sampel
a. Cincin Kuningan
45
f. Alat Pemanas
g. Stopwatch
a) Memasang benda uji dan diatur diatas dudukannya dan diletakkan pengarah
bola dari bola baja diatasnya. Kemudian seluruh peralatan tersebut
dimasukkan kedalam bejana gelas. Bejana gelas diisi dengan air suling baru,
dengan suhu (5±1) °C sehingga tinggi permukaan air berkisar antara 101,6
mm sampai 108 mm. Termometer diletakkan pada tempat yang sesuai
dengan percobaan ini diantara kedua benda uji (kurang lebih 12,7 mm dari
tiap cincin. Jarak antara pelat dasar dengan dasar benda uji diperiksa dan
diatur sehingga menjadi 25,4 mm.
b) Bola-bola baja yang bersuhu 5°C diletakkan diatas dan ditengah permukaan
masing-masing benda uji yang bersuhu 5°C menggunakan penjepit dengan
memasang kembali pengarah bola.
46
c) Memanaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 5°C per menit.
Kecepatan pemanasan ini tidak boleh diambil dari kecepatan pemanasan
rata-rata dari awal dan akhir pekerjaan ini.Untuk tiga menit pertama
perbedaan kecepatan pemanasan tidak boleh melebihi 0,5 °C.
d) Melakukan pengamatan sampai pada suhu dan waktu dimana bola-bola
dalam aspal itu jatuh. (T1,2)
e) Menghitung:
T rata-rata = 1/2 ( T1 + T2 )
Sx = { [ ( T1 – Tr )2 +( T2 – Tr )2 ] / ( N – 1 ) }0.5
T = T rata-rata ±Sx
T max = T rata-rata + Sx
T min = T rata-rata - Sx
3.3.5 Spesifikasi
Spesifikasi Penet.60
Pemeriksaan Satuan
Min. Max
47
3.3.6 Data Hasil Percobaan
T1 = 50 °C
T2 = 50 °C
Trata-rata = 1/2 ( 50 + 50 )
= 50°C
48
Menghitung Standar Deviasi dengan rumus 3.11
Sx = ( 50 – 50 )2 + ( 50 – 50 )2
(2 - 1)
= 1.41
3.3.8 Kesimpulan
Benda uji yang digunakan dalam pemeriksaan titik lembek aspal, diperoleh :
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar
dari semua jenis minyak bumi kecuali minyak bakar dan bahan lainnya yang
mempunyai titik nyala open cup kurang dari 79°C.
49
3.4.2 Teori Ringkas
Titik nyala adalah suhu pada saat nyala singkat pada suatu titik diatas
permukaan aspal.
Pemeriksaan titik nyala dan titik bakar untuk aspal yang berguna untuk
menentukan suhu dimana aspal terlihat menyala singkat dipermukaan aspal (titik
nyala), dan suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5 detik. Aspal
disiapkan dalam cleveland open cup yang berbentuk cawan dari kuningan dan
diletakkan pada plat pemanas.
Titik nyala dan titik bakar perlu diketahui untuk memperkirakan
temperatur maksimum pemanasan aspal sehingga aspal tidak terbakar.
Pemeriksaan harus dilakukan dalam ruang gelap sehingga dapat segera diketahui
timbulnya nyala pertama.
50
3.4.4 Prosedur Percobaan
51
3.4.5 Spesifikasi
Spesifikasi Penet.60
No. Pemeriksaan Satuan
Min. Max
1 Titik nyala aspal 225 - °C
2 Titik bakar aspal 225 - °C
52
3.5.7 Analisa Data
Tabel 3.4. 6Rekapitulasi data pemeriksaan titik nyala dan titik bakar aspal
Hasil Spesifikasi
No. Pemeriksaan Satuan
Pemeriksaan Min. Max
1 Titik nyala aspal 300 225 - °C
2 Titik bakar aspal 310 225 - °C
3.5.8 Kesimpulan
Dalam pemeriksaan titik nyala dan titik bakar aspal rata-rata diperoleh :
53
3.5 PENGUJIAN BERAT JENIS ASPAL
3.5.1 Tujuan
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal dan berat air
dengan suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu, 25° C atau 15.6° C.
Prosedur pemeriksaan mengikuti PA-0307-76 atau AASHTO T228 – 79.
c) Piknometer
e) Bejana gelas
54
a) Contoh bitumen keras atau ter (aspal) sejumlah 50 gr dipanaskan
sampai menjadi cair dan di aduk untuk mencegah pemanasan
setempat.
b) Contoh (benda uji) dituangkan kedalam piknometer yang telah
kering hingga terisi ¾ bagian.
55
dimasukkan dan didiamkan kedalam bak perendam selama sekurang-
kurangnya 30 menit. Piknometer diangkat lalu dikeringkan dan
kemudian ditimbang (D)
i) Menghitung: BJ ( Berat Jenis ) ={ ( C – A ) / [ ( B – A )( D – C ) ] }
3.5.5 Spesifikasi
Spesifikasi Penet.80
Pemeriksaan Satuan
Min. Max
No. A B C D Bj
Sampel (gr) (gr) (gr) (gr) (gr/cc)
1 40,20 108,80 98,00 111,00 1,04
2 37,20 109,20 103,80 113,70 1,07
Keterangan :
Bj = Berat jenis
56
3.5.7 Analisa Data
= 103,80 - 37,20
= 1,072 gr/cc
C-A
q Berat Jenis =
(B-A)-(D-C)
98 - 40.2
=
( 108.8 - 40.2 ) - ( 111 - 98 )
= 1.040 gr/cc
= 1.5758 gr/cc
Spesifikasi
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Satuan
Min Max
Berat jenis Aspal rata-
1,57 1 - gr/cc
rata
57
3.5.8 Kesimpulan
Benda uji memiliki berat jenis yang dapat digunakan dalam perhitungan
analisa campuran.
58
BAB IV
MIX DESIGN
4.1 Tujuan
Mix design bertujuan untuk menentukan komposisi agregat dalam
campuran, berat aspal dalam campuran, berat jenis dan penyerapan campuran,
yang diperlukan dalam pembuatan dan perhitungan hot mix.
Benda uji di buat dengan kadar aspal 4,5 % - 7 % dengan jumlah benda uji
tiap-tiap kadar aspal sebanyak 3 buah. Gradasi yang digunakan adalah Gradasi IV.
1. Diketahui gradasi ideal yang akan digunakan dari persyaratan gradasi yang
ditentukan.
2. Gambar empat persegi panjang dengan ukuran (10 x 20) cm.
59
3. Garis diagonal dibuat dari ujung kiri bawah keujung kanan atas.
4. Sisi vertikal menyatakan persen lolos saringan dengan skala 0 di bawah
dan 100 di atas.
5. Dengan melihat spefikasi ideal, tiap-tiap nilai ideal tersebut diletakkan
pada garis diagonal berupa titik.
6. Dari tiap titik pada diagonal ditarik garis vertikal untuk menempatkan
nomor-nomor saringan.
7. Gambar grafik gradasi dari masing-masing fraksi yang akan dicampur.
8. Untuk menentukan presentase agregat kasar, dilihat dari jarak antara grafik
gradasi kasar terhadap tepi bawah dan jarak grafik sedang terhadap tepi
atas yang harus sama, pada suatu garis lurus.
9. Pada garis tersebut, tarik garis vertikal yang memotong garis diagonal.
Kemudian dari titik potong ini ditarik garis horisontal yang memotong
garis tepi, sehingga didapat presentase agregat kasar yang diperlukan.
10. Langkah 8 dan 9 diulangi untuk mendapatkan presentase agregat halus dan
bahan pengisi.
60
Selanjutnya dibuat grafik penggabungan agregat dan grafik
spesifikasinya, setelah itu dihitung berat masing-masing fraksi yaitu presentase
fraksi dikali dengan kapasitas mould. Berat masing-masing fraksi campuran
ini, dibagi-bagi lagi berdasarkan ukuran saringan sesuai dengan presentase
tertahan agregatnya yang akan digunakan untuk pembuatan bricket uji.
61
dimana :
Stability ( Stabilitas )
Stability adalah kemampuan lapis aspal beton untuk menahan deformasi
atau perubahan bentuk akibat beban lalu lintas yang bekerja pada lapis
perkerasan tersebut.
62
Flow atau kelelehan plastis merupakan besarnya deformasi yang terjadi
pada campuran aspal beton akibat beban yang bekerja pada perkerasan.
63
Cincin penguji yang berkapasitas 3000 kg dilengkapi arloji tekan
dengan perlengkapannya
Arloji kelelahan dengan perlengkapannya
7. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(200 ± 3) °C
8. Bak perendam (water bath), dilengkapi dengan pengatur suhu minimum
20°C
9. Perlengkapan bantu lainnya, antara lain :
Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran
Pengukur suhu dari logam berkapasitas 250°C dan 100°C dengan
ketelitian 0,5 atau 1% dari kapasitas
Kompor
Sendok pengaduk
Sarung asbes dan karet
Timbangan yang dilengkapi penggantung benda uji berkapasitas 2 kg
dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan
ketelitian 1 gram
Corong yang terbuat dari aluminium
Spatula
Satu set saringan terdiri dari ukuran : ¾, ½, 3/8, No.4, No.8, No.30,
No.50, No.100 dan No.200, serta PAN.
Perhitungan Berat Aspal dan Berat Agregat untuk Briket Benda Uji
64
Tabel 4. 5Data Berat aspal dan berat agregat untuk briket benda uji
Berat Debu Batu = Kadar Agregat x Kadar Debu Batu x Kapasitas Mould
= 93.0% x 31% x 1200
= 346
4.4 Prosedur Percobaan
1. Masing-masing agregat dikeringkan sampai beratnya tetap pada suhu
(110 ± 5) °C. Setelah dingin agregat dipisah-pisahkan dengan cara
penyaringan kering kedalam fraksi - fraksi yang dikehendaki, lalu
ditimbang sesuai dengan besarnya prosentase perbandingan komposisi
agregat
2. Campuran agregat tersebut, dipanaskan sampai mencapai suhu
pencampuran (170 ± 20) °C dalam panci pencampuran. Sementara itu
65
aspal juga dipanaskan secara terpisah sampai mencapai suhu
pencampuran
3. Aspal dituangkan kedalam panci pencampuran/agregat yang sudah
dipanaskan tersebut, sesuai dengan beratnya yang telah ditetapkan.
Kemudian diaduk sampai homogen dan terlihat seluruh permukaan
agregat tertutup oleh aspal. Suhu selama pengadukan campuran aspal
diusahakan tetap dipertahankan (150°C), dimana hal ini dikontrol
dengan termometer
4. Campuran aspal yang telah homogen, dipindahkan kedalam cetakan
benda uji (mould) yang telah dibersihkan dan diletakkan pada dasarnya
kertas saring / penghisap lebih dahulu. Pemindahan campuran kedalam
cetakan dilakukan dengan bantuan corong aluminium yang diletakkan
diatas cetakan
5. Campuran didalam cetakan ditusuk-tusuk dengan spatula (sendok
semen) sebanyak 15 kali pada bagian pinggir cetakan secara keliling
dan 10 kali pada bagian dalamnya/tengahnya. Lalu permukaan
campuran diratakan menjadi bentuk yang sedikit cembung dan taruhlah
kertas saring diatasnya
6. Kemudian dilakukan pemadatan dengan penumbukan sebanyak 75 kali
pada masing-masing bagian / sisi atas dan bawah cetakan
7. Benda uji dikeluarkan dengan memakai alat ejector, lalu diletakkan
diatas permukaan rata yang halus, kemudian dibiarkan selama kira-kira
24 jam pada suhu ruang.
8. Tanda pengenal diberikan pada benda uji yang telah dingin sesuai
dengan prosentase kadar aspal, lalu timbang dan diukur tinggi benda uji
dengan ketelitian 0,1 mm. Kemudian benda uji direndam dalam air kira
– kira 24 jam pada suhu ruang.
9. Setelah perendaman 24 jam, benda uji ditimbang dalam air dan beratnya
ditetapkan untuk mendapatkan isi.
66
10. Benda uji diangkat dan dilap dengan kain sampai mencapai keadaan
kering permukaan jenuh (SSD = Saturated Surface Dry), kemudian
ditimbang.
11. Benda uji direndam dalam bak perendaman, pada suhu 60°C selama 30
– 40 menit.
12. Benda uji dikeluarkan dalam bak perendaman, lalu dimasukkan kedalam
cincin penjepit dan diletakkan diatas piston penekan.
13. Sebelum pembebanan dilakukan, kepala penekan beserta benda uji
dinaikkan hingga menyentuh alat cincin penjepit. Pada cincin penjepit
dipasang dial (arloji) kelelehan (flow), jarum dial di stel pada angka nol.
14. Dial stabilitas yang terpasang pada proving ring yang telah ditentukan,
di stel pada angka nol.
15. Benda uji pada kondisi ini telah siap untuk ditekan. Kemudian mesin
dijalankan dengan membuka aliran listrik pada motor penggerak.
16. Mesin dimatikan setelah jarum stabilitas tidak bergerak lagi (telah
mencpai stabilitas maksimum). Kemudian dibaca/dicatat nilai stabilitas
dan flow yang diperoleh. Perlu pula diketahui bahwa waktu benda uji
dari bak perendaman sampai mencapai beban maksimum adalah tidak
boleh lebih dari 30 detik.
67
Tabel 4. 6 Spesifikasi lapisan perkerasan AC
% Berat N
Total Q
Campuran
68
Berat Jenis Gabungan Agregat
Berat jenis campuran kering
Total Persen Agregat
=
% Cp % Ps % DB
+ +
BJdry Cp BJdry Ps BJdry DB
100
=
50% 19% 31%
+ +
2.270 2.711 2.596
= 2.441
Berat jenis campuran semu
Total Persen Agregat
=
% Cp % Ps % DB
+ +
BJSemu Cp BJSemu Ps BJSemu DB
100
=
50% 19% 31%
+ +
2.545 2.911 2.815
= 2.689
Berat jenis campuran effektif
Bj Campuran Kering + BJ Campuran Semu
=
2
2.44077 + 2.689
=
2
= 2.565
Penyerapan
Bj camp. eff - Bj camp. dry
= x Bj Aspal x 100%
Bj camp. eff x Bj camp. dry
2.565 - 2.441
= x 1.065 x 100%
2.565 x 2.441
= 2.113 %
4.8 Kesimpulan
Berdasarkan uji sampel dilaboratorium jalan dan aspal jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Fajar maka didapatkan seperti table diatas.
69
BAB V
Hasil Spesifikasi
No Pemeriksaan
Pemeriksaan min max
Penyerapan 1.36 - 3%
70
5.1.2 Pemeriksaan Bahan Agregat Halus
Hasil Spesifikasi
No Pemeriksaan
Pemeriksaan min max
Penyerapan 7.53 - 3%
71
5.1.3 Pemeriksaan Aspal
o
5 Titik nyala 300 200 - C
o
6 Titik bakar 310 200 - C
% Berat N
Total Q
Campuran
72
5.2 Saran
Sebaiknya Alat-alat yang dipergunakan untuk Praktikum di laboratorium
masih dalam keadaan dan ketelitian yang baik
Untuk menjamin keakuratan data, sebaiknya digunakan bahan / sample
yang masih layak pakai dan original
Proses pengujian sebaiknya dilakukan sesuai prosedur dengan teliti untuk
menunjang keakuratan data yang diperoleh
Agar data yang diperoleh oleh seluruh praktikan seragam sebaiknya
digunakan bahan dari sumber yang sama
73