Anda di halaman 1dari 26

Genesa Mineral

Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek keterdapatan, proses


pembentukan, komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan, dan faktor-faktor
pengendali pengendapan bahan galian (geologic controls).
Tujuan utama mempelajari genesa suatu endapan bahan galian adalah sebagai
pegangan dalam menemukan dan mencari endapan-endapan baru, mengungkapkan sifat-
sifat fisik dan kimia endapan bahan galian, membantu dalam penentuan (penyusunan)
model eksplorasi yang akan diterapkan, serta membantu dalam penentuan metoda
penambangan dan pengolahan bahan galian tersebut.
Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk asalnya disebut
dengan endapan primer (hypogen). Jika mineral-mineral primer telah terubah melalui
pelapukan atau proses-proses luar (superficial processes) disebut dengan endapan
sekunder (supergen).
2.2 Proses Pembentukan Endapan Mineral Primer
Pembentukan Mineral primer secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi lima
jenis endapan, yaitu :
a. Fase Magmatik Cair
b. Fase Pegmatitil
c. Fase Pneumatolitik
d. Fase Hidrothermal
e. Fase Vulkanik
Dari kelima jenis fase endapan di atas akan menghasilkan sifat-sifat endapan yang berbeda-
beda, yaitu yang berhubungan dengan :
1. Kristalisasi magmanya
2. Jarak endapan mineral dengan asal magma
a. intra-magmatic, bila endapan terletak di dalam daerah batuan beku
b. peri-magmatic, bila endapan terletak di luar (dekat batas) batuan beku
c. crypto-magmatic, bila hubungan antara endapan dan batuan beku tidak jelas
d. apo-magmatic, bila letak endapan tidak terlalu jauh terpisah dari batuan beku
e. tele-magmatic, bila disekitar endapan mineral tidak terlihat (terdapat) batuan beku
3. Bagaimana cara pengendapan terjadi
a. terbentuk karena kristalisasi magma atau di dalam magma
b. terbentuk pada lubang-lubang yang telah ada
c. metosomatisme (replacement) yaitu :reaksi kimia antara batuan yang telah ada dengan
larutan pembawa bijih
4. Bentuk endapan, masif, stockwork, urat, atau perlapisan
5.Waktu terbentuknya endapan
a. syngenetic, jika endapan terbentuk bersamaan waktunya dengan pembentukan batuan
b. epigenetic, jika endapan terbentuk tidak bersamaan waktunya dengan pembentukan batuan.
a. Fase Magmatik Cair (Liquid Magmatic Phase)
Liquid magmatic phase adalah suatu fase pembentukan mineral, dimana mineral
terbentuk langsung pada magma (differensiasi magma), misalnya dengan cara gravitational
settling). Mineral yang banyak terbentuk dengan cara ini adalah kromit, titamagnetit, dan
petlandit Fase magmatik cair ini dapat dibagi atas :
1. Komponen batuan, mineral yang terbentuk akan tersebar merata diseluruh masa batuan.
Contoh intan dan platina.
2. Segregasi, mineral yang terbentuk tidak tersebar merata, tetapi hanya kurang terkonsentrasi di
dalam batuan.
Injeksi, mineral yang terbentuk tidak lagi terletak di dalam magma (batuan beku), tetapi telah
terdorong keluar dari magma.
b. Fase Pegmatitik (Pegmatitic Phase)
Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai
akibat kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma, maka cairan
residual yang mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan disekelilingnya sebagai dyke,
sill, dan stockwork.
Kristal dari pegmatit akan berukuran besar, karena tidak adanya kontras tekanan dan
temperatur antara magma dengan batuan disekelilingnya, sehingga pembekuan berjalan
dengan lambat. Mineral-mineral pegmatit antara lain : logam-logam ringan (Li-silikat, Be-
silikat (BeAl-silikat), Al-rich silikat), logam-logam berat (Sn, Au, W, dan Mo), unsur-unsur
jarang (Niobium, Iodium (Y), Ce, Zr, La, Tantalum, Th, U, Ti), batuan mulia (ruby, sapphire,
beryl, topaz, turmalin rose, rose quartz, smoky quartz, rock crystal).
c. Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase)
Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam
lingkungan yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut kontak-
metamorfisme, karena adanya gejala kontak antara batuan yang lebih tua dengan magma
yang lebih muda. Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap panas dengan temperatur tinggi
dari magma kontak dengan batuan dinding yang reaktif. Mineral-mineral kontak yang
terbentuk antara lain : wolastonit (CaSiO3), amphibol, kuarsa, epidot, garnet, vesuvianit,
tremolit, topaz, aktinolit, turmalin, diopsit, dan skarn.
Gejala kontak metamorfisme tampak dengan adanya perubahan pada tepi batuan
beku intrusi dan terutama pada batuan yang diintrusi, yaitu: baking (pemanggangan) dan
hardening (pengerasan).
Igneous metamorfism ialah segala jenis pengubahan (alterasi) yang berhubungan
dengan penerobosan batuan beku. Batuan yang diterobos oleh masa batuan pada
umumnya akan ter-rekristalisasi, terubah (altered), dan tergantikan (replaced). Perubahan ini
disebabkan oleh panas dan fluida-fluida yang memencar atau diaktifkan oleh terobosan tadi.
Oleh karena itu endapan ini tergolong pada metamorfisme kontak.
Proses pneomatolitis ini lebih menekankan peranan temperatur dari aktivitas uap air.
Pirometamorfisme menekankan hanya pada pengaruh temperatur sedangkan
pirometasomatisme pada reaksi penggantian (replacement), dan metamorfisme kontak pada
sekitar kontak. Letak terjadinya proses umumnya di kedalaman bumi, pada lingkungan
tekanan dan temperatur tinggi.
Mineral bijih pada endapan kontak metasomatisme umumnya sulfida sederhana dan
oksida misalnya spalerit, galena, kalkopirit, bornit, dan beberapa molibdenit. Sedikit endapan
jenis ini yang betul-betul tanpa adanya besi, pada umumnya akan banyak sekali berisi pirit
atau bahkan magnetit dan hematit. Scheelit juga terdapat dalam endapan jenis ini (Singkep-
Indonesia).
d. Fase Hidrothermal (Hydrothermal Phase)
Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil
differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan
merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan. Berdasarkan cara
pembentukan endapan, dikenal dua macam endapan hidrothermal, yaitu :
1. Cavity filing, mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di dalam batuan.
2. Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsur-
unsur baru dari larutan hidrothermal.
Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal beberapa jenis endapan
hidrothermal, antara lain Ephithermal (T 00C-2000C), Mesothermal (T 1500C-3500C), dan
Hipothermal (T 3000C-5000C). Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa
mineral-mineral yang tertentu (spesifik), berikut altersi yang ditimbulkan barbagai macam
batuan dinding. Tetapi minera-mineral seperti pirit (FeS2), kuarsa (SiO2), kalkopirit
(CuFeS2), florida-florida hampir selalu terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal.
Paragenesis endapan hipothermal dan mineral gangue adalah : emas (Au), magnetit
(Fe3O4), hematit (Fe2O3), kalkopirit (CuFeS2), arsenopirit (FeAsS), pirrotit (FeS), galena
(PbS), pentlandit (NiS), wolframit : Fe (Mn)WO4, Scheelit (CaWO4), kasiterit (SnO2), Mo-
sulfida (MoS2), Ni-Co sulfida, nikkelit (NiAs), spalerit (ZnS), dengan mineral-mineral gangue
antara lain : topaz, feldspar-feldspar, kuarsa, tourmalin, silikat-silikat, karbonat-karbonat
Sedangkan paragenesis endapan mesothermal dan mineral gangue adalah : stanite (Sn,
Cu) sulfida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sb sulfida, stibnit
(Sb2S3), tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS), dan kalkopirit
(CuFeS2), dengan mineral-mineral ganguenya : kabonat-karbonat, kuarsa, dan pirit.
Paragenesis endapan ephitermal dan mineral ganguenya adalah : native cooper (Cu),
argentit (AgS), golongan Ag-Pb kompleks sulfida, markasit (FeS2), pirit (FeS2), cinabar
(HgS), realgar (AsS), antimonit (Sb2S3), stannit (CuFeSn), dengan mineral-mineral
ganguenya : kalsedon (SiO2), Mg karbonat-karbonat, rhodokrosit (MnCO3), barit (BaSO4),
zeolit (Al-silikat).
e. Fase Vulkanik (Vulkanik Phase)
Endapan phase vulkanik merupakan produk akhir dari proses pembentukkan bijih secara
primer. Sebagai hasil kegiatan phase vulkanis adalah :
1. Lava flow
2. Ekshalasi
3. Mata air panas
Ekshalasi dibagi menjadi : fumarol (terutama terdiri dari uap air H2O), solfatar (berbentuk
gas SO2), mofette (berbentuk gas CO2), saffroni (berbentuk baron). Bentuk (komposisi
kimia) dari mata air panas adalah air klorida, air sulfat, air karbonat, air silikat, air nitrat, dan
air fosfat.
Jika dilihat dari segi ekonomisnya, maka endapan ekonomis dari phase vulkanik adalah :
belerang (kristal belerang dan lumpur belerang), oksida besi (misalnya hematit, Fe2O3).
Sulfida masif volkanogenik berhubungan dengan vulkanisme bawah laut, sebagai contoh
endapan tembaga-timbal-seng Kuroko di Jepang, dan sebagian besar endapan logam dasar
di Kanada.

2.3 Proses Pembentukan Endapan Sedimenter


Mineral bijih sedimenter adalah mineral bijih yang ada kaitannya dengan batuan
sedimen, dibentuk oleh pengaruh air, kehidupan, udara selama sedimentasi, atau pelapukan
maupun dibentuk oleh proses hidrotermal. Mineral bijih sedimenter umumnya mengikuti
lapisan (stratiform) atau berbatasan dengan litologi tertentu (stratabound). Endapan
sedimenter yang cukup terkenal karena proses mekanik seperti endapan timah letakan di
daerah Bangka-Belitung dan endapan emas placer di Kalimantan Tengah maupun
Kalimantan Barat. Endapan sedimenter karena pelapukan kimiawi seperti endapan bauksit
di Pulau Bintan dan laterit nikel di Pomalaa/Soroako Sulawesi Tengah/ Selatan.
Y. B. Chaussier (1979), membagi pembentukan mineral sedimenter berdasarkan
sumber metal dan berdasarkan host rock-nya. Berdasarkan sumber metal dibagi dua yaitu
endapan supergen endapan yang metalnya berasal dari hasil rombakan batuan atau bijih
primer), serta endapan hipogen (endapan yang metalnya berasal dari aktivitas
magma/epithermal). Sedangkan berdasarkan host-rock (dengan pengendapan batuan
sedimen) dibagi dua, yaitu endapan singenetik (endapan yang terbentuk bersamaan dengan
terbentuknya batuan) serta endapan epigenetik (endapan mineral terbentuk setelah batuan
ada).
Terjadinya endapan atau cebakan mineral sekunder dipengaruhi empat faktor yaitu : sumber
dari mineral, metal atau metaloid, supergene atau hypogene (primer atau sekunder), erosi
dari daerah mineralisasi yang kemudian diendapkan dalam cekungan (supergene), dari
biokimia akibat bakteri, organisme seperti endapan diatomae, batubara, dan minyak bumi,
serta dari magma dalam kerak bumi atau vulkanisme (hypogene).
1. Mineral Bijih Dibentuk oleh Hasil Rombakan dan Proses Kimia Sebagai Hasil Pelapukan
Permukaan dan Transportasi
Secara normal material bumi tidak dapat mempertahankan keberadaanya dan akan
mengalami transportasi geokimia yaitu terdistribusi kembali dan bercampur dengan material
lain. Proses dimana unsur-unsur berpindah menuju lokasi dan lingkungan geokimia yang
baru dinamakan dispersi geokimia. Berbeda dengan dispersi mekanis, dispersi kimia
mencoba mengenal secara kimia penyebab suatu dispersi.
Dalam hal ini adanya dispersi geokimia primer dan dispersi geokimia sekunder. Dispersi
geokimia primer adalah dispersi kimia yang terjadi di dalam kerak bumi, meliputi proses
penempatan unsur-unsur selama pembentukan endapan bijih, tanpa memperhatikan
bagaimana tubuh bijih terbentuk. Dispersi geokimia sekunder adalah dispersi kimia yang
terjadi di permukaan bumi, meliputi pendistribusian kembali pola-pola dispersi primer oleh
proses yang biasanya terjadi di permukaan, antara lain proses pelapukan, transportasi, dan
pengendapan. Bahan terangkut pada proses sedimentasi dapat berupa partikel atau ion dan
akhirnya diendapkan pada suatu tempat. Mobilitas unsur sangat mempengaruhi dispersi.
Unsur dengan mobilitas yang rendah cenderung berada dekat dengan tubuh bijihnya,
sedangkan unsur-unsur dengan mobilitas tinggi cenderung relatif jauh dari tubuh bijihnya.
Selain itu juga tergantung dari sifat kimianya Eh dan Ph suatu lingkungan seperti Cu dalam
kondisi asam akan mempunyai mobilitas tinggi sedangkan dalam kondisi basa akan
mempunyai mobilitas rendah.
Sebagai contoh dapat diberikan pada proses pengkayaan sekunder pada endapan lateritik.
Dari pelapukan dihasilkan reaksi oksidasi dengan sumber oksigen dari udara atau air
permukaan. Oksidasi berjalan ke arah bawah sampai batas air tanah. Akibat proses oksidasi
ini, beberapa mineral tertentu akan larut dan terbawa meresap ke bawah permukaan tanah,
kemudian terendapkan (pada zona reduksi). Bagian permukaan yang tidak larut, akan jadi
berongga, berwarna kuning kemerahan, dan sering disebut dengan gossan. Contoh
endapan ini adalah endapan nikel laterit.
2. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Pelapukan Mekanik
Mineral disini terbentuk oleh konsentrasi mekanik dari mineral bijih dan pemecahan dari
residu. Proses pemilahan yang mana menyangkut pengendapan tergantung oleh besar butir
dan berat jenis disebut sebagai endapan plaser. Mineral plaser terpenting adalah Pt, Au,
kasiterit, magnetit, monasit, ilmenit, zirkon, intan, garnet, tantalum, rutil, dsb.
Berdasarkan tempat dimana diendapkan, plaser atau mineral letakan dapat dibagi menjadi :
1. Endapan plaser eluvium, diketemukan dekat atau sekitar sumber mineral bijih primer.
Mereka terbentuk dari hanya sedikit perjalanan residu (goresan), material mengalami
pelapukan setelah pencucian. Sebagai contoh endapan platina di Urals.
2. Plaser aluvium, ini merupakan endapan plaser terpenting. Terbentuk di sungai bergerak
kontinu oleh air, pemisahan tempat karena berat jenis, mineral bijih yang berat akan
bergerak ke bawah sungai. Intensitas pengayaan akan didapat kalau kecepatan aliran
menurun, seperti di sebelah dalam meander, di kuala sungai dsb. Contoh endapan tipe ini
adalah Sn di Bangka dan Belitung. Au-plaser di California.
3. Plaser laut/pantai, endapan ini terbentuk oleh karen aktivitas gelombang memukul pantai
dan mengabrasi dan mencuci pasir pantai. Mineral yang umum di sini adalah ilmenit,
magnetit, monasit, rutil, zirkon, dan intan, tergantung dari batuan terabrasi.
4. Fossil plaser, merupakan endapan primer purba yang telah mengalami pembatuan dan
kadang-kadang termetamorfkan. Sebagai contoh endapan ini adalah Proterozoikum
Witwatersand, Afrika Selatan, merupakan daerah emas terbesar di dunia, produksinya lebih
1/3 dunia. Emas dan uranium terjadi dalam beberapa lapisan konglomerat. Mineralisasi
menyebar sepanjang 250 km. Tambang terdalam di dunia sampai 3000 meter, ini
dimungkinkan karena gradien geotermis disana sekitar 10 per 130 meter.
3. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Proses Pengendapan Kimia
a. Lingkungan Darat
Batuan klastik yang terbentuk pada iklim kering dicirikan oleh warna merah akibat
oksidasi Fe dan umumnya dalam literatur disebut “ red beds”. Kalau konsentrasi elemen
logam dekat permukaan tanah atau di bawah tanah tempat pengendapan tinggi
memungkinkan terjadi konsentrasi larutan logam dan mengalami pencucian
(leaching/pelindian) meresap bersama air tanah yang kemudian mengisi antar butir sedimen
klastik. Koloid bijih akan alih tempat oleh penukaran kation antara Fe dan mineral lempung
atau akibat penyerapan oleh mineral lempung itu sendiri.
b. Lingkungan Laut
Kejadian cebakan mieral di lingkungan laut sangat berbeda dengan lingkungan darat yang
umumnya mempunyai mempunyai pasokan air dengan kadar elemen yang tinggi
dibandingkan kandungan di laut. Kadar air laut mempunai elemen yang rendah. Sebagai
contoh kadar air laut untuk Fe 2 x 10-7 % yag membentuk konsentrasi mineral logam yang
berharga hal ini dapat terjadi kalau mempunyai keadaan yang khusus (terutama Fe dan Mn)
seperti :
a. Adanya salah satu sumber logam yang berasal dari pelapkan batuan di daratan atau dari
sistem hidrotermal bawah permukaan laut.
b. Transport dalam larutan, mungkin sebagai koloid. Besi adalah logam yang dominan dan
terbawa sebagai Fe(OH) soil partikel.
c. Endapan di dalam cebakan sedimenter, sebagai Fe(OH)3, FeCO3 atau Fe-silikat tergantung
perbedaanpotensial reduksi (Eh).
Bijih dalam lingkungan laut ini dapat berupa oolit, yang dibentuk oleh larutan koloid
membungkus material lain seperti pasir atau pecahan fosil. Bentuk kulit yang simetris
disebabkan perubahan komposisi (Fe, Al, SiO2). Dengan pertumbuhan yang terus menerus,
oolit tersebut akan stabil di dasar laut dimana tertanam dalam material lempungan
karbonatan yang mengandung beberapa besi yang bagus. Di dasar laut mungkin oolit
tersebut reworked. Dengan hasil keadaan tersebut bijih besi dan mangan sebagai contoh
ferromanganese nodules yang sekarang ini menutupi daerah luas lautan.

Gambar 2.1
Skema Terjadinya Mineral

2.4. Klasifikasi dan Golongan Mineral


2.4.1 Native Element (Unsur Murni)
Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan hanya
memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak mengandung
unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat dalam (tenacity)
mineralnya adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile
yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula jika
dilepaskan. Kelas mineral native element ini terdiri dari dua bagian umum.
Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya emas, perak, dan tembaga.
Semimetal dan non metal (bukan logam). Contohnya antimony, bismuth, graphite dan sulfur.
Sistem kristal pada native element dapat dibahgi menjadi tiga berdasarkan sifat
mineral itu sendiri. Bila logam, seperti emas, perak dan tembaga, maka sistem kristalnya
adalah isometrik. Jika bersifat semilogam, seperti arsenic dan bismuth, maka sistem
kristalnya adalah hexagonal. Dan jika unsur mineral tersebut non-logam, sistem kristalnya
dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombic, intan sistem kristalnya
isometric, dan graphite sistem kristalnya adalah hexagonal. Pada umumnya, berat jenis dari
mineral-mineral ini tinggi, kisarannya sekitar 6.
Dalam grup native element ini juga termasuk natural alloys, seperti electrum,
phosphides, silicides, nitrides dan carbides.
2.4.2 Mineral Sulfida
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk dari
kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang). Pada umumnya unsure utamanya
adalah logam (metal).
Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah gunung
api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya terjadi pada tempat-
tempat keluarnya atau sumber sulfur. Unsur utama yang bercampur dengan sulfur tersebut
berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang ada disekitarnya.
Pembentukan mineralnya biasanya terjadi dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur
sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat pembentukan
yang terkait dengan hidrotermal (air panas).
Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih (ores). Dan
oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah logam. Pada industri logam, mineral-
mineral sulfides tersebut akan diproses untuk memisahkan unsur logam dari sulfurnya.
Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur
utamanya umumnya logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai kekerasan
yang rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur pembentuknya yang bersifat logam.
Beberapa contoh mineral sulfides yang terkenal adalah pyrite (FeS3), Chalcocite
(Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS) dan proustite (Ag3AsS3). Dan termasuk juga
didalamnya selenides, tellurides, arsenides, antimonides, bismuthinides dan juga sulfosalt.

2.4.3 Mineral Oksida dan Hidroksida


Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari kombinasi
unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O) dan gugus hidroksil hidroksida (OH atau H).
Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan
unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya
lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali sulfida.
Unsur yang paling utama dalam oksida adalah besi, chrome, mangan, timah dan aluminium.
Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah “es” (H2O), korondum (Al2O3), hematit
(Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).
Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran atau
persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH). Reaksi pembentukannya dapat
juga terkait dengan pengikatan dengan air. Sama seperti oksida, pada mineral hidroksida,
unsur utamanya pada umumnya adalah unsur-unsur logam. Beberapa contoh mineral
hidroksida adalah goethit (FeOOH) dan limonite (Fe2O3.H2O).
2.4.4 Mineral Carbonat (CO3)
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut “karbonat”, umpamanya
persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO3 dikenal sebagai mineral
“kalsit”. Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan sedimen.
Carbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. Carbonat
juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk gua (caves),
stalaktit, dan stalagmite. Dalam kelas carbonat ini juga termasuk nitrat (NO3) dan juga Borat
(BO3).
Carbonat, nitrat dan borat memiliki kombinasi antara logam atau semilogam dengan
anion yang kompleks dari senyawa-senyawa tersebut (CO3, NO3, dan BO3).
Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah dolomite
(CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite (MgCO3). Dan contoh mineral nitrat dan
borat adalah niter (NaNO3) dan borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O).

2.4.5 Mineral Sulfat (SO4)


Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah kombinasi logam dengan
anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi pada daerah evaporitik
(penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian perlahan-lahan menguap sehingga formasi
sulfat dan halida berinteraksi.
Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat, dan tungstat. Dan
sama seperti sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk dari kombinasi logam dengan
anion-anionnya masing-masing.
Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah anhydrite (calcium
sulfate), Celestine (strontium sulfate), barite (barium sulfate), dan gypsum (hydrated calcium
sulfate). Juga termasuk didalamnya mineral chromate, molybdate, selenate, sulfite, tellurate
serta mineral tungstate.
2.4.6 Mineral Silicate (Si, O)
Silicat merupakan 25% dari mineral yang dikenal dan 40% dari mineral yang
dikenali. Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang merupakan
persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal. Karena jumlahnya
yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi terdiri dari mineral silikat, dan hampir
100 % dari mantel Bumi (sampai kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi). Silikat merupakan
bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan
malihan (metamorf). Silikat pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium.
DIPOSKAN OLEH MUHAMMAD RUSLI 666 DI 19.34

LABEL: ILMU PERTAMBANGAN

Ganesa Bahan Galian

Diposkan oleh Beni Agustian on Rabu, 26 Februari 2014 di 00.48

Pengertian umum bahan galian adalah semua bahan atau subtansi yang terjadi dengan
sendirinya di alam dan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk berbagai keperluan industrinya.
Berdasarkan undang-undang No. 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara, bahan
galian terdiri dari Mineral dan batubara. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam,
yang memiliki sifat fisik dan kimia. tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungailnya yang
membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu sedangkan batubara adalah endapan
senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuhtumbuhan.

Genesa bahan galian adalah disiplin ilmu yang mempelajari cara terbentuknya suatu deposit
bahan galian secara alamiah. Dengan mempelajari genesa bahan galian, maka karakteristik suatu
deposit bahan galian dapat diketahui, seperti bentuk deposit, letak deposit, luas penyebaran, besar
cadangan, dan dengan petunjuk itu dapatlah ditentukan metode penambangan yang dapat
dilakukan serta cara pengolahannya. Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk
asalnya disebut dengan endapan primer (hypogen). Jika mineral-mineral primer telah terubah
melalui pelapukan atau proses-proses luar (superficial processes) disebut dengan endapan sekunder
(supergen).

Endapan primer adalah endapan yang pembentukannya berasosiasi langsung dengan


pembentukan magam. Pembentukan bijih primer secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi
lima jenis endapan, yaitu : Fase Magmatik Cair, Fase Pegmatitik, Fase Pneumatolitik, Fase
Hidrothermal, Fase Vulkanik. Dari kelima jenis fase endapan di atas akan menghasilkan sifat-sifat
endapan yang berbeda-beda, yaitu yang berhubungan dengan:

(1) Kristalisasi magmanya


(2) arak endapan mineral dengan asal magma

(a) intra-magmatic, bila endapan terletak di dalam daerah batuan beku

(b) peri-magmatic, bila endapan terletak di luar (dekat batas) batuan beku

(c) crypto-magmatic, bila hubungan antara endapan dan batuan beku tidak jelas

(d) apo-magmatic, bila letak endapan tidak terlalu jauh terpisah dari batuan beku

(e) tele-magmatic, bila disekitar endapan mineral tidak terlihat (terdapat) batuan beku

(3) Bagaimana cara pengendapan terjadi

(a) terbentuk karena kristalisasi magma atau di dalam magma

(b) terbentuk pada lubang-lubang yang telah ada

(c) metosomatisme (replacement) yaitu :reaksi kimia antara batuan yang telah ada dengan larutan
pembawa bijih

(4) Bentuk endapan, masif, stockwork, urat, atau perlapisan

(5) Waktu terbentuknya endapan

(a) syngenetic, jika endapan terbentuk bersamaan waktunya dengan pembentukan batuan

(b) epigenetic, jika endapan terbentuk tidak bersamaan waktunya dengan pembentukan batuan

1. FASE MAGMATIK CAIR (LIQUID MAGMATIC PHASE)

Liquid magmatic phase adalah suatu fase pembentukan mineral, dimana mineral terbentuk
langsung pada magma (differensiasi magma), misalnya dengan cara gravitational
settling (Gambar 1). Mineral yang banyak terbentuk dengan cara ini adalah kromit, titamagnetit, dan
petlandit

Gambar 1. Skematik proses differensiasi magma pada fase magmatik cair (After Buchanan,1981)

Keterangan untuk Gambar 1 :

1. Vesiculation, Magma yang mengandung unsur-unsur volatile seperti air (H 2O), karbon
dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), sulfur (S) dan klorin (Cl). Pada saat magma naik
kepermukaan bumi, unsur-unsur ini membentuk gelombang gas, seperti buih pada air soda.
Gelombang (buih) cenderung naik dan membawa serta unsur-unsur yang lebih volatile
seperti sodium dan potasium.
2. Diffusion, Pada proses ini terjadi pertukaran material dari magma dengan material dari
batuan yang mengelilingi reservoir magma, dengan proses yang sangat lambat. Proses
diffusi tidak seselektif proses-proses mekanisme differensiasi magma yang lain. Walaupun
demikian, proses diffusi dapat menjadi sama efektifnya, jika magma diaduk oleh suatu
pencaran (convection) dan disirkulasi dekat dinding dimana magma dapat kehilangan
beberapa unsurnya dan mendapatkan unsur yang lain dari dinding reservoar.
3. Flotation, Kristal-kristal ringan yang mengandung sodium dan potasium cenderung untuk
memperkaya magma yang terletak pada bagian atas reservoar dengan unsur-unsur sodium
dan potasium.
4. Gravitational Settling, Mineral-mineral berat yang mengandung kalsium, magnesium dan
besi, cenderung memperkaya resevoir magma yang terletak disebelah bawah reservoir
dengan unsur-unsur tersebut. Proses ini mungkin menghasilkan kristal badan bijih dalam
bentuk perlapisan. Lapisan paling bawah diperkaya dengan mineral-mineral yang lebih berat
seperti mineral-mineral silikat dan lapisan diatasnya diperkaya dengan mineral-mineral
silikat yang lebih ringan.
5. Assimilation of Wall Rock, Selama emplacement magma, batu yang jatuh dari dinding
reservoir akan bergabung dengan magma. Batuan ini bereaksi dengan magma atau secara
sempurna terlarut dalam magma, sehingga merubah komposisi magma. Jika batuan dinding
kaya akan sodium, potasium dan silikon, magma akan berubah menjadu komposisi granitik.
Jika batuan dinding kaya akan kalsium, magnesium dan besi, magma akan berubah menjadi
berkomposisi gabroik.
6. Thick Horizontal Sill, Secara umum bentuk ini memperlihatkan proses differensiasi magmatik
asli yang membeku karena kontak dengan dinding reservoirl Jika bagian sebelah dalam
memebeku, terjadi Crystal Settling dan menghasilkan lapisan, dimana mineral silikat yang
lebih berat terletak pada lapisan dasar dan mineral silikat yang lebih ringan.

Gambar 2. Sketsa zona mineralisasi pada komplek pegmatit di San Gabriel Mountains,
California (After Buchanan,1981)

Fase magmatik cair ini dapat dibagi atas :

a) Magmatik Awal (Early Magmatic).

Deposit magmatik awal dihasilkan dari pembekuan magma langsung yang disebut
orthotectic dan orthomagmatic. Deposit ini terbentuk oleh (1) kristalisasi langsung tanpa
konsentrasi, (2) segregasi kristal yang terbentuk lebih dahulu, dan (3) injeksi material padat ke
tempat lain oleh difrensiasi. Mineral bijih mengkristal lebih dulu dibanding batuan silikat dan
sebagian kemudian terpisah karena difrensiasi kristalisasi.

(1) Diseminasi (Dissemination)


Proses kristalisasi magma untuk pertama kali, terjadi relatif pada kedalaman besar,
menghasilkan batuan beku granular. Kristal mineral (termasuk mineral bijih dalam bentuk fenokris)
yang terbentuk dalam proses ini tidak terkonsentrasi, tapi tersebar merata (disseminated) di dalam
tubuh batuan beku intrusive, bisa berbentuk dike, pipa atau massa berbentuk stok. Ukuran
depositnya sangat besar dibandingkan jenis deposit lainnya. Contoh deposit adalah pipa intan Afrika
Selatan yang tersebar merata dalam batuan kimberlite dan korundum yang tersebar dalam nephelin
syenite di Ontario.

(2) Segregasi (Segregation)

Segregasi magmatik awal adalah konsentrasi pertama yang menghasilkan unsur-unsur


berharga dari magma, terbentuk karena difrensiasi kristalisasi akibat gaya gravitasi. Karena
kristalisasi tersebut, sebagian material menjadi lebih berat dari larutan sehingga material tersebut
terendapkan dan terakumulasi pada bagian bawah dapur magma. Bentuk deposit mineral jenis ini
biasanya lenticular dan berukuran kecil. Kadang juga ditemukan dalam bentuk layer dalam batuan
induk. Contoh depositnya adalah deposit kromit Bushveld Igneous Complex (BIC) di Afrika Selatan.

(3) Injeksi (Injections)

Beberapa deposit bijih magmatik terbentuk dalam grup ini. Mineral bijih terbentuk karena
difrensiasi kristalisasi lebih dulu atau bersamaan dengan dengan mineral batuan silikat yang
berasosiasi dengan mineral bijih tersebut. Mineral-mineral yang terbentuk tidak terakumulasi pada
tempatnya terendap, tapi di-injeksi-kan dan terkonsentrasi pada batuan samping. Contoh deposit
seperti ini adalah dike titanoferous magnetit di Cumberland, dan pipa platinum di Afrika selatan.

b) Magmatik Akhir (Late magmatic).

Deposit magmatik akhir terdiri atas deposit mineral bijih yang mengkristal dari magma
residual setelah pembentukan batuan silikat sebagai bagian akhir dari proses magmatik. Gejala yang
sering diperlihatkan berupa pembentukan mineral-mineral kemudian yang memotong endapan
magmatik awal, dicirikan oleh adanya reaction rim pada sekeliling mineral yang telah terbentuk.
Deposit yang terbentuk berasal dari proses difrensiasi kristalisasi, akumulasi gravitatif dari heavy
residual liquid, dan pemisahan liqud sulfide droplets (yang disebut liquid immiscibility), dan berbagai
bentuk difrensiasi lainnya. Perbedaan nyata antara proses magmatik awal dan akhir adalah deposit
magmatik awal terbentuk pada tempat dimana tubuh intrusi batuan beku (magma) terbentuk dan
setelah akumulasi mineral bijih membeku, tidak ada lagi perpindahan tempat. Sedang pada deposit
magmatik akhir, kadang-kadang akumulasi tersebut masih berpindah dan diendapkan pada batuan
samping.

(1) Gravitative Liquid Accumulation

(a) Residual Liquid Segregation


Pemisahan yang terjadi di dalam dapur magma oleh proses difrensiasi kristalisasi sudah terjadi
mulai dari tahap awal sampai konsolidasi akhir. Karena mineral-mineral mafik mengkristal lebih dulu,
maka magma residu yang lebih bersifat felsik menjadi sangat kaya akan silika, alkali, dan air. Kristal
yang terbentuk pertama cenderung akan bergerak ke dasar dapur magma karena berat jenisnya
lebih besar dari liquid residu-nya. Deposit mineral pada tipe ini terbentuk karena adanya proses
difrensiasi kristalisasi dan akumulasi magma residual. Contoh endapannya adalah deposit
Titanomagnetik di Bushveld.

(b) Residual Liquid Injection

Liquid residual yang banyak mengandung logam yang terakumulasi di dalam dapur magma,
sebelum terkonsolidasi, bisa mengalami pergerakan dan diinjeksikan ke tempat lain yang tekanannya
lebih rendah (karena adanya tekanan dari batuan induk atau tekanan dari dalam magmanya sendiri)
membentuk mineral-mineral berikutnya secara terkonsentrasi (Residual Liqud Injection).

(2) Residual Liquid Pegmatitic Injection

Pembentukan pegmatitik dihasilkan dari injeksi fluida magmatik yang mengandung bahan-
bahan mineral pembentuk batuan yang masih tersisa, air, karbondioksida, konsentrasi rare
elements, mineralizers, dan logam. Beberapa deposit pegmatite memiliki deposit mineral berharga
dan layak untuk dieksploitasi. Tubuh pegmatitik biasanya berupa intrusi dike atau intrusi irregular.
Pegmatit yang memiliki nilai ekonomi umumnya berasosiasi dengan batuan beku felsik seperti granit
dan diorit. Deposit pegmatite dicirikan oleh dominasi kuarsa, feldspar, dan mika; mineral tersebut
membentuk zonasi dari dinding (wall) ke inti (core) injeksi. Feldspar dan mika dominan pada bagian
dinding hingga intermediet, kuarsa dominan pada bagian inti. Kristal-kristal besar pada zona inti
dihasilkan dari fluiditas magma yang sangat tinggi (viskositas rendah) memungkinkan ion-ion dapat
bergerak lebih cepat untuk membentuk muka kristal. Deposit logam yang cukup penting adalah
tantalium, niobium, tin, tungsten, molybdenum, dan uranium. Disamping itu, terdapat pula deposit
mineral industri seperti feldspar, mika, kuarsa, korondum, kriolit, gemstone, rare earth, dan mineral-
mineral yang mengandung beryllium, lithium, cesium, dan rubidium.

(3) Immiscible Liquid

(a) Immiscible Liquid Segregation

Pada tahap ini, terjadi penetrasi larutan magma yang tersisa dan kemudian membentuk
mineral-mineral berikutnya secara terkonsentrasi (Immiscible Liquid Separation & Acumulation).
Skinner & Peck menemukan suatu larutan immiscible sulfide melt pada tahap akhir pendinginan lava
Hawai yang jenuh akan sulfide sulfur pada temperatur 1065oC. Sulfide-rich phases terdiri atas dua,
yang pertama immiscible sulfide-rich liquid dan yang kedua adalah copper-rich pyrrhotite solid
solution. Sulfide-rich liquid terdiri atas kombinasi pyrrhotite, chalcopyrite, dan magnetite. Larutan
tersebut mengandung oksigen yang cukup banyak, yang menurunkan permukaan sulfide liquidus.
Skinner & Peck menyimpulkan bahwa pada

Fase pertama yang mengkristal adalah copper-nickel-rich pyrrhotite solid solution. Jadi fase
pertama kristalisasi immiscible sulfide liquid dapat mengkonsentrasikan copper dan nickel yang
dapat menghasilkan suatu ore bodies yang komersial. Vogt dalam Jensen & Bateman, 1981, melihat
bahwa iron-nickel-copper sulfides larut sekitar 6 atau 7 persen dalam magma mafik dan selama
pendinginan larutan tersebut memisahkan diri sebagai immiscible sulfide drops, yang kemudian
terakumulasi pada dasar dapur magma dan membentuk liquid sulfide segregation. Dalam hal ini
segregasi tersebut akan menyerupai akumulasi molten copper (matte) yang terkumpul pada bagian
bawah tungku peleburan.

Sulfida-sulfida akan tetap dalam bentuk liquid hingga semua silikat mengkristal; karenanya
sulfida-sulfida tersebut melakukan penetrasi dan merusak silikat yang terbentuk lebih dulu dan
kemudian mengkristal disekitarnya. Jadi sulfida adalah mineral pyrogenic yang mengkristal paling
akhir, dan karena sulfida-sulfida tersebut melakukan penetrasi dan merusak silikat yang terbentuk
sebelumnya, kadan mereka dinterpretasikan sebagai hidrotermal.

(c) Immiscible Liquid Injection

Jika fraksi yang kaya akan sulfida telah terakumulasi (seperti dijelaskan diatas) dankemudian
mengalami gangguan sebelum terkonsolidasi, fraksi tersebut akan mendesak ke dinding dapur
magma membentuk celah atau membentuk daerah breksiasi pada batuan samping dan akhirnya
terkonsolidasi membentuk immiscible liquid injection, Setelah proses-proses di atas terjadi (Early
Magmatic Process dan Late Magmatic Process) jika magma asalnya banyak mengandung unsur
volatile, maka unsureunsur volatile tersebut bersama larutan sisa, disebut larutan magma sisa (rest
magma) akan membentuk jebakan transisi ke pegmatitit-pneumatolitis. Apabila pembentukan
deposit pegmatitit-pneumatolitis sudah berakhir, maka larutan sisa magmanya akan sangat encer,
karena tekanan gasnya sudah menurun dengan cepat. Larutan terakhir ini akan membentuk jebakan
hidrotermal

2. FASE PEGMATITIK (PEGMATITIC PHASE)

Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai akibat
kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma, maka cairan residual yang mobile
akan terinjeksi dan menerobos batuan disekelilingnya sebagai dyke, sill, dan stockwork.

Kristal dari pegmatit akan berukuran besar, karena tidak adanya kontras tekanan dan
temperatur antara magma dengan batuan disekelilingnya, sehingga pembekuan berjalan dengan
lambat. Mineral-mineral pegmatit antara lain : logam-logam ringan (Li-silikat, Be-silikat (BeAl-silikat),
Al-rich silikat), logam-logam berat (Sn, Au, W, dan Mo), unsur-unsur jarang (Niobium, Iodium (Y), Ce,
Zr, La, Tantalum, Th, U, Ti), batuan mulia (ruby, sapphire, beryl, topaz, turmalin rose, rose quartz,
smoky quartz, rock crystal). Sifat endapan pegmatitik
a) Seperti dike

b) Kristal-kristalnya (pseudomorf) berukuran sangat besar, hal ini disebabkan,

(1) Pada waktu magma membeku magma banyak mengandung uap yang mengandung unsure silica.

(2) Kristalisasi yang lamban.

c) Bersifat asam, berasal dari magma asam (± 98% asam)

d) Mineral-mineralnya kwarsa, orthoklas dan mika.

3. FASE PNEUMATOLITIK (PNEUMATOLITIK PHASE)

Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam lingkungan
yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut kontak-metamorfisme, karena adanya
gejala kontak antara batuan yang lebih tua dengan magma yang lebih muda.

Mineral kontak ini terbentuk bila uap panas dengan temperatur tinggi dari
magma mengalami kontak dengan batuan dinding yang reaktif. Mineral-mineral kontak yang
terbentuk antara lain : wolastonit (CaSiO 3), amphibol, kuarsa, epidot, garnet, vesuvianit, tremolit,
topaz, aktinolit, turmalin, diopsit, dan skarn.

Gejala kontak metamorfisme tampak dengan adanya perubahan pada tepi batuan beku
intrusi dan terutama pada batuan yang diintrusi, yaitu: baking (pemanggangan)
dan hardening (pengerasan).

Igneous metamorfism ialah segala jenis pengubahan (alterasi) yang berhubungan dengan
penerobosan batuan beku. Batuan yang diterobos oleh masa batuan pada umumnya akan ter-
rekristalisasi, terubah (altered), dan tergantikan (replaced). Perubahan ini disebabkan oleh panas
dan fluida-fluida yang memencar atau diaktifkan oleh terobosan tadi. Oleh karena itu endapan ini
tergolong pada metamorfisme kontak. Proses pneomatolitis ini lebih menekankan peranan
temperatur dari aktivitas uap air. Pirometamorfisme menekankan hanya pada pengaruh temperatur
sedangkan pirometasomatisme pada reaksi penggantian (replacement), dan metamorfisme kontak
pada sekitar kontak. Letak terjadinya proses umumnya di kedalaman bumi, pada lingkungan tekanan
dan temperatur tinggi.

Gambar 3. Contoh endapan Igneous Metamorfism berupa endapan iron rich fluids di Granite
Mount, Utah (Dari Park, 1975 p 285).

Mineral bijih pada endapan kontak metasomatisme umumnya sulfida sederhana dan oksida
misalnya spalerit, galena, kalkopirit, bornit, dan beberapa molibdenit. Sedikit endapan jenis ini yang
betul-betul tanpa adanya besi, pada umumnya akan banyak sekali berisi pirit atau bahkan magnetit
dan hematit. Scheelit juga terdapat dalam endapan jenis ini (Singkep-Indonesia).
- See more at: http://beni-punya.blogspot.com/2014/02/ganesa-bahan-
galian.html#sthash.xPcrjC7z.dpuf

Salam Tambang

Minggu, 27 Maret 2011

FASE HIDROTHERMAL

Pengertian Hidrothermal

Hidrothermal adalah larutansisa magma yang bersifat "aqueous"


sebagaihasildifferensiasi magma.Hidrothermalini kaya akanlogam-logam yang relatifringan,
danmerupakansumberterbesar (90%) dari proses pembentukanendapan-endapanbijih.

Proses Hidrothermal yaitu air panas yang naik akibat proses magmatik ataupun dari
proses lainnya seperti air meteorik atau yang terbebaskan pada suatu proses malihan. Air
panas tersebut dapat melarutkan unsur logam dari batuan yang dilaluinya, kemudian
diendapkan di suatu tempat pada temperatur yang lebih rendah, sebagian besar cebakan
mineral berasal dari proses ini.

Sirkulasi hidrotermal dalam arti yang paling umum adalah sirkulasi air panas,
sedangkan Yunani yang berarti air dan "termos 'berarti hydros' panas '. sirkulasi hidrotermal
terjadi paling sering di sekitar sumber panas di dalam kerak bumi. Hal ini umumnya terjadi di
dekat gunung berapi aktivitas, tetapi dapat terjadi pada kerak dalam berhubungan dengan
intrusi granit , atau sebagai hasil dari orogeny atau metamorfosis .

Selain itu dapat juga menghasilkan ubahan pada batuan yang dialirinya. Larutan
hidrotermal mempunyai peranan penting dalam pembentukan cebakan mineral yang
berharga, dengan membentuk urat-urat dan alterasi batuan. Cebakan mineral berharga hasil
larutan hidrotermal lebih banyak dijumpai dari pada tipe lainnya. Komposisi utama dari
larutan hidrotermal adalah air.

Airnya selalu mengandung garam-garam, sodium khlorida, potassium khlorida,


kalsium sulfat, dan kalsium khlorida. Kadar garam yang terlarut sangatlah bervariasi, mulai
dari salinitas air laut yaitu 3.5% berat sampai puluhan kalinya. Larutan yang sangat “asin”
(barin, kadar garam tinggi) dapat melarutkan sedikit mineral yang tamoaknya tidak larut
seperti emas, kalkopirit, galena dan sfalerit.

Larutan hidrotermal terjadi dalam beberapa cara. Salah satunya peleburan magma
yang terjadi oleh parsial basah yang mendingin dan mengkristal, air yang menyebabkan
peleburan parsial basah dilepaskan. Namun tidak sebagai air murni, tetapi mengandung
semua unsure yang dapat larut yang terdapat pada magma seperti NaCl dan unsure kimia:
emas, perak, tembaga, timbal, zinc, merkuri dan molybdenum, yang tidak terikat kuarsa,
feldspar, dan mineral lain dengan substitusi ion. Suhu yang tinggi meningkatkan efektifitas
larutan yang sangat asin ini untuk membentuk endapan mineral hidrotermal.

Gambar 1

Proses Hidrothermal
Endapan mineral yang terbentuk dari volkanisme pematang tengah samudra
dinamakan volcanogenic massive sulfide deposits. Batuan kerak samudra yang kaya akan
piroksen menghasilkan larutan mengandung Cu dan Zn.Hasilnya, endapanvolcanogenic
massive sulfidekaya akan copper dan zinc.

Pada black smokers, cairan hydrothermal yang naik berwarna hitam disebabkan oleh
partikel sufida besi dan presipitasi mineral lain merupakan cerobongnya dari larutan yang
mendingin oleh air laut yang dingin. Struktur seperti cerobong terdiri dari pyrite, chalcopyrite,
dan mineral bijih lainnya diendapkan oleh larutan hydrothermal.

Volkanisme dan panas merupakan satu kesatuan. Oleh karena itu wajar bila banyak
endapan mineral berasosiasi dengan batuan volkanik panas yag dimasuki air yang
bersirkulasi di kedalaman, yang berasal dari air hujan atau air laut. Banyak sekali endapan
mineral dijumpai pada bagian atas tumpukan volkanik, yang diendapkan saat larutan
hidrotermal bergerak naik, mendingin dan mengendapkan mineral bijih.

Saat larutan hidrotermal bergerak perlahan ke atas larutan akan mendingin sangat
lambat. Jika mineral terlarut diendapkan (precipitated) dari larutan ini akan menyebar jauh
dan luas sehingga tidak cukup terkonsentrasi membentuk endapan bijih. Namun apabila
larutannya bergerak cepat seperti melalui rekahan yang terbuka pada massa batuan yang
hancur (shattered) atau lapisan tefra porous dimana aliran agak lancer pendinginannya
dapat berlangsung secara tiba-tiba dan pada jarak yang pendek. Presipitasi cepat cepat dan
konsentrasi mineral menghasilkan cebakan mineral. Pengaruh lainnya adalah penurunan
tekanan yang cepat, mengubah komposisi larutan karena bereaksi dengan batuan di
sekitarnya, dan mendingin akibat bercampur dengan air laut dapat juga menyebabkan
presipitasi cepat dan membentuk konsentrasi cebakan.

Gambar 2

Lingkungan Pengendapan endapan hydrothermal


Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem hidrothermal yang
mempunyai temperatur tinggi (225oC), hanya beberapa diantaranya yang mempunyai
temperatur sedang (150-225oC). Pada dasarnya sistem panas bumi jenis hidrothermal
terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang
terjadi secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi
melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya
kontak antara air dengan suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi pada
dasarnya terjadi karena gaya apung (bouyancy).

Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak


kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka akan
terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih
ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih
dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi.

Adanya suatu sistim hidrothermal di bawah permukaan sering kali ditunjukkan oleh
adanya manifestasi panasbumi di permukaan (geothermal surface manifestation), seperti
mata air panas, kubangan lumpur panas (mud pools), geyser dan manifestasi panasbumi
lainnya, dimana beberapa diantaranya, yaitu mata air panas, kolam air panas sering
dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk mandi, berendam, mencuci, masak dll.
Manifestasi panasbumi di permukaan diperkirakan terjadi karena adanya perambatan panas
dari bawah permukaan atau karena adanya rekahan-rekahan yang memungkinkan fluida
panasbumi (uap dan air panas) mengalir ke permukaan.

Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis kandungan fluida utamanya, sistim
hidrotermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistim satu fasa atau sistim dua fasa. Sistim dua
fasa dapat merupakan sistem dominasi air atau sistem dominasi uap. Sistim dominasi uap
merupakan sistim yang sangat jarang dijumpai dimana reservoir panas buminya mempunyai
kandungan fasa uap yang lebih dominan dibandingkan dengan fasa airnya. Rekahan
umumnya terisi oleh uap dan pori‐pori batuan masih menyimpan air. Reservoir air panasnya
umumnya terletak jauh di kedalaman di bawah reservoir dominasi uapnya. Sistim dominasi
air merupakan sistim panas bumi yang umum terdapat di dunia dimana reservoirnya
mempunyai kandungan air yang sangat dominan walaupun “boiling” sering terjadi pada
bagian atas reservoir membentuk lapisan penudung uap yang mempunyai temperatur dan
tekanan tinggi.

Dibandingkan dengan temperatur reservoir minyak, temperatur reservoir panasbumi


relatif sangat tinggi, bisa mencapai 3500oC. Berdasarkan pada besarnya temperatur,
Hochstein (1990) membedakan sistim panasbumi menjadi tiga, yaitu:

1. Sistem panasbumi bertemperatur rendah, yaitu suatu sistem yang reservoirnya


mengandung fluida dengan temperatur lebih kecil dari 1250C.
2. Sistem/reservoir bertemperatur sedang, yaitu suatu sistem yang reservoirnya mengandung
fluida bertemperatur antara 1250C dan 2250C.

3. Sistem/reservoir bertemperatur tinggi, yaitu suatu sistem yang reservoirnya mengandung


fluida bertemperatur diatas 2250C.

Sistim panas bumi seringkali juga diklasifikasikan berdasarkan entalpi fluida yaitu
sistim entalpi rendah, sedang dan tinggi. Kriteria yang digunakan sebagai dasar klasifikasi
pada kenyataannya tidak berdasarkan pada harga entalphi, akan tetapi berdasarkan pada
temperatur mengingat entalphi adalah fungsi dari temperatur.

Endapan Mineral Bijih Hidrotermal

Sumber dari endapan mineral biji adalah masalah klasik dari geologi, dan telah
menjadi perdebatan selama lebih dari 3 abad. Lebih tepatnya, sebagian besar masalah
belum terpecahkan, untuk mineral bijih banyak memerlukan bentuk sam asal dalam cara
yang berbeda. Beberapa metode sangat nyata dari yang lainnya . yang terbentuk pada
temperature yang lebih tinggi daripada temperature Tidak ada misteri, contohnya proses
mekanik yang menunjukan akumulasi di suatu tempat di bagian hulu, atau reaksi kimia yang
menyebabkan besi menjadi bagian dari tanah yang berlumpur atau aluminium yang
terkonsentrasi dalam bauksit. Tapi dari masalah dari mana asal bijih muncul bersamaan
dengan tingkat kesulitan tertentu. Terutama mineral normal di permukaan bumi. Pada
endapan mineral ini kita arahkan perhatian.

Kebanyakan endapan mineral terbentuk pada temperature yang sedang sampai


temperature tinnggi berasosiasi dengan batuan beku, dan asalnya sangat berhubungan
dengan proses magmatik. Beberapa mineral bijih dapat terakumulasi langsung dari proses
difernsiasi magma: horizon dari kromit ditemukan dalam lapisan intrusi mafic. Seperti di
Bushfield, daerah di Afrika Selatan, sebagai contohnya. Lebihnya adalah endapan logam
yang dalam transportasinya dilakukan oleh air danterlarut dalam cairan dan suatu saat akam
terakumulasi menjadi suatu lapisan endapan yang kita temukan. Salah satu sumber air yang
mengandung material residu dari proses kristalisai magma. Sumber dari logam yang
mungkin dari hujan meteorit atau air laut yang bersirkulasi pada kedalaman yang tinggi atau
didekat tubuh intrusi. Atau air yang terperangkap dalam suatu formasi sediment. Atau
sebagai volatile yang perpecah dari prose metamorfisme. Apapun sumber mereka larutan
yang memiliki temperatur hangat ini disebut fluida hidrotermal, dan mineral bijih yang
mungkin terendapkan adalah mineral bijih hidrotermal.

Dan kami mengarahkan mineral hidrotermal dalam bahasan ini hanya menjadi satu
jenis mineral, tapi jenis yang paling penting adalah yang telah menjadi kebutuhan peradaban
industrialisai. Ada juga endapan mineral yang mengarah pada prinsip geokimia yang bisa
dijadikan aplikasi disini kesalahpahaman dari proses fisika dan kimia bertanggungjawab atas
proses tarnspotasi dan kandungan dari sebuah formasi endapan mineral bijih. Dan
kemudian untuk pergerakan logam di lingkungan permukaan yang dimana endapan tersebut
telah tersingkap oleh proses pelapukan dan erosi.

Larutan Pembentuk Bijih

Salah satu petunjuk datang dari mata air panas dan cairan fumarole. Di sejumlah
tempat fluida ini hadir mengendapkan sejumlah kecil mineral bijih logam. Dan
kesimpulannya sangat rasional bahwa mineral bijih tersebut sama dengan lepisn endapan
yang ada dibawah permukaan bumi. Pada mata air panas mineral bijih diendapkan dari suati
larutan, pada fumarrole ia mengkristal bersamaan denga keluarnya gas. Bukti – bukti kuat
menunjukan bahwa mineral bijih diendapkan dari cairan atau larutan superkritikal lebih
banyal dari[ada gas. Khususnya untuk meyakinkan observasi bahwa di banyak tempat
endapan, mineral telah tergantikan oleh mineral karbonat atau mineral silica. Mengartikan
bahwa karbinat dan silica telah tergerakan oleh larutan pembentuk bijih, dan pembawaan
mineral oleh gas telihat sukar. Pada endapan dimana asosiasi mineral mengindikasikan
temperature yang rendah dari suatu formasi. Transport logam dan pemilihan kelompok
mineral dalam gas sangat tidak mungkin sekali.

Volatil dari Mineral Bijih

Volatile dari suatu mineral logam khususnya klorida, bersamaan dengan teori yang
serupa bahwa air yang kaya akan gas akan memisahkan dira denga tahapan yang lambat,
pada proses pendinginan magma. Membuat transport gas untuk bijih logam kemungkinan
kecil pada awal temperature tinggi untuk konsentrasi logam. Pengendapan akhir dari bijih
mungkin adalah langkah akhir dari proses komplek yang terjadi dimana logam teruapkan,
terpilah, terlarutkan, tertransportkan, dan terpisah–pisah. Momen sebuah sekuen seperti ini
suatu waktu dapat di observasi di suatu tempat di sekitar fomarole.

Dalam bentuk bagaimana logam berada, apakah dalam gas temperatur tinggi.
Kemungkinan tertinggi adalah klorida. Sejak semua kandungan dapat terbentuk dengan
pemilahan dari gas magmatik. Klorida dari sekian banyak logam berat adalah volatile. Dalm
berbagai kombinasi, logam munkin berada dalam magma yang membeku (oksida, sulfida,
sulfat, dan silikat), klorin atau klorida hidrogen dalam keadaaan uap dapat membentuk
kandungan volatile yang mampu menajan logam dalam gas dalam bermacam–macam
konsentrasi. Ini dapat dibuktikan dengan menghitung tekanan uap dari logam kloroda dalam
persamaan reaksi

PbS + 2HCl --> PbCl2(g) + H2S

Perhitungannya adalah berbanding lurus. Mungkin kebanyakan endapan memiliki


sejarah yang panjang . logamnya berasal dari bawaan gas yang menjadi bagian dari suatu
larutan dan terbawa dalm bentuk ini ke temperature yang lebih rendah atau pada suatu
wilayah dimana larutan tercampur dengan larutan yang berasal dari sumber yang berbeda.
Pada perhitungan, menunjukan bahwa volatile dapat menjadi factor utama dalam keadaan
temperature tinggi , uap mengisi ingklusi dalam batuan beku.

Kompleksitas Logam Dalam Larutan Hidrotermal


Sebuah prosedur yang mungkin di[pakai dari kesetimbangan reaksi antara material, untuk
mengevaluasi transport dari cairan magma. Untuk menmgendapkan pada temperature
antara 500 – 5000oC, di mana hubungan geologi dan eksperimen laboratorium dapat
memberikan bukti yang jelas mengenai sifat dari pengendapan larutan bijih dalam bentuk
cairan. Meskipun dalam kristalisasi batuan beku yang meleleh atau airtanah yang
terpanaskan dari meteor atau berasal dari air laut atau air yang terekstraksi dari batuan
sedimen atau metamorf.

Pada cairan yang bersirkulasi di dalam rekahan dan celah dari batuan sekitar.
Temperaturnya dalam jarak yang umum adalah beberapa ratus derajat dan komposisinya
sama dengan mata air panas dan air yang dipompakan di area geothermal.

Tipe – tipe endapan hidrotermal

Endapan Hypothermal, terbentuk pada suhu yang cukup tinggi (300–5000C),


biasanya pada kedalaman yang cukup dalam pada kerak bumi. Tipe endapan hipotermal
ialah Vein tin (cassiterite), tungsten (Scheelite dan wolframite), serta molibdenit

EndapanMesothermal, terbentuk pada suhusedang (200 –3000C). Endapan


mesotermal pada umumnya membawa sulfida–sulfida dari besi, timbal, zinc dan copper,
dengan mineral gangue umumnya ialah kuarsa atau karbonat seperti kalsit, rodokrosit atau
siderit. Banyak urat–urat (vein) pembawa emas (gold–bearing vein) penting merupakan
endapan mesotermal

EndapanEpithermal, terbentuk pada suhu yang rendah (50–2000C). Endapan


epitermal merupakan penghasil utama dari antimoni (Stibnit), merkuri (sinabar), perak
(native silver, dan silver sulfida), dan emas

Tipe Alterasi Hidrotermal

Alterasi merupakan peristiwa ubahan komposisi mineralogi batuan (pengertian


sederhananya). Syarat umum terjadinya alterasi itu adalah fluida, umumnya fluida ini
membawa unsur-unsur mineralisasi. Jadi jika salah satu kondisi temperature dan tekananan
tinggi terpenuhi bisa terjadi alterasi. Kenapa perlu tekanan atau temperatur tinggi, 2 faktor ini
yang dominan bisa memutuskan ataupun dekomposisi ikatan kimia dimineral tersebut. Salah
satu dari temperature atau tekananan tinggi saja bisa terjadi alterasi, dan fluida yang
membawa unsur mineral lain. Selain itu temperature rendah disini bukan seperti temperature
air biasa. jarang sekali pada suhu kondisi atmospheric terjadinya alterasi.

a. Propylitic:(Chlorite, Epidote, Actinolite)

Alterasi Propylitic mengubah batuan menjadi hijau, karena mineral baru terbentuk
berwarna hijau. Mineral tersebut adalah chlorite, actinolite and epidote. Mineral tersebut
terbentuk dari dekomposisi Fe-Mg seperti biotite, amphibole or pyroxene, walaupun bisa
tergantikan oleh feldspar. Alterasi Propylitic relatif terjadi pada low temperatures.

b. Sericitic:(Sericite)

Alterasi Sericitic mengubah batuan menjadi mineral sericite, merupakan mika putih
yang sangat halus. Alterasi ini terbentuk oleh dekomposisi feldspars, sehingga
menggantikan feldspar. Di lapangan, kehadirannya pada batuan dapat dideteksi oleh
kelembutan batu, seperti yang mudah digores. Terasa berminyak ketika mineral ini banyak,
dan warna putih, kekuningan, coklat keemasan atau kehijauan. Alterasi Sericitic
menunjukkan kondisi low pH (acidic).
Perubahan terdiri dari kuarsa + sericite disebut “phyllic” alterasi. Alterasi ini terkait deposit
phophyry tembaga yang mungkin berisi cukup halus, pyrite yang disebarkan secara
langsung terkait dengan peristiwa perubahan.

c. Potassic:(Biotite, K-feldspar, Adularia)

Alterasi Potassic relatif terjadi pada high temperatureyang merupakan hasil


pengayaan Potassium. Bentuk alterasi ini bisa terbentuk sebelum kristalisasi magma
selesai, biasanya berbentuk kusutan dan agak terputus-putus oleh pola vein. Alterasi
Potassic bisa terjadi lingkungan plutonic dalam, dimana orthoclase akan terbentuk, atau
daerah dangkal, lingkungan vulkanik dimana adularia terbentuk.

d. Albitic:(Albite)

Perubahan Albitic membentuk albite atau sodic plagioclase. Hal ini mengindikasikan
keberadaan pengayaan Na. Tipe alterasi ini juga terjadi pada high temperature. Kadang-
kadang white mica paragonite (Na-rich) bisa terbentuk juga.

e. Silicification (Silikifikasi):(Quartz)

Silicification merupakan proses penambahan silica (SiO2) sekunder. Silicification


salah satu tipe alterasi yang paling umum terjadi dan dijumpai dalam bentuk yang berbeda-
beda. Salah satu bentuk yang paling sering dijumpai adalah “silica flooding”, merupakan
hasil pergantian batuan dengan microcrystalline quartz (chalcedony). Porositas besar dari
batuan akan memfasilitasi proses ini. Selain itu bentuk dari silicfication adalah pembentukan
rekahan dekat spasi dalam jaringan atau stockworks yang berisi quartz. Silica flooding dan
atau stockworks kadang-kadang hadir dalam wallrock sepanjang batas quartz vein (urat
kuarsa). Silicification dapat terjadi melalui berbagai temperature.

f. Silication: (Silicate Minerals +/- Quartz)

Silication terminolig umum untuk penambahan silica dengan bentuk berbagai mineral
silika. Hal ini berasosiasi dengan kuarsa. Seperti pembentukan biotite atau garnet atau
tourmaline. Silication bisa terjadi pada daerah berbagai temperatur. Contoh klasik
pergantian limestone (calcium carbonate) dengan mineral silicate berbentuk sebuah “skarn”,
yang biasanya terjadi pada kontak intrusi batuan beku. Sebuah subset khusus dari silication
dikenal “greisenization”. Bentuk dari tipe batuan ini disebut “greisen”, yang mana batuan
terdiri dari parallel veins dari quartz + muscovite + mineral lain (seringnya tourmaline).
Parallel veins merupakan bentuk pada zona atap dari sebuah plutonik. Dengan veining yang
intensif (banyak), beberapa wallrocks bisa tergantikan sepenuhnya oleh mineral baru yang
sama dengan pada sebuah vein.

g. Carbonatization (Karbonatisasi): (Carbonate Minerals)

Carbonitization terminologi umum untuk penambahan beberapa mineral


karbonat. Umumnya calcite, ankerite, and dolomite. Carbonatization biasanya juga
berasosiasi dengan penambahan mineral lain seperti talc, chlorite, sericite dan
albite. Alterasi Carbonate bisa berbentuk pola zonal sekeliling deposit ore dengan kaya besi.

h. Alunitic: (Alunite)

Alterasi Alunitic terkait erat dengan lingkungan sumber mata air panas. Alunite
merupakan sebuah mineral potassium aluminum sulfate yang cederung membentuk ledges
di beberapa daerah. Kehadiran alunite mendukung berisi gas SO4 yang banyak, hal ini
terjadi karena oksidasi mineral sulfida.

i. Argillic: (Clay Minerals)

Alterasi Argillic memperkenalkan beberapa variasi dari mineral lempung seperti


kaolinite, smectite and illite. Alterasi Argillic umumnya pada low temperaturedan sebagian
mungkin terajadi pada kondisi atmospheric. Tanda-tanda awal alterasi argillic adalah
bleaching out (pemutihan) feldspar.
Subkategory spesial dari alterasi argillic adalah “advanced argillic”. Kategori ini terdiri dari
kaolinite + quartz + hematite + limonite. feldspars tercuci and teralterasi menjadi sericite.
Keberadaan alterasi ini menunjukkan kondisi low pH (highly acidic). Pada higher
temperatures, mineral pyrophyllite (white mica) terbentuk pada dalam kaolinite.

j. Zeolitic: (Zeolite Minerals)

Alterasi Zeolitic sering berasosiasi dengan lingkungan vulkanik tetapi bisa terjadi
pada jarak yang jauh dari lingkungan ini. Pada lingkunagan vulkanik, mineral zeolite
menggantikan matriks glass (kaca). Mineral Zeolite merupakan mineral low temperature, jadi
mineral ini terbentuk selama tahap redanya aktifitas vulkanik pada daerah dekat permukaan.

k. Serpentinization and Talc Alteration: (Serpentine, Talc)

Serpentinization membentuk serpentine, yang softness, waxy, kehijauan, dan


massive. Tipe alterasi ini hanya ditemukan ketika batuan asal adalah batuan mafic atau
ultramafic. Tipe batuan ini relatif memiliki kandungan besi dan magnesium yang banyak.
Serpentine merupakan mineral low temperature. Talc hampir sama dengan mineral
serpentine, tetapi penampakanya berbeda sedikit (pale to white). Alterasi Talc mengindikasi
sebuah magnesium konsentrasi magnesium yang tinggi selama proses crystallization terjadi.

l. Oxidation:(Oxide Minerals)

Oxidation merupakan pembentukan semua mineral oksidal. Yang paling umum


dijumpai adalah hematite and limonite (oksida besi), tetapi banyak jenis bisa terbentuk,
tergantung kandungan metal di dalamnya. Sulfida mineral sering terlapukkan dengan
mudah karena rentan dengan oksidasi dan digantikan oleh oksida besi. Oksida terbentuk
dengan mudah pada permukaan atau dekat permukaan diman oksigen pada atmosfer lebih
mudah tersedia. Temperature oksidasi bervarisi. Ini bisa terjadi pada permukaan atau
kondisi atmosferik atau bisa terjadi pada low to moderate temperature dari fluidanya.
Tabel 1

Alterasi–alterasi yang terjadi pada fase hidrotermal

(Browne, 1982)

Kendaraan BatuanSamping HasilAlterasi

Epithermal Batugamping Silisifikasi

Lava Alunit, clorit, pirit, beberapasericit,

mineral – mineral lempung

BatuanBekuIntrusi Klorit, epidot, kalsit, kwarsa, serisit,

mineral – mineral lempung


Mesothermal Batugamping Silisifikasi

Serpih, lava

Batuanbekuasam Selisifikasi, mineral – mineral lempung

Sebagian besar serisit, kwarsa, beberapa


mineral lempung
Batuanbekubasa
Serpentin, epidotdanklorit

Hypothermal Batugranit, sekis lava Greissen, topaz, mikaputih, tourmalin,


piroksendan amphibole

Paragenesisendapanhipothermaldan mineral gangue adalah : emas (Au), magnetit


(Fe3O4), hematit (Fe2O3), kalkopirit (CuFeS2), arsenopirit (FeAsS), pirrotit (FeS), galena
(PbS), pentlandit (NiS), wolframit : Fe (Mn)WO4, Scheelit (CaWO4), kasiterit (SnO2), Mo-
sulfida (MoS2), Ni-Co sulfida, nikkelit (NiAs), spalerit (ZnS), dengan mineral-mineral gangue
antara lain : topaz, feldspar-feldspar, kuarsa, tourmalin, silikat-silikat, karbonat-karbonat

Sedangkanparagenesisendapanmesothermaldan mineral gangue adalah :stanite (Sn,


Cu) sulfida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sbsulfida, stibnit
(Sb2S3), tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS), dankalkopirit (CuFeS2),
dengan mineral-mineral ganguenya : kabonat-karbonat, kuarsa, danpirit.

Paragenesisendapanephitermaldan mineral ganguenyaadalah : native cooper (Cu),


argentit (AgS), golongan Ag-Pbkomplekssulfida, markasit (FeS 2), pirit (FeS2), cinabar (HgS),
realgar (AsS), antimonit (Sb2S3), stannit (CuFeSn), dengan mineral-mineral ganguenya :
kalsedon (SiO2), Mg karbonat-karbonat, rhodokrosit (MnCO3), barit (BaSO4), zeolit (Al-
silikat)

Anda mungkin juga menyukai