Anda di halaman 1dari 22

UNIVERSITAS TADULAKO Nama : Muh.

Apriawan Noor
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI Nim : F 121 17 047

Acara 2: Endapan Magmatik Praktek : Endapan Mineral

1. Pendahuluan

Kajian tentang genesa mineral membahas persoalan mineralisasi dari suatu endapan
bijih yang terdapat di alam. Seperti halnya dengan endapan yang mengandung unsur Cu, Pb
dan Zn yang biasanya di alam terdapat dalam suatu lingkungan pengendapan yaitu
lingkungan magmatik, hidrotermal (mesotermal), dan kontak metasomatis. Pada genesa
primer, berhubungan erat dengan aktifitas magma. Batuan intrusi yang menguntungkan
dalam pembentukan bijih tembaga yaitu batuan menengah (intermediate igneous).
Sedangkan pada genesa sekunder berhubungan erat dengan keberadaan mineral (Cu) di alam
yang bersifat tidak stabil bila terkena pengaruh air dan udara. Pembentukan bijih secara
umum di alam melalui proses-proses pembekuan, pelapukan, sedimentasi, dan metamorfosa.
(Anthony J., 1989)
Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek keterdapatan, proses
pembentukan, komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan, dan faktor-faktor
pengendali pengendapan bahan galian (geologic controls). Tujuan utama mempelajari genesa
suatu endapan bahan galian adalah sebagai pegangan dalam menemukan dan mencari
endapan-endapan baru, mengungkapkan sifat-sifat fisik dan kimia endapan bahan galian,
membantu dalam penentuan (penyusunan) model eksplorasi yang akan diterapkan, serta
membantu dalam penentuan metoda penambangan dan pengolahan bahan galian tersebut.
(Anthony J., 1989)
Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk asalnya disebut dengan
endapan primer (hypogen). Jika mineral-mineral primer telah terubah melalui pelapukan atau
proses-proses luar (superficial processes) disebut dengan endapan sekunder (supergen).
(Anthony J., 1989)
Lingkungan magmatik dikarakteristikan oleh temperatur tinggi hingga menengah dan
tekanan dengan variasinya cukup lebar. Mineral yang terbentuk berhubungan dengan
aktivitas magma yaitu cairan silikat panas yang menjadi bahan induk batuan beku. Oleh
karena itu dalam makalah ini akan dibahas lebih dalam lagi mengenai genesa pembentukan
endapan mineral pada lingkungan magmatik. (Anthony J., 1989)
2. Teori dasar

Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah bersifat
mobil, suhu antara 900-1200 Celcius atau lebih yang berasal dari kerak bumi bagian bawah .
Terbentuknya bahan galian karena adanya diff dari magma. Magma sebagai cairan panas dan
pijar merupakan sumber dari jebakan bijih yang terjadi dari bermacam-macam komponen,
dimana dari masing-masing komponen mempunyai daya larut yang berlainan. Pada waktu
magma naik ke permukaan bumi, maka temperature dan tekanannya akan turun. Akibatnya
terjadi kristalisasi, dimana komponen yang sukar larut akan mengkristal lebih dahulu sebagai
terbentuk endapan bijih. (Anthony J., 1989)
Lingkungan magmatik dikarakteristik oleh temperatur tinggi hingga menengah dan
tekanan dengan variasinya cukup lebar. Mineral yang terbentuk berhubungan dengan
aktivitas magma yaitu cairan silikat panas yang menjadi bahan induk batuan beku. (Anthony
J., 1989)
Batuan beku merupakan hasil kristalisasi magma, suatu lelehan panas yang mengandung
unsur-unsur penting secara kuantitatif yaitu O, Si, Al, Ca, Mg, Na, dan K dan dalam jumlah
kecil hampir semua unsur-unsur lainnya kristalisasi mineral dan magma menghasilkan
konsentrasi unsur-unsur minor dalam cairan sisa dan konsentrasi zat–zat volatile, seperti
H2O, CO3, N2, senyawa sulfur dan boron serta HCl dan HF. (Anthony J., 1989)
Larutan sisa tersebut menghasilkan pegmatite dan vein hidrotermal (urat-urat
hidrotermal) kadang – kadang terbentuk di dalam batuan beku yang telah memadat dan
dalam rekahan. Rekahan dan batuan sampingnya, bahkan dapat mencapai permukaan berupa
gas - gas menimbulkan fumarol – fumarol atau larutan – larutan membentuk hot spring.
(Anthony J., 1989)

Dalam lingkungan magmatik ada ada enam tipe mineral yaitu :


1. Segregasi magma/igneous (batuan beku)
2. Pegmatit
3. Epithermal
4. Porfiri
5. Fumarole
6. Mesothermal
a. Endapan magmatik awal ( Early Magmatik deposite )
Endapan Early Magmatic dihasilkan dari proses magmatik langsung, yang disebut
orthomagmatik (proses pengkristalan magma hingga mencapai 90%). Mineral bijih pada
endapan ini selalu berasosiasi dengan batuan beku plutonik ultrabasa dan basa. (Anthony
J., 1989)
Cara terbentuknya endapan ini bisa terjadi dengan 3 cara, yaitu :
 Kristalisasi sederhana tanpa konsentrasi (disseminasi), terjadi pada magma dalam
yang kemudian akan menghasilkan batuan beku granular, dimana kristal yang
terbentuk di awal akan tersebar seluruhnya,. Bentuk endapan yang dihasilkan intrusif
seperti dike, pipa atau stock. Contoh endapan ini adalah diamond pipe pada batuan
kimberlite di Afrika Selatan.
 Segregasi, dimana konsentrasi awal magma dari hasil diferensiasi mengalami
pemisahan karena tenggelamnya kristal berat yang terbentuk ke bagian bawah
magma chamber, seperti yang terjadi pada chromite. Endapan segregasi early
magmatic umumnya lenticular dan relative berukuran kecil, biasanya berupa
disconnected pod-shape lenses, stringer & buches dan kadang membentuk layer
dalam hostrock (contohnya stratiform band of chromite pada Bushveld Igneous
Complex, Afrika Selatan) Contoh lainnya endapan segregasi early magmatic ada
pada Stillwater Complex di Montana.
 Injeksi, dimana mineral bijih terkonsentrasi oleh diferensiasi kristalisasi lebih awal
atau berbarengan dengan batuan yang berasosiasi dengan mineral silikan. Mineral
bijih tersebut diinjeksikan ke dalam host rock atau batuan sekitarnya, sebagai mush
kristal oksida yang fluidanya dari residual magma. Mineral bijih tersebut memotong
struktur batuan termasuk fragmen batuan, atau terjadi sebagai dike atau tubuh intrusi
lainnya. Contoh endapan ini adalah Titaniferous magnetite dike di Cumberland,
Rhode Island, Magnetite di Kiruna, Swedia, Platinum pipes dan beberapa Bushveld
Complex di Afrika Selatan, Ilmenite of Allard Lake, Quebec.
b. Endapan Magmatik Akhir ( Late Magmatic Deposite )
Jebakan menghasilkan kristal setelah terbentuk batuan silikat sebagai bentuk sisa
magma yang lebih kompleks dan mempunyai corak dengan variasi yang lebih banyak.
Magma dari endpan late magmatic mempunyai sifat mobilitas tinggi. (Anthony J., 1989)
Jebakan ore mineral late magmatic terjadi setelah terbentuknya batuan silikat yang
menerobos dan bereaksi dan menghasilkan rangkaian reaksi. Perubahan ini disebut
Deuteric alteration yang terjadi pada akhir kristalisasi dari batuan beku dan cirri-cirinya
hampir mirip dengan efek yang dihasilkan proses pneumatolytic atau larutan
hydrothermal. (Anthony J., 1989)
Jebakan late magmatic terutama berasosiasi dengan batuan beku yang basic dan
disebabkan oleh bermacam-macam proses differensiasi. (Anthony J., 1989) kebanyakan
jebakan mgmatic termasuk dalam golongan sebagai berikut :
 Residual Liquid Segregation, Dalam proses diff magma, residual magma umumnya
lebih kaya akan silikat alkali dan uap air. Twetapi pada jenis magma yang basic
menjadi kaya oleh Fe dan Ti. Ini adalah magma yang utama yang menghasilkan
anorthosite. Plagiocelah mengkristal pertama-tama dan Fe oksida dengan atau tanpa
piroxenne mengkristal belakangan. Resudual liquid tadi mungkun menerobos keluar
atau bisa juga trepisah dari rongga-rongga kristal dari dapur magma dan mengkristal
disitu tanpa perpindahan. Beberapa badan bijih yang terjadi cukup besar dan kaya
untuk membetuk jebakan yang berharga. Jebakan ini umumnya sejajar dengan
struktur primer btuan sekitarnya yang umumnya terdiri dari anhorthsite, norite, gabro
atau batuan lain. Contoh: Cebakan Titanifereous magnetite di Bushveld complex di
Afrika Selatan, Cebakan platinum di Iron Mountain, Wyo.
 Residual Liquid Injection, Proses ini hampir sama dengan diatas, dimana kumpulan
residual liquid yang banyak mengandung Fe oleh adanya tekanan dari luar
menyebabkan :
1. Liquid menerobos keluar ke tempat yang tekanannya lebih rendah ke dalam
celah atau perlapisan batuan di atasnya.
2. Jika pengumpulan liquid ini tidak terjadi, maka residual liquid yang kaya Fe
akan terfilter keluar membentuk late magmatic injection deposite.
 Immiscible Liquid Segregation, Dalam sisa magma yang basic dari Fe-Ni-Cu
Sulphide berupa saat pendinginan mereka memisah membentuk bagian yang tidak
bisa bercampur mengumpul pada dasar sumber magma membentuk larutan yang
terpisah. Contoh: Di Sudbury Ontario, Canada terdapat cebakan bijih Ni dalam
bentuk lensa yang teratur pipih disebut Marginal Deposite. Keseluruhan ini terdapat
dalam batuan norite brexia dimana mineral-mineralnya adalh pyrrhotite,
Chalcopyrite, Petlandite ( bijih Ca dan Ni ), magnetite, pyrote. Cebakan Ni, Cu
Sulphide di Insizwa Afrika Selatan, mineral Pyrrhotite, Chalcopyrite, Petlandite
dalam batuan gabro yang kontak dengan sedimen. Di samping itu terdapat pula au
dan Ag.
 Immiscible Liquid injection, Proses ini hampir sama dengan proses Immiscible
Liquid Segregation di atas. Dimana pada residu liquid yang kaya akan suphide
diselingi gangguan sebelum konsolidasi sehingga menyebabkan liquid menerobos ke
dalam celah-celah batuan. Bentuk jebakan tidak teratur atau dapat mirip bentuk dike.
Contoh: Cebakan di Vlacfontein, Afrika Selatan. jebakan Nickel di Norwegia.

Perbedaan antara Early Magmatic Deposits dan Late Magmatic Deposits


Early Magmatic Deposits harus terletak dalam batuan beku pada tempat pengendapan
dan mineral bijih terakumulasi sebagai padatan, tidak ada mobilitas setelah akumulasi,
sedangkan Late Magmatic Deposits terakumulasi melalui mobilitas dan endapan mungkin
terletak dengan sempit dan selaras dalam host rock atau memotong struktur internal.
(Anthony J., 1989)
Dalam lingkungan magmatik ada ada enam tipe mineral yaitu :
1. Segregasi magma/igneous (batuan beku)
2. Pegmatit
3. Epithermal
4. Fumarol
5. Porfiri
6. Mesothermal

a. Segregasi magma/Igneous (Batuan Beku)


a. Segregasi magma
Endapan Early Magmatic dihasilkan dari proses magmatik langsung, yang
disebut orthomagmatik (proses pengkristalan magma hingga mencapai 90%). Mineral
bijih pada endapan ini selalu berasosiasi dengan batuan beku plutonik ultrabasa dan
basa. (Anthony J., 1989)
Cara terbentuknya endapan ini bisa terjadi dengan 3 cara, yaitu :
1. Kristalisasi sederhana tanpa konsentrasi (disseminasi), terjadi pada magma
dalam yang kemudian akan menghasilkan batuan beku granular, dimana kristal
yang terbentuk di awal akan tersebar seluruhnya,. Bentuk endapan yang
dihasilkan intrusif seperti dike, pipa atau stock. Contoh endapan ini
adalah diamond pipe pada batuan kimberlite di Afrika Selatan.
2. Segregasi, dimana konsentrasi awal magma dari hasil diferensiasi mengalami
pemisahan karena tenggelamnya kristal berat yang terbentuk ke bagian bawah
magma chamber, seperti yang terjadi pada chromite. Endapan segregasi early
magmatic umumnya lenticular dan relative berukuran kecil, biasanya berupa
disconnected pod-shape lenses, stringer & buches dan kadang membentuk layer
dalam hostrock

Gambar Proses Segregeasi


3. Injeksi, dimana mineral bijih terkonsentrasi oleh diferensiasi kristalisasi lebih awal
atau berbarengan dengan batuan yang berasosiasi dengan mineral silikan. Mineral
bijih tersebut diinjeksikan ke dalam host rock atau batuan sekitarnya,
sebagai mush kristal oksida yang fluidanya dari residual magma. Mineral bijih
tersebut memotong struktur batuan termasuk fragmen batuan, atau terjadi sebagai
dike atau tubuh intrusi lainnya. Contoh endapan ini adalah Titaniferous magnetite
dike di Cumberland, Rhode Island, Magnetite di Kiruna, Swedia, Platinum pipes
dan beberapa Bushveld Complex di Afrika Selatan, Ilmenite of Allard Lake,
Quebec.
 Early Magmatic Deposits harus terletak dalam batuan beku pada tempat
pengendapan dan mineral bijih terakumulasi sebagai padatan, tidak ada
mobilitas setelah akumulasi.
 Late Magmatic Deposits terakumulasi melalui mobilitas dan endapan
mungkin terletak dengan sempit dan selaras dalam host rock atau memotong
struktur internal.
b. Igneous (Batuan Beku)
Mineralogi batuan beku cukup sederhana hanya 7 mineral atau grup mineral yang
umumnya terdapat dalam jumlah banyak di dalam batuan beku yaitu kuarsa, feldspar,
felsparthoid, hornblende, biotit dan olivine serta dapat diklasifikasikan sebagai mineral
pembentuk utama ( essential constituens ). Beberapa mineral lain terdapat dalam
jumlah kecil, antara lain magnetit, ilment, dan apatit dan diklasifiksikan sebagai
pembentuk (accessory constituens). (Anthony J., 1989)
Mineral – mineral batuan beku baik utama maupun tambahan juga sebagai
leucocratic ( batuan terang ) dan melanocratic ( batuan gelap ). Penggolongan ini juga
dapat merupakan penggolongan secara kimia, memisahkan kuarsa dan sodium,
potassium serta kalsium aluminosilikat dan mineral – mineral ferromagnesian (
piroksen, hornblende, biotit, dan olivine). (Anthony J., 1989)
Tabel Klasifikasi batuan beku secara mineralogi

Keterangan : Yang diatas merupakan Tipe Plutonik dan yang dibawahnya merupakan Tipe
Vulkanik
Pengaruh lingkungan geologi terhadap batuan akan terefleksi pada ukuran butiran
mineralnya. Mineral pada batuan tipe vulkanik berbutir halus karena melalui proses
pendinginan yang cepat kadang terdapat mineral butiran agak kasar disebut fenokris.
Pada batuan plutonik mineral berbutiran kasar, karena pendinginan yang perlahan
sehingga memberikan kesempatan Kristal tumbuh besar. (Anthony J., 1989)

b. Pegmatit
Pegmatit adalah suatu endapan dari batuan beku yang biasanya bersifat granitic dan
memiliki ukuran kristal yang sangat kasar (>2,5 cm). Pegmatit terbentuk ketika tahap
kristalisasi akhir, dengan kandungan air cukup tinggi dan pertumbuhan kristal yang
relatif cepat pada bagian atas suatu komplek struktur. Pegmatit kadang mempunyai
kensentrasi beberapa rare elements (lithium, boron, fluorine, tantalum, niobium, REE
dan uranium) yang bernilai ekonomis.Pegmatit adalah sumber utama dari beryllium,
lithium, cesium, tantalum, muscovite dan feldspar. Pegmatit juga merupakan sumber
minor dari Uranium, Yttrium, REE, Tin dan Tungsten. Miarolitik pegmatite adalah
sumber penting dari gemston seperti beryl (emerald), topaz dan tourmaline. (Anthony J.,
1989)
Pegmatit terdapat pada batuan berumur Archean sampai Kenozoik. Pegmatit pada
Prakambrium terdapat pada tatanan tektonik yang berasosiasi dengan metamorfisme
amfibolit, sedangkan pada umur yang lebih muda berasosiasi dengan intrusi di
sepanjang jalur tektonik. (Anthony J., 1989)
Pegmatit bisa terbentuk dari metamorfisme regional yang menyebabkan batuan
menuju fase granitization, yang menghasilkan produk akhir berupa granit dan pegmatite.
Selain itu, pegmatit juga dapat terbentuk dari aktifitas magma, yaitu ketika magma
terbentuk sehingga terjadi diferensiasi yang mengakibatkan kandungan volatile tinggi
dan terinjeksikan pada batuan sekitar sehingga terbentuk pegmatite. Material yang
diinjeksikan pada sistem tertutup (sistem kimia) sehingga terbentuk pegmatite sederhana
yang mengandung albit, kuarsa, mikroklin dan muskovit. Ketika ada interaksi dengan
dapur magma sehingga terjadi pergantian, maka akan terbentuk pegmatite kompleks
yang membawa rare minerals. Umumnya pegmatite muncul berupa dike atau vein.
(Anthony J., 1989)
Zonasi Endapan Pegmatit (berdasarkan mineralogi dan tekstur) berdasarkan
Cameron, dkk 1949 dalam Guilbert, 1986.

Gambar Zonasi Endapan MAgmatik


1. Border zone, tipis, terdiri dari mineral feldspar, kuarsa, muskovit, aksesoris (garnet,
tourmaline, beryl)
2. Wall zone, umum hadir dengan mineral yang hampir sama dengan border zone tetapi
lebih intensif dan kasal, muncul mineral logam
3. Intermediete zone : dapat mengandung mineral bijih yang ekonomis (Be, Nb, Ta, Sn,
Li, U), variasi mineral cukup banyak (berylniobite-tentalite-perthite-cessiterite-
uranite-gems), ukuran butir kasar
4. Core zone, didominasi oleh kuarsa
Contoh endapan pegmatit yang ada di dunia adalah pegmatite dike dalam quartz-
biotite schist di Northwest Territories, Canada dan Elba granitic pegmatit di Laut
Tyrrhenian, Italia

c. Epitermal
Endapan epitermal didefinisikan sebagai salah satu endapan dari sistem
hidrotermal yang terbentuk pada kedalaman dangkal yang umumnya pada busur
vulkanik yang dekat dengan permukaan (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008).
Penggolongan tersebut berdasarkan temperatur (T), tekanan (P) dan kondisi geologi
yang dicirikan oleh kandungan mineralnya. Secara lebih detailnya endapan epitermal
terbentuk pada kedalaman dangkal hingga 1000 meter dibawah permukaan dengan
temperatur relatif rendah (50-200)0C dengan tekanan tidak lebih dari 100 atm dari cairan
meteorik dominan yang agak asin (Pirajno, 1992).
Tekstur penggantian (replacement) pada mineral tidak menjadi ciri khas karena
jarang terjadi. Tekstur yang banyak dijumpai adalah berlapis (banded) atau
berupa fissure vein. Sedangkan struktur khasnya adalah berupa struktur pembungkusan
(cockade structure). Asosiasi pada endapan ini berupa mineral emas (Au) dan perak
(Ag) dengan mineral penyertanya berupa mineral kalsit, mineral zeolit dan mineral
kwarsa. Dua tipe utama dari endapan ini adalah low sulphidation dan high
sulphidation yang dibedakan terutama berdasarkan pada sifat kimia fluidanya dan
berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya. (Pirajno, 1992).
Endapan epithermal umumnya ditemukan sebagai sebuah pipe-seperti zona dimana
batuan mengalami breksiasi dan teralterasi atau terubah tingkat tinggi. Veins juga
ditemukan, khususnya sepanjang zona patahan., namun mineralisasi vein mempunyai
tipe tidak menerus (discontinuous).
Pada daerah volcanic, sistem epithermal sangat umum ditemui dan seringkali
mencapai permukaan, terutama ketika fluida hydrothermal muncul (erupt) sebagai
geyser dan fumaroles. Banyak endapan mineral epithermal tua menampilkan fossil
‘roots’ dari sistem fumaroles kuno. Karena mineral-mineral tersebut berada dekat
permukaan, proses erosi sering mencabutnya secara cepat, hal inilah mengapa endapan
mineral epithermal tua relatif tidak umum secara global. Kebanyakan dari endapan
mineral epithemal berumur Mesozoic atau lebih muda. (Pirajno, 1992).
Mineralisasi epitermal memiliki sejumlah fitur umum seperti hadirnya kalsedonik
quartz, kalsit, dan breksi hidrotermal. Selain itu, asosiasi elemen juga merupakan salah
satu ciri dari endapan epitermal, yaitu dengan elemen bijih seperti Au, Ag, As, Sb, Hg,
Tl, Te, Pb, Zn, dan Cu. Tekstur bijih yang dihasilkan oleh endapan epitermal termasuk
tipe pengisian ruang terbuka (karakteristik dari lingkungan yang bertekanan rendah),
krustifikasi, colloform banding dan struktur sisir. Endapan yang terbentuk dekat
permukaan sekitar 1,5 km dibawah permukaan ini juga memiliki tipe berupa tipe vein,
stockwork dan diseminasi. (Pirajno, 1992).
Dua tipe utama dari endapan ini adalah low sulphidation dan high sulphidation yang
dibedakan terutama berdasarkan pada sifat kimia fluidanya dan berdasarkan pada
alterasi dan mineraloginya (Hedenquist et al., 1996:2000 dalam Chandra,2009).
Dibawah ini digambarkan ciri-ciri umum endapan epitermal (Lingren, 1933 dalam
Sibarani,2008)):
- Suhu relatif rendah (50-250°C) dengan salinitas bervariasi antara 0-5 wt.%
- Terbentuk pada kedalaman dangkal (~1 km)
- Pembentukan endapan epitermal terjadi pada batuan sedimen atau batuan beku,
terutama yang berasosiasi dengan batuan intrusiv dekat permukaan atau ekstrusif,
biasanya disertai oleh sesar turun dan kekar.
- Zona bijih berupa urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan
pembentukan kantong-kantong bijih, seringkali terdapat pada pipa dan stockwork.
Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan, dan sedikit
kenampakan replacement (penggantian).

a. Klasifikasi Endapan Epithermal


Pada lingkungan epitermal terdapat 2 (dua) kondisi sistem hidrotermal yang dapat
dibedakan berdasarkan reaksi yang terjadi dan keterdapatan mineral-mineral alterasi dan
mineral bijihnya yaitu epitermal low sulfidasi dan high sulfidasi (Hedenquist et al .,1996;
2000 dalam Sibarani, 2008). Pengklasifikasian endapan epitermal masih merupakan
perdebatan hingga saat ini, akan tetapi sebagian besar mengacu kepada aspek mineralogi
dan gangue mineral, dimana aspek tersebut merefleksikan aspek kimia fluida maupun
aspek perbandingan karakteristik mineralogi, alterasi (ubahan) dan bentuk endapan pada
lingkungan epitermal. Aspek kimia dari fluida yang termineralisasi adalah salah satu
faktor yang terpenting dalam penentuan kapan mineralisasi tersebut terjadi dalam sistem
hidrotermal. (Pirajno, 1992).
- Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Rendah / Tipe Adularia-Serisit (Epithermal
Low Sulfidation )
a. Tinjauan Umum
Endapan epitermal sulfidasi rendah dicirikan oleh larutan hidrotermal yang
bersifat netral dan mengisi celah-celah batuan. Tipe ini berasosiasi dengan alterasi
kuarsa-adularia, karbonat, serisit pada lingkungan sulfur rendah dan biasanya
perbandingan perak dan emas relatif tinggi. Mineral bijih dicirikan oleh
terbentuknya elektrum, perak sulfida, garam sulfat, dan logam dasar sulfida.
Batuan induk pada deposit logam mulia sulfidasi rendah adalah andesit alkali,
dasit, riodasit atau riolit. Secara genesa sistem epitermal sulfidasi rendah
berasosiasi dengan vulkanisme riolitik. Tipe ini dikontrol oleh struktur-struktur
pergeseran (dilatational jog). (Pirajno, 1992).
b. Genesa dan Karakteristik
Endapan ini terbentuk jauh dari tubuh intrusi dan terbentuk melalui larutan
sisa magma yang berpindah jauh dari sumbernya kemudian bercampur dengan air
meteorik di dekat permukaan dan membentuk jebakan tipe sulfidasi rendah,
dipengaruhi oleh sistem boiling sebagai mekanisme pengendapan mineral-mineral
bijih. Proses boiling disertai pelepasan unsur gas merupakan proses utama untuk
pengendapan emas sebagai respon atas turunnya tekanan. Perulangan
proses boiling akan tercermin dari tekstur “crusstiform banding” dari silika dalam
urat kuarsa. Pembentukan jebakan urat kuarsa berkadar tinggi mensyaratkan
pelepasan tekanan secara tiba-tiba dari cairan hidrotermal untuk memungkinkan
proses boiling. Sistem ini terbentuk pada tektonik lempeng subduksi, kolisi dan
pemekaran (Hedenquist dkk., 1996 dalam Pirajno, 1992).
Kontrol utama terhadap pH cairan adalah konsentrasi CO2 dalam larutan dan
salinitas. Proses boiling dan terlepasnya CO2 ke fase uap mengakibatkan kenaikan
pH, sehingga terjadi perubahan stabilitas mineral contohnya dari illit ke adularia.
Terlepasnya CO2 menyebabkan terbentuknya kalsit, sehingga umumnya dijumpai
adularia dan bladed calcite sebagai mineral pengotor (gangue minerals) pada urat
bijih sistem sulfidasi rendah. (Hedenquist dkk., 1996 dalam Pirajno, 1992).
Endapan epitermal sulfidasi rendah akan berasosiasi dengan alterasi kuarsa–
adularia, karbonat dan serisit pada lingkungan sulfur rendah. Larutan bijih dari
sistem sulfidasi rendah variasinya bersifat alkali hingga netral (pH 7) dengan
kadar garam rendah (0-6 wt)% NaCl, mengandung CO2 dan CH4 yang bervariasi.
Mineral-mineral sulfur biasanya dalam bentuk H2S dan sulfida kompleks dengan
temperatur sedang (150°-300° C) dan didominasi oleh air permukaan. (Hedenquist
dkk., 1996 dalam Pirajno, 1992).
Batuan samping (wallrock) pada endapan epitermal sulfidasi rendah adalah
andesit alkali, riodasit, dasit, riolit ataupun batuan – batuan alkali. Riolit sering
hadir pada sistem sulfidasi rendah dengan variasi jenis silika rendah sampai tinggi.
Bentuk endapan didominasi oleh urat-urat kuarsa yang mengisi ruang terbuka
(open space), tersebar (disseminated), dan umumnya terdiri dari urat-urat breksi
(Hedenquist dkk., 1996). Struktur yang berkembang pada sistem sulfidasi rendah
berupa urat, cavity filling, urat breksi, tekstur colloform, dan
sedikit vuggy (Corbett dan Leach, 1996), lihat Tabel di bawah. (Hedenquist dkk.,
1996 dalam Pirajno, 1992).
Tabel Karakteristik endapan epitermal sulfidasi rendah (Corbett dan Leach,
1996).
Tipe endapan Sinter breccia, stockwork
Posisi tektonik Subduction, collision, dan rift
Tekstur Colloform atau crusstiform
Asosiasi mineral Stibnit, sinnabar, adularia, metal sulfida
Mineral bijih Pirit, elektrum, emas, sfalerit, arsenopirit
Contoh endapan Pongkor, Hishikari dan Golden Cross

c. Interaksi Fluida
Epithermal Low Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem geotermal yang
didominasi oleh air klorit dengan pH netral dan terdapat kontribusi dominan dari
sirkulasi air meteorik yang dalam dan mengandung CO2, NaCl, and H2S.
(Hedenquist dkk., 1996 dalam Pirajno, 1992).
d. Model Konseptual Endapan Emas Epitermal Sulfidasi Rendah
Gambar Model endapan emas epitermal sulfidasi rendah (Hedenquist dkk., 1996
dalam Nagel, 2008).
Gambar diatas merupakan model konseptual dari endapan emas sulfidasi
rendah. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa endapan ephitermal sulfidasi
rendah berasosiasi dengan lingkungan volkanik, tempat pembentukan yang relatif
dekat permukaan serta larutan yang berperan dalam proses pembentukannya berasal
dari campuran air magmatik dengan air meteorit. (Hedenquist dkk., 1996 dalam
Pirajno, 1992).
- Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Tinggi (Epithermal High Sulfidation)
atau Acid Sulfate

a. Tinjauan Umum
Endapan epitermal high sulfidation dicirikan dengan host rock berupa batuan
vulkanik bersifat asam hingga intermediet dengan kontrol struktur berupa sesar secara
regional atau intrusi subvulkanik, kedalaman formasi batuan sekitar 500-2000 meter dan
temperatur 1000C-3200C. Endapan Epitermal High Sulfidation terbentuk oleh sistem
dari fluida hidrotermal yang berasal dari intrusi magmatik yang cukup dalam, fluida ini
bergerak secara vertikal dan horizontal menembus rekahan-rekahan pada batuan dengan
suhu yang relatif tinggi (200-3000C), fluida ini didominasi oleh fluida magmatik dengan
kandungan acidic yang tinggi yaitu berupa HCl, SO2, H2S (Pirajno, 1992).
Gambar Keberadaan sistem sulfidasi tinggi

b. Genesa dan Karakteristik


Endapan epitermal high sulfidation terbentuk dari reaksi batuan induk dengan fluida
magma asam yang panas, yang menghasilkan suatu karakteristik zona alterasi (ubahan)
yang akhirnya membentuk endapan Au+Cu+Ag. Sistem bijih menunjukkan kontrol
permeabilitas yang tergantung oleh faktor litologi, struktur, alterasi di batuan samping,
mineralogi bijih dan kedalaman formasi.High sulphidation berhubungan dengan pH
asam, timbul dari bercampurnya fluida yang mendekati pH asam dengan larutan sisa
magma yang bersifat encer sebagai hasil dari diferensiasi magma, di kedalaman yang
dekat dengan tipe endapan porfiri dan dicirikan oleh jenis sulfur yang dioksidasi
menjadi SO. (Pirajno, 1992).
DESKRIPSI ENDAPAN MAGMATIK

No. Sampel : 01
Warna : Kuning keemasan
Pecahan : Hackly
Belahan : Tidak Sempurna
Cerat : Kuning
Kilap : Logam
Kekerasan : 2,5 – 3 Skala Mohs
Tenacity : Brittle
Berat Jenis : 9 gr/cm3
Kemagnetan : Diamagnetic
Komposisi Kimia : Au
Sistem Kristal : Isometrik
Golongan Mineral : Native Element
Transparansi : Opaque
Nama Mineral : Emas (Au)
Keterangan : Emas (Au) terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian
di permukaan dan kebanyakan terdapat di dalam urat-urat hydrothermal/
berasosiasi dengan mineral sulfida dan di dalam endapan-endapan bijih.
Mineral ini mudah hancur saat dipukul dengan palu, lunak, mudah
ditempa, dan memiliki warna yang menarik. Terbentuk didaerah
hidrotermal sebagai endapan bijih yang berasosiasi dengan pirit pada
suhu 300-600oC. Berasosiasi dengan pirit, kalkopirit, arsenopirit dan
pyrotite. Emas berguna Sebagai bahan perhiasan, bahan penghargaan,
bahan pembuat mata uang, dan lain-lain.Mineral ini cukup banyak
ditemukan di Indonesia.
DESKRIPSI ENDAPAN MAGMATIK

No. Sampel : 02
Warna : Bening, putih sampai putih kebiruan, abu-abu
Sistem Kristal : Isometric
Kilap : Kristal
Kekerasan : 10
Gores : Putih
Belahan : Sempurna
Pecahan : Choncoidal
Tenacity : Ductile
Berat Jenis : 3,5 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
Kemagnetan : Diamagnetic
Transparansi : Tranparant
Nama Mineral : Intan (C)
Keterangan : Kebanyakan intan yang kita temukan sekarang merupakan hasil
pembentukan proses jutaan-milyar tahun yang lalu, erupsi magma yang
sangat kuat membawa intan-intan tersebut ke permukaan, membentuk
pipa kimberlite, penamaan kimberlite berasal dari penemuan pertama
pipa tempat intan berada tersebut di daerah Kimberley, Afrika Selatan.
Sebagai alat untuk memtong, ,mengasah dan sebagai mata borperhiasan,
dan lain-lain
DESKRIPSI ENDAPAN MAGMATIK

No. Sampel : 03
Warna : Hitam keabuan
Sistem Kristal : Isometric
Kilap : Logam
Kekerasan : 5,5 – 6,5 Skala Mohs
Gores : Putih
Belahan :-
Pecahan : Choncoidal
Tenacity : Ductile
Berat Jenis : 5,17 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
Kemagnetan : Diamagnetic
Transparansi : Opak
Nama Mineral : Magnetit Fe3O4
Keterangan : Mineral ini terbentuk dari hasil sublimasi dalam hubungannya dengan
gunung api. Terjadi juga dalam endapan metamorfosa kontak dan
sebagai mineral tambahan dan terbentuk pada suhu yang tinggi sekitar
800oC-900oC, maka mineral ini mempunyai bentuk yang sempurna.
Mineral ini berguna sebagai bijih besi utama. Mineral ini banyak
dijumpai di tengah-tengah selat batam.
DESKRIPSI ENDAPAN MAGMATIK

No. Sampel : 04
Warna : Kuning keemasan
Sistem Kristal : Isometric
Kilap : Logam
Kekerasan : 6 – 6,5
Gores : Hitam
Belahan : Tidak jelas
Pecahan : Even
Tenacity : Brittle
Berat Jenis : 5,12 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
Kemagnetan : Paramagnetic
Transparansi : Opak
Nama Mineral : Pirit FeS2
Keterangan : Genesa Pembentukan mineral ini berasal dari proses hidrotermal pada
sedimentary exhalative adalah suatu jenis endapan sulfida masif yang
berasosiasi dengan batuan sedimen. Sulfida masif terbentuk dari hasil
presipitasi larutan hidrotermal yang dialirkan ke dasar laut melalui
suatu saluran vent. Saluran ini berupa zona yang memotong bagian
bawah perlapisan batuan sedimen footwall dan memasuki horizon
sulfida massif diatasnya. Selain itu juga terbentuk pada endapan
volcanogenic massif sulfide , Pada umumnya membentuk zonasi
logam disekitar endapannya, yang dihasilkan dari adanya perubahan
lingkungan secara fisika dan kimia dari larutan hidrotermal yang
bersirkulasi. Mineral ini berguna sebagai bijih besi utama.
DESKRIPSI ENDAPAN MAGMATIK

No. Sampel : 05
Warna : Hitam
Sistem Kristal : Isometric
Kilap : Logam
Kekerasan : 2,25 Skala mohs
Gores : Hitam
Belahan : Tidak sempurna
Pecahan : Subconcoidal
Tenacity : Sectile
Berat Jenis : 7,14 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
Kemagnetan : Diamagnetic
Transparansi : Opak
Nama Mineral : Pirit FeS2
Keterangan : Mineral ini terbentuk pada suhu 177C dengan kedalaman 1200 – 4500
meter dengan sistem kristal reguler/isometrik,. Argentite merupakan
mineral penghasil perak yang sangat penting, ia sering ditemukan
bersamaan dengan ruby silver (pyrargyrite dan proustite) dan native
silver pada endapan hidrotermal dengan suhu yang rendah. Mineral ini
berguna sebagai bijih besi utama.
DAFTAR PUSTAKA

Professor_Anthony_J._Naldrett_(auth.)]_Magmatic_S(z-lib.org)
F. Pirajno 1992. Hydrothermal Mineral Deposits. Principles and Fundamental Concepts for
the Exploration Geologist. xviii + 709 pp. Berlin, Heidelberg, New York, London, Paris,
Tokyo, Hong Kong: Springer-Verlag.

Anda mungkin juga menyukai