Gambar 2.1
Skema Terjadinya Mineral
Pengertian umum bahan galian adalah semua bahan atau subtansi yang terjadi dengan
sendirinya di alam dan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk berbagai keperluan industrinya.
Berdasarkan undang-undang No. 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara, bahan
galian terdiri dari Mineral dan batubara. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam,
yang memiliki sifat fisik dan kimia. tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungailnya yang
membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu sedangkan batubara adalah endapan
senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuhtumbuhan.
Genesa bahan galian adalah disiplin ilmu yang mempelajari cara terbentuknya suatu deposit
bahan galian secara alamiah. Dengan mempelajari genesa bahan galian, maka karakteristik suatu
deposit bahan galian dapat diketahui, seperti bentuk deposit, letak deposit, luas penyebaran, besar
cadangan, dan dengan petunjuk itu dapatlah ditentukan metode penambangan yang dapat
dilakukan serta cara pengolahannya. Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk
asalnya disebut dengan endapan primer (hypogen). Jika mineral-mineral primer telah terubah
melalui pelapukan atau proses-proses luar (superficial processes) disebut dengan endapan sekunder
(supergen).
(b) peri-magmatic, bila endapan terletak di luar (dekat batas) batuan beku
(c) crypto-magmatic, bila hubungan antara endapan dan batuan beku tidak jelas
(d) apo-magmatic, bila letak endapan tidak terlalu jauh terpisah dari batuan beku
(e) tele-magmatic, bila disekitar endapan mineral tidak terlihat (terdapat) batuan beku
(c) metosomatisme (replacement) yaitu :reaksi kimia antara batuan yang telah ada dengan larutan
pembawa bijih
(a) syngenetic, jika endapan terbentuk bersamaan waktunya dengan pembentukan batuan
(b) epigenetic, jika endapan terbentuk tidak bersamaan waktunya dengan pembentukan batuan
Liquid magmatic phase adalah suatu fase pembentukan mineral, dimana mineral terbentuk
langsung pada magma (differensiasi magma), misalnya dengan cara gravitational
settling (Gambar 1). Mineral yang banyak terbentuk dengan cara ini adalah kromit, titamagnetit, dan
petlandit
Gambar 1. Skematik proses differensiasi magma pada fase magmatik cair (After Buchanan,1981)
1. Vesiculation, Magma yang mengandung unsur-unsur volatile seperti air (H 2O), karbon
dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), sulfur (S) dan klorin (Cl). Pada saat magma naik
kepermukaan bumi, unsur-unsur ini membentuk gelombang gas, seperti buih pada air soda.
Gelombang (buih) cenderung naik dan membawa serta unsur-unsur yang lebih volatile
seperti sodium dan potasium.
2. Diffusion, Pada proses ini terjadi pertukaran material dari magma dengan material dari
batuan yang mengelilingi reservoir magma, dengan proses yang sangat lambat. Proses
diffusi tidak seselektif proses-proses mekanisme differensiasi magma yang lain. Walaupun
demikian, proses diffusi dapat menjadi sama efektifnya, jika magma diaduk oleh suatu
pencaran (convection) dan disirkulasi dekat dinding dimana magma dapat kehilangan
beberapa unsurnya dan mendapatkan unsur yang lain dari dinding reservoar.
3. Flotation, Kristal-kristal ringan yang mengandung sodium dan potasium cenderung untuk
memperkaya magma yang terletak pada bagian atas reservoar dengan unsur-unsur sodium
dan potasium.
4. Gravitational Settling, Mineral-mineral berat yang mengandung kalsium, magnesium dan
besi, cenderung memperkaya resevoir magma yang terletak disebelah bawah reservoir
dengan unsur-unsur tersebut. Proses ini mungkin menghasilkan kristal badan bijih dalam
bentuk perlapisan. Lapisan paling bawah diperkaya dengan mineral-mineral yang lebih berat
seperti mineral-mineral silikat dan lapisan diatasnya diperkaya dengan mineral-mineral
silikat yang lebih ringan.
5. Assimilation of Wall Rock, Selama emplacement magma, batu yang jatuh dari dinding
reservoir akan bergabung dengan magma. Batuan ini bereaksi dengan magma atau secara
sempurna terlarut dalam magma, sehingga merubah komposisi magma. Jika batuan dinding
kaya akan sodium, potasium dan silikon, magma akan berubah menjadu komposisi granitik.
Jika batuan dinding kaya akan kalsium, magnesium dan besi, magma akan berubah menjadi
berkomposisi gabroik.
6. Thick Horizontal Sill, Secara umum bentuk ini memperlihatkan proses differensiasi magmatik
asli yang membeku karena kontak dengan dinding reservoirl Jika bagian sebelah dalam
memebeku, terjadi Crystal Settling dan menghasilkan lapisan, dimana mineral silikat yang
lebih berat terletak pada lapisan dasar dan mineral silikat yang lebih ringan.
Gambar 2. Sketsa zona mineralisasi pada komplek pegmatit di San Gabriel Mountains,
California (After Buchanan,1981)
Deposit magmatik awal dihasilkan dari pembekuan magma langsung yang disebut
orthotectic dan orthomagmatic. Deposit ini terbentuk oleh (1) kristalisasi langsung tanpa
konsentrasi, (2) segregasi kristal yang terbentuk lebih dahulu, dan (3) injeksi material padat ke
tempat lain oleh difrensiasi. Mineral bijih mengkristal lebih dulu dibanding batuan silikat dan
sebagian kemudian terpisah karena difrensiasi kristalisasi.
Beberapa deposit bijih magmatik terbentuk dalam grup ini. Mineral bijih terbentuk karena
difrensiasi kristalisasi lebih dulu atau bersamaan dengan dengan mineral batuan silikat yang
berasosiasi dengan mineral bijih tersebut. Mineral-mineral yang terbentuk tidak terakumulasi pada
tempatnya terendap, tapi di-injeksi-kan dan terkonsentrasi pada batuan samping. Contoh deposit
seperti ini adalah dike titanoferous magnetit di Cumberland, dan pipa platinum di Afrika selatan.
Deposit magmatik akhir terdiri atas deposit mineral bijih yang mengkristal dari magma
residual setelah pembentukan batuan silikat sebagai bagian akhir dari proses magmatik. Gejala yang
sering diperlihatkan berupa pembentukan mineral-mineral kemudian yang memotong endapan
magmatik awal, dicirikan oleh adanya reaction rim pada sekeliling mineral yang telah terbentuk.
Deposit yang terbentuk berasal dari proses difrensiasi kristalisasi, akumulasi gravitatif dari heavy
residual liquid, dan pemisahan liqud sulfide droplets (yang disebut liquid immiscibility), dan berbagai
bentuk difrensiasi lainnya. Perbedaan nyata antara proses magmatik awal dan akhir adalah deposit
magmatik awal terbentuk pada tempat dimana tubuh intrusi batuan beku (magma) terbentuk dan
setelah akumulasi mineral bijih membeku, tidak ada lagi perpindahan tempat. Sedang pada deposit
magmatik akhir, kadang-kadang akumulasi tersebut masih berpindah dan diendapkan pada batuan
samping.
Liquid residual yang banyak mengandung logam yang terakumulasi di dalam dapur magma,
sebelum terkonsolidasi, bisa mengalami pergerakan dan diinjeksikan ke tempat lain yang tekanannya
lebih rendah (karena adanya tekanan dari batuan induk atau tekanan dari dalam magmanya sendiri)
membentuk mineral-mineral berikutnya secara terkonsentrasi (Residual Liqud Injection).
Pembentukan pegmatitik dihasilkan dari injeksi fluida magmatik yang mengandung bahan-
bahan mineral pembentuk batuan yang masih tersisa, air, karbondioksida, konsentrasi rare
elements, mineralizers, dan logam. Beberapa deposit pegmatite memiliki deposit mineral berharga
dan layak untuk dieksploitasi. Tubuh pegmatitik biasanya berupa intrusi dike atau intrusi irregular.
Pegmatit yang memiliki nilai ekonomi umumnya berasosiasi dengan batuan beku felsik seperti granit
dan diorit. Deposit pegmatite dicirikan oleh dominasi kuarsa, feldspar, dan mika; mineral tersebut
membentuk zonasi dari dinding (wall) ke inti (core) injeksi. Feldspar dan mika dominan pada bagian
dinding hingga intermediet, kuarsa dominan pada bagian inti. Kristal-kristal besar pada zona inti
dihasilkan dari fluiditas magma yang sangat tinggi (viskositas rendah) memungkinkan ion-ion dapat
bergerak lebih cepat untuk membentuk muka kristal. Deposit logam yang cukup penting adalah
tantalium, niobium, tin, tungsten, molybdenum, dan uranium. Disamping itu, terdapat pula deposit
mineral industri seperti feldspar, mika, kuarsa, korondum, kriolit, gemstone, rare earth, dan mineral-
mineral yang mengandung beryllium, lithium, cesium, dan rubidium.
Pada tahap ini, terjadi penetrasi larutan magma yang tersisa dan kemudian membentuk
mineral-mineral berikutnya secara terkonsentrasi (Immiscible Liquid Separation & Acumulation).
Skinner & Peck menemukan suatu larutan immiscible sulfide melt pada tahap akhir pendinginan lava
Hawai yang jenuh akan sulfide sulfur pada temperatur 1065oC. Sulfide-rich phases terdiri atas dua,
yang pertama immiscible sulfide-rich liquid dan yang kedua adalah copper-rich pyrrhotite solid
solution. Sulfide-rich liquid terdiri atas kombinasi pyrrhotite, chalcopyrite, dan magnetite. Larutan
tersebut mengandung oksigen yang cukup banyak, yang menurunkan permukaan sulfide liquidus.
Skinner & Peck menyimpulkan bahwa pada
Fase pertama yang mengkristal adalah copper-nickel-rich pyrrhotite solid solution. Jadi fase
pertama kristalisasi immiscible sulfide liquid dapat mengkonsentrasikan copper dan nickel yang
dapat menghasilkan suatu ore bodies yang komersial. Vogt dalam Jensen & Bateman, 1981, melihat
bahwa iron-nickel-copper sulfides larut sekitar 6 atau 7 persen dalam magma mafik dan selama
pendinginan larutan tersebut memisahkan diri sebagai immiscible sulfide drops, yang kemudian
terakumulasi pada dasar dapur magma dan membentuk liquid sulfide segregation. Dalam hal ini
segregasi tersebut akan menyerupai akumulasi molten copper (matte) yang terkumpul pada bagian
bawah tungku peleburan.
Sulfida-sulfida akan tetap dalam bentuk liquid hingga semua silikat mengkristal; karenanya
sulfida-sulfida tersebut melakukan penetrasi dan merusak silikat yang terbentuk lebih dulu dan
kemudian mengkristal disekitarnya. Jadi sulfida adalah mineral pyrogenic yang mengkristal paling
akhir, dan karena sulfida-sulfida tersebut melakukan penetrasi dan merusak silikat yang terbentuk
sebelumnya, kadan mereka dinterpretasikan sebagai hidrotermal.
Jika fraksi yang kaya akan sulfida telah terakumulasi (seperti dijelaskan diatas) dankemudian
mengalami gangguan sebelum terkonsolidasi, fraksi tersebut akan mendesak ke dinding dapur
magma membentuk celah atau membentuk daerah breksiasi pada batuan samping dan akhirnya
terkonsolidasi membentuk immiscible liquid injection, Setelah proses-proses di atas terjadi (Early
Magmatic Process dan Late Magmatic Process) jika magma asalnya banyak mengandung unsur
volatile, maka unsureunsur volatile tersebut bersama larutan sisa, disebut larutan magma sisa (rest
magma) akan membentuk jebakan transisi ke pegmatitit-pneumatolitis. Apabila pembentukan
deposit pegmatitit-pneumatolitis sudah berakhir, maka larutan sisa magmanya akan sangat encer,
karena tekanan gasnya sudah menurun dengan cepat. Larutan terakhir ini akan membentuk jebakan
hidrotermal
Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai akibat
kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma, maka cairan residual yang mobile
akan terinjeksi dan menerobos batuan disekelilingnya sebagai dyke, sill, dan stockwork.
Kristal dari pegmatit akan berukuran besar, karena tidak adanya kontras tekanan dan
temperatur antara magma dengan batuan disekelilingnya, sehingga pembekuan berjalan dengan
lambat. Mineral-mineral pegmatit antara lain : logam-logam ringan (Li-silikat, Be-silikat (BeAl-silikat),
Al-rich silikat), logam-logam berat (Sn, Au, W, dan Mo), unsur-unsur jarang (Niobium, Iodium (Y), Ce,
Zr, La, Tantalum, Th, U, Ti), batuan mulia (ruby, sapphire, beryl, topaz, turmalin rose, rose quartz,
smoky quartz, rock crystal). Sifat endapan pegmatitik
a) Seperti dike
(1) Pada waktu magma membeku magma banyak mengandung uap yang mengandung unsure silica.
Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam lingkungan
yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut kontak-metamorfisme, karena adanya
gejala kontak antara batuan yang lebih tua dengan magma yang lebih muda.
Mineral kontak ini terbentuk bila uap panas dengan temperatur tinggi dari
magma mengalami kontak dengan batuan dinding yang reaktif. Mineral-mineral kontak yang
terbentuk antara lain : wolastonit (CaSiO 3), amphibol, kuarsa, epidot, garnet, vesuvianit, tremolit,
topaz, aktinolit, turmalin, diopsit, dan skarn.
Gejala kontak metamorfisme tampak dengan adanya perubahan pada tepi batuan beku
intrusi dan terutama pada batuan yang diintrusi, yaitu: baking (pemanggangan)
dan hardening (pengerasan).
Igneous metamorfism ialah segala jenis pengubahan (alterasi) yang berhubungan dengan
penerobosan batuan beku. Batuan yang diterobos oleh masa batuan pada umumnya akan ter-
rekristalisasi, terubah (altered), dan tergantikan (replaced). Perubahan ini disebabkan oleh panas
dan fluida-fluida yang memencar atau diaktifkan oleh terobosan tadi. Oleh karena itu endapan ini
tergolong pada metamorfisme kontak. Proses pneomatolitis ini lebih menekankan peranan
temperatur dari aktivitas uap air. Pirometamorfisme menekankan hanya pada pengaruh temperatur
sedangkan pirometasomatisme pada reaksi penggantian (replacement), dan metamorfisme kontak
pada sekitar kontak. Letak terjadinya proses umumnya di kedalaman bumi, pada lingkungan tekanan
dan temperatur tinggi.
Gambar 3. Contoh endapan Igneous Metamorfism berupa endapan iron rich fluids di Granite
Mount, Utah (Dari Park, 1975 p 285).
Mineral bijih pada endapan kontak metasomatisme umumnya sulfida sederhana dan oksida
misalnya spalerit, galena, kalkopirit, bornit, dan beberapa molibdenit. Sedikit endapan jenis ini yang
betul-betul tanpa adanya besi, pada umumnya akan banyak sekali berisi pirit atau bahkan magnetit
dan hematit. Scheelit juga terdapat dalam endapan jenis ini (Singkep-Indonesia).
- See more at: http://beni-punya.blogspot.com/2014/02/ganesa-bahan-
galian.html#sthash.xPcrjC7z.dpuf
Salam Tambang
FASE HIDROTHERMAL
Pengertian Hidrothermal
Proses Hidrothermal yaitu air panas yang naik akibat proses magmatik ataupun dari
proses lainnya seperti air meteorik atau yang terbebaskan pada suatu proses malihan. Air
panas tersebut dapat melarutkan unsur logam dari batuan yang dilaluinya, kemudian
diendapkan di suatu tempat pada temperatur yang lebih rendah, sebagian besar cebakan
mineral berasal dari proses ini.
Sirkulasi hidrotermal dalam arti yang paling umum adalah sirkulasi air panas,
sedangkan Yunani yang berarti air dan "termos 'berarti hydros' panas '. sirkulasi hidrotermal
terjadi paling sering di sekitar sumber panas di dalam kerak bumi. Hal ini umumnya terjadi di
dekat gunung berapi aktivitas, tetapi dapat terjadi pada kerak dalam berhubungan dengan
intrusi granit , atau sebagai hasil dari orogeny atau metamorfosis .
Selain itu dapat juga menghasilkan ubahan pada batuan yang dialirinya. Larutan
hidrotermal mempunyai peranan penting dalam pembentukan cebakan mineral yang
berharga, dengan membentuk urat-urat dan alterasi batuan. Cebakan mineral berharga hasil
larutan hidrotermal lebih banyak dijumpai dari pada tipe lainnya. Komposisi utama dari
larutan hidrotermal adalah air.
Larutan hidrotermal terjadi dalam beberapa cara. Salah satunya peleburan magma
yang terjadi oleh parsial basah yang mendingin dan mengkristal, air yang menyebabkan
peleburan parsial basah dilepaskan. Namun tidak sebagai air murni, tetapi mengandung
semua unsure yang dapat larut yang terdapat pada magma seperti NaCl dan unsure kimia:
emas, perak, tembaga, timbal, zinc, merkuri dan molybdenum, yang tidak terikat kuarsa,
feldspar, dan mineral lain dengan substitusi ion. Suhu yang tinggi meningkatkan efektifitas
larutan yang sangat asin ini untuk membentuk endapan mineral hidrotermal.
Gambar 1
Proses Hidrothermal
Endapan mineral yang terbentuk dari volkanisme pematang tengah samudra
dinamakan volcanogenic massive sulfide deposits. Batuan kerak samudra yang kaya akan
piroksen menghasilkan larutan mengandung Cu dan Zn.Hasilnya, endapanvolcanogenic
massive sulfidekaya akan copper dan zinc.
Pada black smokers, cairan hydrothermal yang naik berwarna hitam disebabkan oleh
partikel sufida besi dan presipitasi mineral lain merupakan cerobongnya dari larutan yang
mendingin oleh air laut yang dingin. Struktur seperti cerobong terdiri dari pyrite, chalcopyrite,
dan mineral bijih lainnya diendapkan oleh larutan hydrothermal.
Volkanisme dan panas merupakan satu kesatuan. Oleh karena itu wajar bila banyak
endapan mineral berasosiasi dengan batuan volkanik panas yag dimasuki air yang
bersirkulasi di kedalaman, yang berasal dari air hujan atau air laut. Banyak sekali endapan
mineral dijumpai pada bagian atas tumpukan volkanik, yang diendapkan saat larutan
hidrotermal bergerak naik, mendingin dan mengendapkan mineral bijih.
Saat larutan hidrotermal bergerak perlahan ke atas larutan akan mendingin sangat
lambat. Jika mineral terlarut diendapkan (precipitated) dari larutan ini akan menyebar jauh
dan luas sehingga tidak cukup terkonsentrasi membentuk endapan bijih. Namun apabila
larutannya bergerak cepat seperti melalui rekahan yang terbuka pada massa batuan yang
hancur (shattered) atau lapisan tefra porous dimana aliran agak lancer pendinginannya
dapat berlangsung secara tiba-tiba dan pada jarak yang pendek. Presipitasi cepat cepat dan
konsentrasi mineral menghasilkan cebakan mineral. Pengaruh lainnya adalah penurunan
tekanan yang cepat, mengubah komposisi larutan karena bereaksi dengan batuan di
sekitarnya, dan mendingin akibat bercampur dengan air laut dapat juga menyebabkan
presipitasi cepat dan membentuk konsentrasi cebakan.
Gambar 2
Adanya suatu sistim hidrothermal di bawah permukaan sering kali ditunjukkan oleh
adanya manifestasi panasbumi di permukaan (geothermal surface manifestation), seperti
mata air panas, kubangan lumpur panas (mud pools), geyser dan manifestasi panasbumi
lainnya, dimana beberapa diantaranya, yaitu mata air panas, kolam air panas sering
dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk mandi, berendam, mencuci, masak dll.
Manifestasi panasbumi di permukaan diperkirakan terjadi karena adanya perambatan panas
dari bawah permukaan atau karena adanya rekahan-rekahan yang memungkinkan fluida
panasbumi (uap dan air panas) mengalir ke permukaan.
Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis kandungan fluida utamanya, sistim
hidrotermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistim satu fasa atau sistim dua fasa. Sistim dua
fasa dapat merupakan sistem dominasi air atau sistem dominasi uap. Sistim dominasi uap
merupakan sistim yang sangat jarang dijumpai dimana reservoir panas buminya mempunyai
kandungan fasa uap yang lebih dominan dibandingkan dengan fasa airnya. Rekahan
umumnya terisi oleh uap dan pori‐pori batuan masih menyimpan air. Reservoir air panasnya
umumnya terletak jauh di kedalaman di bawah reservoir dominasi uapnya. Sistim dominasi
air merupakan sistim panas bumi yang umum terdapat di dunia dimana reservoirnya
mempunyai kandungan air yang sangat dominan walaupun “boiling” sering terjadi pada
bagian atas reservoir membentuk lapisan penudung uap yang mempunyai temperatur dan
tekanan tinggi.
Sistim panas bumi seringkali juga diklasifikasikan berdasarkan entalpi fluida yaitu
sistim entalpi rendah, sedang dan tinggi. Kriteria yang digunakan sebagai dasar klasifikasi
pada kenyataannya tidak berdasarkan pada harga entalphi, akan tetapi berdasarkan pada
temperatur mengingat entalphi adalah fungsi dari temperatur.
Sumber dari endapan mineral biji adalah masalah klasik dari geologi, dan telah
menjadi perdebatan selama lebih dari 3 abad. Lebih tepatnya, sebagian besar masalah
belum terpecahkan, untuk mineral bijih banyak memerlukan bentuk sam asal dalam cara
yang berbeda. Beberapa metode sangat nyata dari yang lainnya . yang terbentuk pada
temperature yang lebih tinggi daripada temperature Tidak ada misteri, contohnya proses
mekanik yang menunjukan akumulasi di suatu tempat di bagian hulu, atau reaksi kimia yang
menyebabkan besi menjadi bagian dari tanah yang berlumpur atau aluminium yang
terkonsentrasi dalam bauksit. Tapi dari masalah dari mana asal bijih muncul bersamaan
dengan tingkat kesulitan tertentu. Terutama mineral normal di permukaan bumi. Pada
endapan mineral ini kita arahkan perhatian.
Dan kami mengarahkan mineral hidrotermal dalam bahasan ini hanya menjadi satu
jenis mineral, tapi jenis yang paling penting adalah yang telah menjadi kebutuhan peradaban
industrialisai. Ada juga endapan mineral yang mengarah pada prinsip geokimia yang bisa
dijadikan aplikasi disini kesalahpahaman dari proses fisika dan kimia bertanggungjawab atas
proses tarnspotasi dan kandungan dari sebuah formasi endapan mineral bijih. Dan
kemudian untuk pergerakan logam di lingkungan permukaan yang dimana endapan tersebut
telah tersingkap oleh proses pelapukan dan erosi.
Salah satu petunjuk datang dari mata air panas dan cairan fumarole. Di sejumlah
tempat fluida ini hadir mengendapkan sejumlah kecil mineral bijih logam. Dan
kesimpulannya sangat rasional bahwa mineral bijih tersebut sama dengan lepisn endapan
yang ada dibawah permukaan bumi. Pada mata air panas mineral bijih diendapkan dari suati
larutan, pada fumarrole ia mengkristal bersamaan denga keluarnya gas. Bukti – bukti kuat
menunjukan bahwa mineral bijih diendapkan dari cairan atau larutan superkritikal lebih
banyal dari[ada gas. Khususnya untuk meyakinkan observasi bahwa di banyak tempat
endapan, mineral telah tergantikan oleh mineral karbonat atau mineral silica. Mengartikan
bahwa karbinat dan silica telah tergerakan oleh larutan pembentuk bijih, dan pembawaan
mineral oleh gas telihat sukar. Pada endapan dimana asosiasi mineral mengindikasikan
temperature yang rendah dari suatu formasi. Transport logam dan pemilihan kelompok
mineral dalam gas sangat tidak mungkin sekali.
Volatile dari suatu mineral logam khususnya klorida, bersamaan dengan teori yang
serupa bahwa air yang kaya akan gas akan memisahkan dira denga tahapan yang lambat,
pada proses pendinginan magma. Membuat transport gas untuk bijih logam kemungkinan
kecil pada awal temperature tinggi untuk konsentrasi logam. Pengendapan akhir dari bijih
mungkin adalah langkah akhir dari proses komplek yang terjadi dimana logam teruapkan,
terpilah, terlarutkan, tertransportkan, dan terpisah–pisah. Momen sebuah sekuen seperti ini
suatu waktu dapat di observasi di suatu tempat di sekitar fomarole.
Dalam bentuk bagaimana logam berada, apakah dalam gas temperatur tinggi.
Kemungkinan tertinggi adalah klorida. Sejak semua kandungan dapat terbentuk dengan
pemilahan dari gas magmatik. Klorida dari sekian banyak logam berat adalah volatile. Dalm
berbagai kombinasi, logam munkin berada dalam magma yang membeku (oksida, sulfida,
sulfat, dan silikat), klorin atau klorida hidrogen dalam keadaaan uap dapat membentuk
kandungan volatile yang mampu menajan logam dalam gas dalam bermacam–macam
konsentrasi. Ini dapat dibuktikan dengan menghitung tekanan uap dari logam kloroda dalam
persamaan reaksi
Pada cairan yang bersirkulasi di dalam rekahan dan celah dari batuan sekitar.
Temperaturnya dalam jarak yang umum adalah beberapa ratus derajat dan komposisinya
sama dengan mata air panas dan air yang dipompakan di area geothermal.
Alterasi Propylitic mengubah batuan menjadi hijau, karena mineral baru terbentuk
berwarna hijau. Mineral tersebut adalah chlorite, actinolite and epidote. Mineral tersebut
terbentuk dari dekomposisi Fe-Mg seperti biotite, amphibole or pyroxene, walaupun bisa
tergantikan oleh feldspar. Alterasi Propylitic relatif terjadi pada low temperatures.
b. Sericitic:(Sericite)
Alterasi Sericitic mengubah batuan menjadi mineral sericite, merupakan mika putih
yang sangat halus. Alterasi ini terbentuk oleh dekomposisi feldspars, sehingga
menggantikan feldspar. Di lapangan, kehadirannya pada batuan dapat dideteksi oleh
kelembutan batu, seperti yang mudah digores. Terasa berminyak ketika mineral ini banyak,
dan warna putih, kekuningan, coklat keemasan atau kehijauan. Alterasi Sericitic
menunjukkan kondisi low pH (acidic).
Perubahan terdiri dari kuarsa + sericite disebut “phyllic” alterasi. Alterasi ini terkait deposit
phophyry tembaga yang mungkin berisi cukup halus, pyrite yang disebarkan secara
langsung terkait dengan peristiwa perubahan.
d. Albitic:(Albite)
Perubahan Albitic membentuk albite atau sodic plagioclase. Hal ini mengindikasikan
keberadaan pengayaan Na. Tipe alterasi ini juga terjadi pada high temperature. Kadang-
kadang white mica paragonite (Na-rich) bisa terbentuk juga.
e. Silicification (Silikifikasi):(Quartz)
Silication terminolig umum untuk penambahan silica dengan bentuk berbagai mineral
silika. Hal ini berasosiasi dengan kuarsa. Seperti pembentukan biotite atau garnet atau
tourmaline. Silication bisa terjadi pada daerah berbagai temperatur. Contoh klasik
pergantian limestone (calcium carbonate) dengan mineral silicate berbentuk sebuah “skarn”,
yang biasanya terjadi pada kontak intrusi batuan beku. Sebuah subset khusus dari silication
dikenal “greisenization”. Bentuk dari tipe batuan ini disebut “greisen”, yang mana batuan
terdiri dari parallel veins dari quartz + muscovite + mineral lain (seringnya tourmaline).
Parallel veins merupakan bentuk pada zona atap dari sebuah plutonik. Dengan veining yang
intensif (banyak), beberapa wallrocks bisa tergantikan sepenuhnya oleh mineral baru yang
sama dengan pada sebuah vein.
h. Alunitic: (Alunite)
Alterasi Alunitic terkait erat dengan lingkungan sumber mata air panas. Alunite
merupakan sebuah mineral potassium aluminum sulfate yang cederung membentuk ledges
di beberapa daerah. Kehadiran alunite mendukung berisi gas SO4 yang banyak, hal ini
terjadi karena oksidasi mineral sulfida.
Alterasi Zeolitic sering berasosiasi dengan lingkungan vulkanik tetapi bisa terjadi
pada jarak yang jauh dari lingkungan ini. Pada lingkunagan vulkanik, mineral zeolite
menggantikan matriks glass (kaca). Mineral Zeolite merupakan mineral low temperature, jadi
mineral ini terbentuk selama tahap redanya aktifitas vulkanik pada daerah dekat permukaan.
l. Oxidation:(Oxide Minerals)
(Browne, 1982)
Serpih, lava