Apriawan Noor
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI Nim : F 121 17 047
1. Pendahuluan
Kajian tentang genesa mineral membahas persoalan mineralisasi dari suatu endapan
bijih yang terdapat di alam. Seperti halnya dengan endapan yang mengandung unsur Cu, Pb
dan Zn yang biasanya di alam terdapat dalam suatu lingkungan pengendapan yaitu
lingkungan magmatik, hidrotermal (mesotermal), dan kontak metasomatis. Pada genesa
primer, berhubungan erat dengan aktifitas magma. Batuan intrusi yang menguntungkan
dalam pembentukan bijih tembaga yaitu batuan menengah (intermediate igneous).
Sedangkan pada genesa sekunder berhubungan erat dengan keberadaan mineral (Cu) di alam
yang bersifat tidak stabil bila terkena pengaruh air dan udara. Pembentukan bijih secara
umum di alam melalui proses-proses pembekuan, pelapukan, sedimentasi, dan metamorfosa.
(Anthony J., 1989)
Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek keterdapatan, proses
pembentukan, komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan, dan faktor-faktor
pengendali pengendapan bahan galian (geologic controls). Tujuan utama mempelajari genesa
suatu endapan bahan galian adalah sebagai pegangan dalam menemukan dan mencari
endapan-endapan baru, mengungkapkan sifat-sifat fisik dan kimia endapan bahan galian,
membantu dalam penentuan (penyusunan) model eksplorasi yang akan diterapkan, serta
membantu dalam penentuan metoda penambangan dan pengolahan bahan galian tersebut.
(Anthony J., 1989)
Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk asalnya disebut dengan
endapan primer (hypogen). Jika mineral-mineral primer telah terubah melalui pelapukan atau
proses-proses luar (superficial processes) disebut dengan endapan sekunder (supergen).
(Anthony J., 1989)
Lingkungan magmatik dikarakteristikan oleh temperatur tinggi hingga menengah dan
tekanan dengan variasinya cukup lebar. Mineral yang terbentuk berhubungan dengan
aktivitas magma yaitu cairan silikat panas yang menjadi bahan induk batuan beku. Oleh
karena itu dalam makalah ini akan dibahas lebih dalam lagi mengenai genesa pembentukan
endapan mineral pada lingkungan magmatik. (Anthony J., 1989)
2. Teori dasar
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah bersifat
mobil, suhu antara 900-1200 Celcius atau lebih yang berasal dari kerak bumi bagian bawah .
Terbentuknya bahan galian karena adanya diff dari magma. Magma sebagai cairan panas dan
pijar merupakan sumber dari jebakan bijih yang terjadi dari bermacam-macam komponen,
dimana dari masing-masing komponen mempunyai daya larut yang berlainan. Pada waktu
magma naik ke permukaan bumi, maka temperature dan tekanannya akan turun. Akibatnya
terjadi kristalisasi, dimana komponen yang sukar larut akan mengkristal lebih dahulu sebagai
terbentuk endapan bijih. (Anthony J., 1989)
Lingkungan magmatik dikarakteristik oleh temperatur tinggi hingga menengah dan
tekanan dengan variasinya cukup lebar. Mineral yang terbentuk berhubungan dengan
aktivitas magma yaitu cairan silikat panas yang menjadi bahan induk batuan beku. (Anthony
J., 1989)
Batuan beku merupakan hasil kristalisasi magma, suatu lelehan panas yang mengandung
unsur-unsur penting secara kuantitatif yaitu O, Si, Al, Ca, Mg, Na, dan K dan dalam jumlah
kecil hampir semua unsur-unsur lainnya kristalisasi mineral dan magma menghasilkan
konsentrasi unsur-unsur minor dalam cairan sisa dan konsentrasi zat–zat volatile, seperti
H2O, CO3, N2, senyawa sulfur dan boron serta HCl dan HF. (Anthony J., 1989)
Larutan sisa tersebut menghasilkan pegmatite dan vein hidrotermal (urat-urat
hidrotermal) kadang – kadang terbentuk di dalam batuan beku yang telah memadat dan
dalam rekahan. Rekahan dan batuan sampingnya, bahkan dapat mencapai permukaan berupa
gas - gas menimbulkan fumarol – fumarol atau larutan – larutan membentuk hot spring.
(Anthony J., 1989)
Keterangan : Yang diatas merupakan Tipe Plutonik dan yang dibawahnya merupakan Tipe
Vulkanik
Pengaruh lingkungan geologi terhadap batuan akan terefleksi pada ukuran butiran
mineralnya. Mineral pada batuan tipe vulkanik berbutir halus karena melalui proses
pendinginan yang cepat kadang terdapat mineral butiran agak kasar disebut fenokris.
Pada batuan plutonik mineral berbutiran kasar, karena pendinginan yang perlahan
sehingga memberikan kesempatan Kristal tumbuh besar. (Anthony J., 1989)
b. Pegmatit
Pegmatit adalah suatu endapan dari batuan beku yang biasanya bersifat granitic dan
memiliki ukuran kristal yang sangat kasar (>2,5 cm). Pegmatit terbentuk ketika tahap
kristalisasi akhir, dengan kandungan air cukup tinggi dan pertumbuhan kristal yang
relatif cepat pada bagian atas suatu komplek struktur. Pegmatit kadang mempunyai
kensentrasi beberapa rare elements (lithium, boron, fluorine, tantalum, niobium, REE
dan uranium) yang bernilai ekonomis.Pegmatit adalah sumber utama dari beryllium,
lithium, cesium, tantalum, muscovite dan feldspar. Pegmatit juga merupakan sumber
minor dari Uranium, Yttrium, REE, Tin dan Tungsten. Miarolitik pegmatite adalah
sumber penting dari gemston seperti beryl (emerald), topaz dan tourmaline. (Anthony J.,
1989)
Pegmatit terdapat pada batuan berumur Archean sampai Kenozoik. Pegmatit pada
Prakambrium terdapat pada tatanan tektonik yang berasosiasi dengan metamorfisme
amfibolit, sedangkan pada umur yang lebih muda berasosiasi dengan intrusi di
sepanjang jalur tektonik. (Anthony J., 1989)
Pegmatit bisa terbentuk dari metamorfisme regional yang menyebabkan batuan
menuju fase granitization, yang menghasilkan produk akhir berupa granit dan pegmatite.
Selain itu, pegmatit juga dapat terbentuk dari aktifitas magma, yaitu ketika magma
terbentuk sehingga terjadi diferensiasi yang mengakibatkan kandungan volatile tinggi
dan terinjeksikan pada batuan sekitar sehingga terbentuk pegmatite. Material yang
diinjeksikan pada sistem tertutup (sistem kimia) sehingga terbentuk pegmatite sederhana
yang mengandung albit, kuarsa, mikroklin dan muskovit. Ketika ada interaksi dengan
dapur magma sehingga terjadi pergantian, maka akan terbentuk pegmatite kompleks
yang membawa rare minerals. Umumnya pegmatite muncul berupa dike atau vein.
(Anthony J., 1989)
Zonasi Endapan Pegmatit (berdasarkan mineralogi dan tekstur) berdasarkan
Cameron, dkk 1949 dalam Guilbert, 1986.
c. Epitermal
Endapan epitermal didefinisikan sebagai salah satu endapan dari sistem
hidrotermal yang terbentuk pada kedalaman dangkal yang umumnya pada busur
vulkanik yang dekat dengan permukaan (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008).
Penggolongan tersebut berdasarkan temperatur (T), tekanan (P) dan kondisi geologi
yang dicirikan oleh kandungan mineralnya. Secara lebih detailnya endapan epitermal
terbentuk pada kedalaman dangkal hingga 1000 meter dibawah permukaan dengan
temperatur relatif rendah (50-200)0C dengan tekanan tidak lebih dari 100 atm dari cairan
meteorik dominan yang agak asin (Pirajno, 1992).
Tekstur penggantian (replacement) pada mineral tidak menjadi ciri khas karena
jarang terjadi. Tekstur yang banyak dijumpai adalah berlapis (banded) atau
berupa fissure vein. Sedangkan struktur khasnya adalah berupa struktur pembungkusan
(cockade structure). Asosiasi pada endapan ini berupa mineral emas (Au) dan perak
(Ag) dengan mineral penyertanya berupa mineral kalsit, mineral zeolit dan mineral
kwarsa. Dua tipe utama dari endapan ini adalah low sulphidation dan high
sulphidation yang dibedakan terutama berdasarkan pada sifat kimia fluidanya dan
berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya. (Pirajno, 1992).
Endapan epithermal umumnya ditemukan sebagai sebuah pipe-seperti zona dimana
batuan mengalami breksiasi dan teralterasi atau terubah tingkat tinggi. Veins juga
ditemukan, khususnya sepanjang zona patahan., namun mineralisasi vein mempunyai
tipe tidak menerus (discontinuous).
Pada daerah volcanic, sistem epithermal sangat umum ditemui dan seringkali
mencapai permukaan, terutama ketika fluida hydrothermal muncul (erupt) sebagai
geyser dan fumaroles. Banyak endapan mineral epithermal tua menampilkan fossil
‘roots’ dari sistem fumaroles kuno. Karena mineral-mineral tersebut berada dekat
permukaan, proses erosi sering mencabutnya secara cepat, hal inilah mengapa endapan
mineral epithermal tua relatif tidak umum secara global. Kebanyakan dari endapan
mineral epithemal berumur Mesozoic atau lebih muda. (Pirajno, 1992).
Mineralisasi epitermal memiliki sejumlah fitur umum seperti hadirnya kalsedonik
quartz, kalsit, dan breksi hidrotermal. Selain itu, asosiasi elemen juga merupakan salah
satu ciri dari endapan epitermal, yaitu dengan elemen bijih seperti Au, Ag, As, Sb, Hg,
Tl, Te, Pb, Zn, dan Cu. Tekstur bijih yang dihasilkan oleh endapan epitermal termasuk
tipe pengisian ruang terbuka (karakteristik dari lingkungan yang bertekanan rendah),
krustifikasi, colloform banding dan struktur sisir. Endapan yang terbentuk dekat
permukaan sekitar 1,5 km dibawah permukaan ini juga memiliki tipe berupa tipe vein,
stockwork dan diseminasi. (Pirajno, 1992).
Dua tipe utama dari endapan ini adalah low sulphidation dan high sulphidation yang
dibedakan terutama berdasarkan pada sifat kimia fluidanya dan berdasarkan pada
alterasi dan mineraloginya (Hedenquist et al., 1996:2000 dalam Chandra,2009).
Dibawah ini digambarkan ciri-ciri umum endapan epitermal (Lingren, 1933 dalam
Sibarani,2008)):
- Suhu relatif rendah (50-250°C) dengan salinitas bervariasi antara 0-5 wt.%
- Terbentuk pada kedalaman dangkal (~1 km)
- Pembentukan endapan epitermal terjadi pada batuan sedimen atau batuan beku,
terutama yang berasosiasi dengan batuan intrusiv dekat permukaan atau ekstrusif,
biasanya disertai oleh sesar turun dan kekar.
- Zona bijih berupa urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan
pembentukan kantong-kantong bijih, seringkali terdapat pada pipa dan stockwork.
Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan, dan sedikit
kenampakan replacement (penggantian).
c. Interaksi Fluida
Epithermal Low Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem geotermal yang
didominasi oleh air klorit dengan pH netral dan terdapat kontribusi dominan dari
sirkulasi air meteorik yang dalam dan mengandung CO2, NaCl, and H2S.
(Hedenquist dkk., 1996 dalam Pirajno, 1992).
d. Model Konseptual Endapan Emas Epitermal Sulfidasi Rendah
Gambar Model endapan emas epitermal sulfidasi rendah (Hedenquist dkk., 1996
dalam Nagel, 2008).
Gambar diatas merupakan model konseptual dari endapan emas sulfidasi
rendah. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa endapan ephitermal sulfidasi
rendah berasosiasi dengan lingkungan volkanik, tempat pembentukan yang relatif
dekat permukaan serta larutan yang berperan dalam proses pembentukannya berasal
dari campuran air magmatik dengan air meteorit. (Hedenquist dkk., 1996 dalam
Pirajno, 1992).
- Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Tinggi (Epithermal High Sulfidation)
atau Acid Sulfate
a. Tinjauan Umum
Endapan epitermal high sulfidation dicirikan dengan host rock berupa batuan
vulkanik bersifat asam hingga intermediet dengan kontrol struktur berupa sesar secara
regional atau intrusi subvulkanik, kedalaman formasi batuan sekitar 500-2000 meter dan
temperatur 1000C-3200C. Endapan Epitermal High Sulfidation terbentuk oleh sistem
dari fluida hidrotermal yang berasal dari intrusi magmatik yang cukup dalam, fluida ini
bergerak secara vertikal dan horizontal menembus rekahan-rekahan pada batuan dengan
suhu yang relatif tinggi (200-3000C), fluida ini didominasi oleh fluida magmatik dengan
kandungan acidic yang tinggi yaitu berupa HCl, SO2, H2S (Pirajno, 1992).
Gambar Keberadaan sistem sulfidasi tinggi
No. Sampel : 01
Warna : Kuning keemasan
Pecahan : Hackly
Belahan : Tidak Sempurna
Cerat : Kuning
Kilap : Logam
Kekerasan : 2,5 – 3 Skala Mohs
Tenacity : Brittle
Berat Jenis : 9 gr/cm3
Kemagnetan : Diamagnetic
Komposisi Kimia : Au
Sistem Kristal : Isometrik
Golongan Mineral : Native Element
Transparansi : Opaque
Nama Mineral : Emas (Au)
Keterangan : Emas (Au) terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian
di permukaan dan kebanyakan terdapat di dalam urat-urat hydrothermal/
berasosiasi dengan mineral sulfida dan di dalam endapan-endapan bijih.
Mineral ini mudah hancur saat dipukul dengan palu, lunak, mudah
ditempa, dan memiliki warna yang menarik. Terbentuk didaerah
hidrotermal sebagai endapan bijih yang berasosiasi dengan pirit pada
suhu 300-600oC. Berasosiasi dengan pirit, kalkopirit, arsenopirit dan
pyrotite. Emas berguna Sebagai bahan perhiasan, bahan penghargaan,
bahan pembuat mata uang, dan lain-lain.Mineral ini cukup banyak
ditemukan di Indonesia.
DESKRIPSI ENDAPAN MAGMATIK
No. Sampel : 02
Warna : Bening, putih sampai putih kebiruan, abu-abu
Sistem Kristal : Isometric
Kilap : Kristal
Kekerasan : 10
Gores : Putih
Belahan : Sempurna
Pecahan : Choncoidal
Tenacity : Ductile
Berat Jenis : 3,5 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
Kemagnetan : Diamagnetic
Transparansi : Tranparant
Nama Mineral : Intan (C)
Keterangan : Kebanyakan intan yang kita temukan sekarang merupakan hasil
pembentukan proses jutaan-milyar tahun yang lalu, erupsi magma yang
sangat kuat membawa intan-intan tersebut ke permukaan, membentuk
pipa kimberlite, penamaan kimberlite berasal dari penemuan pertama
pipa tempat intan berada tersebut di daerah Kimberley, Afrika Selatan.
Sebagai alat untuk memtong, ,mengasah dan sebagai mata borperhiasan,
dan lain-lain
DESKRIPSI ENDAPAN MAGMATIK
No. Sampel : 03
Warna : Hitam keabuan
Sistem Kristal : Isometric
Kilap : Logam
Kekerasan : 5,5 – 6,5 Skala Mohs
Gores : Putih
Belahan :-
Pecahan : Choncoidal
Tenacity : Ductile
Berat Jenis : 5,17 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
Kemagnetan : Diamagnetic
Transparansi : Opak
Nama Mineral : Magnetit Fe3O4
Keterangan : Mineral ini terbentuk dari hasil sublimasi dalam hubungannya dengan
gunung api. Terjadi juga dalam endapan metamorfosa kontak dan
sebagai mineral tambahan dan terbentuk pada suhu yang tinggi sekitar
800oC-900oC, maka mineral ini mempunyai bentuk yang sempurna.
Mineral ini berguna sebagai bijih besi utama. Mineral ini banyak
dijumpai di tengah-tengah selat batam.
DESKRIPSI ENDAPAN MAGMATIK
No. Sampel : 04
Warna : Kuning keemasan
Sistem Kristal : Isometric
Kilap : Logam
Kekerasan : 6 – 6,5
Gores : Hitam
Belahan : Tidak jelas
Pecahan : Even
Tenacity : Brittle
Berat Jenis : 5,12 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
Kemagnetan : Paramagnetic
Transparansi : Opak
Nama Mineral : Pirit FeS2
Keterangan : Genesa Pembentukan mineral ini berasal dari proses hidrotermal pada
sedimentary exhalative adalah suatu jenis endapan sulfida masif yang
berasosiasi dengan batuan sedimen. Sulfida masif terbentuk dari hasil
presipitasi larutan hidrotermal yang dialirkan ke dasar laut melalui
suatu saluran vent. Saluran ini berupa zona yang memotong bagian
bawah perlapisan batuan sedimen footwall dan memasuki horizon
sulfida massif diatasnya. Selain itu juga terbentuk pada endapan
volcanogenic massif sulfide , Pada umumnya membentuk zonasi
logam disekitar endapannya, yang dihasilkan dari adanya perubahan
lingkungan secara fisika dan kimia dari larutan hidrotermal yang
bersirkulasi. Mineral ini berguna sebagai bijih besi utama.
DESKRIPSI ENDAPAN MAGMATIK
No. Sampel : 05
Warna : Hitam
Sistem Kristal : Isometric
Kilap : Logam
Kekerasan : 2,25 Skala mohs
Gores : Hitam
Belahan : Tidak sempurna
Pecahan : Subconcoidal
Tenacity : Sectile
Berat Jenis : 7,14 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
Kemagnetan : Diamagnetic
Transparansi : Opak
Nama Mineral : Pirit FeS2
Keterangan : Mineral ini terbentuk pada suhu 177C dengan kedalaman 1200 – 4500
meter dengan sistem kristal reguler/isometrik,. Argentite merupakan
mineral penghasil perak yang sangat penting, ia sering ditemukan
bersamaan dengan ruby silver (pyrargyrite dan proustite) dan native
silver pada endapan hidrotermal dengan suhu yang rendah. Mineral ini
berguna sebagai bijih besi utama.
DAFTAR PUSTAKA
Professor_Anthony_J._Naldrett_(auth.)]_Magmatic_S(z-lib.org)
F. Pirajno 1992. Hydrothermal Mineral Deposits. Principles and Fundamental Concepts for
the Exploration Geologist. xviii + 709 pp. Berlin, Heidelberg, New York, London, Paris,
Tokyo, Hong Kong: Springer-Verlag.